Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No.

3 Tahun 2013 ISSN 2337-9995


Program Studi Pendidikan Kimia jpk.pkimiauns@ymail.com
Universitas Sebelas Maret

PENGARUH PEMBELAJARAN BERVISI DAN BERPENDEKATAN


SETS TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X
SMAN 2 SUKOHARJO PADA MATERI MINYAK BUMI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Dian Nugraheni1*, Sri Mulyani2, dan Sri Retno Dwi Ariani2
1
Mahasiswa Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia
2
Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

Keperluan korespondensi, HP : 085726900270, e-mail : diannugraheni90@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui pengaruh pembelajaran bervisi dan


berpendekatan SETS terhadap prestasi belajar pada materi Minyak Bumi siswa kelas X SMA
Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012, 2) Mengetahui pengaruh kemampuan berpikir
kritis siswa terhadap prestasi belajar pada materi Minyak Bumi siswa kelas X SMA Negeri 2
Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012, dan 3) Mengetahui interaksi antara pembelajaran bervisi
dan berpendekatan SETS dengan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar
pada materi Minyak Bumi siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
Desain penelitian yang digunakan adalah factorial design 2 x 2. Teknik pengambilan sampel
dengan cluster random sampling, kelas X-6 sebagai kelas eksperimen dan X -5 sebagai kelas
kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Teknik analisis data
menggunakan uji statistik anava 2 jalan. Hasil penelitian disimpulkan bahwa : 1) Terdapat
pengaruh signifikan pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif siswa kelas X SMAN 2 Sukoharjo pada materi minyak bumi, 2) Tidak
terdapat pengaruh signifikan kemampuan berpikir kritis baik terhadap prestasi kognitif maupun
prestasi afektif siswa kelas X SMAN 2 Sukoharjo pada materi minyak bumi, dan 3) Tidak ada
interaksi antara pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS dengan kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi kognitif maupun prestasi afektif siswa kelas X SMAN 2 Sukoharjo pada
materi minyak bumi.

Kata kunci: SETS, Kemampuan Berpikir Kritis, Materi Minyak Bumi

PENDAHULUAN
Dalam paradigma baru meniadakan keterkaitan unsur sains,
pendidikan, tujuan pembelajaran bukan lingkungan, teknologi dan masyarakat
hanya untuk merubah perilaku siswa, menjadi tidak relevan dalam konteks
tetapi membentuk karakter dan sikap pendidikan masa sekarang [2]. Untuk itu
mental profesional yang berorientasi pada perlu diterapkan pilihan pembelajaran
global mindset. Fokus pembelajarannya yang tepat misalnya Pendidikan bervisi
adalah pada mempelajari cara belajar dan berpendekatan SETS (Science,
(learning how to learn) dan bukan semata Environment, Technology, Society).
mempelajari substansi mata pelajaran. Pada hakekatnya, visi SETS
Siswa sebagai stakeholder terlibat berarti cara pandang ke depan untuk
langsung dengan masalah, dan membawa ke arah pemahaman bahwa
tertantang untuk belajar menyelesaikan segala sesuatu yang kita hadapi dalam
masalah [1]. Masalah lingkungan dan kehidupan ini mengandung aspek sains,
masyarakat memiliki keterkaitan yang lingkungan, teknologi dan masyarakat
sangat erat dengan perkembangan sains sebagai satu kesatuan serta saling
dan teknologi. Sehingga dimungkinkan mempengaruhi secara timbal balik [3].
menggunakan keterkaitan tersebut Sedangkan sebagai pendekatan, SETS
sebagai cara pandang atau visi kita dalam berarti merupakan cara pembelajaran
melihat sesuatu. Dalam hal ini bersifat terpadu yang melibatkan keempat

