PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap aktivitas Ekonomi, baik secara nasional maupun global, pasti tidak lepas dari
suatu kebijakan. Kebijakan atau policy merupakan rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan untuk
tercapainya suatu tujuan. Dalam perdagangan Internasional, yang ruang lingkupnya luas,
tentu dibutuhkan suatu kebijakan untuk mengatur kegiatan perekonomian tersebut. Tanpa
sebuah kebijakan, roda perekonomian akan berjalan dengan tidak teratur atau justru akan
sewenang-wenang.
Penyusunan ini dilatar belakangi oleh pentingnya suatu kebijakan itu sendiri. Oleh
karena itu, dalam penyusunan makalah ini akan dijelaskan mengenai kebijakan ekonomi
Internasional secara lebih luas, instrumen dan tujuan-tujuan kebijakan ekonomi
Internasional, juga kebijakan yang berkenaan dengan tarif serta kebijakan perdagangan
lainnya
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat permasalahan sebagai berikut.
1.2.1. Apa Definisi Kebijakan Perdagangan Internasonal?
1.2.2. Apa Definisi Kebijakan Tarif ?
1.2.3. Apa Efek Dari Kebijakan Tarif ?
1.2.4. Apa Saja Fungsi Dan Tujuan Kebijakan Tarif ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui Definisi Kebijakan Perdagangan Internasional.
1.3.2. Mengetahui Definisi Kebijakan Tarif.
1.3.3. Mengetahui Efek dari Kebijakan Tarif.
1.3.4. Mengetahui Fungsi dan Tujuan Kebijakan Tarif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Kebijakan Perdagangan Internasional
Keterangan :
OP merupakan harga produsen di luar negeri sebelum ada pembebanan tarif
OQ1 merupakan jumlah produksi dalam negeri
OQ4 besarnya konsumsi dalam negeri
Q1Q4 besarnya impor barang-barang dan luar negeri
PP1 merupakan besarnya tarif atas barang impor
OP1 besarnya harga barang di dalam negeri setelah adanya tarif impor
Setelah adanya tanif produksi dalasn negeri dapat bersaing dengan barang impor.
Harga barang-barang impor menjadi mahal, sehingga produksi dalam negeri meningkat
Q1Q2. Karena harga barang impor yang mahal, konsumen mengurangi konsumsinya
sebesar QO4. Luas segi empat GHIJ merupakan penerimaan pemerintah dan tarif barang-
barang impor.
Kebijakan tarif ada tiga macam, yaitu bea ad. valorem atau bea harga, bea specific,
dan bea compound, yang perbedaan di antaranya adalah sebagai berikut.
a) Bea ad valorem (Tarif atas dasar nilainya) adalah pembebanan pungutan bea masuk
yang dihitung atas dasar persentase tertentu terhadap nilai barang impor (atau persen
tarif dikalikan harga barang). Misalnya, tarif bea masuk mobil mewah adalah 200
persen. Harga mobil itu misalnya 5 juta dolar AS dan dengan kurs rupiah Rp10.000
per 1$ AS, sehingga harga mobil itu di pasar dalam negeri Rp50 miliar. Maka, bea
masuk barang mewah tersebut adalah 300% Rp50 miliar = Rp150 miliar.
Dasar nilai (ad valerum) bersifat proprsional.
Keuntungan
Dapat mengikuti perkembangan tingkat harga atau inflasi
Kerugian
Memberikan beban yang cukup berat bagi administrasi pemerintah, khususnya
bea cukai karena memerlukan data dan perincian harga yang lengkap.
Sering menimbulkan perselisihan dalam penetapan harga untuk
perhitungan bea masuk antara importir dan bea cukai, sehingga dapat
menimbulkan stagnasi atau kemacetan arus barang di pelabuhan.
b) Bea ad specific (Tarif atas dasar jumlah barangnya) adalah pembebanan pungutan bea
masuk yang dihitung atas dasar satuan/ukuran fisik tertentu dari barang yang diimpor.
Misalnya, bea masuk kulkas Rp 50.000 per unit, TV Rp 25.000 per unit, dan
seterusnya.
Dasar jumlah barang (ad specific) bersifat regresif.
Keuntungan
Kerugian
Pengenaan tarif dirasakan kurang atau tidak adil karena tidak membedakan
harga dan kualitas barang.
Hanya dapat digunakan sebagai alat kontrol proteksi yang bersifat statis.
c) Bea compound atau disebut juga specific ad valorem (Tarif Campuran) adalah
kombinasi antara bea masuk ad. valorem dan bea masuk specific. Misalnya, untuk
jenis barang tertentu dikenakan bea masuk hanya 5% dari harga barang tersebut
ditambah dengan Rp200 per unit.
Setelah tarif ditetapkan oleh Pejabat Pemerintah terkait : Menteri, Gubernur, Bupati /
Walikota, Direktur Jenderal, Kepala Dinas Propinsi, Kepala Dinas Kabupaten / Kota
mengumumkan kepada masyarakat luas melalui media masa selambat-lambatnya 30 hari
tarif diberlakukan. Dan pejabat-pejabat ini sekaligus mengevaluasi dan mengawasi
pelaksanaan tarif baru tersebut. Untuk menghitung tarif, perlu ada ukuran-ukuran standar
dan pengelompokan atau penggolongan agar terhindar dari masalah keberagaman obyek.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan