Anda di halaman 1dari 6

SOAL

1. Dalam memahami suatu kebijakan dan peraturan di bidang pertanian. Hal-hal


apa yang perlu di pahami atau diketahui agar masalah yang dihadapi dapat
dipahami dengan baik, berikan contohnya!
Jawaban:
kebijakan dan peraturan pertanian tidak terlepas dari campur tangan
pemerintah. Persoalan yang tidak mudah diatasi adalah persoalan keadilan. Hampir
setiap kebijakan yang ada jarang akan disambut dengan baik oleh semua pihak,
karen selalu ada saja yang memperoleh manfaat lebih besar dari pihak lainnya dan
bahkan ada yang dirugikan. Kebijakan pertanian yang lebih baik adalah yang dapat
mencapai tujuan nasional untuk menaikkan produksi secara optimal dengan
perlakuan yang adil pada pihak-pihak yang bersangkutan itu, sehingga dengand
emikian diperlukan suatu pemahaman mengenai kebijakan dan peraturan di bidang
pertanian yang meliputi:
1. Langkah awal yang di lakukan adalah memahami permasalahan-permasalahan
yang di hadapi di bidnag pertaniaan baik itu permasalahan dari lingkungan
pertanian maupun dari lingkungan pertanian. Lingkungan pertanian yang
dimaksud yaitu seperti efisiensi tenaga petani yang diarahkan kepada
pembangunan dimana nantinya diarahkan pada terciptanya tenaga petani yang
memiliki ketrampilan dalam melakukan kegaiatn usahataninya, dan menjadi
petani yang bisa menghadi tantangan-tantangan kedepannya dalam melakukan
kegiatan usahataninya. Dengan di ketahuinya permaslahan tersebut maka suatu
kebijakan nantinya diharaokan dapat memberikan manfaat bagi pembangunan
pertanian di Indonesia., terutamaa pada kinerja petani.
2. Setelah mengetahui permaslaah-permasalahan dibidnag pertanian maka langkah
yang diambil selanjtnya adalah mengetahui apa tujuan darin kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah, dimana kebiajkan tersebut nantinya akan diterapkan
pada lingkungan pertanian. Tujuan politik pertanian seperti yang kita ketahui
salah satunya adalah peningakatan produksi pertanian dan peningakatn
kesejahteraan petani,
3. Langkah ketiga yaitu dalam pengeluaran kebijakan yang ada harus
memperhatikan hal- hal yang berkaitan dengan kondisi sosial budaya, dan
ekonomi , serta lingkungan pertanian, faktor teknologi perlu diperhatikan,
karena apakah teknologi tersebut sudah mendukung penyelenggaraan
pemerintahan apabila kebijakan tersebut diimplementasikan. Secara kenyataan
teknologi yang ada pada prinsipnya dapat mendukung kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah, tetapi terkadang kala permasalahannya adalah mempergunakan
teknologinya tidak siap dengan teknologi yang ada. Faktor Ekonomi, perlu
dipertimbangkan terutama apabila kebijakan tersebut akan menggunakan data
yang cukup besar atau akan berpengaruh pada situasi ekonomi dalam negara.
Kebijakan tanpa memperhatikan keuangan daerah akan berpotensi pada defisit
anggaran dan jelas hal ini akan mempengaruhi terhadap penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan masyarakat. Kaktor administrasi yaitu
kemampuan aparatur daerah dalam melaksanakan dan mendukung kebijakan,
serta faktor pertahanan dan keamanan yaitu kebijakan yang dibuat tidak
mengganggu keamanan daerah. Faktor sosial budaya dan agama yaitu kebijakan
yang akan di terapkan tidak melanggar norma, adat istiadat dan kebiasaan
masyarakat tersebut
Soal
2. Dalam mengembangkan pertanian di suatu wilayah tidak jarang kita hadapi
adalah ketidaksesuaian antara peraturan yang ada dengan implementasi suatu
program. Mengapa hal itu bisa terjadi? Bagaimana solusi yang seharusnya
