Alan T. N. Tita, MD, PhD, Jeff M. Szychowski, PhD, Dwight J. Rouse, MD, MSPH, Cynthia
M. Bean, MD, Victoria Chapman, MPH, Allison Nothern, MSN, RN, Dana Figueroa, MD,
Rebecca Quinn, PharmD, William W. Andrews, PhD, MD, and John C. Hauth, MD
ABSTRACT
TUJUAN: Oksitosin dosis tinggi lebih efektif dari regimen dosis rendah untuk mencegah
perdarahan post partum setelah operasi sesar (persalinan perabdominal). Kami
membandingka dua regimen dosis tinggi (80 unit dan 40 unit) dengan regimen rutin kami (10
unit) diantara wanita yang melahirkan pervaginam.
METODE: Pada sebuah percobaan acak tersamar ganda, oksitosin (80 unit, 40 unit dan 10
unit) dimasukkan ke dalam 500 mL cairan selama 1 jam pasca pelahiran plasenta. Hasil
primer merupakan inti dari terapi atoni uteri atau perdarahan. Hasil akhir sekunder meliputi
gabungan antara hasil primer dan penurunan hematokrit 6%. Kelompok sampel terdiri atas
600 orang per kelompok (N=1.800) di rencanakan untuk membandingkan kelompok dosis 80
unit dan 40 unit dengan kelompok dosis 10 unit. Pada ulasan rencana sementara (n=1.201),
penerimaan kelompok dosis 40 unit dihentikan karena kegagalan dan penerimaan dilanjutkan
ke kelompok lain.
HASIL: Dari 2.869 wanita, 1.798 di acak dengan 658 wanita diberikan dosis 80 unit, 481
wanita diberikan dosis 40 unit dan 659 wanita diberikan dosis 10 unit. Karakter masing
masing sampel menyerupai pada maisng-masing grup. Kelompok dosis 80 unit (6%, RR 0,93,
CI 95% 0,62-1,4) atau kelompok dosis 40 unit (6%; RR 0,94, CI 95% 0,61-1,47) memiliki
risiko hasil primer yang tidak berbeda dengan kelompok dosis 10 unit (7%). Terapi dengan
tambahan oksitosin setelah 1 jam pertama lebih jarang diberikan pada kelompok dosis 80 unit
dibandingkan dengan kelompok dosis 10 unit (RR 0,41, 95% CI 0,190,88), seperti
penurunan hematokrit 6% (RR 0,83, 95% CI 0,690,99); hasil keduanya menurun dengan
meningkatnya dosis oksitosin
KESIMPULAN: Dibandingkan dengan dosis 10 unit, dosis 80 atau 40 unit cairan sebagai
oksitosin profilaktik tidak mengurangi keseluruhan terapi perdarahan post partum, saat obat
dimasukkan ke 500 mL selama 1 jam persalinan pervaginam. Dosis 80 unit mengurangi
kebutuhan tambahan oksitosin dan risiko penurunan hematokrit 6%.
LEVEL OF EVIDENCE: I
LATAR BELAKANG
Kami melakukan penelitian terpusat, percobaan control acak buta ganda, yang
melibatkan wanita hamil dengan persalinan pervaginam dengan usia kehamilan 24 minggu
atau lebih di Rumah Sakit Universitas, Birmingham, Alabama. Mereka yang melahirkan
secara sesar atau yang janinnya meninggal, didiagnosis koagulopati, edema paru, atau
kardiomiopati tidak diikutsertakan. Wanita yang memenuhi syarat didekati dan memberikan
persetujuan saat mendaftar untuk persalinan (lahir spontan atau dengan induksi). Institutional
Review Board dari University of Alabama at Birmingham menyetujui penelitian ini.
Wanita-wanita tersebut secara acak dimasukkan ke dalam salah satu dari 3 kelompok
penelitian sesuai dengan algoritma blok acak yang dihasilkan oleh computer secara rahasia.
Algoritm secara acak menempatkan 3 wanita pada masing-masing kelompok penelitian dalam
blok sembilan, sehingga memastikan penempatan diantara kelompok penelitian akan sama.
