imaderasna@yahoo.com
Mahasiswa; Pembimbing I; Pembimbing II
Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana Universitas
Udayana
Abstrak
Dalam melakukan pekerjaan menggebot padi, petani bekerja dengan sikap
berdiri sambil membungkuk, sehingga menimbulkan keluhan muskuloskeletal,
cepat lelah, beban kerja yang berat dapat menurunkan produktivitas kerja. Untuk
mengatasi masalah tersebut dilakukan perbaikan dengan modifikasi gebotan yang
berorientasi ergonomi dengan menyesuaikan tinggi gebotan agar petani bekerja
dengan sikap kerja berdiri fisiologis sesuai dengan antropometrinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kinerja petani dilihat dari
penurunan beban kerja, kelelahan, dan keluhan muskuloskeletal serta peningkatan
produktivitas setelah dilakukan modifikasi gebotan.
Penelitian eksperimental ini melibatkan 15 orang petani wanita perontok
padi di Subak Margaya dengan menggunakan rancangan sama subjek (treatment
by subjects design). Keluhan muskuloskeletal didata dengan kuesioner Nordic
Body Map, beban kerja ditentukan berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja
yang dihitung secara palpasi dengan metode sepuluh denyut, kelelahan didata
dengan kuesioner 30 item of ratting scale, dan produktivitas didata dari jumlah
gabah yang digebot persatuan waktu dibagi masukan. Analisis data menggunakan
uji t-paired dengan taraf signifikansi 5%.
Sebelum intervensi skor keluhan muskuloskeletal adalah 78,15, kelelahan
73,95, nadi kerja 37,761, produktivitas 0,645. Dengan modifikasi gebotan
berorientasi ergonomi skor keluhan muskuloskeletal dapat diturunkan menjadi
43,35, kelelahan 52,82, dan nadi kerja 22,945, serta produktivitas dapat
ditingkatkan menjadi 1,19. Data hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan,
hasil penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 44,53 % (p<0,05), menurunkan
kelelahan sebesar 28.57% (p<0,05), menurunkan beban kerja sebesar 42,3%
(p<0,05) dan meningkatkan produktivitas sebesar 83% (p<0,05).
Simpulan penelitian ini, modifikasi gebotan berorientasi ergonomi dapat
menurunkan keluhan muskuloskeletal, kelelahan, beban kerja, dan meningkatkan
produktivitas petani. Kepada para petani yang merontokkan padi dengan
41
menggunakan gebotan, agar tinggi gebotan dibuat setinggi genggaman pemakai,
sehingga pada saat menggebot padi sikap kerja petani berdiri fisiologis.
Kata kunci: Modifikasi gebotan, ergonomi, kinerja dan petani perontok padi.
42
ERGONOMICS ORIENTED GEBOTAN MODIFICATION
IMPROVE PERFORMANCE OF FEMALE FARMERS RICE
THRESHER OF SUBAK MARGAYA IN PEMECUTAN
KELOD VILLAGE DENPASAR REGENCY
I Made Rasna; Ketut Tirtayasa; I Made Sutajaya
imaderasna@yahoo.com
Student; Supervisor I; Supervisor II
Master Program in Ergonomic-Work Physiology, Postgraduate Program Udayana
University
Abstract
During threshing rice activity, farmers in forward banding. This posture
caused musculoskeletal disorders, fatigue, workload, and that all can reduce work
productivity. Therefore, to overcome these problems it can be done with using
ergonomics oriented gebotan modification, by adjusting gebotans height related
to farmers anthropometry. The aims of this study to determine the farmers
performance improvement that can be seen from the decrease of farmers'
workload, fatigue, and musculoskeletal disoders as well as an increase in
productivity after using the modification of gebotan.
This experimental study using treatment by subjects design, carried out on
15 female farmers rice thresher of Subak Margaya. Musculoskeletal disorders
were collected by Nordic Body Map questionnaire, the workload is determined
based on the increase in work heart rate. Heart rate prequency was measured by
ten pulse method, fatigue was recorded by a 30 item of ratting scale questionnaire,
and productivity was recorded by the amount of grains which threshed in certain
time. Data analysis was using t-paired test with a significant level of 5%.