Copyright 2013 34
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41

unsur Science, Environment, Technology, menjadi prioritas utama sebagai sumber


Society. energi global untuk hampir semua aspek
Sejalan dengan pendidikan kehidupan. Dan tentunya dalam
bervisi dan berpendekatan SETS, tujuan pengolahan dan penggunaan minyak
pembelajaran kimia salah satunya yaitu bumi banyak melibatkan teknologi dan
memahami konsep-konsep kimia, saling menimbulkan berbagai masalah
keterkaitannya dan penerapannya untuk lingkungan dan masyarakat. Akan lebih
menyelesaikan masalah dalam kehidupan bermanfaat jika model pembelajaran
sehari-hari dan teknologi [4]. Di berbagai minyak bumi diperbaiki menjadi sesuatu
negara, pembelajaran kimia masih belum pembelajaran bermakna. Pembelajaran
dihubungkan dengan kehidupan nyata, bermakna yang dimaksud adalah siswa
kurikulum yang masih mengisolasi memahami hubungan minyak bumi dalam
pelajar, masyarakat dan pembelajaran keseharian dan lingkungan serta
dengan menghafal fakta, teori dan aturan mengonstruksi sendiri pengetahuan
[5]. Fenomena serupa juga terjadi di sainsnya untuk memecahkan masalah
Indonesia dimana pembelajaran kimia akibat penggunaan minyak bumi melalui
SMA cenderung lebih menekankan teknologi yang telah dipelajari.
pengetahuan sains murni, akibatnya Dalam pembelajaran
siswa kurang memiliki kemampuan konvensional, siswa belum sepenuhnya
memandang sains sebagai satu kesatuan dapat mengekspresikan pertanyaan-
yang terintegrasi dengan lingkungan, pertanyaan kritis (critical questions).
teknologi dan masyarakat [6]. Sehingga Kemampuan bertanya dan
visi dan pendekatan SETS cocok mengemukakan pendapat kurang diberi
diterapkan dalam pembelajaran kimia tempat sehingga menjadi tidak terlatih.
agar siswa melek sains, teknologi dan Banyak siswa mempunyai tingkat hapalan
lingkungan (Sciencetific and Technology yang baik, namun kurang memahami dan
and Environment Literacy). Melek sains, memaknai apa yang telah dipelajarinya.
teknologi dan lingkungan merupakan Guru masih mengabaikan apa yang
salah satu syarat seseorang dapat hidup disebut kemampuan berpikir kritis.
dan bekerja, serta mampu membuat Padahal kemampuan ini mempunyai andil
keputusan yang tepat dan dapat yang besar terhadap keberhasilan
melakukan tindakan pribadi dan sosial pembelajaran. Hasil pembelajaran sangat
yang bertanggung jawab [7]. bergantung kepada pendekatan yang
Karakteristik materi minyak bumi digunakan, apakah pendekatan tersebut
dimungkinkan diterapkan pendekatan membutuhkan kemampuan yang
kontekstual yang bisa ditempuh melalui reproduktif ataukah yang analitik [8].
pembelajaran bervisi dan berpendekatan Pendekatan pembelajaran yang
SETS. Melalui wawancara dengan guru reproduktif akan menghasilkan siswa
kimia SMA Negeri 2 Sukoharjo, diketahui yang mampu menyimpan, mengingat, dan
nilai rata-rata ulangan harian siswa pada meniru. Sehingga tidak cocok untuk siswa
materi minyak bumi adalah 70,5. yang mempunyai kemampuan berpikir
Sedangkan presentase siswa yang dapat kritis. Sedangkan pendekatan
mencapai batas tuntas (75) pada ulangan pembelajaran yang mengedepankan
harian minyak bumi 74,7 % (rekap nilai kemampuan analisis akan cocok pada
tahun pelajaran 2010/2011). pemikir kritis. Dalam pembelajaran SETS,
Pembelajaran materi minyak bumi untuk mengaitkan antar elemen SETS,
diajarkan dengan metode ceramah, tanya diperlukan pemikiran yang mendalam
jawab dan terkadang dengan diskusi. berupa identifikasi dan analisis tentang
Pembelajarannya hanya dilakukan apa dan bagaimana konsep yang sedang
sekilas, karena menurut guru yang dipelajari. Oleh karena itu diperlukan
mengampu, materi minyak bumi bersifat kemampuan berpikir kritis dalam
hafalan dan dapat dipelajari siswa dengan prosesnya. Berdasarkan keterkaitan
membaca sendiri. Padahal, materi minyak kemampuan berpikir kritis dengan SETS,
bumi erat kaitannya dengan kehidupan diduga siswa dengan kemampuan
sehari-hari. Sampai saat ini minyak bumi berpikir kritis tinggi dalam pembelajaran

Copyright 2013 35
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41

bervisi dan berpendekatan SETS dapat 4. Teknik Pengambilan Sampel


mempunyai prestasi yang tinggi pula. Dalam penelitian ini, sampel
Sedangkan siswa yang kemampuan diambil dengan cluster random
berpikir kritisnya rendah mempunyai sampling.
prestasi yang lebih rendah. Karena begitu 5. Pengumpulan Data
pentingnya dalam pembelajaran, guru Pengumpulan data pada
perlu memperhatikan kemampuan penelitian ini dilakukan dengan
berpikir kritis siswa sehingga metode tes dari Langhrehr untuk
terakomodasi dengan baik guna aspek kemampuan berpikir kritis dan
meningkatkan prestasi belajar. pilihan ganda untuk aspek kognitif
Berdasarkan uraian diatas, maka serta metode angket untuk aspek
tujuan penelitian ini adalah afektif.
1. Mengetahui pengaruh pembelajaran 6. Validasi Instrumen Penelitian
bervisi dan berpendekatan SETS Instrumen kemampuan berpikir
terhadap prestasi belajar pada materi kritis dan angket afektif diuji validitas
Minyak Bumi. dan reliabilitasnya. Sedangkan
2. Mengetahui pengaruh kemampuan instrumen tes kognitif diuji validitas,
berpikir kritis siswa terhadap prestasi reliabilitas, tingkat kesukaran soal,
belajar pada materi Minyak Bumi. dan daya pembeda.
3. Mengetahui interaksi antara 7. Analisis Data
pembelajaran bervisi dan Analisis data yang digunakan
berpendekatan SETS dengan meliputi uji keseimbangan, uji
kemampuan berpikir kritis siswa prasyarat analisis, dan uji hipotesis.
terhadap prestasi belajar pada materi
Minyak Bumi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam
METODE PENELITIAN
penelitian ini adalah prestasi belajar siswa
1. Tempat dan Waktu Penelitian pada materi minyak bumi yang meliputi
Penelitian ini dilaksanakan di aspek kognitif dan afektif.
SMA Negeri 2 Sukoharjo, beralamat Data penelitian diperoleh dari 2
di Jalan Solo-Kartasura, Mendungan, kelas yaitu kelas eksperimen dan kontrol
Pabelan, Kartasura dari bulan Hasil penelitian, olahan data dan
Januari 2012 sampai Juni 2012. pembahasan disajikan sebagai berikut :
2. Desain Penelitian 1. Hipotesis Pertama
Penelitian ini merupakan quasi- Hasil uji pengaruh pembelajaran
experimental research dengan kimia bervisi dan berpendekatan SETS
variabel bebas pembelajaran bervisi terhadap prestasi belajar kognitif disajikan
dan berpendekatan SETS serta pada Tabel 1 sebagai berikut :
kemampuan berpikir kritis siswa.
Sedangkan variabel terikatnya Tabel 1. Hasil Uji Pengaruh Pembelajaran
prestasi belajar kognitif dan afektif Kimia Bervisi dan Berpendekatan
materi minyak bumi. Desain yang SETS terhadap Prestasi Belajar
digunakan adalah Factorial Design 2 Kognitif
x 2. Nilai
Keputusan
3. Populasi dan Sampel Sumber Signifikansi Kriteria
Uji
(p)
Populasi dalam penelitian ini non-SETS p<
adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 0,03 H0 ditolak
& SETS 0,05
Sukoharjo Tahun Pelajaran
2011/2012. Sedangkan sampelnya Berdasarkan pada Tabel 1, H0
adalah kelas X-5 sebagai kelas ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh
kontrol dan kelas X-6 sebagai kelas pembelajaran kimia bervisi dan
eksperimen. berpendekatan SETS terhadap prestasi
belajar kognitif.