Skema acak ini kemudian diberi nomor berurutan dan diberikan ke farmasi. Petugas farmasi/
apoteker penelitian menyiapkan kantung/tas oksitosin dengan menambahkan 10 unit, 40 unit
atau 80 unit oksitosin ke dalam 1 botol/kolf normal salin (nacl) 500 mL. Botol/kolf yang
disiapkan untuk pasien yang sudah diacak, diberi nomor sesuai dengan sema pengacakan yang
disediakan, dan disimpan pada suhu kamar dalam lemari penelitian di unit persalinan. Hanya
apoteker penelitian dan satu ahli statistik, yang tidak berperan dalam pendaftaran pasien atau
hasil penetapan, yang mengetahui tentang kesesuaian kode dengan nomor urut untuk dosis
oksitosin atau ukuran kompleks acak. Pada saat persalinan pervaginam dari pasien yang
menyetui penelitian, kantong oksitosin yang diberi nomor secara berurutan diberikan kepada
perwat. Jumlah obat secara berurutan bersama dengan nama dan nomor rekam medis pasien
dimasukkan ke dalam catatan pengacakan. Pada saat ini, pasien dianggap acak. Pada pelahiran
plasenta, botol/kantung obat penelitian kemudian diberikan kepada pasien setelah lebih dari 1
jam menggunakan pompa infus untuk presisi (ketelitian). Selama 1 jam ini, penggunaan
oksitosin tambahan untuk terapi atonia uteri atau perdarahan dihindari (uterotonika lini kedua
seperti hemabate atau methergine digunakan). Namun, oksitosin tambahan bisa dimanfaatkan
untuk pengobatan setelah selesai infus profilaksis (yaitu, setelah 1 jam).
Hasil primer peneltian ini yaitu gabungan antara hasil/outcome dari atonia uteri atau
perdarahan yang membutuhkan terapi uterotonika, tamponade uterus (dengan sebuah balon
Bakri), intervensi radiologi unuk emboli arteri uterine atau emboli arteri lain, operasi, atau
transfusi darah. Hasil akhir sekunder yang utama yaitu termasuk hasil individu pada hasil
primer, penurunan hematokrit 6% unit atau lebih setelah persalinan, perkiraan kehilangan
darah secara klinis, endometritis, rawat inap dan hasil/outcome yang aman (butuh bolus
cairan, terapi vasopressor, dan kelebihan cairan yang membutuhkan terapi diuretic).
Kebutuhan terapi atonia uteri atau perdarahan post partum dengan uterotonika
direkomendasikan sebagai prioritas pengukuran outcome/hasil untuk perdarahan post partum
oleh panel internasional WHO. Di institusi kami, protocol untuk perdarahan post partum
membutuhkan massage fundus secara rutin setelah persalinan; palpasi bimanual dilakukan
jika terjadi atonia uteri atau terjadi perdarahan. Penurunan absolut hematokrit dihitung dengan
cara mengurangkan hematokrit pertama post partum (biasanya dikumpulkan dalam 8-24 jam)
dari hematrokrit sebelum persalinan terbaru (biasanya diambil saat pendaftaran untuk
persalinan). Penurunan hematokrit 6% unit (contoh, dari 35% menjadi 29%) dipilih karena hal
tersebut sesuai dengan rata-rata 2 unit kehilangan darah, yang dianggap signifikan secara
klinis dalam persalinan pervaginam. Dibutuhkan transfuse forflood yang didasarkan pada
administrasi actual atau packed red blood cells (sel darah merah kemas) sebelum keluar RS.
Kebutuhan bolus cairan dan kebutuhan terapi pressor ditentukan dan diperintahkan oleh ahli
obstetric dan anastesi. Endometritis didasarkan pada diagnosis klinis oleh ahli obstetri dan
menggunakan antibioik untuk terapi. Semua hasil/outcome dipastikan dengan grafik abstraksi
sampai keluar dari rumah sakit oleh perawat penelitian yang terlatih.