43
Pendahuluan atas tanah, sehingga dapat dipindah-
Panen merupakan hasil akhir pindahkan. Meja rak perontok
yang ditunggu-tunggu petani. Karena terbuat dari belahan bambu atau kayu
melalui panen petani mendapatkan membujur atau melintang dengan
upah jerih payahnya beberapa bulan. jarak renggang1-2 cm. Di bagian
Permasalahan panen yang sering belakang, samping kanan dan kiri
dihadapi petani adalah masih diberi dinding penutup yang terbuat
kurangnya kesadaran dan dari tikar bambu, plastik lembaran
pemahaman petani terhadap atau plasatik terpal, sedangkan
penanganan pasca panen yang baik, bagian depan terbuka.
sehingga mengakibatkan masih
tingginya kehilangan hasil dan Ketika panen dalam skala
rendahnya mutu gabah. besar, digunakan mesin perontok
padi, tetapi untuk panen skala kecil
Untuk mendapatkan beras areal 15-30 are, gebotan tetap
petani harus menyiapkan lahan digunakan karena biaya murah dan
pertanian, pembibitan padi, praktis. Petani di Subak Margaya,
penanaman padi dan proses Desa Pemecutan Kelod, Kodya
menanam, pemeliharaan, panen serta Denpasar sampai saat ini masih
terakhir penggilingan padi menjadi menggunakan gebotan sebagai alat
beras. Kesalahan proses menanam perontok padi. Pekerjaan menggebot
padi berakibat pada berkurangnya merupakan cara sederhana yang
hasil padi. Petani di Indonesia pada biasa dilakukan petani.
umumnya dan di Bali khususnya
masih menggunakan cara tradisional Ukuran gebotan yang
pada saat memanen padi. digunakan petani tidak sesuai dengan
ukuran tubuhnya, dimana gebotan
Gebotan (Kamus Besar Bahasa terlalu rendah sehingga sikap kerja
Indonesia, 2005) yang ditempat lain petani saat bekerja berdiri sambil
sering disebut gepyokan, gebrosan membungkuk. Secara ergonomis
atau gerejag (bahasa Jawa) dan di sikap tersebut tidak dibenarkan dan
Bali disebut pengedigan atau termasuk sikap kerja paksa. Apalagi
penigtigan yang digunakan sebagai dilakukan secara berulang dalam
alat perontok padi mulai ditinggalkan jangka waktu yang lama. Sikap kerja
padahal cukup efektif yaitu: hendaknya diupayakan dalam posisi
bahannya murah dan mudah didapat, alamiah sehingga tidak menimbulkan
ringan mudah dibawa, tidak sikap paksa yang melampaui
menggunakan bahan bakar, kemampuan fisiologis tubuh
disesuaikan dengan kemampuan, (Cumming, 2003). Sikap kerja paksa
kebolehan dan keterbatasan petani bisa terjadi pada saat memegang,
pemakainya, produk tidak merusak mengangkat dan mengangkut atau
lingkungan dari estetika cukup berdiri terlalu lama atau karena
menarik. ketidaksesuaian antara alat kerja
dengan ukuran tubuh pekerja
Komponen gebotan terdiri atas: (Dempsey, 2003; Hutagalung, 2008).
rak perontok yang terbuat dari kayu
atau bambu dengan 4 kaki berdiri di
44
Pernyataan tersebut dibuktikan muskuloskeletal petani
dengan hasil studi pendahuluan yang perontok padi ?
dilakukan pada bulan Desember 4) Apakah modifikasi gebotan
2013, melalui wawancara petani berorientasi ergonomi dapat
mengeluh pegal pada otot, leher, meningkatkan kinerja dilihat
bahu, punggung dan pinggang. dari peningkatan
Dengan kuesioner nordic body map, produktivitas petani perontok
ternyata dari 8 orang petani yang padi ?
