ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dalam paradigma baru meniadakan keterkaitan unsur sains,
pendidikan, tujuan pembelajaran bukan lingkungan, teknologi dan masyarakat
hanya untuk merubah perilaku siswa, menjadi tidak relevan dalam konteks
tetapi membentuk karakter dan sikap pendidikan masa sekarang [2]. Untuk itu
mental profesional yang berorientasi pada perlu diterapkan pilihan pembelajaran
global mindset. Fokus pembelajarannya yang tepat misalnya Pendidikan bervisi
adalah pada mempelajari cara belajar dan berpendekatan SETS (Science,
(learning how to learn) dan bukan semata Environment, Technology, Society).
mempelajari substansi mata pelajaran. Pada hakekatnya, visi SETS
Siswa sebagai stakeholder terlibat berarti cara pandang ke depan untuk
langsung dengan masalah, dan membawa ke arah pemahaman bahwa
tertantang untuk belajar menyelesaikan segala sesuatu yang kita hadapi dalam
masalah [1]. Masalah lingkungan dan kehidupan ini mengandung aspek sains,
masyarakat memiliki keterkaitan yang lingkungan, teknologi dan masyarakat
sangat erat dengan perkembangan sains sebagai satu kesatuan serta saling
dan teknologi. Sehingga dimungkinkan mempengaruhi secara timbal balik [3].
menggunakan keterkaitan tersebut Sedangkan sebagai pendekatan, SETS
sebagai cara pandang atau visi kita dalam berarti merupakan cara pembelajaran
melihat sesuatu. Dalam hal ini bersifat terpadu yang melibatkan keempat
Copyright 2013 34
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41
Copyright 2013 35
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41
Copyright 2013 36
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41
Copyright 2013 37
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41
pembelajaran bervisi dan berpendekatan berpikir kritis tinggi seorang siswa tidak
SETS berpengaruh terhadap prestasi selalu akan lebih baik dalam menghafal
afektif siswa. dan menyelesaikan tes kognitif yang
2. Hipotesis Kedua diberikan.
Hasil uji pengaruh kemampuan Untuk tes kemampuan berpikir
berpikir kritis terhadap prestasi belajar kritis digunakan instrumen dari Langhrehr.
kognitif disajikan pada Tabel 3 sebagai Langhrehr membuat soal berdasarkan
berikut : definisi kemampuan berpikir kritis yaitu
kemampuan untuk 1) membedakan fakta,
Tabel 3. Hasil Uji Pengaruh Kemampuan non fakta, dan opini 2) membedakan
Berpikir Kritis terhadap Prestasi kesimpulan yang tidak pasti dari
Belajar Kognitif pengamatan langsung 3) menguji
Nilai keandalan dari suatu pernyataan 4)
Keputusan
Sumber Signifikansi Kriteria membedakan informasi yang relevan dan
Uji
(p)
Kemampu
tidak relevan 5) berpikir kritis terhadap
p> H0 gagal apa yang dibaca 6) membuat keputusan
an Berpikir 0,515
0,05 ditolak
Kritis 7) mengenali sebab akibat 8)
mempertimbangkan sudut pandang lain
Pada Tabel 3, nilai signifikansi 9) mengajukan pernyataan. Berdasarkan
yang lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa definisi kemampuan berpikir kritis yang
H0 gagal ditolak. Hal ini berarti tidak diungkapkan Langhrehr, beberapa
terdapat pengaruh secara signifikan diantaranya (misalnya poin 1,4, dan 7)
kemampuan berpikir kritis terhadap dapat digunakan untuk menyelesaikan
prestasi belajar siswa. Jika ditinjau dari soal kognitif yang diberikan dengan baik,
rerata nilai kognitif pada siswa namun ada juga yang tidak berhubungan.
berkemampuan kritis tinggi lebih tinggi Hal inilah yang menyebabkan
daripada rerata siswa berkemampuan kemampuan berpikir kritis siswa yang
kritis rendah. Namun, angka-angka diukur melalui instrumen Langrehr tidak
tersebut secara statistik tidak berbeda berpengaruh signifikan terhadap
signifikan. Dapat dijelaskan bahwa ketercapaian prestasi belajar kognitif yang
kegagalan pembuktian hipotesis diukur melalui tes kognitif materi minyak
dikarenakan beberapa hal yaitu : bumi. Hal ini didukung oleh penelitian
karakteristik materi, instrumen tes sebelumnya yang mengungkapkan
kemampuan berpikir kritis, dan instrumen bahwa kemampuan berpikir kritis tidak
tes kognitif. berpengaruh terhadap prestasi belajar
Dari karakteristik materi minyak [14]. Ketiadaan pengaruh tersebut
bumi, umumnya merupakan materi yang disebabkan oleh indikator tes
membutuhkan hafalan sehingga kemampuan berpikir kritis tidak sesuai
kemampuan berpikir kritis tidak cocok dengan karakteristik materi yang diujikan
diterapkan. Kurangnya waktu lewat tes kognitif. Disamping itu instrumen
menyebabkan peserta didik tidak tes Langhrerh merupakan instrumen dari
maksimal dalam melaksanakan kegiatan luar negeri yang mungkin tidak cocok
berpikir kritis [12]. Oleh karena itu, diterapkan dalam populasi di Indonesia.