Dua dosis oksitosin yang dibandingkan yaitu: dosis 80 unit dibandingkan dengan 10
unit dan dosis 40 unit dibandingkan dengan 10 unit. Sebagai perbandingan kedua, kami
merencanakan untuk mengevaluasi hasil penelitian dari kelompok dosis 10 unit, 40 unit dan
80 unit. Untuk kedua pasangan perbandingan, kami memperkirakan 600 sampel pada tiap
kelompok atau dengan total sampel 1800, berdasarkan tingkat asumsi hasil primer 18% pada
kelompok 10 unit (alpha 0,05 untuk setiap perbandingan, 80% kekuatan, dan hipotesis 33%
pengurangan dalam hasil primer, yaitu, 18% sampai 12% untuk 80 unit dibandingkan dengan
10 unit dan 18% sampai 12% untuk 40 unit dibandingkan dengan 10 unit). Tingkat dasar 18%
pada kelompok 10 unit diperkirakan dari review hasil antara persalinan pervaginam yang
dilakukan selama 1 bulan di institusi kami. Sebuah analisis sementara tunggal direncanakan
pada saat pendaftaran 1.200 wanita, sekitar dua pertiga dari total ukuran sampel yang
direncanakan. Lan-demets mngeluarkan fungsi pekiraan untuk o'brien-fleming berhenti
batas14 digunakan untuk mengatur tingkat signifikansi masing-masing analisis primer di
kedua review sementara (tingkat signifikansi 0,017) dan pada studi terminasi (tingkat
signifikansi 0,033) untuk mempertahankan keseluruhan tingkat signifikansi 0,05. Pada ulasan
sementara yang direncanakan (n = 1.201 acak) dengan keamanan data dan papan pemantauan,
batas-batas untuk terminasi dini tidak dilampaui. Sebuah investigasi untuk kegagalan,
menyimpulkan bahwa kekuatan untuk dosis 40 unit dibandingkan dengan 10 unit yaitu kurang
dari 1%. Sehingga kelompok dosis 40 unit dihentikan, dan pendaftaran dilanjutkan pada
kelompok 10 unit dan 80 unit sesuai total ukuran sampel asli yaitu 1.800.
HASIL
Dari November 2008 sampai Juni 2010, 2.869 wanita disaring dan 1.798 diacak
sebagai berikut: 658 wanita untuk kelompok dosis 80 unit oksitosin profilaksis, 481 untuk
kelompok 40 unit (dihentikan) dan 659 untuk kelompok 10 unit (Gambar 1.).
Karakteristik dasar pada semua kelompok serupa kecuali kejadian korioamnionitis yang lebih
tinggi, dan frekuensi ketuban pecah spontan serta kala dua persalinan yang lama didapatkan
lebih rendah pada kelompok dosis10 unit (Tabel 1).
Secara keseluruhan, hasil utama pengobatan untuk perdarahan atau atonia terjadi pada
6-7% dari sampel penelitian. Dibandingkan dengan kelompok 10 unit, dosis oksitosin yang
lebih tinggi tidak secara signifikan mengurangi risiko disesuaikan dari hasil primer; tidak ada
kecenderungan respons dosis linear di seluruh kelompok (Tabel 2). Oksitosin dosis tinggi
tidak menurunkan terapi atonia uteri atau perdarahan obstetri dengan uterotonika. Namun,
dosis 80 unit jika dibandingkan dengan 10 unit secara signifikan menurunkan kebutuhan
untuk pengobatan dengan oksitosin tambahan tapi tidak pada dosis 40 unit, sesuai dengan
penurunan kebutuhan untuk terapi setelah 1 jam pertama atau di ruang nifas. Ada juga
kecenderungan penurunan yang signifikan dalam kebutuhan untuk terapi oksitosin (3%
menjadi 2% sampai 1%) dengan peningkatan dosis oksitosin profilaksis. Semua komponen
lain dari hasil primer, termasuk kebutuhan untuk tamponade yang jarang, operasi, terapi
intervensi, atau transfusi darah, tidak berbeda pada semua kelompok dosis oksitosin
profilaksis.
Kami melakukan analisis tambahan (post hoc) untuk mengevaluasi lebih lanjut temuan
kami. Waktu rata-rata (SD) antara pra persalinan dan setelah persalinan hematokrit
menunjukkan tidak ada perbedaan pada semua kelompok-kelompok : 25.011.3, 25.212,1,
dan 25.311.5 jam, masing-masing, untuk dosis10 unit, 40 unit, dan kelompok 80 unit (P =
0,891). waktu rata-rata masing-masing (SD) hematokrit dari persalinan sampai pasca
persalinan juga serupa: 15.58.0, 16.39.0, dan 16.08.8 (P = 0,351). Kami membandingkan
kejadian penurunan hematokrit cut-off 6%: oksitosin profilaksis dosis 80 unit dibandingkan
dengan dosis 10 unit dikaitkan dengan insiden yang lebih rendah pada penurunan hematokrit
8% (9% dibandingkan dengan 13% ; P = 0,013) tetapi tidak dengan penurunan 10% (4%
dibandingkan dengan 5%; P = 0,301). Akhirnya, hasil analisis menyesuaikan konsistensi
perbedaan awal dengan temuan utama kami.