dilakukan? Jelaskan dan berikan contohnya!
Jawaban:
Ketidaksesuain peraturan yang ada dikarenakan tidak semua kebiajkan yang
dikeluarkan oleh pemerintah mampu diterima semua oleh masyarakat seperti
melawan kebiasaan dan kepercayaan masyarakat sehingga implementasi program
tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Contohnya yaitu kebijakan
dibidang pertanian yang memperhatikan kelestarian lingkungan, tetapi kebijakan
tersebut tidak bisa di implementasikan di lingkungan petani karena seperti yang kita
ketahui bahwa petani masih menggunakan cara tradisional atau konvensional dalam
melakukan kegiatan usahataninya, apalagi saat ini petani lebih banyak
menggunakan bahan kimia sebagai bahan untuk meningkatkan produkssi tanaman
mereka. Kegagalan akan satu program tersebut salah satunya ditimbulkan karena
kurang adanya koordinasi antara masyarakat petani dengan instansi pemerintah.
Penyebab kegagalan dalam implementasi pembangunan berkelanjutan adalah
pendekatan penerapan secara sektoral dan parsial. Pendekatan yang egosektoral
tersebut mengakibatkan banyak komitmen Indonesia pada banyak konvensi dan
kesepakatan internasional tidak dapat dilaksanakan secara penuh di lapangan.
Pembangunan pertanian berkelanjutan yaitu bertujuan untuk menjadiakn pertanai
lebih baik, disiplin pada tingkat daerah, dan penerapan terpadu.
Solusinya yaitu dengan cara meningkatkan otonomi daerah, peningkatkan
penyuluhan di setiap daerah hal ini bertujuan agar petani lebih mempunyai
ketrambilan yang lebih dan mampu bersaing, penguatan kelembagaan ataupun
kelompok tani di setiap daerah atau dengan cara revitalisasi kelembagaan tujuannya
yaitu untuk memepercepat pembangunan otonomi daerah.
SOAL:
3. Berikan satu contoh kasus dimana peraturan yang ada belum dapat
dilaksanakan. Apa faktor penyebab tidak dapat dilaksanakan? Seharusnya
seperti apa yang dilakukan pemerintah? Jelaskan dan beri contoh.
Jawaban:
Contoh kasus yang saya ambil yaitu mengenai pelaksanaan perlindungan lahan
pertanain milik warga. Di era modern kali ini pembangunan ekonomi secara fisik
dan penggalakan investasi telah menjadi prioritas utama dalam berbagai kebijakan
dan implementasi pembangunan tersebut, termasuk di bidang pertanahan. Hal ini
secara tidak langsung telah mengurangi bahkan mengabaikan sektor-sektor
pembangunan ekonomi. Setidaknya fungsi dan peranan tanah dalam berbagai
sektor kehidupan manusia memiliki tiga aspek yang sangat strategis yaitu aspek
ekonomi, politik, dan hukum. Ketiga aspek tersebut merupakan isu sentral yang
saling terkait sebagai satu kesatuan yang terintegrasi dalam pengambilan proses
kebijakan hukum pertanahan yang dilakukan oleh pemerintah. Perwujudan
kebijakan hukum pertanahan tersebut, yang harus dapat diaktualisasikan oleh
pemerintah daerah dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, salah satu
diantaranya tentang pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan. Analisis pengaturan
konsolidasi tanah pada tahun 1966 sampai dengan tahun 1980 terkait dengan
tahapan ini menunjukkan suatu keadaaan konsolidasi tanah perkotaan di Indonesia,
yaitu diawali dengan kehadiran produk hukum yang terwujud dalam Undang-
Undang Pokok Agraria Nomor.5 Tahun 1960, yang meletakkan secara fundamental
dan sekaligus merupakan cikal-bakal konsolidasi tanah di Indonesia.
Secara implisit tentang pengaturan konsolidasi tanah itu telah dikonstatir
sedemikian rupa dalam pasal 14 yang merumuskan ada dua perintah yang sangat
prinsipil untuk ditindaklanjuti, yaitu: Pertama, kepada Pemerintah Pusat
diperintahkan untuk membuat suatu rencana umum mengenai persediaan,
Peruntukan, dan penggunaan bumi, air, serta ruang angkasa, serta kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya. Kedua, kepada Pemerintah Daerah diperintahkan
untuk mengatur persediaan, Peruntukan dan penggunaan bumi, air, serta ruang
angkasa untuk daerahnya sesuai dengan keadaan daerah masingmasing. Pengaturan
oleh Pemerintah Daerah ini harus tetap mengacu kepada rencana umum yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pada fase ini Pemerintah Pusat belum berhasil
mengaktualisasikan dalam produk hukum perintah Undang-Undang Pokok Agraria,
sehingga terjadi kevakuman pengaturan konsolidasi tanah perkotaan di Indonesia.
Kekosongan hukum ini membawa konsekuensi bahwa Pemerintah Pusat tidak
merespon segala aspirasi masyarakat dalam menyiapkan keperluan pusat-pusat
kehidupan masyarakat, sosial, dan budaya yang intinya untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Sehingga langkah pemerintah yang harus
dilakukan yaitu dengan cara :
1. Secara implisit tentang pengaturan konsolidasi tanah itu telah dikonstatir
sedemikian rupa dalam pasal 14 yang merumuskan ada dua perintah yang
sangat prinsipil untuk ditindaklanjuti, yaitu: Pertama, kepada Pemerintah Pusat
diperintahkan untuk membuat suatu rencana umum mengenai persediaan,
Peruntukan, dan penggunaan bumi, air, serta ruang angkasa, serta kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya. Kedua, kepada Pemerintah Daerah
diperintahkan untuk mengatur persediaan, Peruntukan dan penggunaan bumi,
air, serta ruang angkasa untuk daerahnya sesuai dengan keadaan daerah
masingmasing. Pengaturan oleh Pemerintah Daerah ini harus tetap mengacu
kepada rencana umum yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pada fase ini
Pemerintah Pusat belum berhasil mengaktualisasikan dalam produk hukum
perintah Undang-Undang Pokok Agraria, sehingga terjadi kevakuman
pengaturan konsolidasi tanah perkotaan di Indonesia. Kekosongan hukum ini
membawa konsekuensi bahwa Pemerintah Pusat tidak merespon segala
aspirasi masyarakat dalam menyiapkan keperluan pusat-pusat kehidupan
masyarakat, sosial, dan budaya yang intinya untuk mewujudkan kesejahteraan
bagi seluruh masyarakat.
2. Konservasi dan Disversifikasi
di Indonesia pertanian konversi pernah populer pada era 90 an namun
gerakannya sangata lambat , malah kehilangan tingkat momentumnya dan tidak
jelas tingkat perkembangannya. Kedepannya diharapkan peran pemerintah
daerah untuk memfasilitasi kembali gerakan olah tanah knoservasi melalui
program-program praktik nyata serta mendukung dalam bentuk sumberdaya
finansial maupun penyuluhan. Kebiajkan selanjutnya adalah disversifikasi.
Disversivikasi ini bertujuan untuk memperolh nilai tambah yang lebih besar baik
secara ekonomi maupun ekologi. Mengingkat sasaran pengembangan sistem
pertanian berwawasan lingkungan adalah usahatani keluarga skala kecil maka
pola usaha yang akan dikembangkan adalah pola usaha dngan sistem usahatani
intensifikasi disversifikasi (SUID) keluarga yang kemudian diharpakn menjadi
cikal bakal bisnis ekonomi daerah tersebut.
KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERTANIAN

TUGAS INDIVIDU

Diajukan guna mempenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian dan pada program studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Oleh
Indah Dwi Utami
(151510601061)
Kelas : I

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

Anda mungkin juga menyukai