Anda di halaman 1dari 11

FRAKTUR KLAVIKULA

A. Definisi
a) Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya
kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.
b) Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
c) Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau patah pada
tulang yang utuh.
d) Fraktur dalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000).
Pengertian fraktur pada anggota tubuh, disesuaikan menurut anatominya, misalnya
Klavikula (tulang Kolar). Dari pengertian di atas, fraktur Klavikula merupakan suatu
gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang tejadi pada tulang Klavikula.
Definisi fraktur Klavikula (http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture), fraktur
Klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau tulang selangka. Hal ini sering
disebabkan akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik(outstrechedhead), posisi
jatuh bertumpu ke bahu atau pukulan langsung ke klavikula.
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh
atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah
atau proksimal klavikula. Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada
tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri.
Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek
fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan
sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari aspek fisiologikal tulang
melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga
menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai
tempat penyimpanan kalsium, fosfat dan garam magnesium. Namun karena tulang
bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga
menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan. Patah tulang atau fraktur
merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan.
Peristiwa ini dapat terjadi karena:
1. Peristiwa trauma tunggal. Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh
kekuatan yang tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan, pemuntiran
ataupun penarikan.
2. Tekanan yang berulang-ulang. Tekanan yang berulang-ulang dapat menimbulkan
keretakan. Sebagai contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat
mengalami retak tulang pada daerah tibia, fibula maupun metatarsal.
3. Fraktur patologik. Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang
normal dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit
tertentu, misalnya tumor. Banyak sekali kasus patah tulang yang terjadi dan berbeda-
beda pada daerah patah tulang tersebut. Pada kasus ini akan dibahas mengenai patah
tulang bagian klavikula.

B. Etiologi Faktur Klavikula


Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi
akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstreched hand) dimana
trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini telah
diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah
hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau
terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan
Peterson. Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar
(outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma
bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari
kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering
dijumpai. Pada anak-anak sekitar 1016 % dari semua kejadian patah tulang, sedangkan
pada orang dewasa sekitar 2,65 %.

C. Patofisiologi
Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan selama
perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula, tulang humerus bagian
proksimal dan tulang skapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang klavikula juga
membentuk hubungan antara anggota badan atas dan Thorax. Tulang ini membantu
mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang thorax. Pada bagian proksimal tulang
clavikula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC).
Pada bagian distal klavikula bergabung dengan acromion dari skapula membentuk
sambungan acromioclavicular (AC). Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk
dikenali dikarenakan tulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawak kulit
(subcutaneus) dan tempatnya relatif di depan. Karena posisinya yang teletak dibawah
kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang klavikula terjadi
akibat dari tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang
menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur.

D. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan
setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah
fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat
kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan
terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan
sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang.

E. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
a. Fraktur lengkap Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga
tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke
sisi lain.
b. Fraktur tidak lengkap Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang
utuh).
Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan
dengan dunia luar, meliputi:
a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak
menonjol malalui kulit.
b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan
dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun
1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula
menjadi 3 kelompok:
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi kejadian
75-80%).
a. Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
b. Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%).
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni (yakni,
conoid dan trapezoid).
a. Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan
tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
b. Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
c. Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-
duanya.
d. Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.
e. Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
f. Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%)
Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

F. Penatalakasanaan
Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai
penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa
kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani dengan
metode tanpa operasi. Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di
daerah patah tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi
normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips
klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan
untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam
posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai
untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris.
Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa
pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan sling dan pembatasan
gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen
korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka
dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan
tapi harus menghindari aktivitas yang berat. Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan
pemantauan yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala
klinis dan kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis.
Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik
dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke
4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses penyembuhan tulang).
Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang,
dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali normal. Tidakan
pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
a. Fraktur terbuka.
b. Terdapat cedera neurovaskuler.
c. Fraktur comminuted.
d. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
e. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
f. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.
Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti
acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti ibuprofen.
G. Prognosis
Patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative.

H. Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis,
cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan
penyatuan). Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan
leher rendah.
Komplikasi akut:
a. Cedera pembuluh darah
b. Pneumouthorax
c. Haemothorax
Komplikasi lambat :
a. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan

I. Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
Scan tulang, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan
jaringan lunak.

