Anda di halaman 1dari 9

Tugas 1

A. Pengertian Merkuri (Hg)


Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg yang berarti perak
cair (liquid silver) adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk
cair pada temperatur kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki
sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki
sifat konduktor panas yang kurang baik. Merkuri membeku pada
temperatur 38.90C dan mendidih pada temperatur 3570C. Merkuri
adalah unsur kimia sangat beracun (toxic), dapat bercampur dengan
enzim didalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan
enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang
penting. Logam Hg ini dapat terserap kedalam tubuh melalui saluran
pencernaan dan kulit. Karena sifat beracun dan cukup volatil, maka
uap merkuri sangat berbahaya jika terhisap, meskipun dalam jumlah
yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang komulatif, dalam arti
sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka
waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang
ditimbulkan oleh senyawa merkuri diantaranya adalah kerusakan
rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf
(Bambang Tjahjono Setiabudi, 2005).
Lingkungan yang terkontaminasi oleh merkuri dapat
membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan.
Merkuri terakumulasi dalam mikro-organisme yang hidup di air
(sungai, danau, laut) melalui proses metabolisme. Bahan-bahan yang
mengandung merkuri yang terbuang kedalam sungai atau laut
dimakan oleh mikro-organisme tersebut dan secara kimiawi berubah
menjadi senyawa methyl-merkuri. Mikroorganisme dimakan ikan
sehingga methil-merkuri terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan.
Ikan kecil menjadi rantai makanan ikan besar dan akhirnya
dikonsumsi oleh manusia, karena usaha pengolahan emas dengan
menggunakan merkuri seharusnya tidak membuang limbah (tailing)
kedalam aliran sungai sehingga tidak terjadi kontaminasi merkuri
pada lingkungan disekitarnya, dan tailing yang mengandung merkuri
harus di tempatkan secara khusus dan ditangani secara hati-hati
(Bambang Tjahjono Setiabudi, 2005).

B. Simpul Pencemaran Hg Pada TPA Lindi


1. Simpul 1
a. Merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, batu, udara,
air dan organisme hidup melalui proses-proses fisik, kimia
dan biologi yang kompleks (Fardiaz, 1992).
b. Global Anti' Incenatot Alliance (GAIA) menyebutkan bahwa
teknologi pembakaran yang terkontrol atau insinerasi yang
disebut dengan proses incinerator merupakan salah satu
sumber utama pencemaran Merkuri.
c. Tingginya kadar Hg pada air lindi, didukung dengan adanya
sampah yang menjadi sumber Hg diantaranya sampah dari
rumah tangga seperti wadah kosmetik, kosmetik, komponen
baterai, alat elektronik, bola lampu dan plastic, kertas, lampu
neon, peralatan-peralatan kendaraan bermotor dan AC,
sampah wadah pestisida. serta timbunan sampah lainnya di
TPA
d. Fraksi anorganik dari sampah mengandung berbagai mineral,
salah Merkuri (Hg) yang terdapat di dalam sampah akan
terdekomposisi dan larut bersama terbentuknya lindi
(Veronika. 2007).
e. Air lindi ataupun sampah yang terkena air hujan yang
terdapat kandungan merkuri dapat mencemari tanah
kemudian merembes ke air tanah atau mengalir ke aliran
sungai selain itu dapat menyebabkan merkuri terserap oleh
akar tanaman sayuran, atau rumput.
f. Proses dari Rantai makanan (plankton - ikan manusia)

2. Simpul 2
a. Kontak langsung dengan kulit
b. Tanah : Air lindi ataupun air rembesan sampah dari TPA yang
terkena air hujan yang terdapat kandungan merkuri dapat
mencemari tanah
c. Air : air lindi maupun sampah dari TPA yang terkena air
hujan kemudian merembes ke tanah dan dapat mencemari air
tanah maupun air sumur warga di sekitar TPA dapat juga
mengalir ke aliran sungai (jika dekat aliran sungai), serta
menyebabkan merkuri terserap oleh akar tanaman sayuran,
atau rumput
d. Makanan : makanan yang bahan baku makanannya berasal
dari tumbuhan di sekitar TPA yang telah tercemar merkuri,
hewan yang memakan tumbuhan maupun ikan yang hidup di
sungai tercemar merkuri, maupun tanaman dan hewan yg
terkontaminasi yang dibudidayakan dekat dengan lokasi TPA
yang dapat di dikonsumsi manusia.
e. Minuman : meminum air dari air sumur, air tanah sekitar TPA
yang tercemar merkuri disertai dengan cara memasak yang
kurang tepat.
f. Udara :
1) Paparan dari udara pembakaran yang terkontrol atau
insinerasi yang disebut dengan proses incinerator dari
pembuangan sampah padat yang mengandung Hg
(proses pembakaran sampah).
2) Menghirup proses penguapan dari tanah dan air yang
tercemar Merkuri (Hg), uap pada air lindi.
3) Debu dari tumpukan sampah di TPA dan tanah yang
mengandung merkuri (Hg) yang dapat mencemari
sumber makanan dan minuman pekerja di TPA maupun
warga di sekitar TPA.
3. Simpul 3
a. Melalui Inhalasi (pernapasan) baik melalui hidung atau
mulut, dimana uapyang terhirup diabsorbsi oleh paru-paru
dan tersimpan di dalam tibuh.
b. Merkuri dalam urine
Sampel urin merupakan salah satu indikator yang
akurat dan reliabel untuk mengukur kadar merkuri dalam
tubuh akibat pajanan merkuri anoganik jangka panjang,
karena paparan uap logam merkuri.. Sampel urin yang
diambil untuk melihat kadar merkuri adalah urin satu waktu.
Kadar merkuri dalam urin dapat dideteksi setelah pemaparan
lebih kurang 2 3 minggu dan berkurang dengan sangat
lambat dengan waktu paruh 40-60 hari untuk pemaparan
jangka pendek dan 90 hari untuk jangka panjang (EPA,
2006).
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa jika kadar
merkuri dalam urin melebihi 100 g/l akan menyebabkan
kerusakan ginjal dan dapat ditemui adanya proteinuria.
Pemeriksaan kadar merkuri dalam urin dapat dilakukan
dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan
Inductively Coupled Plasma (ICP). (Soemirat, 2009).
c. Ginjal merupakan organ ekskresi utama cairan yang tidak
digunakan lagi oleh tubuh. Pemaparan suatu zat terhadap
ginjal sangat dipengaruhi oleh faal ginjal sebagai organ
ekskresi, semua buangan yang berbentuk cairan atau larutan
dikeluarkan melalui ginjal. Ginjal sangat peka terhadap
logam karena membentuk kompleks atau khelat dengan
ligand organik, misalnya merkuri membentuk kompleks
dengan grup sulfhidral (Soemirat, 2009). Kerusakan sering
terjadi pada sel epitel tubulus proksimal karena merupakan
tempat absorbsi dan mengkonsentrasikan racun, serta sangat
peka terhadap zat toksik. Gangguan pada fungsi ginjal dapat
diketahui melalui pengukuran beberapa bahan-bahan hasil
metabolisme diantaranya adalah ureum, kreatinin dan bila
ditemukan adanya protein dalam urin (Guyton dan Hall,
2007).
d. Merkuri dalam darah
Kadar merkuri dalam darah biasanya pemaparan yang terjadi
melalui makanan (ikan. Kerang, udang) dan air minum.
Kadar merkuri dalam darah 5-10 kali lebih rendah dari kadar
merkuri dalam otak (WHO, 1986).
e. Merkiri dalam rambut
Sampel rambut tidak cocok untuk pengukuran paparan
merkuri organi. Analisa merkuri dalam rambut biasanya
digunakan untuk penilaian paparan yang terjadi pada ibu
selama kehamilan.
f. Kontak langsung merkuri (Hg) dengan kulit pada pekerja di
TPA maupun warga di sekitar TPA yang terpapar debu.
g. Terserap ke organ pencernaan dan di bawa oleh darah ke
otak, liver, dan ginjal bahkan ke dalam janin.
4. Simpul 4
a. apabila jumlah dari logam berat (merkuri) masuk ke dalam
tubuh manusia dengan jumlah berlebih, maka akan berubah
fungsi menjadi racun bagi tubuh (Palar, H, 2004).
b. Manifestasi klinis awal intoksikasi merkuri didapatkan
gangguan tidur, perubahan mood (perasaan), kesemutan
mulai dari daerah sekitar mulut hingga jari ndan tangan,
pengurangan pendengaran, penglihatan, daya ingat.
c. Dampak dari keracunan merkuri antara lain berupa keracunan
akut yaitu :
1) Peradangan pada gusi
2) Sekresi air liur yang berlebihan
3) Gigi mudah lepas
4) Gangguan pencernaan
5) Kegagalan fungsi ginjal
d. Dampak kronis :
1) Mata: terjadi penyempitan lapangan pandang, adanya
bintik halus pada lensa (mercurical lentis), gangguan
akomodasi dan keseimbangan otot mata, gerakan bola
mata ke segala arah (nystagmus), kelumpuhan pada otot
mata, penglihatan kabur dan bintik buta pada medan
penglihatan
2) Telinga: kemungkinan terjadi ketulian, vertigo, gangguan
pada fungsi alat keseimbangan
3) Kulit: kulit berwarna pucat, dermatitis alergika
4) Sistem syaraf pusat: personality disorders seperti
keterbelakangan mental, tuli, buta, gangguan bicara, dan
gangguan bicara (terutama pada keracunan merkuri
organik) (European Commission, 2002).
5) Pada intoksikasi berat penderita menunjukkan gejala klinis
tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan,
jalan sempoyongan karena adanya kerusakan pada
jaringan otak kecil.
6) Gangguan fungsi motor dan sensoris: gangguan koordinasi
otot-otot lengan dan tungkai bawah, refleks tendon
meningkat, kesemutan, rasa sakit yang hebat pada syaraf,
otot terasa sakit dan kejang, serta kepekaan indera perasa
dan pembau turun.
7) Pada wanita hamil, merkuri dapat melewati plasenta dan
mencapai janin, dimana janin lebih mudah terkena efek
samping merkuri dari pada orang dewasa. Sayangnya,
merkuri yang masuk dalam tubuh manusia tidak mudah
keluar dengan sendirinya. Akumulasi ini dalam jangka
waktu yang lama, dapat menyebabkan gangguan dan
kerusakan bagi organ-organ tersebut (Suhendrayatna,
2013).

