Anda di halaman 1dari 19

Drg.

Deli Mona SpKG

1. Diagnosa Penyakit Pulpa dan Periapikal

Diagnosis dalam endodontik tidak hanya untuk mengetahui keadaan pulpa, namun juga

keadaan jaringan periapikal. Diagnosa yang tepat diperlukan untuk merencanakan perawatan

yang tepat. Diagnosis pulpa dan periapikal dapat ditegakkan secara tepat setelah melalui tahap

pemeriksaan terlebih dahulu, mulai dari pemeriksaan subjektif, pemeriksaan klinis dan

pemeriksaan penunjuang.1

a. Pemeriksaan subjektif

Pemeriksaan subjektif merupakan bagian penting dalam menegakkan diagnosa.

Pemeriksaan subjektif mulai dari keluhan utama pasien, perjalanan penyakit, riwayat medis dan

riwayat dental pasien perlu untuk ditanyakan pada pasien. Wawancara yang baik dengan pasien

akan dapat memberikan informasi lengkap yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosa. Tahap

awal pasien dibiarkan untuk menjelaskan dengan kalimatnya sendiri sambil dokter gigi

mengarahkan pasien untuk memberikan jawaban sesuai dengan informasi yang diperlukan.2

b. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis dimulai dengan pemeriksaan vital sign pasien seperti pemeriksaan

tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan temperatur. Pemeriksaan dilanjutkan dengan

pemeriksaan ekstraoral untuk melihat apakah terdapat keadaan yang abnormal. Pemeriksaan

tersebut diantaranya pemeriksaan muka pasien, bibir, leher dan kepala. Pemeriksaan dilakukan

dengan pemeriksaan visual dan juga palpasi untuk melihat apakah ada perubahan warna atau

adanya pembengkakan.1
Drg. Deli Mona SpKG

Pemeriksaan intraoral dilakukan setelah ekstraoral pasien diperiksa dan dicatat dengan

benar. Pemeriksaan intraoral diantaranya pemeriksaan terhadap gigi geligi dan juga jaringan

lunak yang ada di rongga mulut. Pemeriksaan terhadap gigi yang dikeluhkan pasien dilakukan

setelah pemeriksaan intraoral secara umum telah dilakukan. Pemeriksaan gigi yang dikeluhkan

pasien harus melalui tahap pemeriksaan yang lengkap untuk mendiagnosis keadaan pulpa dari

gigi tersebut.1

Keadaan pulpa gigi dapat diketahui dengan melakukan beberapa tes yang terdiri dari tes

termal berupa panas atau dingin dan tes elektrik menggunakan electric pulp tester. Tes lainnya

yaitu untuk mengetahui adanya kelainan pada periapikal yaitu dengan tes mekanikal yang terdiri

dari palpasi dan perkusi.2, 3

Tes elektrik dengan menggunakan electric pulp tester dilakukan dengan cara

mengeringkan gigi yang akan diperiksa terlebih dahulu. Ujung dari pulp tester ditempelkan pada

bagian incisal gigi atau pada bagian cusp. Kontak antara ujung tip dari pulp tester dengan gigi

difasilitasi dengan medium konduktor terlebih dahulu seperti pasta gigi atau fluoride gel. 3

Tes panas dapat dilakukan dengan menggunakan burnisher yang dipanaskan atau gutta-

percha yang dipanaskan. Tes dingin dilakukan dengan menggunakan chlorethil yang

disemprotkan pada cotton pellet dan ditempelkan pada kavitas. Jika pemeriksaan kavitas baik

pada pemeriksaan termal maupun elektrik didapatkan pasien menyatakan adanya rasa sakit dan

bertahan lama atau rasa sakit yang hebat menunjukkan pulpa tidak normal, dan jika pasien tidak

merespon berarti menunjukkan pulpa nekrose. 2, 3

Tes palpasi dan perkusi tidak ditujukan untuk mengetahui vitalitas pulpa, tetapi tes ini

ditujukan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada jaringan lunak disekitar apeks atau
Drg. Deli Mona SpKG

tidak. Tes palpasi dilakukan dengan menggunakan jari dan menekan pada seluruh jaringan

disekitar gigi. Tes perkusi dapat dilakukan dengan menggunakan tangkai kaca mulut tidak hanya

pada bagian oklusal namun juga pada bagian fasial dan lingual gigi. Pasien yang menyatakan

adanya rasa sakit ketika dilakukan tes palpasi atau perkusi menunjukkan adanya kelainan pada

jaringan periapikal.2, 3

c. Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan radiografi adalah salah satu tes yang harus selalu dilakukan bersamaan

dengan evaluasi simptom dan pemeriksaan klinis.3 Pemeriksaan radiografi digunakan untuk

mengetahui kedalaman kavitas dan juga untuk mengetahui keadaan jaringan lunak sekitar gigi.

