2. Simpul 2
a. Kontak langsung dengan kulit
b. Tanah : Air lindi ataupun air rembesan sampah dari TPA yang
terkena air hujan yang terdapat kandungan merkuri dapat
mencemari tanah
c. Air : air lindi maupun sampah dari TPA yang terkena air
hujan kemudian merembes ke tanah dan dapat mencemari air
tanah maupun air sumur warga di sekitar TPA dapat juga
mengalir ke aliran sungai (jika dekat aliran sungai), serta
menyebabkan merkuri terserap oleh akar tanaman sayuran,
atau rumput
d. Makanan : makanan yang bahan baku makanannya berasal
dari tumbuhan di sekitar TPA yang telah tercemar merkuri,
hewan yang memakan tumbuhan maupun ikan yang hidup di
sungai tercemar merkuri, maupun tanaman dan hewan yg
terkontaminasi yang dibudidayakan dekat dengan lokasi TPA
yang dapat di dikonsumsi manusia.
e. Minuman : meminum air dari air sumur, air tanah sekitar TPA
yang tercemar merkuri disertai dengan cara memasak yang
kurang tepat.
f. Udara :
1) Paparan dari udara pembakaran yang terkontrol atau
insinerasi yang disebut dengan proses incinerator dari
pembuangan sampah padat yang mengandung Hg
(proses pembakaran sampah).
2) Menghirup proses penguapan dari tanah dan air yang
tercemar Merkuri (Hg), uap pada air lindi.
3) Debu dari tumpukan sampah di TPA dan tanah yang
mengandung merkuri (Hg) yang dapat mencemari
sumber makanan dan minuman pekerja di TPA maupun
warga di sekitar TPA.
3. Simpul 3
a. Melalui Inhalasi (pernapasan) baik melalui hidung atau
mulut, dimana uapyang terhirup diabsorbsi oleh paru-paru
dan tersimpan di dalam tibuh.
b. Merkuri dalam urine
Sampel urin merupakan salah satu indikator yang
akurat dan reliabel untuk mengukur kadar merkuri dalam
tubuh akibat pajanan merkuri anoganik jangka panjang,
karena paparan uap logam merkuri.. Sampel urin yang
diambil untuk melihat kadar merkuri adalah urin satu waktu.
Kadar merkuri dalam urin dapat dideteksi setelah pemaparan
lebih kurang 2 3 minggu dan berkurang dengan sangat
lambat dengan waktu paruh 40-60 hari untuk pemaparan
jangka pendek dan 90 hari untuk jangka panjang (EPA,
2006).
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa jika kadar
merkuri dalam urin melebihi 100 g/l akan menyebabkan
kerusakan ginjal dan dapat ditemui adanya proteinuria.
Pemeriksaan kadar merkuri dalam urin dapat dilakukan
dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan
Inductively Coupled Plasma (ICP). (Soemirat, 2009).
c. Ginjal merupakan organ ekskresi utama cairan yang tidak
digunakan lagi oleh tubuh. Pemaparan suatu zat terhadap
ginjal sangat dipengaruhi oleh faal ginjal sebagai organ
ekskresi, semua buangan yang berbentuk cairan atau larutan
dikeluarkan melalui ginjal. Ginjal sangat peka terhadap
logam karena membentuk kompleks atau khelat dengan
ligand organik, misalnya merkuri membentuk kompleks
dengan grup sulfhidral (Soemirat, 2009). Kerusakan sering
terjadi pada sel epitel tubulus proksimal karena merupakan
tempat absorbsi dan mengkonsentrasikan racun, serta sangat
peka terhadap zat toksik. Gangguan pada fungsi ginjal dapat
diketahui melalui pengukuran beberapa bahan-bahan hasil
metabolisme diantaranya adalah ureum, kreatinin dan bila
ditemukan adanya protein dalam urin (Guyton dan Hall,
2007).
d. Merkuri dalam darah
Kadar merkuri dalam darah biasanya pemaparan yang terjadi
melalui makanan (ikan. Kerang, udang) dan air minum.