Copyright 2013 36
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41

Sesuai penelitian sebelumnya, nyata kehidupan sehari-hari dalam


pembelajaran STM (Sains, Teknologi, dan pembelajaran. Kimia merupakan
Masyarakat) merupakan kecenderungan pelajaran dengan banyak sekali materi
baru dalam pendidikan sains yang yang abstrak, dengan pembelajaran
memungkinkan siswa belajar sains lebih konstekstual, materi yang masih sulit
baik sehingga mampu meningkatkan dimengerti tersebut dijadikan konkret.
prestasi belajar secara signifikan [9]. Dengan pembelajaran konstekstual siswa
Sebelumnya, ditilik dari uji kesamaan akan tertarik mempelajari materi dan
kemampuan awal siswa pada kelas outputnya siswa lebih memahami materi
kontrol dan eksperimen menunjukkan yang diberikan.
bahwa kemampuan kedua kelas Sedangkan untuk hasil uji
seimbang. Berarti, kedua kelas tersebut pengaruh pembelajaran kimia bervisi dan
memenuhi syarat pengambilan sampel. berpendekatan SETS terhadap prestasi
Dan ketika diambil hipotesis, kedua kelas belajar afektif disajikan pada Tabel 2
ini hanya berbeda pada perlakuan sebagai berikut :
pembelajarannya saja.
Untuk menciptakan proses Tabel 2. Hasil Uji Pengaruh Pembelajaran
pembelajaran yang memenuhi karakter Kimia Bervisi dan Berpendekatan
SETS diperlukan perencanaan dan SETS terhadap Prestasi Belajar
persiapan yang matang. Setelah Afektif
beberapa saat menerapkan SETS dalam Nilai
Keputusan
pembelajaran, baik guru maupun siswa Sumber Signifikansi Kriteria
Uji
(p)
akan terbiasa dan tidak merasa kesulitan non-SETS p<
[8]. Kenyataan di lapangan ketika 0,018 H0 ditolak
& SETS 0,05
pertemuan pertama pada kelas
eksperimen, siswa masih terlihat bingung Pada prestasi afektif untuk
dengan pembelajaran yang masih hipotesis pertama, H0 juga berhasil
dianggap baru oleh mereka, namun ditolak. Berarti, pembelajaran bervisi dan
setelah guru menjelaskan apa itu SETS berpendekatan SETS berpengaruh
disertai bagan keterkaitan SETS, siswa signifikan terhadap prestasi belajar afektif.
mulai memahami arti pembelajaran SETS Sesuai dengan penelitian relevan
ketika diskusi sudah berlangsung sebelumnya disimpulkan bahwa
beberapa menit. Dari hasil observasi peningkatan kesan siswa kelompok
pengamat, diketahui bahwa sintaks SETS eksperimen lebih tinggi dibandingkan
terlaksana dengan baik dan tahap- kelompok kontrol [6]. Dengan mempunyai
tahapnya tidak ada yang terlewatkan. kesan yang baik, siswa cenderung
Sehingga bisa disimpulkan kelas mempunyai sikap positif terhadap
eksperimen yang dikenai SETS benar- pembelajaran dan minat yang meningkat.
benar menerapkan pembelajaran SETS Sikap dan minat termasuk tipe
sesungguhnya walaupun ada beberapa karakteristik afektif yang penting [10]. Dari
kekurangan yaitu siswa belum bisa penelitian lain yang relevan, diketahui
secara mandiri mengkonstruksi konsep bahwa nilai rata-rata minat belajar siswa
saat diskusi, untuk itu perlu sedikit pada pembelajaran dengan pendekatan
bantuan dari guru. Pembelajaran SETS SALINGTEMAS lebih tinggi dibanding
adalah pembelajaran yang berusaha pada pembelajaran tanpa pendekatan
membawa peserta didik agar memiliki SALINGTEMAS [11]. Kemampuan afektif
kemampuan memandang sesuatu secara adalah kemampuan yang berhubungan
terintegratif dengan mengkaitkan keempat dengan minat dan sikap. Orang yang
unsur SETS sehingga dapat diperoleh tidak memiliki minat pada pelajaran, maka
pemahaman yang lebih mendalam. sulit untuk mencapai keberhasilan secara
Dengan pemahaman yang lebih optimal. Minat termasuk dalam ranah
mendalam tersebut, hasil belajar siswa afektif tingkat responding. Secara umum
juga akan meningkat. Pembelajaran minat merupakan karakteristik afektif
SETS merupakan pembelajaran yang memiliki intensitas tinggi [10]. Jadi
konstekstual, yaitu penerapan situasi benar apabila dalam penelitian ini