Adanya gambaran radiolusen pada apeks gigi menunjukkan adanya kelainan periapikal.2

Klasifikasi penyakit pulpa

Pulpa sering diklasifikasikan menjadi 4 kondisi, yaitu pulpa normal, pulpitis reversibel,

pulpitis irreversibel, dan nekrose pulpa.3, 4, 5

a. Pulpa Normal

Pulpa normal diartikan dengan keadaan dimana tidak ada simptom pada gigi dan respon

normal terhadap tes vitalitas pulpa tanpa adanya inflamasi. Pulpa normal tidak menunjukkan

adanya tanda-tanda patologi pada gambaran radiografi.3, 4, 5

b. Pulpitis Reversibel

Pulpitis reversibel adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya inflamasi ringan pada

jaringan pulpa yang didapatkan dari pemeriksaan subjektif dan objektif. Inflamasi pulpa pada
Drg. Deli Mona SpKG

pulpitis reversibel akan hilang setelah penyebab atau iritan dihilangkan dan kondisi pulpa masih

dapat dikembalikan ke kondisi pulpa normal jika dilakukan perawatan yang adekuat baik dengan

adanya pulp capping maupun tidak dengan pulp capping sesuai dengan keadaan pulpanya.3

Pulpitis reversibel sering disebabkan oleh lesi karies awal, erosi, atrisi, dan fraktur email. Pulpitis

reversibel ini terjadi akibat adanya permeabilitas dentin akibat terbukanya tubuli dentin yang

awalnya ditutup oleh email yang berfungsi sebagai barier.4

Simptom

Pulpitis reversibel biasanya ditandai dengan rasa sakit yang tajam dan sementara ketika

diberi rangsangan seperti rangsangan dingin atau panas. Rasa sakit tidak bertahan lama dan akan

hilang segera setelah rangsangan dihilangkan.3

Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan radiografi menunjukkan ligamen periodontal dan lamina dura dalam

keadaan normal.2, 4, 5

Tes perkusi

Gigi dengan pulpitis reversibel menunjukkan respon yang negatif terhadap tes perkusi.4

Tes vitalitas

Hasil tes vitalitas menunjukkan pulpa masih vital dan memiliki respon terhadap

rangsangan termal maupun elektrik.4


Drg. Deli Mona SpKG

c. Pulpitis Irreversibel

Pulpitis irreversibel merupakan kondisi inflamasi yang persisten pada pulpa yang dapat

terjadi dalam keadaan akut maupun kronis. Pulpitis irreversibel biasanya diakibatkan oleh karies

dan ini merupakan lanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan.4 Kondisi

pulpa pada pulpitis irreversibel masih vital, namun kondisi pulpa ini tidak dapat dikembalikan

pada keadaan normal dan tidak dapat dengan hanya dilakukan prosedur restoratif biasa, keadaan

ini harus dirawat dengan melakukan pulpektomi.3

Simptom

Timbulnya rasa sakit yang tajam dan rasa sakit akan bertahan dalam waktu lama setelah

rangsangan dihilangkan. Rasa sakit juga kadang bisa datang dengan sendirinya secara spontan

tanpa adanya rangsangan. Pada tahap lanjut, rasa sakit bisa muncul sangat mengganggu dan

berdenyut yang meningkat karena rangsangan dingin atau panas.6

Pemeriksaan Radiografi

Gambaran radiografi akan menunjukkan adanya karies yang dalam dan luas. Daerah

periapikal biasanya terlihat normal, namun dapat menunjukkan adanya sedikit pelebaran pada

pulpitis tahap lanjut.4

Tes perkusi
Drg. Deli Mona SpKG

Gigi dengan pulpitis irreversibel biasanya akan terasa sakit pada saat dilakukan tes