C. Population of Risk
Population of risk pada Tempat Pembuangan Akhir Sampah
(TPA) merupakan akibat dari pertumbuhan populasi yang cepat
dan arus urbanisasi yang terus meningkat di negara-negara
berkembang telah meningkatkan kuantitas limbah padat dan
penurunan kualitas lingkungan. Metode penumpukan sampah
(open dumping) di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan akibat
polusi udara karena pembakaran sampah padat, pencemaran air
tanah karena perlindian (leaching), dan jumlah vektor penyakit
yang meningkat yang dapat membahayakan kesehatan para
pemulung sampah dan masyarakat yang bermukim di sekitar
TPA.

D. Standar normalitas Hg
1) Standar normalitas logam berat yang terdapat pada tempat
pembuangan akhir sampah (TPA) menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI 06-2462-1991) kadar merkuri (Hg) batas
maksimum 0,0014 mg/l
2) Sedangkan menurut Peraturan Mentereri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor59/Menlhk/setjen/
kum.1/7/2016 Tentang baku mutu lindi bagi usaha dan/ atau
kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah , kadar maksimum
merkuri 0,005 mg/l.

E. Kasus Akibat Merkuri (Hg)


Banyak sekali kasus kejadian yang terjadi akibat merkuri.
Merkuri adalah cairan logam perak atau disebut air raksa. Merkuri
sangat dekat dengan manusia kerena merkuri banyak ditemukan di
alam dan tersebar dalam batu-batuan, biji tambang, tanah, air dan
udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Beberpa kasus yang
terjadi adalah:
1. Pada tahu 2014, kasus keracunan merkuri Indonesia paling
tinggi. Hal tersebut dikemukakan oleh Dr Stephan Bose-
O'Reilly, pakar kesehatan lingkungan dari University Hospital,
Munich.Kasus kerusakan kulit akibat merkuri, karena merkuri
menjadi salah satu bahan yang dilarang dalam pembuatan
beberapa kosmtik. Untuk menghasilkan kosmetik yang bisa
membuat cantik dalam sekejap. Penunaan merkuri dalam
kosmetik dapat menyebabkan kerusakan kulit dan Bahkan
pemakaiann jangka pendek dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan ginjal. Di
ranah medis, Merkuri juga dikenal sebagai zat karsinogenik
penyebab kanker pada manusia

DAFTAR PUSTAKA

Charlena. 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium


(Cd) Pada Sayur-Sayuran. Bogor : Program Pascasarjana S3
IPB.
European Commission. Heavy Metal In Waste. Final Report Project
ENV.E.3/ETU/2000/0058, February 2002 [report in the
Internet]. Denmark: COWI 2002 [cited 5 November 2010].
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka
Cipta : Jakarta.
Setiabudi, Bambang Tjahjono.2005.Penyebaran Merkuri Akibat Usaha
Pertambangan Emas di Daeran Sangon, Kabupaten Kulon
Progo, D.I. Yogyakarta.Kolokium Hasil Lapangan
Suhendrayatna. 2013. Merkuri : Bahaya, Sumber Pencemar, Dan
Pengelolaannya di Lingkungan. Kampanye dan Sosialisasi
Dampak Merkuri Terhadap Lingkungan. Meulaboh, 9 Desember
2013
U.S. EPA (Environmental Protection Agency). 2006. MERCURY,
HUMAN HEALTH: User's Guide. Office of Solid Waste,
Washington, DC.
Veronika, E. Evaluasi Saluran Pengumpul Dan Pengaruh Lindi
Terhadap Lingkungan Sekitar TPA keputih. Jurnal Lingkungan.
3 (2007) 1-3
Widyasari, Nindhianingtyas, dkk. 2013. Analisis Potensi Pencemaran
Timbal (Pb) Pada Tanah, Air Lindi Dan Air Tanah (Sumur
Monitoring) Di TPA Pakusari Kabupaten Jember. Jember :
Universitas Jember (UNEJ) Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat.
World Health Organization (WHO). 1986. EARLY Detection
Occupational Disease

Anda mungkin juga menyukai