DISKUSI
Secara keseluruhan, oksitosin profilaksis dosis tinggi (80 unit atau 40 unit),
dibandingkan dengan dosis standar 10 unit oksitosin bila diberikan dalam 500 mL kristaloid 1
jam setelah persalinan pervaginam, tidak secara signifikan mengurangi kejadian hasil primer
dari atonia uteri atau perdarahan yang membutuhkan pengobatan. Namun, dosis 80 unit
oksitosin mengurangi frekuensi dua hasil akhir sekunder: 1. perdarahan yang membutuhkan
terapi setelah jam pertama postpartum, dan 2. penurunan hematokrit lebih dari 6% unit. Ada
kecenderungan respons dosis yang signifikan dalam hasil ini (mengurangi insiden dengan
meningkatkan dosis oksitosin profilaksis). Selain itu, regimen dosis yang lebih tinggi tidak
terkait dengan peningkatan efek samping seperti hipotensi atau overload cairan.
Temuan dari beberapa penelitian yang meneliti berbagai hasil yang berkaitan dengan
regimen dosis menunjukkan bahwa kedua dosis dan tingkat pemasukkan obat (termasuk bolus
intravena) juga berperan.11,18-20 Biasanya, penelitian ini telah dikaitkan oksitosin profilaksis
dosis tinggi dengan efek yang menguntungkan pada hasil luaran seperti perkiraan kehilangan
darah, penurunan hematokrit, atau kebutuhan untuk uterotonika tambahan di antara
perempuan yang melahirkan secara sesar.11,18-20 pada dua penelitian, wanita yang
dijadwalkan menjalani sesar menerima 5 unit bolus intravena dibandingkan dengan 35 unit
profilaksis oxytocin (5 unit bolus 30 unit selama 4 jam).18,20 wanita di kelompok dosis tinggi
rata-rata diperkirakan mengalami kehilangan darah yang lebih rendah secara signifikan dan
frekuensi kehilangan darah >500 mL atau >1.000 mL yang lebih rendah, perlu terapi
uterotonika, atau transfusi darah.18,20 dalam penelitian kecil lainnya mengenai persalinan
sesar, dosis oksitosin yang lebih tinggi dikaitkan dengan tonus uterus yang lebih kuat dan
penurunan yang tidak signifikan kebutuhan uterotonika tambahan.19 Akhirnya, pada
percobaan sebelumnya di institusi kami, dosis oksitosin profilaksis 80 unit dibandingkan
dengan 10 unit mengurangi kebutuhan terapi uterotonika, serta kebutuhan untuk pengobatan
dengan agen lini kedua di antara perempuan yang menjalani persalinan sesar setelah
persalinan.11 perlu dicatat bahwa wanita di kedua kelompok juga menerima profilaksis
oksitosin dosis rendah (20 unit dalam 1L) selama 8 jam postpartum. Penelitian kami saat ini
adalah salah satu percobaan acak terbesar yang membandingkan dosis oksitosin yang berbeda
untuk mencegah perdarahan post partum namun berfokus pada wanita yang menjalani
persalinan pervaginam. Meskipun bertentangan dengan penelitian sebelumnya, kami tidak
melihat penurunan yang signifikan dalam kebutuhan terapi uterotonika, temuan untuk hasil
akhir sekunder (penurunan hematokrit 6 unit atau lebih dan perlu untuk oksitosin setelah satu
jam pertama) menunjukkan potensi manfaat dari regimen dosis yang lebih tinggi dikalangan
wanita setelah persalinan pervaginam. Pengacakan membuat keseimbangan di seluruh
kelompok untuk kadar hematokrit dasar dan waktu sampai hematokrit pasca melahirkan
(proxy untuk hidrasi selama persalinan). Mengingat adanya hidrasi persalinan, jumLah
kehilangan darah yang diperlukan untuk penurunan hematokrit 6 unit mungkin lebih tinggi
dari 2 unit seperti yang dituliskan. Dukungan untuk keamanan oksitosin dosis tinggi ini
terbukti dari penelitian sebelumnya, termasuk protokol konsentrasi oksitosin untuk terminasi
kehamilan mid-trimester atau induksi persalinan11,21,22; regimen ini umumnya telah
dilaporkan aman.