perkusi. 4

Tes vitalitas

Hasil tes vitalitas menunjukkan pulpa masih vital dan memiliki respon terhadap

rangsangan termal maupun elektrik.4

d. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah suatu keadaan matinya jaringan pulpa akibat pulpitis yang tidak

dirawat. Nekrosis pulpa yang tidak dirawat akan dapat menyebabkan infeksi menyebar ke

jaringan sekitar akar gigi. Matinya pulpa menyebabkan gigi tidak memiliki respon terhadap tes

vitalitas seperti tes termal.4

Simptom

Tidak ada keluhan sakit dari pasien terutama pada saat minum air panas atau dingin,

namun dapat terjadi rasa sakit pada saat mengunyah.5 Gigi yang nekrosis mengalami perubahan

warna atau diskolorisasi dan pasien mengeluhkan bahwa gigi tersebut pernah terkena trauma,

ataupun terdapat karies yang pernah mengalami sakit yang hebat serta rasa sakit hilang dalam

waktu yang lama.4

Pemeriksaan Radiografi

Gambaran radiografi pada gigi dengan nekrosis pulpa akan terlihat adanya lesi karies

yang dalam dan luas. Biasanya gigi yang nekrosis disertai dengan adanya lesi periapikal, dimana

gambaran radiografi berupa radiolusensi dan dapat juga terjadi pelebaran ligament periodontal.4
Drg. Deli Mona SpKG

Tes Vitalitas

Pulpa yang nekrosis tidak memiliki respon terhadap tes vitalitas. Pada gigi yang memiliki

akar lebih dari satu, hasil test vitalistas dapat berbeda tergantung dari saluran akar mana yang

mengalami nekrosis.4

Klasifikasi Penyakit Periapikal

a. Periodontitis Apikal Akut

Periodontitis apikal akut merupakan inflamasi yang sangat sakit pada periodontium yang

dapat ditimbulkan oleh trauma, penyebaran bakteri dari gigi yang terinfeksi, bahan irigasi, dan

juga overinstumentasi pada saat perawatan saluran akar.7

Simptom

Pasien dengan periodontitis apikal akut mengeluhkan bahwa gigi terasa sakit pada saat

menggigit. Pasien dapat merasakan rasa sakit berdenyut dan rasa sakit juga dapat terjadi secara

spontan. Rasa sakit akan hilang dalam durasi waktu yang singkat, tidak ada pembengkakan.4, 7

Rasa sakit juga timbul ketika menggigit. Rasa sakit biasanya muncul dalam waktu relatif

singkat.6

Tes vitalitas

Tes vitalitas dapat menunjukkan respon negatif atau positif tegantung dari apakah gigi

masih vital atau non vital.4


Drg. Deli Mona SpKG

Pemeriksaan Radiografi

Gambaran radiografi menunjukkan adanya pelebaran ligament periodontal.7

b. Periapikal Granuloma / Peridontitis Apikal Kronis

Periapikal granuloma atau juga yang sering disebut dengan periodontitis apikal kronis

adalah jaringan granulasi yang terbentuk karena adanya inflamasi yang berlangsung kronis

disekitar apeks gigi yang nekrosis atau non vital. Jaringan granulasi muncul karena adanya

respon pertahanan jaringan terhadap mikroorganisme dan toksinnya yang berasal dari jaringan

pulpa yang terinfeksi.4, 8

Simptom

Biasanya periapikal granuloma tidak menimbulkan rasa sakit atau asimptomatik, namun

dapat menjadi sakit apabila daam keadaan eksaserbasi akut. Gigi tidak sensitif bila diperkusi,

tidak ada mobility gigi dan juga tidak ada respon terhadap tes vitalitas.4, 7, 8

Pemeriksaan radiografi

Lesi dapat dideteksi melalui pemeriksaan radiografi. Gambaran radiografis dari lesi yaitu

terjadinya penebalan dari ligamen periodontal disekitar apeks gigi. Terdapat gambaran

radiolusen dengan diameter bervariasi mulai dari kecil hingga besar.4, 7, 8

c. Abses Apikal Akut

Abses apikal akut merupakan respon inflamasi yang hebat terhadap mikroorganisme yang

melibatkan jaringan periradikular. Abses apikal akut ini ditandai dengan terbentuknya pus pada