dijadikan sampel, 8 orang
menyatakan leher, bahu, punggung, Metode Penelitian
pinggang, pantat, paha dan betis
Penelitian dilakukan di Subak
mereka terasa sakit, dan terutama
Margaya, Desa Pemecutan Kelod
dirasakan pada saat mereka
Kodya Denpasar. Pengambilan data
menjelang tidur. Kelelahan dan
dilakukan dari tanggal 26 Mei 2014
keluhan muskuloskeletal dapat
sampai tanggal 4 Juni 2014. Pada
terjadi akibat adanya beban berlebih
pukul 08.00 16.00 Wita.
yang berdampak pada menurunnya
produktivitas kerja. Alat gebotan Populasi target pada penelitian
sebagai alat bantu merontokkan padi ini adalah petani wanita perontok
sangat berperan dalam padi. Populasi terjangkau adalah
mempermudah pekerjaan petani wanita perontok padi di Subak
perontokan. Perancangan alat kerja Margaya, Desa Pemecutan Kelod
yang ergonomis adalah perancangan Kodya Denpasar.
alat kerja yang difokuskan pada
pemakai alat tersebut (Grandjean & Sampel pada penelitian ini
Kroemer, 2000). didasarkan pada kriteria inklusi
sebagai berikut petani wanita yang
Rumusan Masalah merontokkan padi, umur berkisar
antara 40-49 tahun, pengalaman
Berdasarkan latar belakang
kerja 1 tahun, bersedia menjadi
masalah yang ada dapat dinarasikan
subjek penelitian, sehat, tidak dalam
rumusan masalah penelitian sebagai
pengaruh obat-obatan. dan mengikuti
berikut :
penelitian hingga akhir.
1) Apakah modifikasi gebotan
berorientasi ergonomi dapat Jumlah sampel sebanyak 15 orang
meningkatkan kinerja dilihat yang diperoleh dengan rumus Colton
dari penurunan beban kerja (Colton, 1985). Teknik penentuan
petani perontok padi ? sampel adalah dengan sampel
2) Apakah modifikasi gebotan random sampling. Penenelitian ini
berorientasi ergonomi dapat adalah penelitian eksperimental
meningkatkan kinerja dilihat dengan rancangan sama subjek
dari penurunan kelelahan (treatment by subject design) dimana
petani perontok padi ? pada perlakuan satu merontokkan
3) Apakah modifikasi gebotan padi dengan gebotan yang biasa
berorientasi ergonomi dapat digunakan dan pada periode dua
meningkatkan kinerja dilihat menggunakan gebotan yang sudah
dari penurunan keluhan dimodifikasi.
45
Kuesioner Nordic body map intervensi 86,671,528% dan
digunakan untuk mengukur keluhan sesudah intervensi 92,674,933%.
keluhan muskuloskeletal dan Menurut Manuaba, (1998) bahwa
kuesioner 30 item kelelahan dengan orang Indonesia yang berada di
empat skala Likert untuk menilai daerah tropis teraklimatisasi atau
kelelahan subjek penelitian. merasa nyaman dengan suhu kering
26-28C dan kelembaban antara 70-
Hasil penelitian seluruh data variabel 80%. Rerata kebisingan pada P1
yang diteliti berdistribusi normal, 79,584,822 dB(A) dan P2
maka digunakan analisis statistik 77,551,495 dB(A) Menurut
parametrik t-paired. Grandjean & Kroemer, (2000);
bahwa kebisingan di bawah 85
Hasil dan Pembahasan
dB(A) masih dalam batas normal.
Hasil wawancara dan pengisian Kecepatan angin pada P1
kuesioner semua subjek sebanyak 15 0,0230,378 m/det dan pada P2
orang bersuku Bali. Riwayat 4,2230,725 m/det. Kecepatan angin
pendidikan 12 orang tamat SD, 3 sangat berpengaruh terhadap kerja.
orang tamat SMP. Rerata umur Manuaba (1998) menyarankan
subjek yang terlibat dalam penelitian kecepatan angin ditempat kerja
ini adalah 44,932,789 tahun dengan antara 0,1-0,25 m/det. Kecepatan
rentangan antara 40-49 tahun. angin <0,01 m/det tidak dapat
Rentangan umur subjek termasuk memberikan gerakan sirkulasi yang
masih produktif. Rerata berat badan baik. Sebaliknya kecepatan angin
subjek 58,333,416 kg, sedangkan >0,25 m/det akan memberikan reaksi
tinggi badan subjek reratanya tubuh yang tidak nyaman. Dengan
156,732,250 cm, dan pengalaman demikian kecepatan angin di luar
kerja reratanya 14,063,807 tahun. ruangan masih dalam batas yang
Berat badan dan tinggi badan dianjurkan dan tidak menimbulkan
termasuk kategori normal. efek negatif terhadap kesehatan.