Kadar merkuri dalam darah 5-10 kali lebih rendah dari kadar
merkuri dalam otak (WHO, 1986).
e. Merkiri dalam rambut
Sampel rambut tidak cocok untuk pengukuran paparan
merkuri organi. Analisa merkuri dalam rambut biasanya
digunakan untuk penilaian paparan yang terjadi pada ibu
selama kehamilan.
f. Kontak langsung merkuri (Hg) dengan kulit pada pekerja di
TPA maupun warga di sekitar TPA yang terpapar debu.
g. Terserap ke organ pencernaan dan di bawa oleh darah ke
otak, liver, dan ginjal bahkan ke dalam janin.
4. Simpul 4
a. apabila jumlah dari logam berat (merkuri) masuk ke dalam
tubuh manusia dengan jumlah berlebih, maka akan berubah
fungsi menjadi racun bagi tubuh (Palar, H, 2004).
b. Manifestasi klinis awal intoksikasi merkuri didapatkan
gangguan tidur, perubahan mood (perasaan), kesemutan
mulai dari daerah sekitar mulut hingga jari ndan tangan,
pengurangan pendengaran, penglihatan, daya ingat.
c. Dampak dari keracunan merkuri antara lain berupa keracunan
akut yaitu :
1) Peradangan pada gusi
2) Sekresi air liur yang berlebihan
3) Gigi mudah lepas
4) Gangguan pencernaan
5) Kegagalan fungsi ginjal
d. Dampak kronis :
1) Mata: terjadi penyempitan lapangan pandang, adanya
bintik halus pada lensa (mercurical lentis), gangguan
akomodasi dan keseimbangan otot mata, gerakan bola
mata ke segala arah (nystagmus), kelumpuhan pada otot
mata, penglihatan kabur dan bintik buta pada medan
penglihatan
2) Telinga: kemungkinan terjadi ketulian, vertigo, gangguan
pada fungsi alat keseimbangan
3) Kulit: kulit berwarna pucat, dermatitis alergika
4) Sistem syaraf pusat: personality disorders seperti
keterbelakangan mental, tuli, buta, gangguan bicara, dan
gangguan bicara (terutama pada keracunan merkuri
organik) (European Commission, 2002).
5) Pada intoksikasi berat penderita menunjukkan gejala klinis
tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan,
jalan sempoyongan karena adanya kerusakan pada
jaringan otak kecil.
6) Gangguan fungsi motor dan sensoris: gangguan koordinasi
otot-otot lengan dan tungkai bawah, refleks tendon
meningkat, kesemutan, rasa sakit yang hebat pada syaraf,
otot terasa sakit dan kejang, serta kepekaan indera perasa
dan pembau turun.
7) Pada wanita hamil, merkuri dapat melewati plasenta dan
mencapai janin, dimana janin lebih mudah terkena efek
samping merkuri dari pada orang dewasa. Sayangnya,
merkuri yang masuk dalam tubuh manusia tidak mudah
keluar dengan sendirinya. Akumulasi ini dalam jangka
waktu yang lama, dapat menyebabkan gangguan dan
kerusakan bagi organ-organ tersebut (Suhendrayatna,
2013).
C. Population of Risk
Population of risk pada Tempat Pembuangan Akhir Sampah
(TPA) merupakan akibat dari pertumbuhan populasi yang cepat
dan arus urbanisasi yang terus meningkat di negara-negara
berkembang telah meningkatkan kuantitas limbah padat dan
penurunan kualitas lingkungan. Metode penumpukan sampah
(open dumping) di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan akibat
polusi udara karena pembakaran sampah padat, pencemaran air
tanah karena perlindian (leaching), dan jumlah vektor penyakit
yang meningkat yang dapat membahayakan kesehatan para
pemulung sampah dan masyarakat yang bermukim di sekitar
TPA.
D. Standar normalitas Hg
1) Standar normalitas logam berat yang terdapat pada tempat
pembuangan akhir sampah (TPA) menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI 06-2462-1991) kadar merkuri (Hg) batas
maksimum 0,0014 mg/l
2) Sedangkan menurut Peraturan Mentereri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor59/Menlhk/setjen/
kum.1/7/2016 Tentang baku mutu lindi bagi usaha dan/ atau
kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah , kadar maksimum
merkuri 0,005 mg/l.
DAFTAR PUSTAKA