apeks gigi yang nekrotik. Abses ini akan menimbulkan rasa sakit yang hebat. Gigi biasanya
Drg. Deli Mona SpKG

menjadi mobility dan hiperoklusi.4 Simptom yang ditimbulkan juga dapat berupa keterlibatan

sistemik seperti kenaikan suhu tubuh dan malaise. Pembengkakan yang ditimbulkan juga

menghasilkan rasa tidak nyaman. Gigi yang terlibat biasanya akan menunjukkan reaksi yang

positif pada saat dilakukan palpasi maupun perkusi. Gambaran radiografi menunjukkan adanya

gambaran area radiolusen pada daerah periapikal yang dapat dilihat dengan jelas.7

d. Abses Apikal Kronis

Abses apikal kronis merupakan abses yang sudah berlangsung lama. Abses apikal kronis

biasanya asimpotamik, dan pasien mempunyai riwayat sakit yang tajam namu berkurang dan

kemudian tidak pernah muncul kembali. Tes vitalitas akan menunjukkan pulpa dalam keadaan

non vital. Pemeriksaan radiografi akan menunjukkan adanya bagian yang radiolusen difus pada

area apeks gigi yang nekrose.4 Abses ini biasanya sudah menghasilkan komunikasi baik secara

intraoral, dan sebagian juga dapat secara ekstraoral. Komunikasi yang dihasilkan berupa saluran

sinus.7

e. Kista Radikular

Kista radikular merupakan kista inflamasi yang disebebkan oleh infeksi pada jaringan

pulpa yang menyebar pada jaringan periapikal disekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena karies,

trauma maupun karena iritasi oleh bahan restorasi. Kista ini asimptomatik dan sering dijumpai

setelah dilakukan pemeriksaan radiografi pada gigi yang nekrose. Kista ini akan menghasilkan

pembengkakan yang membesar secara lambat dan dapat mencapai ukuran yang besar.

Kehilangan tulang akan terjadi ketika kista membesar dan membuat tulang menjadi tipis dan

akan menimbulkan massa yang kenyal. Tampilan radiografi dari kista ini akan telihat area

radiolusen berbentuk bulat, buah pir atau ovoid.4


Drg. Deli Mona SpKG

2. Perawatan Penyakit Pulpa dan Periapikal

Perawatan penyakit pulpa dan periapikal dapat dilakukan dengan perawatan endodontik.

Perawatan endodontik dibagi atas dua macam yaitu perawatan untuk gigi vital dan non vital.

Perawatan untuk gigi vital dapat dilakukan dengan pulp capping, pulpotomi dan pulpektomi, dan

perawatan untuk gigi non vital dapat dilakukan dengan perawatan saluran akar.9

1) Indirect Pulp Capping

Indirect pulp capping adalah prosedur perawatan yang dilakukan pada gigi vital dengan

karies yang dalam yang sudah mendekati pulpa. Pada prosedur ini semua jaringan karies dibuang

kecuali jaringan karies dentin yang tidak mengalami perubahan warna yang berada diatas atap

pulpa. Jaringan karies yang berada di atas atap pulpa dibiarkan dengan tujuan mencegah

tereksposnya pulpa.10

Perawatan pulpa vital dengan pulpitis reversibel tanpa adanya riwayat sakit spontan dapat

dilakukan dengan penempatan material yang biokompatibel untuk melindungi pulpa. Material

yang sering digunakan dalam pulp capping baik indirect maupun direct adalah kalsium hidroksid

dimana bahan ini memiliki manfaat selain melindungi pulpa juga dapat merangsang

terbentuknya dentin reparatif yang baik untuk penyembuhan. Material lainnya yang juga sering

digunakan untuk pelapis pulpa adalah glass ionomer dimana glass ionomer memiliki kelebihan

yaitu memiliki kemampuan melekat yang baik pada dentin serta mengeluarkan fluoride yang