Sedangkan pengalaman kerja cukup
Hasil analisis data keluhan
berpengalaman.
subjektif berupa gangguan otot
Rerata suhu udara atau suhu skeletal disebabkan oleh bidang kerja
kering pada P1(sebelum intervensi) yang tidak sesuai antropometri
adalah 29,180,491 C dan pada seperti pada posisi kerja berdiri
P2(setelah intervensi) adalah membungkuk saat menggebot padi
28,790,311C secara statistik tidak mengakibatkan terjadinya reaksi
signifikan (p>0,05). Suhu kering berupa keluhan pada sistem otot
pada kedua perlakuan tersebut masih skeletal. Rerata keluhan
dalam batas-batas toleransi yang muskuloskeletal sebelum
dapat diterima oleh pekerja tanpa intervensi78,151,115 dan setelah
menimbulkan gangguan kesehatan. dimodifikasi 43,351,658,
Rerata suhu basah sebelum Perbedaan rerata keluhan
intervensi 27,030,569C dan muskuloskeletal sebesar 34,80
sesudah intervensi 27,030,144C, seperti yang terlihat pada Tabel 1. Di
rerata kelembaban relatif sebelum temukan penurunan keluhan
46
muskuloskeletal secara bermakna Dengan demikian modifikasi gebotan
sebesar 44,53% (p<0,05). Kondisi berorientasi ergonomi menurunkan
tersebut disebabkan karena keluhan muskuloskeletal dan dapat
pembebanan otot statis, gerakan yang mengubah sikap kerja menjadi lebih
monotoni, dan sikap paksa pada alamiah.
sikap kerja berdiri membungkuk.
Tabel 1 Hasil Analisis Data Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Kerja
47
Tabel 2 Hasil Analisis Kelelahan Sebelum dan Sesudah Perlakuan.
48
dipengaruhi oleh beban kerja dan kecil input yang diperlukan, maka
durasi kerja sebagai input. Semakin produktivitas akan semakin tinggi.
n Rerata SB Rerata SB P
Daftar Pustaka
49
Ergonomics, Philadelpie. 5th Pascasarjana Universitas
edition,: Taylor & Francis. Udayana.
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2005. Pusat Bahasa.
Departemen Pendidikan
Nasional. Edisi ketiga,
Jakarta: Penerbit P.N. Balai
Pustaka.
Putra, I D G Alit, 2004. Perbaikan
Sikap Kerja dan Penambahan
Spon Pada Gagang Gergaji
Kayu Menurunkan Beban
Kerja dan Keluhan Subjektif
Serta Meningkatkan
Produktivitas Tukang Kayu
(Tesis). Denpasar. Program
Pascasarjana Universitas
Udayana.
Sutajaya, I.M. 2005. Pembelajaran
Melalui Pendekatan Sistemik
Holistik Interdesipliner dan
Partisipatori (SHIP)
Mengurangi Kelelahan,
Keluhan Muskuloskeletal dan
Kebosanan serta
Meningkatkan Luaran Proses
Belajar Mahasiswa Biologi
IKIP Singaraja, Disertasi
(Tidak
Diterbitkan).Denpasar:
Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Yasana, I.M. 2006. Pemakaian Kursi
Kerja dan Kolager pada alat
putar Tradisional
Menurunkan Beban Kerja dan
Meningkatkan Produktivitas
Perajin Gerabah Di Desa
Bedahulu Gianyar. (Tesis).
Denpasar. Program Magister
Program Studi Ergonomi-
Fisiologi Kerja. Program
50