pembelajaran masih berorientasi pada Instrumen-instrumen bersumber dari luar
materi yang bersifat hafalan. Menghafal jika dipergunakan akan ditemukan
merupakan suatu aktivitas untuk kendala dalam menerjemahkan dengan
menanamkan materi verbal didalam tepat dan adanya perbedaan karakteristik
ingatan, sehingga dapat diproduksikan populasi yang akan diteliti [15]. Evaluasi
kembali secara harafiah, sesuai dengan kemampuan berpikir kritis memerlukan
materi asli. Sedangkan pemikir kritis instrumen pengukuran yang dapat
berusaha untuk memahami, meneliti mengambarkan dengan tepat kondisi
alasan, bukti, dan logika yang diberikan sebenarnya. Oleh karena itu instrumen
orang lain [13]. Kemampuan menghafal walaupun sudah standart tetap harus di-
tidak berhubungan dengan kemampuan tryout-kan untuk melihat apakah sesuai
berpikir kritis. Jadi dengan kemampuan jika digunakan pada siswa di Indonesia.
Copyright 2013 38
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41
Pada penelitian relevan sebelumnya yang jelas yang digunakan dalam kegiatan
juga men-tryout-kan tes Langhrerh, mental seperti memecahkan masalah,
didapat nilai reliabilitas yang sangat mengambil keputusan, membujuk,
rendah yaitu 0,285 [14]. Sedangkan pada menganalisis asumsi, dan melakukan
penelitian ini tes Langhrerh setelah di- penelitian ilmiah [13]. Sedangkan
tryout-kan mempunyai angka kemampuan afektif berhubungan dengan
reliabilitasnya 0,703 yang menunjukkan minat dan sikap yang dapat berbentuk
tes layak digunakan, tapi nilainya selisih tanggung jawab, kerjasama, disiplin,
sedikit diatas angka 0,7 (batas reliabilitas komitmen, percaya diri, jujur, menghargai
rendah dan tinggi), maka patut dicurigai, pendapat orang lain, dan kemampuan
instrumen inilah yang membuat mengendalikan diri. Dari dua definisi
kemampuan berpikir kritis tidak terukur tampak bahwa kemampuan berpikir kritis
dengan baik sehingga tidak berpengaruh tidak berhubungan langsung dengan
signifikan terhadap prestasi belajar. kemampuan afektif seseorang. Hal ini
Ditinjau dari instrumen tes kognitif menjelaskan hasil yang menyatakan
dapat dilihat bahwa item soal tes dengan bahwa tidak ada pengaruh kemampuan
tingkatan C1, C2, dan C3 saja, yaitu berpikir kritis terhadap prestasi afektif
mengingat, memahami, dan menerapkan. siswa.
Sedangkan kemampuan berpikir kritis 3. Hipotesis Ketiga
juga melibatkan tingkatan kognitif dari C4 Hasil uji interaksi antara
(analyze), C5 (evaluate), dan C6 (create). pembelajaran kimia bervisi dan
Kemampuan analisis, evaluasi, dan berpendekatan SETS dengan
menciptakan termasuk dalam kemampuan berpikir kritis terhadap
kemampuan berpikir kritis [16]. Karena prestasi belajar kognitif disajikan pada
ketidaksesuaian tingkat kognitif yang Tabel 5 sebagai berikut :
diukur, maka kemampuan berpikir kritis
tidak berpengaruh signifikan pada Tabel 5. Interaksi antara Pembelajaran
prestasi kognitif siswa. Kimia Bervisi dan Berpendekatan
Sedangkan untuk hasil uji SETS dengan Kemampuan
pengaruh kemampuan berpikir kritis Berpikir Kritis terhadap terhadap
terhadap prestasi belajar afektif disajikan Prestasi Belajar Kognitif
pada Tabel 4 sebagai berikut : Nilai
Keputusan
Sumber Signifikansi Kriteria
Uji
(p)
Tabel 4. Hasil Uji Pengaruh Kemampuan non-SETS
Berpikir Kritis terhadap Prestasi & SETS *
p> H0 gagal
Belajar Afektif Kemampu 0,489
0,05 ditolak
Nilai an Berpikir
Keputusan Kritis
Sumber Signifikansi Kriteria
Uji
(p)
Kemampu Sedangkan untuk hasil uji
p> H0 gagal
an Berpikir 0,401
Kritis
0,05 ditolak pengaruh kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar afektif disajikan
Untuk pengaruh kemampuan pada Tabel 4 sebagai berikut :
berpikir kritis siswa terhadap prestasi
belajar afektif, didapatkan nilai signifikansi Tabel 6. Hasil Uji Pengaruh Kemampuan
0,401. Yang menunjukkan kemampuan Berpikir Kritis terhadap Prestasi
berpikir kritis tidak mempunyai pengaruh Belajar Afektif
Nilai
yang signifikan terhadap hasil belajar Sumber Signifikansi Kriteria
Keputusan
afektif. Rerata prestasi afektif siswa Uji
(p)
berkemampuan kritis tinggi sebesar 89,24 non-SETS
lebih rendah daripada rerata siswa & SETS *
p> H0 gagal
berkemampuan kritis rendah yaitu Kemampu 0,809
0,05 ditolak
an Berpikir
sebesar 89,46, angka-angka tersebut Kritis
tidak berbeda signifikan. Berpikir kritis
merupakan sebuah proses terarah dan
Copyright 2013 39
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41
Copyright 2013 40
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 34-41
Copyright 2013 41