bertindak sebagai kariostatik pada pasien dengan resiko karies tinggi.11

Indikasi Indirect pulp capping : 10

a. Lesi karies yang dalam yang sudah mendekati pulpa


Drg. Deli Mona SpKG

b. Tidak ada mobility

c. Tidak ada riwayat sakit gigi spontan

d. Tidak sakit ketika diperkusi

e. Tidak ada resorpsi akar

f. Tidak ada lesi periapikal

Kontraindikasi Indirect Pulp Cappping : 10

a. Pulpa sudah terekspos

b. Ada riwayat sakit gigi spontan

c. Gigi sakit ketika diperkusi

d. Gigi mobiliti

e. Terdapat lesi periapikal

f. Adanya resorpsi akar

Prosedur Indirect Pulp Capping : 10

a. Isolasi dengan rubber dam

b. Buang jaringan karies lunak dengan eskavator atau dengan round bur

c. Lapisan tipis dentin dan karies pada dasar kamar pulpa ditinggalkan untuk mencegah

tereksposnya pulpa

d. Aplikasikan kasium hidroksid pada dentin

e. Aplikasikan semen zinc oxide eugenol

f. Aplikasi bahan restorasi

g. Setelah 2-3 bulan, evaluasi apakah sudah terbentuk dentin reparative, dentin lunak akan

menjadi keras

h. Aplikasikan bahan restorasi permanen


Drg. Deli Mona SpKG

2) Direct Pulp Capping

Direct pulp capping adalah perawatan pulpa vital yang dilakukan dengan menempatkan

material yang biokompatibel pada sisi pulpa yang terekspos untuk mempertahankan vitalitas

pulpa dan menghasilkan penyembuhan. 10, 11

Sama halnya dengan indirect pulp capping, pada direct pulp capping juga digunakan

material sebagai pelapis pulpa yang terekspos untuk melindungi pulpa dan membantu

penyembuhan. Material yang digunakan seperti kalsium hidroksid, glass ionomer dan mineral

trioxide aggregate (MTA). MTA sangat efektif digunakan pada direct pulp capping karena MTA

dapat diaplikasikan pada tempat yang mengalami pendarahan, serta komposisi dari MTA

memiliki keunggulan dapat mencegah berkembangnya bakteri dan dapat merangsang

terbentuknya dentin reparatif.1

Indikasi direct pulp capping: 10, 12

a. Pulpa yang terekspos secara mekanis seperti kesalahan dalam preparasi atau karena

adanya injuri traumatik.

b. Pulpa terekspos sebesar pin point (<0,5mm)

c. Pendarahan minimal pada sisi yang terekspos

d. Pulpa terekspos kurang dari 24 jam

Kontraindikasi direct pulp capping: 10

a. Pulpa yang terekspos dengan ukuran besar

b. Banyaknya pendarahan pada sisi pulpa yang tereskpos

c. Adanya riwayat sakit gigi spontan


Drg. Deli Mona SpKG

Prosedur direct pulp capping : 10

a. Isolasi gigi dengan rubber dam

b. Bersihkan pendarahan dengan larutan saline dan keringkan dengan cotton pellet

c. Aplikasikan kasium hidroksid pada daerah yang terskepos

d. Beri restorasi sementara selama 6-8 minggu seperti zinc oxide eugenol

e. Setelah 2-3 bulan buka tambalan sementara dan cek apakah terdapat simptom pasien dan

juga apakah telah terjadi pembentukan jaringan keras

f. Jika sudah tebentuk jaringan keras atau dentin reparatif maka selanjutnya lakukan

penambalan permanen pada gigi tersebut

g. Jika terdapat simptom pasien dan prognosis tidak sesuai harapan maka lakukan

pulpotomi atau pulpektomi

3) Pulpotomi

Pulpotomi adalah perawatan pulpa vital yang dilakukan dengan membuang pulpa yang

ada pada kamar pulpa dengan tujuan untuk mempertahankan vitalitas dari jaringan pulpa yang

tersisa. Pulpotomi dapat dilakukan secara parsial yang disebut dengan partial pulpotomi. Partial

pulpotomi merupakan pengangkatan jaringan pulpa yang ada dikamar pulpa tapi tidak sampai

pada orifis, sedangkan pulpotomi secara umum merupakan pengangkatan jaringan pulpa yang

ada di kamar pulpa sampai pada orifis dengan menyisakan jaringan pulpa yang ada pada saluran

akar.12 Pulpotomi dilakukan dengan tujuan apeksogenesis pada gigi permanen muda dimana

akarnya belum terbentuk sempurna.12


Drg. Deli Mona SpKG

Pulpotomi juga dilakukan pada gigi desidui yang mengalami trauma dimana pulpa masih

vital, tidak ada tanda-tanda sakit gigi spontan da tidak ada tanda-tanda kelainan pada jaringan

periapikal. Pulpotomi pada gigi desidui dilakukan dengan memberikan formocresol.12

Indikasi Pulpotomi:13

a. Pulpa vital pada gigi permanen muda yang mengalami injuri mekanik seperti kesalahan

dalam preparasi maupun mengalami injuri traumatik tidak lebih dari 72 jam

b. Tidak ada abses

c. Tidak ada kehilangan tulang secara radiografis

d. Tidak ada mobility

Prosedur Pulpotomi: 1, 7

a. Anestesi

b. Isolasi dengan rubber dam

c. Preparasi kavitas dan buang jaringan pulpa pada kamar pulpa sampai orifis

d. Irigasi

e. Beri calsium hydroxide dressing

f. Lakukan penambalan sementara

4) Pulpektomi

Pulpektomi merupakan perawatan endodontik dengan mengangkat seluruh jaringan pulpa

vital yang ada pada saluran akar sampai pada foramen apikal. Pulpektomi diindikasikan untuk

gigi dengan pulpitis irreversibel ataupun gigi yang diperlukan untuk perawatan crown and

bridge.1
Drg. Deli Mona SpKG

Prosedur pulpektomi: 13, 14

a. Lakukan anestesi

b. Cek apakah anestesi sudah bereaksi

c. Isolasi dengan rubber dam

d. Lakukan preparasi

e. Buka atap pulpa dengan round bur dan buang seluruh jaringan pulpa pada kamar pulpa

dengan ekskavator

f. Kontrol pendarahan

g. Ekstirpasi pulpa di saluran akar dengan barbed broach

h. Irigasi dengan NaoCl dan H202 , jangan akhiri irigasi dengan H202

i. Lakukan preparasi saluran akar

j. Irigasi

k. Jika pasien direncanakan satu kali kunjungan, maka lakukan obturasi, tapi jika pasien

direncanakan dua kali kunjungan maka berikan medikamen antar kunjungan pada saluran

akar dan pada kunjugan berikutnya dilakukan obturasi.

l. Restorasi

Perawatan Penyakit Periapikal

Penyakit periapikal merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi pada saluran akar

yang biasanya terjadi karena adanya karies. Hal yang paling penting untuk merawat penyakit

periapikal ini adalah dengan perawatan endodontik pada gigi selain perawatan pendahuluan

lainnya yang dilakukan. 4, 6


Drg. Deli Mona SpKG

1) Periodontitis Apikal Akut

Periodontitis apikal akut merupakan inflamasi yang menimbulkan rasa sakit pada pasien.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh karena gigi yang terinfeksi, baik pada gigi yang masih vital

maupun non vital.4

Pada gigi dengan rasa sakit yang akut tidak dianjurkan untuk melakukan perawatan

endodontik. Inisial terapi untuk gigi dengan periodontitis akut adalah dengan trepanasi untuk

megurangi rasa sakit yang akut akibat inflamasi. Pemberian analgetik juga dianjurkan untuk

mengurangi rasa sakit pasien. Antibiotik dianjurkan untuk pasien yang disertasi gejala sistemik

seperti demam.2 Gigi dengan periodontitis apikalis akan terdorong keatas karena eksudat

inflamasi sehingga pada saat pasien beroklusi akan terasa sakit, oleh karena itu gigi tersebut

perlu dibebaskan dari oklusi. Gigi dengan periodonttis apikalis perlu secepatnya dilakukan

perawatan endodontik setelah gejala pasien mereda.2, 4

2) Periodontitis Apikal Kronis

Perodontitis apikalis kronis berhubungan dengan pulpa nekrosis. Pada peridontitis

apikalis kronis ini rasa sakitnya ringan, kecuali jika muncul keadaan eksaserbasi akut. Perawatan

untuk periodontitis apikalis kronis adalah menghilangkan iritan yaitu pulpa yang nekrotik dengan

perawatan saluran akar yang baik.2, 4, 6

3) Abses Apikal Akut

Perawatan yang dilakukan pada abses apikal akut adalah dengan drainse abses secepat

mungkin. Pemberian antibiotik dianjurkan jika terdapat gejala sistemik yang menyertai. Gigi

dengan abses apikal akut akan terasa sakit jika beroklusi oleh karena itu untuk mengurangi rasa
Drg. Deli Mona SpKG