Copyright 2013 37
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41

pembelajaran bervisi dan berpendekatan berpikir kritis tinggi seorang siswa tidak
SETS berpengaruh terhadap prestasi selalu akan lebih baik dalam menghafal
afektif siswa. dan menyelesaikan tes kognitif yang
2. Hipotesis Kedua diberikan.
Hasil uji pengaruh kemampuan Untuk tes kemampuan berpikir
berpikir kritis terhadap prestasi belajar kritis digunakan instrumen dari Langhrehr.
kognitif disajikan pada Tabel 3 sebagai Langhrehr membuat soal berdasarkan
berikut : definisi kemampuan berpikir kritis yaitu
kemampuan untuk 1) membedakan fakta,
Tabel 3. Hasil Uji Pengaruh Kemampuan non fakta, dan opini 2) membedakan
Berpikir Kritis terhadap Prestasi kesimpulan yang tidak pasti dari
Belajar Kognitif pengamatan langsung 3) menguji
Nilai keandalan dari suatu pernyataan 4)
Keputusan
Sumber Signifikansi Kriteria membedakan informasi yang relevan dan
Uji
(p)
Kemampu
tidak relevan 5) berpikir kritis terhadap
p> H0 gagal apa yang dibaca 6) membuat keputusan
an Berpikir 0,515
0,05 ditolak
Kritis 7) mengenali sebab akibat 8)
mempertimbangkan sudut pandang lain
Pada Tabel 3, nilai signifikansi 9) mengajukan pernyataan. Berdasarkan
yang lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa definisi kemampuan berpikir kritis yang
H0 gagal ditolak. Hal ini berarti tidak diungkapkan Langhrehr, beberapa
terdapat pengaruh secara signifikan diantaranya (misalnya poin 1,4, dan 7)
kemampuan berpikir kritis terhadap dapat digunakan untuk menyelesaikan
prestasi belajar siswa. Jika ditinjau dari soal kognitif yang diberikan dengan baik,
rerata nilai kognitif pada siswa namun ada juga yang tidak berhubungan.
berkemampuan kritis tinggi lebih tinggi Hal inilah yang menyebabkan
daripada rerata siswa berkemampuan kemampuan berpikir kritis siswa yang
kritis rendah. Namun, angka-angka diukur melalui instrumen Langrehr tidak
tersebut secara statistik tidak berbeda berpengaruh signifikan terhadap
signifikan. Dapat dijelaskan bahwa ketercapaian prestasi belajar kognitif yang
kegagalan pembuktian hipotesis diukur melalui tes kognitif materi minyak
dikarenakan beberapa hal yaitu : bumi. Hal ini didukung oleh penelitian
karakteristik materi, instrumen tes sebelumnya yang mengungkapkan
kemampuan berpikir kritis, dan instrumen bahwa kemampuan berpikir kritis tidak
tes kognitif. berpengaruh terhadap prestasi belajar
Dari karakteristik materi minyak [14]. Ketiadaan pengaruh tersebut
bumi, umumnya merupakan materi yang disebabkan oleh indikator tes
membutuhkan hafalan sehingga kemampuan berpikir kritis tidak sesuai
kemampuan berpikir kritis tidak cocok dengan karakteristik materi yang diujikan
diterapkan. Kurangnya waktu lewat tes kognitif. Disamping itu instrumen
menyebabkan peserta didik tidak tes Langhrerh merupakan instrumen dari
maksimal dalam melaksanakan kegiatan luar negeri yang mungkin tidak cocok
berpikir kritis [12]. Oleh karena itu, diterapkan dalam populasi di Indonesia.
pembelajaran masih berorientasi pada Instrumen-instrumen bersumber dari luar
materi yang bersifat hafalan. Menghafal jika dipergunakan akan ditemukan
merupakan suatu aktivitas untuk kendala dalam menerjemahkan dengan
menanamkan materi verbal didalam tepat dan adanya perbedaan karakteristik
ingatan, sehingga dapat diproduksikan populasi yang akan diteliti [15]. Evaluasi
kembali secara harafiah, sesuai dengan kemampuan berpikir kritis memerlukan
materi asli. Sedangkan pemikir kritis instrumen pengukuran yang dapat
berusaha untuk memahami, meneliti mengambarkan dengan tepat kondisi
alasan, bukti, dan logika yang diberikan sebenarnya. Oleh karena itu instrumen
orang lain [13]. Kemampuan menghafal walaupun sudah standart tetap harus di-
tidak berhubungan dengan kemampuan tryout-kan untuk melihat apakah sesuai
berpikir kritis. Jadi dengan kemampuan jika digunakan pada siswa di Indonesia.

Copyright 2013 38
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41

Pada penelitian relevan sebelumnya yang jelas yang digunakan dalam kegiatan
juga men-tryout-kan tes Langhrerh, mental seperti memecahkan masalah,
didapat nilai reliabilitas yang sangat mengambil keputusan, membujuk,
rendah yaitu 0,285 [14]. Sedangkan pada menganalisis asumsi, dan melakukan
penelitian ini tes Langhrerh setelah di- penelitian ilmiah [13]. Sedangkan
tryout-kan mempunyai angka kemampuan afektif berhubungan dengan
reliabilitasnya 0,703 yang menunjukkan minat dan sikap yang dapat berbentuk
tes layak digunakan, tapi nilainya selisih tanggung jawab, kerjasama, disiplin,
sedikit diatas angka 0,7 (batas reliabilitas komitmen, percaya diri, jujur, menghargai
rendah dan tinggi), maka patut dicurigai, pendapat orang lain, dan kemampuan
instrumen inilah yang membuat mengendalikan diri. Dari dua definisi
kemampuan berpikir kritis tidak terukur tampak bahwa kemampuan berpikir kritis
dengan baik sehingga tidak berpengaruh tidak berhubungan langsung dengan
signifikan terhadap prestasi belajar. kemampuan afektif seseorang. Hal ini
Ditinjau dari instrumen tes kognitif menjelaskan hasil yang menyatakan
dapat dilihat bahwa item soal tes dengan bahwa tidak ada pengaruh kemampuan
tingkatan C1, C2, dan C3 saja, yaitu berpikir kritis terhadap prestasi afektif
mengingat, memahami, dan menerapkan. siswa.
Sedangkan kemampuan berpikir kritis 3. Hipotesis Ketiga
juga melibatkan tingkatan kognitif dari C4 Hasil uji interaksi antara
(analyze), C5 (evaluate), dan C6 (create). pembelajaran kimia bervisi dan
Kemampuan analisis, evaluasi, dan berpendekatan SETS dengan
menciptakan termasuk dalam kemampuan berpikir kritis terhadap
kemampuan berpikir kritis [16]. Karena prestasi belajar kognitif disajikan pada
ketidaksesuaian tingkat kognitif yang Tabel 5 sebagai berikut :
diukur, maka kemampuan berpikir kritis
tidak berpengaruh signifikan pada Tabel 5. Interaksi antara Pembelajaran
prestasi kognitif siswa. Kimia Bervisi dan Berpendekatan
Sedangkan untuk hasil uji SETS dengan Kemampuan
pengaruh kemampuan berpikir kritis Berpikir Kritis terhadap terhadap
terhadap prestasi belajar afektif disajikan Prestasi Belajar Kognitif
pada Tabel 4 sebagai berikut : Nilai
Keputusan
Sumber Signifikansi Kriteria
Uji
(p)
Tabel 4. Hasil Uji Pengaruh Kemampuan non-SETS
Berpikir Kritis terhadap Prestasi & SETS *
p> H0 gagal
Belajar Afektif Kemampu 0,489
0,05 ditolak
Nilai an Berpikir
Keputusan Kritis
Sumber Signifikansi Kriteria
Uji
(p)
Kemampu Sedangkan untuk hasil uji
p> H0 gagal
an Berpikir 0,401
Kritis
0,05 ditolak pengaruh kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar afektif disajikan
Untuk pengaruh kemampuan pada Tabel 4 sebagai berikut :
berpikir kritis siswa terhadap prestasi
belajar afektif, didapatkan nilai signifikansi Tabel 6. Hasil Uji Pengaruh Kemampuan
0,401. Yang menunjukkan kemampuan Berpikir Kritis terhadap Prestasi
berpikir kritis tidak mempunyai pengaruh Belajar Afektif
Nilai
yang signifikan terhadap hasil belajar Sumber Signifikansi Kriteria
Keputusan
afektif. Rerata prestasi afektif siswa Uji
(p)
berkemampuan kritis tinggi sebesar 89,24 non-SETS
lebih rendah daripada rerata siswa & SETS *
p> H0 gagal
berkemampuan kritis rendah yaitu Kemampu 0,809
0,05 ditolak
an Berpikir
sebesar 89,46, angka-angka tersebut Kritis
tidak berbeda signifikan. Berpikir kritis
merupakan sebuah proses terarah dan

Copyright 2013 39
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41

Uji hipotesis ketiga menunjukkan prestasi afektif siswa kelas X SMAN 2


angka signifikansi (p) sebesar 0,489 Sukoharjo pada materi minyak bumi.
untuk interaksi antara pembelajaran 3. Tidak ada interaksi antara
bervisi dan berpendekatan SETS dengan pembelajaran bervisi dan
kemampuan berpikir kritis terhadap berpendekatan SETS dengan
prestasi kognitif dan 0,890 untuk prestasi kemampuan berpikir kritis terhadap
afektif, p > 0,05 berarti H0 gagal ditolak. prestasi kognitif maupun prestasi
Dapat disimpulkan tidak ada interaksi afektif siswa kelas X SMAN 2
antara pembelajaran bervisi dan Sukoharjo pada materi minyak bumi.
berpendekatan SETS dengan
kemampuan berpikir kritis terhadap UCAPAN TERIMA KASIH
prestasi belajar kognitif maupun afektif.
1. Sri Martini, S.Pd., selaku Guru Mata
Tidak adanya interaksi ini dapat
Pelajaran Kimia SMA Negeri 2
dijelaskan sebagai berikut :
Sukoharjo yang senantiasa
Dari pembahasan hipotesis
membimbing dan membantu
pertama, prestasi belajar kognitif dan
kelancaran penelitian.
afektif siswa pada pembelajaran SETS
2. Semua pihak yang belum dapat
lebih baik dibanding pada pembelajaran
penulis sebutkan satu-persatu yang
non-SETS. Sedangkan hipotesis kedua
telah memberikan bantuan dalam
tidak terbukti bahwa kemampuan berpikir
penyusunan artikel penelitian ini.
kritis berpengaruh terhadap prestasi
belajar. Berarti siswa dengan kemampuan
DAFTAR RUJUKAN
berpikir kritis tinggi maupun rendah pada
pembelajaran SETS mempunyai prestasi [1] Ismail, B. (2010). Pengembangan
lebih tinggi dibanding mereka yang Model Pembelajaran PAIKEM
mendapat pembelajaran non-SETS. dengan Pendekatan SETS.
Dengan demikian, tidak akan terjadi Diperoleh 6 Januari 2012, dari
interaksi antara pembelajaran bervisi dan http://hbis.wordpress.com/
berpendekatan SETS dengan [2] Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
kemampuan berpikir kritis terhadap Pengembangan, Departemen
prestasi belajar siswa. Tidak adanya Pendidikan Nasional. (2007).
interaksi juga dapat dijelaskan bahwa Model Kurikulum Pendidikan
siswa dengan kemampuan berpikir kritis yang Menerapkan Visi SETS
tinggi mempunyai efek yang sama pada (Science, Environment,
pembelajaran SETS maupun non-SETS. Technology, and Society).
Begitu pula dengan siswa yang Jakarta : Departemen
berkemampuan berpikir kritis rendah, Pendidikan Nasional.
mempunyai efek yang sama ketika [3] Binadja, A. (2005). Pedoman Praktis
dikenai pembelajaran SETS maupun non- Pembelajaran Sains
SETS. Hal ini berlaku terhadap prestasi Berdasarkan Kurikulum 2004
belajar kognitif dan afektif. Bervisi dan Berpendekatan
SETS (Science, Environment,
KESIMPULAN Technology, and Society), Bahan
Pelatihan Pembelajaran Inovatif
Berdasarkan hasil penelitian,
untuk Guru SMA/MA. Semarang:
dapat diambil kesimpulan bahwa:
Laboratorium SETS UNNES.
1. Terdapat pengaruh signifikan
[4] Direktorat Pendidikan Umum,
pembelajaran bervisi dan
Departemen Pendidikan
berpendekatan SETS terhadap
Nasional. (2003). Pedoman
prestasi belajar kognitif dan afektif
Khusus Pengembangan Silabus
siswa kelas X SMAN 2 Sukoharjo
dan Penilaian Mata Pelajaran
pada materi minyak bumi
Kimia. Jakarta: Departemen
2. Tidak terdapat pengaruh signifikan
Pendidikan Nasional.
kemampuan berpikir kritis baik
[5] Ultay, N. & Calk, M. (2007). A
terhadap prestasi kognitif maupun
Thematic Review of Studies into

Copyright 2013 40
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41

the Effectiveness of Context- [13] Johnson, E.B. (2009). Contextual


Based Chemistry Curricula. J Sci Teaching & Learning :
Educ Technol, DOI Menjadikan Kegiatan Belajar-
10.1007/s10956-011-9357-5. Mengajar Mengasyikkan dan
[6] Binadja, A., Wardani, S, & Nugroho, S. Bermakna. Terj. Ibnu Setiawan.
(2008). Keberkesanan Bandung : MLC. (Buku asli
Pembelajaran Kimia Materi diterbitkan 2002)
Ikatan Kimia Bervisi SETS pada [14] Khasanah, N. (2010). Pembelajaran
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Fisika dengan Inkuiri Terbimbing
Inovasi Pendidikan Kimia. 2 (2), dan Inkuiri Bebas Termodifikasi
256-262. Ditinjau dari Kemampuan
[7] Galib, L.M. (2009). Pendekatan Sains Berpikir Kritis dan Kemampuan
Teknologi-Masyarakat dalam ESQ. Tesis. Universitas Sebelas
Pembelajaran Sains di Sekolah. Maret Surakarta
Jurnal Pendidikan dan [15] Yuanita, I. (2010). Pembuatan
Kebudayaan, 34. Tahun ke 8 Instrumen Kemampuan Berpikir
Bulan Januari. Kritis Mahasiswa Program Studi
[8] Jelita. (2010). Pembelajaran Kimia Ilmu Keperawatan Fakultas
Berpendekatan SETS untuk Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Meningkatkan Kemampuan UIN Jakarta Tahun 2010.
Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa [16] Nurlita, F. (2008). Penggunaan
kelas X SMA Muhammadiyah Pendekatan Pembelajaran
Langsa Tahun Pelajaran Berdasarkan Masalah untuk
2007/2008. Kultura. 11 (1), 1-10. Meningkatkan Pemahaman
[9] Wardani, N.P.S. (2008). Konsep dan Mengembangkan
Eksperimentasi Pendekatan Keterampilan Berpkir Kritis. JIPP,
Sains Teknologi Masyarakat Juni 2008
dalam Kaitannya dengan
Pencapaian Hasil Belajar Mata
Pelajaran Biologi ditinjau dari
Motivasi Belajar pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Penebel.
JIPP, Juni 2008.
[10] Departemen Pendidikan Nasional.
(2008). Pengembangan
Perangkat Penilaian Ranah
Afektif. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
[11] Nuryanto & Binadja, A. (2010).
Efektivitas Pembelajaran Kimia
dengan Pendekatan Saling
Temas Ditinjau dari Minat dan
Hasil Belajar. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, 4 (1), 552-
556.
[12] Asrofi, M. (2010). Pengaruh
Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Inkuiri (PBI) terhadap
Hasil Belajar Ditinjau dari
Kemampuan Berpikir Kritis bagi
Peserta Didik Kelas X SMKN 4
Malang. Kumpulan Makalah
Semnas MIPA 2010. UM,
Malang.

Copyright 2013 41

Anda mungkin juga menyukai