J. Pengkajian Asuhan Keperawatan


1) Aktivitas/istirahat:
Gejala:
a. Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera akibat
langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri.
2) Sirkulasi:
Tanda:
a. Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon terhadap nyeri/ansietas,
sebaliknya dapat terjadi penurunan tekanan darah bila terjadi perdarahan.
b. Takikardia
c. Penurunan/tak ada denyut nadi pada bagian distal area cedera, pengisian kapiler
lambat, pucat pada area fraktur.
d. Hematoma area fraktur.
3) Neurosensori:
Gejala:
a. Hilang gerakan/sensasi
b. Kesemutan (parestesia)
Tanda:
a. Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot,
kelemahan/kehilangan fungsi.
b. Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera akibat
langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri.
c. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain.
4) Nyeri/Kenyamanan:
Gejala:
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area fraktur,
berkurang pada imobilisasi.
b. Spasme/kram otot setelah imobilisasi.
5) Keamanan:
Tanda:
a. Laserasi kulit, perdarahan
b. Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)
6) Penyuluhan/Pembelajaran:
a. Imobilisasi
b. Bantuan aktivitas perawatan diri
c. Prosedur terapi medis dan keperawatan
A. Pengkajian Diagnostik:
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah:
1) X-ray:
- menentukan lokasi/luasnya fraktur
2) Scan tulang:
- memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3) Arteriogram
- dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4) Hitung Darah Lengkap
- hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan; peningkatan
lekosit sebagai respon terhadap peradangan.
5) Kretinin
- trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6) Profil koagulasi
- perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau cedera hati.

K. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur).
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskuler.
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan dan
disuse.
4. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan
menjalankan aktivitas.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur
invasive.
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan terhadap
informasi, terbatasnya kognitif.

L. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut b.d agen Klien dapat mengontrol 1. Kaji tingkat nyeri dengan
injuri fisik nyeri setelah diberikan analog visual scale.
perawatan dengan krieria 2. Atur posisi sesuai dengan
hasil: posisi kesegarisan.
ekspresi wajah anak 3. Hindari getaran pada tempat
tampak rileks tidur.
anak dapat istirahat 4. Gunakan terapi distraksi dan
dan tidur sentuhan terapeutik
anak tidak tampak
5. Berikan analgetik sesuai
gelisah
dengan program.
Setelah perawatan tingkat
2. Kerusakan mobil;itas 1. Monitor dan catat
mobilitas meningkat dan
fisik b.d kerusakan kemampuan aktivitas yang
pergerakan sendi aktif
muskuloskeletal dan bias dilakukan klien.
dengan criteria hasil:
neuromuskuler 2. Kaji kekuatan otot dan
Anggota badan yang
kemampuan sendi.
sehat dapat bergerak
3. Latih ROM 2 kali sehari
optimal
Mengatakan mampu (jika klien dapat bergerak)

untuk bergerak 4. Konsultasi dengan


fisioterapi untuk latihan.
5. Gunakan stocking elastis
untuk mencegah trombo
emboli
6. Berikan nutrisi yang
mendukung kesembuhan
tulang: tinggi protein dan

Selama perawatan resiko tinggi kalsium.


3 Resiko infeksi b.d infeksi dapat dikontrol 1. Observasi tanda-
trauma, imunitas dengan criteria hasil: tanda infeksi pada luka.
tubuh primer Tidak terdapat tanda- 2. Kaji suhu tubuh
menurun, prosedur tanda infeksi setiap 4 jam sekali
invasive Angka lab dalam 3. laporkan bila
batas normal terjadi peningkatan suhu
diatas 38,5 . Selama 24 jam
4. Catat dan
laporkan hasil pemeriksaan
laboratorium
(leukosit,protein
serum,albumin serum dan
cultur).
5. Kaji warna,
kelembaban,warna,tekstur
dan turgor kulit sekitar luka.
6. Pertahankan diet
seimbang: Tinggi protein
dan Tinggi kalori.
7. Pertahankan
intake cairan yang adekuat
8. Ikuti standar
precaution ketika
melakukan prosedur.
9. Cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan perawatan.
10. Pertahankan
balutan tetap bersih dan
kering.
11. Rawat luka secara
teratur denga
memperhatrikan teknik
aseptic dan anti septic.
12. Berikan antibiotik
sesuai program.
DAFTAR PUSTAKA

A Graham Appley, 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Applay Edisi 7, Widya
Medika, Jakarta.
Black, J.M, et al, Luckman and Sorensens Medikal Nursing : A Nursing Process Approach, 4
th Edition, W.B. Saunder Company, 1993.
Chairuddin Rasjad, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Yarsif Watampone, Jakarta.
Jeffrey A. Housner, John E. Kuhn, 2003, Clavicle Fractures,
http://www.physsportsmed.com/issues/2003/1203/housner.
Kevin J Eerkes, 2008, Clavicle Injuries, http://www.emedicine.com/sports/TOPIC25.HTM
L Joseph Rubino, 2006, Clavicle Fractures, http://www.emedicine.com/orthoped/topic50.htm.
Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta,
2000.
Reeves CJ, Roux G and Lockhart R, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Buku I,
(Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika
Richard S. Snell, 2006, Anatomi Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner &
Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture

Anda mungkin juga menyukai