sakit, gigi dibebaskan dari oklusi. Perawatan kemudian dilanjutkan dengan perawatan saluran

akar.4

4) Abses Apikal Kronis

Abses apikal kronis biasanya asimptomatik. Perawatan yang diperlukan untuk kasus ini

adalah dengan debridement untuk menghilangkan iritan berupa pulpa nekrotik di slauran akar

dan perawatan saluran akar yang baik diperlukan. Abses apikal kronis ditandai dengan adanya

saluran sinus, namun saluran sinus ini tidak diperlukan perawatan khusus, saluran ini akan hilang

dengan sendirinya apabila perawatan saluran akar yang dilakukan adekuat.4, 6

5) Kista Radikular

Perawatan kista radikular dapat dilakukan dengan cara perawatan endodontik dan

apikoektomi. Ekstraksi dilakukan pada gigi jika terdapat kehilangan tulang yang parah. Selain

itu, juga dilakukan marsupialisasi jika ukuran kista besar.4

3. Perawatan Saluran Akar

Perawatan saluran akar merupakan perawatan endodontik yang dilakukan untuk

menangani pulpa yang nekrotik akibat perjalanan karies maupun trauma. Perawatan saluran akar

terdiri dari beberapa tahap yang harus dilakukan dengan benar.5

1) Tahap-tahap preparasi :

a. Preparasi akses
Drg. Deli Mona SpKG

Preparasi akses yang baik diperlukan untuk membuang seluruh atap kamar pulpa,

mendapatkan visualisasi yang baik, untuk memudahkan instrumentasi, dan untuk mencegah

terjadinya perforasi pada dasar kamar pulpa. Preparasi akses dimulai dengan pemasangan isolasi

seperti rubber dam. Preparasi akses dilakukan dengan menentukan outline shape terlebih dahulu

sesuai dengan bentuk kamar pulpa.5, 7, 15

Preparasi akses dimulai pada pertengahan gigi dengan menggunakan round diamond bur

sampai menembus kamar pulpa. Seluruh atap kamar pulpa dibuang, dapat dengan menggunakan

round bur maupun tapered diamond bur untuk mengurangi resiko rusaknya dasar kamar pulpa

sewaktu membuang seluruh atap kamar pulpa.15 Preparasi dapat juga dilakukan dengan

menggunakan long shank round bur, dimana bur ini memiliki tangkai yang panjang sehingga

dapat menjangkau kamar pulpa pada gigi yang jauh jarak kamar pulpanya dengan bagian terluar

gigi sehingga tidak dapat ditembus dengan round bur biasa. Preparasi harus menghasilkan akses

yang benar-benar terlihat orifis saluran akar untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam

prosedur preparasi saluran akar nantinya.17

b. Estimasi panjang kerja

Pengukuran panjang kerja pada perawatan saluran akar merupakan hal yang essensial

sebelum perawatan dilakukan. Pengukuran panjang kerja dapat dilakukan dengan cara radiografi.

Panjang kerja yang didapatkan dikurangi 1 mm untuk menjaga kontriksi apikal yang berada pada

apeks gigi.5 Pengukuran panjang kerja juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat

electronic-apex locator. Alat ini dapat menunjukkan panjang kerja dengan cara memasang dua

elektroda, satu dipasang pada file yang dimasukkan ke dalam saluran akar dan satu lagi di bibir
Drg. Deli Mona SpKG

atau mukosa pipi. Panjang kerja yang didapatkan setelah pengukuran merupakan panduan

panjang instrumen yang akan digunakan dalam melakukan preparasi saluran akar.15

c. Preparasi saluran akar

Preparasi saluran akar merupakan tahap penting dalam perawatan endodontik yang

bertujuan untuk membersihkan saluran akar dan juga menciptakan bentuk saluran akar yang

dapat diisi dengan bahan pengisi sehingga dapat mencegah terjadinya reinfeksi. Preparasi saluran

akar termasuk dalam triad endodontik pada tahap cleaning and shaping. Tahap ini merupakan

tahap yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Shaping adalah membentuk saluran akar

sehingga dentin yang terinfeksi dapat dibuang, sedangkan cleaning merupakan irigasi saluran

akar dengan agen antibakterial sehingga bersih dari bakteri dan debris.7

Anda mungkin juga menyukai