Anda di halaman 1dari 10

A.

Latar Belakang

Keberhasilan suatu proses pembelajaran diawali dengan perencanaan


yang sangat matang. Perencanaan yang dilakukan dengan baik, maka
setengah keberhasilan sudah dapat tercapai, setengahnya lagi terletak pada
pelaksanaan. Namun demikian perencanaan yang sudah baik dan
sistematis atau terperinci, jika pelaksanaan proses pembelajaran tidak
sesuai dengan perencanaan, maka mungkin akan gagal.
Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran belum tentu akan
mencapai keberhasilan jika dilakukan dengan sembarangan sehingga
proses pembelajaran kurang menarik, membosankan, tidak merangsang
siswa untuk aktif dan kreatif sehingga tujuan tidak tercapai. Oleh karena itu,
perencanaan yang baik dan pelaksanaan yang tepat akan menentuan
keberhasilan pross pembelajaran.
Pembelajaran yang baik terjadi melalui suatu proses. Perencanaan
pembelajaranlah yang menjadi unsur utama dalam pembelajaran dan salah
satu alat paling penting bagi guru. Perencanaan pembelajaran sebenarnya
merupakan suatu yang di idealisasikan atau dicita-citakan. Apa yang
tertuang dalam perencanaan pembelajaran itu semuanya merupakan
keinginan-keinginan. Setiap keinginan adakalanya dapat tercapai maupun
tidak. Ini tergantung pada upaya mewujudkan keinginan tersebut.
Sedangkan keberhasilan suatu upaya ditentukan oleh berbagai faktor, faktor
yang paling mendasar adalah kemampuan seseorang melakukan upaya
dalam mewujudkan apa yang diinginkan. Perencanaan yang dibuat
merupakan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran,
sehingga tercipta suatu situasi yang memungkinkan terjadinya proses
belajar yang mencapai tujuan.

B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
I. Definisi Perencanaan Pembelajaran

Berkenaan dengan perencanaan, William H. Newman dalam bukunya


Administrative Action Techniques of Organization and Management
mengemukakan bahwa Perencanaan adalah menentukan apa yang akan
dilakukan.1 Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan
keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Pasal 1 Ayat 20
mengemukakan pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta
didik dan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Sedangkan menurut Sudjana pembelajaran ialah setiap upaya yang sistematik
dan sengaja untuk menciptakan kegiatan interaksi yang edukatif antara guru dan
peserta didik. Proses pembelajaran merupakan kegiatan menyusun dan
menentukan keputusan dengan beberapa alternatif dalam melaksanakan sistem
pembelajaran yang dimulai program pembelajaran, faktor-faktor masukan (Inputs
Factor) proses pembelajaran itu sendiri (Conversion System) sampai akhirnya
menciptakan faktor keluaran (Output Factors). Pembelajaran itu sendiri adalah
perilaku dan sikap sseseorang dalam mengamati, menggambarkan,
memanfaatkan lingkungan eksternal dan internal, dengan cara melakukan
aktifitas membaca, berhitung, dan menulis.
Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha untuk melihat ke masa depan
dalam menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang
mempertimbangkn kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial,
dan politi untuk mengembangkan potensi pendidikan nasional memenuhi
kebutuhan banga dan anak didik yang dilayani oleh sistem pendidikan.
Perencanaan Pembelajaran pada mulanya merupakan suatu ide dari orang
yang merancangnya, tentang bentuk-bentuk pelaksanaan proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Untuk mengkomunikasikan ide tersebut, biasanya
dituangkan dalam bentuk perencanaan tertulis. Selanjutnya berdasarkan
perencanaan tersebut, diwujudkan dalam pelaksanaan yaitu dalam proses
pembelajaran (Stenhouse,1976:4). Perencanaan pembelajaran yang tertulis
disebut juga dengan istilah kurikulum resmi sedangkan pelaksanaan kurikulum
dalam praktek pembelajaran disebut kurikulum tidak resmi.
Perencanaan Pembelajaran atau rencana mengajar sering disebut dengan
berbagai macam istilah, ada yang menyebutnya dengan istilah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Rencana Pembelajaran (RP), Satuan acara
pembelajaran (SAP), dan Satuan Pembelajaran (SP). Istilah yang bermacam-

1
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hlm: 15.
macam itu pada hakekatnya sama yaitu, sebuah perangkat persiapan yang dibuat
oleh guru sebagai pedoman pelaksanaan pebelajaran sehingga apa saja yang
dilakukannya dikelas tidak melenceng dari apa yang direncanakannya.

