Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS ( MASALAH UTAMA ) : Isolasi Sosial (Menarik Diri)

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian.
Isolasi sosial adalah kondisi kesepian yang di ekspresikan oleh individu dan
dirasakan sebagai yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan
negatif. ( Townsend, 1998 )

Menarik diri merupakan gangguan berhubungan dengan menarik diri sendiri


dari orang lain yang ditandai dengan isolasi sosial dan perawatan diri yang
kurang. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain dengan cara menghindari hubungan dengan orang lain (
Rawlins, 1993 ).

2. Rentang Respons

RENTANG RESPONS SOSIAL

RESPONS ADAPTIF RESPONS MALADAPTIF

Menyendiri ( solitude ) Merasa sendiri Manipulasi

Otonomi (loneliness) Impulsif

Bekerjasama (mutualisme) Menarik diri Mencintai diri sendiri


Saling tergantung Tergantung ( dependen ) (Narcissism)
(interdependen)

3. Penyebab
Faktor predisposisi ( pendukung )

1). Faktor perkembangan.


Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman
selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki
tugas yang harus dilalui oleh individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan maenghambat masa
perkembangan selanjutnya. Kurang / tidak adanya sentuhan kasih sayang,
perhatian, kehangatan dari keluarga akan mengakibatkan rasa tidak aman
sehingga individu menyendiri, kemampuan berhubungan tidak kuat yang
berakhir dengan menarik diri. Tiap gangguan dalam pencapaian tugas
perkembangan akan menyebabkan seseorang mempunyai masalah respon
sosial maladaptif diantaranya menarik diri. Beberapa orang percaya
bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak
berhasil memisahkan dirinya dari orang tua ( Stuart & Sundeen, 1995 ).

2). Faktor biologis.


Faktor genetik merupakan salah satu faktor pendudung gangguan jiwa.
Berdasarkan penelitian, pada kembar monozigot apabila salah satu
diantaranya menderita skizofrenia adalah 58 %, sedangkan bagi kembar
dwizogot prosentasenya adalag 8 %. Kelainan pada struktur otak, seperti
atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

3). Faktor sosial-budaya.


Faktor sosial-budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain di mana masing-
masing individu sibuk memperjuangkan hidup sehingga tidak ada waktu
bersosialisai dengan masyarakat sekitar, misalnya juga anggota keluarga
yang tidak produktif diasingkan dari orang lain, kemiskinan, karena PHK
dimana secara ekonomi kurang bisa menghidupi keluarga. Situsai ini
semua bisa mendukung individu berperilaku menarik diri.

4). Faktor presipitasi ( pencetus )

1). Stresor sosial-budaya


Stresor sosial-budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
berhubungan, misalnya keluarga yang labil ( broken home), keluarga yang
di rawat di rumah sakit.

2). Stresor psikologis


Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah gangguan berhubungan sosial (menarik diri).

4. Tanda dan gejala


a. Aspek fisik
Makan dan minum kurang
Penanpilan kurang rapi, kurang bisa merawat diri
Tidur terganggu / kurang
b. Aspek emosi
Bicara tidak jelas
Ragu, takut salah
Merasa malu dan bersalah
Mudah panik, dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
Duduk menyendiri
Selalu menunduk saat diajak berkomunikasi
Tidak mau memandang lawan bicara
Melamun, tidak memperdulikan lingkungan
Tergantung pada orang lain
d. Aspek intelektual
Bicara terbatas atau membisu
Hidup di dunianya sendiri
Bicara tidak bisa di mengerti oleh orang lain
e. Aspek spiritual
Putus asa
Merasa sendiri, tidak ada sokongan / dukungan spitritual
Kurang percaya diri

5. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadi resiko
perubahan depresi sensori (halusinasi) . Halusinasi ini merupakan salah
satu orientasi realitas yang mal adaptif , dimana halusinasi adalah presepsi
sensori kllien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata. Artinya
klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau
rangsangan eksternal.
III. A. POHON MASALAH

Risiko Gangguan Persepsi


Akibat ------------------------ Sensori : halusinasi

Halusinasi

Masalah utama -------------- Isolasi Sosial

n
Haga diri rendah
Penyebab -------------------

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No. Masalah keperawatan Data yang harus dikaji


1 Resiko perubahan DS:
presepsi sensori : 1. Klien mengatakan mendengar bunyi yang
Halusinasi tidak berhubungan dengan stimulus.
2. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa
ada stimulus yang nyata.
3. Klien mengatakan mencium bau tanpa
stimulus.
4. Klien merasa makan sesuatu.
5. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
6. Klien takut pada suara/ bunyi/gambar yng
dilihat dan di dengar.
7. Klien ingin memukul dan melempar sesuatu.
DO:
1. Klien berbicara dan tertawa dendiri.
2. Klien seperti mendengar dan melihat sesuatu.
3. Klien berhenti berbicara ditengh kalimat
untuk mendengarkan sesuatu.
4. Disorientasi
2 Isolasi sosial : DS:
Menarik diri 1. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak
bisa, tidak tahu, bodoh mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri.
DO:
1. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih , ingin menciderai diri
sendiri atau bunuh diri.
3 Gangguan konsep diri : DS:
Harga diri rendah 1. Klien mengatakan : saya tidak mampu, tidak
bisa, tidak tahu, bodoh mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri
DO:
1. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif atau tindakan,
ingin menciderai diri/ mengakhiri hidup.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi sosial : Menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan 1
Isolasi sosial : Menarik diri
Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga
tidak terjadi halusinasi
Tujuan khusus
TUK 1 : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapiutik
Tindakan :
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non varbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama yang disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukan sikap empati
7. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya

TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan :

1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-


tandanya
2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri
3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya

TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan


orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi


halusinasi( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
3. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain.
5. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan.

TUK 4 : Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak


berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

1. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang


lain.
2. Diskusikan bersama klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
3. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan.

TUK 5 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Tindakan :

1. Kaji kemampuan klien membina hbungan dengan orang lain


2. Beri reinforement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
3. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4. Motivasi kllien untuk mengikuti kegiatan ruangan

Diagnosa keperawatan 2
Harga diri rendah
Tujuan umum : klien dapat berhubungan dengan orang lain ssecara
optimal
Tujuan khusus :
TUK 1 : Bina hubungan salling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapiutik
Tindakan :
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap dan nama panaggilan yang disukai
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

TUK 2 : klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif


yang dimiliki

Tindakan :

1. Diskusikan kemampuan yang digunakan klien


2. Setiap bertemu klien hindarkan diri memberi nilai negatif
3. Utamakan memberi pujian yang realistik

TUK 3 : klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Tindakan :

1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama


sakit
2. Diskusikan kemampuan yang dilanjutkn penggunanya

TUK 4 : klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatn sesuai


dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan:

1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan ssetiap


hari sesuai dengan kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan yang di
bantu sebagian, dan kegiatan yang membutuhkn bantuan total.
2. Tunjukan dan tingkatkan kegiatan sesuai dengan tolernsi kondisi
klien
3. Beri contoh cara melaksanakan kegiatan yang boleh klien lakukan.

TUK 5 : klien dapat melakukankegiatan sesuai kondisi sakit dan


kemampuanya
Tindakan :

1. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah


direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah

TUK 6 : klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien


dengan harga diri rendah
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
DAFTAR PUSTAKA

Anna Budi K, dkk. 1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta,EGC

Budiana Heliat, 1998. Proses Asuhan Keperawatan Jiwa, EGC. Jakarta

Carpenito , Lynda Juall, 2006. Diagnosa Keperawatan ,EGC: Jakarta

Maramis ,1995. Ilmu Kedokteran Jiwa. Lembaga penerbitan Universitas Airlangga,

Surabaya

Anda mungkin juga menyukai