Perbedaan hasil utama penelitian kami dapat dikaitkan, setidaknya sebagian, dengan
perbedaan profil risiko dari populasi penelitian dan regimen dosis profilaksis infus yang lebih
tinggi pada penelitian sebelumnya (500 mL diberikan selama setengah jam untuk persalinan
sesar dibandingkan dengan pemberian selama 1 jam untuk persalinan pervaginam dalam
penelitian kami).11 perbedaan tersebut juga mungkin merupakan konsekuensi dari
keterbatasan penelitian kami untuk melihat perbedaan pada hasil primer. perkiraan ukuran
sampel asli kami didasarkan pada 18% kejadian dari hasil utama pada kelompok dosis rendah.
hal ini termasuk penggunaan oksitosin tambahan untuk mengobati atonia yang terjadi saat
infus profilaksis masih berlangsung. Namun, berdasarkan rekomendasi farmasi, kami tidak
memberikan oksitosin tambahan selama satu jam pertama (bersamaan dengan infus
profilaksis). Sebaliknya, uterotonika lini kedua diberikan jika pengobatan diindikasikan pada
satu jam pertama. kejadian yang Lebih kecil dari yang diharapkan dari terapi uterotonika
mungkin mencerminkan batas yang lebih tinggi untuk menggunakan Methergine atau
prostaglandin sebagai pengobatan lini pertama untuk perdarahan atau atonia. pada Tingkat
hasil 7% akan diperlukan sekitar dua kali ukuran sampel kami saat ini untuk dapat mendeteksi
penurunan 33% dalam kejadian hasil primer. Pada ulasan sementara, mempertimbangkan
pengurangan 80% kebutuhan agen lini kedua untuk terapi dari dasarnya 9% pada percobaan
sebelumnya dan kegagalan penelitian dosis menengah untuk hasil utama, kami memilih untuk
melanjutkan pendaftaran di dua kelompok untuk ukuran total sampel asli. Kami
memperkirakan bahwa ukuran sampel yang terkumpul dalam dua kelompok ini akan
memberikan kekuatan 80% untuk mendeteksi penurunan 50% dalam hasil primer dari dasar
baru 7%. Terlepas dari pertimbangan kekuatan, penelitian kami memiliki keterbatasan
lainnya. Mengingat adanya kesulitan dalam validitas, perkiraan kehilangan darah postpartum,
kami menggunakan hasil klinis sebagai proxy untuk kehilangan darah. Dalam protokol kami,
oksitosin diberikan hanya setelah pelahiran plasenta. Meskipun waktu pemberian tidak
memunculkan perbedaan, 23,24 kami tidak dapat menjamin bahwa hasil kami dengan dosis
yang lebih tinggi akan sama jika kita memulai oksitosin profilaksis sebelum melahirkan
plasenta.
Pertimbangan penting untuk efisiensi penggunaan oksitosin dosis 80 unit sebagai profilaksis
postpartum menyangkut stabilitas ketika terkonsentrasi di 500 mL kristaloid. Meskipun
konsentrasi 80 unit di 1000 mL atau kurang (yaitu, 40 unit dalam 500 mL atau kurang) telah
terbukti stabil selama minimal 7 hari (dan karena itu botol infuse yang telah campur dengan
oksitosin dapat disimpan selama 7 hari dalam lemari), tidak ada Data yang tersedia untuk
konsentrasi dosis 80 unit dalam 500 mL.25,26 Akibatnya, apotek rumah sakit biasanya akan
menyimpannya tidak lebih dari 2 hari di lemari untuk konsentrasi oksitosin yang dicampur
lebih dari 40 unit dalam 500 mL. Oleh karena itu, penelitian stabilitas regimen oksitosin dosis
tinggi diperlukan untuk memfasilitasi penggunaan klinis yang efisien dan evaluasi. Karena
kedua dosis dan lamanya pemberian mungkin berperan, evaluasi selanjutnya juga harus
menilai efek dari berbagai durasi pemberian obat, terutama bila diberikan dalam waktu 30
menit.