II. Manfaat Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran memainkan secara penting dalam memandu


pendidik untuk melaksanakan tugasnya dalam melayani kebutuhan belajar
peserta didik. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah
awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Manfaat perencanaan
pembelajaran yaitu:

1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan


2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur
yang terlibat dalam kegiatan.
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur
murid
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat
diketahui ketetapan dan kelambatan kerja
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya

III.Tujuan Pembelajaran

Manusia adalah makhluk hidup yang paling penting dari seluruh ciptaan
tuhan, manusia seharusnya menjadi fokus pendidikan. ini sesuai dengan nilai-
nilai pancasila bahkan dalam pandangan agama-agama dari timur, yang
dianggap sebagai agama monoteisme, manusia merupakan sosok yang sentral
dalam penciptaannya. Segala sesuatu dicipta untuk manusia. Tuhan mencipta
terang, cakrawala, laut, darat, semua jenis tumbuh-tumbuhhan, matahari, bulan,
bintang, semua mahkluk hidup yang ada di dunia. Manusia merupakan mahkota
dari seluruh ciptaan. Ia menjadi pusat dari alam semesta. Segala sesuatu sudah
disediakan sebelum manusia eksis dibumi.

Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap


pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan
perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F Skinner
pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang
dituangkan dalam bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak
tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir diseluruh
lembaga pendidikan di dunia, termasuk Indonesia.

Robert F Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah


perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi
dan tingkat kompetensi tertentu. 2 Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981)
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang
dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Jadi, tujuan pembelajaran yaitu tercapainya perubahan perilaku atau


kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, tujuan
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang spesifik dan
diwujudkan dalam bentuk tertulis.

Upaya dalam merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat


tertentu baik bagi pendidik dan peserta didik. Sukmadinata (2002)
mengidentifikasikan 4 manfaat dari tujuan pembelajaran 3 yaitu :

1. Memudahkan dalam mengomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar


kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri
2. Memudahkan pendidik dalam memilih dan menyusun bahan ajar
3. Membantu memudahkan pendidik menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian

Dalam permendiknas RI No 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses


disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi
mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk
dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran serta
menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.

IV. Analisis Kemampuan Awal Siswa

A. ANALISIS PEMBELAJARAN
2
Tampubolon, Manahan. 2015. Perencanaan dan Keuangan Pendidikan (Education and Finance Plan). Jakarta: Mitra Wacana
Media. Hlm: 52.
3
Tampubolon, Manahan. 2015. Perencanaan dan Keuangan Pendidikan (Education and Finance Plan). Jakarta: Mitra Wacana
Media. Hlm: 52
Analisis pembelajaran adalah: langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan
pembelajaran.

Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari:

1) Analisis kebutuhan pembelajaran,


2) menentukan tujuan pembelajaran,
3) memilih dan mengembangan bahan ajar.
4) memilih media dan sumber belajar yang relevan.
5) memilih dan merencanakan sistem evaluasi dan tindak-lanjut.

Tahapan ini dilakukan terutama untuk menentukan tujuan pembelajaran.Analisis pembelajaran


dilakukan dengan menganalisis tuntutan dan kebutuhan belajar siswa yang sangat
beragam.Keberagaman itu perlu diakomodasi dalam pembelajaran, sebab tindakan
penyeragaman terhadap siswa yang realitasnya beragam, bukanlah tindakan yang bijak dan
proporsional.

1. Identifikasi Perilaku Dan Karakteristik Siswa

Identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah salah satu upaya para guru yang
dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. Tahapan ini
dipandang begitu perlu mengingat banyak pertimbangan seperti; peserta didik, perkembangan
sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan program pendidikan/
pembelajaran tertentu yang akan diikuti peserta didik.
Identifkasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik bertujuan:

a) Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan


serta karakteristik awal siswa sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu.
b) Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik
berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti
mereka.
c) Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang
perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.
2. Landasan Dasar.

Identifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik perlu dilakukan berdasarkan
landasan teoretik dan landasan yuridis sebagai berkut. pertama Peraturan pemerintah No. 19
tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bahwa pengembangan pembelajaran
dilakukan dengan memperhatikan; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik. kedua secara teoretik peserta didik berbeda dalam banyak hal yakni; perbedaan
fitrah individual, disamping perbedaan latar belakang keluarga, sosial, budaya, ekonomi, dan
sebagainya.
Teori Kecerdasan ganda (Multiple Intelligences), dari Gardnerd, yang menyatakan bahwa
sejak lahir manusia memiliki jendela kecerdasan yang banyak. Ada delapan jendela
kecerdasan menurut Gardnerd pada setiap individu yang lahir, dan kesemuanya itu berpotensi
untuk dikembangkan. Namun dalam perkembangan dan pertumbuhannya individu hanya
mampu paling banyak empat macam saja dari ke delapan jenis kecerdasan yang dimilikinya.
Dengan teori ini maka terjadi pergeseran paradigm psikologis hierarkhis menjadi pandangan
psikologis diametral. Tidak ada individu yang cerdas, bodoh, sedang, genious, dan
sebagainya, yang ada kavling kecerdasan yang berbeda.

3. Penerapan Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa


Identifikasi perilaku peserta didik dilakukan dengan memberikan pree-testing yakni tes awal
yang dilakukan sebelum dimulai pembelajaran, yang dimaksudkan untuk menguji entry-
behavior (kemampuan awal) peserta didik berkenaan dengan tujuan pembelajaran tertentu
yang harus dikuasai peserta didik. Identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa juga
dilakukan berkenaan dengan program pembelajaran sebuah mata pelajaran atau sebuah
lembaga pendidikan tertentu.
4. Klasifikasi Karakteristik Siswa
Pribadi dan lingkungan
Umur, Jenis kelamin, Keadaan ekonomi orang tua, Kemampuan pra sekolah,
Lingkungan tempat tinggal
Psikis
Tingkat Kecerdasan, Perkembangan jiwa anak, Modalitas belajar, Motivasi, Bakat dan minat

5. Kalasifikasi Karakteristik Siswa Berdasarkan Potensi


Aliran yang berkaitan dengan potensi manusia menerima pendidikan
1. Nativisme
Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860) anak yang baru lahir membawa
bakat kesanggupan dan sifat-sifat tertentu
2. Empirisme
Manusia itu dalam perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia di luar
dirinya. John Locke (1632-1704) dari Inggris dengan teorinya Tabula Rasa
3. Konvergensi
William Stern (1871-1938), yang mengatakan : kemungkinan-kemungkinan yang
dibawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib dengan ruangan permainan. Dalam
ruangan permainan itulah letaknya pendidikan dalam arti seluas-luasnya
Klasifikasi Kecerdasan
> 140 = Genius
130 139 = Sangat Pandai
120 129 = Pandai
110 119 = Di atas
Normal 90 109 =
Normal/Sedang 80 89 =
Di bawah Normal

70 79 = Bodoh
50 69 = Feeble Minded: Moron
< 49 = Feeble Monded: Imbicile/Idiot

Ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuanawal siswa adalah :

1. Melakukan pengamatan (observation) kepada siswa secara perorangan.


Pengamatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan awalyang digunakan
untuk mengetahui konsep-konsep, prosedur-prosedur, atauprinsip-prinsip yang telah
dikuasai oleh siswa yang terkait dengan konsep,prosedur, atau prinsip, yang akan diajarkan.
Wawancara atau angket dapatdigunakan untuk menggali informasi mengenai kemampuan awal
yang lain,seperti pengetahuan yang tidak terorganisasi, pengetahuan pengalamananalogi, dan strategi
kognitif.

2. Tabulasi karakteristik pribadi siswa. Hasil pengemasan yang dilakukan pada langkah
pertama ditabulasi untuk mendapatkan klasifikasi dan rinciannya. Hasil tabulasi akan
digunakan untuk daftar klasifikasi karakteristik menonjolyang perlu diperhatikan dalam
menetapkan strategi pengelolaan.

3. Pembuatan daftar strategi karakteristik siswa. Daftar ini perlu dibuat sebagai dasar
menetukan strategi pengelolaan pembelajaran. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan daftar ini adalah daftar harus disesuaikan dengan kemajuan-kemajuan belajar
yang dicapai siswa secara pribadi. Ada beberapa macam instrumen yang bisa digunakan untuk
memperoleh data tentang karakteristik siswa, meliputi : observasi, wawancara, angket,
daftar pertanyaan, dan melakukan tes.
Daftar Pustaka

Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hakiim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Tampubolon, Manahan. 2015. Perencanaan dan Keuangan Pendidikan (Education


and Finance Plan). Jakarta: Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai