Anda di halaman 1dari 7

RESUME VII DYAN LISTIANA/ 150342602064

ONE GENE ONE POLYPEPTIDE QURIN NIKMATURROHANA/ 150342506771


OFFERING G

HIPOTESIS SATU GEN SATU POLIPEPTIDA

1. Hipotesis Satu Gen Satu Enzim


Hubungan antara gen dengan enzim disebut sebagai alkaptonuria.
Alkaptonuris ini terjadi secara tiba-tiba dari penyakit arthritis dan produksi urin yang
berubah hitam jika berkontak atau berhubungan dengan air. Alkaptonuria ini
merupakan pemblokiran biokimia yang terjadi dalam proses metabolisme di dalam
tubuh manusia. Pada individu normal mampu memetabolisme asam yang homogen
untuk dijadikan produk dari hasil pemecahan (metabolisme), tetapi pada penderita
alkaptonuriks tidak dapat melakukan metabolisme tersebut.
Alkaptonuriks ini menghambat enzim yang memetabolisme asam yang
bersifat homogen sehingga tidak akan dihasilkan produk dari metabolisme tersebut .
banyak reaksi biokimia yang lain dari variasis fisiologi hereditas abnormal dalam
laki-laki dalam hubungan antara gen dan enzim. Abnormalitas ini ada beberapa
macam yaitu phenylketourea (PKU), Lesh-Nyhan, dan Tay sachs Disease.
Pada tahun 1941, Beadle dan Tatum menemukan formula untuk mendesain
hubungan seperti hipotesis satu gen-satu enzim. Dimana dalam formula tersebut
dijelaskan bahwa sintesis dari sebuah enzim dikontrol oleh sebuah gen, sebagai
contohnya yaitu deteksi mutasi nutrisional pada N. Crassa beserta efeknya. Conidia
dari N. Crassa diinduksi menjadi mutagen dengan bantuan radiasi sinar X atau dengan
cahaya ultraviolet. Dari percobaan tersebut ternyata setiap mutan hanya dapat tumbuh
pada medium minimal yang disuplementasikan dengan nutrisi tertentu yang
dibutuhkan oleh bakteri tersebut. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa setiap mutan
tidak dapat mensintesis nutrisi tertentu dari suplemen yang diberikan karena proses
biokimia yang terjadi dalam sel bakteri tersebut telah diblok yang mana pemblokiran
tersebut dikarenakan adanya penghambatan dari enzim spesifik yang memiliki efek
mutasi dari gen yang mengontrol sintesis enzim tersebut.
Selain pada N. crassa, Beadle dan Boris melakukan eksperimen hipotesis satu
gen-satu enzim terhadap Drososphila dan Diptera yang lainnya yang mana
menunjukkan hasil yang sama seperti pada penelitian dengan menggunakan N. crassa.
Pada Drosophila, implan dari larva vermilion (v) ditransplantasikan ke dalam larva
wild type (N) kemudian akan berkembang menjadu mata wild type untuk difusi
substansi tertentu dari jaringan yang mendukung pigmen wild type. Ketika implan
RESUME VII DYAN LISTIANA/ 150342602064
ONE GENE ONE POLYPEPTIDE QURIN NIKMATURROHANA/ 150342506771
OFFERING G

vermilian ditransplantasikan ke larva cinnabar (cn) akan berkembang menjadi mata


wild type, Hal tersebut mengindikasikan bahwa substansi tertentu yang dibutuhkan
dari jaringan cinnabar masuk ke dalam implant vermilion dan memproduksi mata
wild type. Di lain sisi, implan cinnabar (cn) yang ditransplantasikan ke dalam larva
tersebut, maka implan cinnabar akan menginduksi perkembangan dari mata cinnabar
karena tidak terdapat substansi tertentu yang dibutuhkan dari jaringan vermilion
masuk ke dalam implan cinnabar dan memproduksi mata cinnaba. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa sintesis dari pigmen mata diblok oleh tahap biokimia yang
digunakan untuk memproduksi pigmen mata vermilion .......
2. Hipotesis satu gen satu polipeptda
Pada tahun 1949, James V. Need dan E.A Beet mengusulkan tentang sickle-
cell anemia (anemia bulan sabit). Penyakit ini disebabkan oleh gen mutatn yang
homozigot pada individu degan anemia bulan sabit, tetapi heterozigot pada orang
dengan pembawa sel bulan sabit. Tiga macam dari hemoglobin dalam proses
elektroforesis menunjukkan bahwa hemoglobin dari penderita sickle-cell anemia
mengandung campuran dari normal dan hemoglobin sickle-sel dalam................
Hemoglobin A, mengandung 4 rantai polipeptida, dua identik rantai dan dua
rantai . Dalam hemoglobin sickle-cell anemia mempunyai rantai tetapi memiliki
rantai yang berbeda pada 6 asam amino. Enam asam amino dari rantai beta
hemoglobin normal adalah asam glutamic, diama hemoglobin sel bulan sabit adalah
valin. Rantai Polipeptda dan dari hemoglobin merupakan protein spesifik dengan
pemisahan gen. Banyak protein dan enzim lain yang mengandung dua atau lebih
rantai polipeptida yang dikode oleh gen yang berbeda juga.
Dari informasi tersebut diindikasikan bahwa beberapa polipeptda disintesis
dengan sebuah protein jika polipeptida tersebut memiliki komposisi sisi atau tersusun
atas lebih dari satu polipeptida. Jika protein memiliki komposisi lebih dari satu tipe
polipeptida, setiap polipeptida akan disintesis secara individual dibawah kontrol dari
gen yang terpisah dan setelah sintesis setiap polipeptida akan constitute protein akhir.
3. Other Investions Related to the Relationship between a Gene and Polypeptide
Synthesize
a. Penyusunan kembali gen
Organisme eukariot memiliki beberapa mekanisme untuk penyusunan kembali
segmen tertentu dari DNA dalam sebuah jalur yang terkontrol. Contohnya: DNA yang
RESUME VII DYAN LISTIANA/ 150342602064
ONE GENE ONE POLYPEPTIDE QURIN NIKMATURROHANA/ 150342506771
OFFERING G

ditemukan pada Saccharomyces cerevisiae, Drosophila, Trypanasoma, seperti pada


limfosit B manusia. Penyusunan kembali dalam molekul DNA juga termasuk dalam
proses regulasi selama perkembangan. Dalam manusia, limfosit B seperti potensi
DNA enable diferensiasi sel untuk memproduksi variasi dari imunoglobulin yang
spesifik. Proses penyusunan kembali DNA limfosit B akan memproduksi segmen
peyusunan kembali dari gen yang mengkode untuk rantai ringan sebagai rantai berat
protein dari imunoglobulin. Penyusunan kembali gen related ekspresi gen sampai
level fenotip. Perubahan fenotip harus diproses melalui perubahan polipeptida.
b. Pemotongan transkrip dari gen mRNA
Gen pengkode mRNA pada organisme eiukariot berbeda dengan organisme prokariot,
yang mana pada eukariot terdapat suatu keterlibatan sekuen. Namun pada dasarnya tRNA
maupun rRNA sama-sama memiliki urutan intervensi yang disebut sebagai intron atau non-
coding. Transkripsi pada organisme eukariot hanya terjadi pada exon, yang mana
pemotongan dari exon mRNA terdapat berbagai cara. Telah diketahui bahwa tidak semua
transkripsi akan selalu menjadi bagian dari tnRNA eukariotik. Misalnya kasus pada
Drosophila melanogaster, bahwa pemotongan hasil transkripsi gen antenepedia exon sama
seperti gen trypomiosin exon.
Terdapat contoh fenomena lainnya, transkripsi exon dari alternatif pemotongan gen
bovine yang mengkodekan mRNA preprotachykinin. Kemudian dapat diketahui bahwa satu
alternatif dari pemotongan transkrip exon pada eukariotik sejatinya mengkode gen lebih dari
satu tipe polipeptida dari molekul prekusor mRNA. Pemotongan transkrip exon dapat
menghasilkan tipe protein yang berbeda, sehingga nantinya ekspresi gen yang ada dapat
disampaikan pada kelompok protein relatif, pada kasus ini diproduksi dua tipe mRNA
preprotachykinin. Dua tipe mRNA preprotachykinin akan diterjemahkan dan kemudian
memproduksi dua tipe protein neuropeptida yaitu P dan K. Neuropeptida P dominan pada
jaringn saraf, sedangkan neuropeptida K lebih dominan pada intestinum mupun jaringan
steroid.
Berbeda dengan organisme prokaritik, bahwa transkrip ekson tidak termasuk transkrip
intron yang ditunjukkan jelas pada organisme eukariotik, bhwa colinearitas antara gen dan
polieptida tidak lengkap.
Berkaitan dengan satu alternatif sambungan transkrip exon dari gen eukariotik yang
mengkode mRNAs, hal ini menunjukkn bahwa pada organisme eukariotik setiap gen yang
mengkode lebih dari satu tipe poipeptida. Sambungan transcript exon dalam organisme
RESUME VII DYAN LISTIANA/ 150342602064
ONE GENE ONE POLYPEPTIDE QURIN NIKMATURROHANA/ 150342506771
OFFERING G

eukariotik dapat menghasilkan tipe protein yang berbeda. Jadi, expresi dari gen dapat
menghasilkan sebuah kelompok relatif protein.
c. Gen yang Overlapping (tumpang tindih)
Overlapping gene atau gene yang tumpang tindih maksudnya adalah gen tertentu ada
pada gen yang lain. Telah diketahui terdeteksi pada phage x 174. Phage ini mempunyai
kromosom DNA untai tunggal dari 5386 nukleotida. Dinyatakan bahwa tepat jika kode DNA
hanya 1795 asam amino cukup untuk membentuk 5-6 protein. Phage kecil dapat mensintesis
11 protein mengandung 2300 asam amino. Setidaknya terdapat 4 kasus inisiasi yang
menunjukan adanya tumpag tindih dari urutan asam amino polipeptida hasil sintesis.
Terdapat tujuh gen overlapping yaitu A. A, C, D, E, B dan K. Pengkodean polipeptida
K dan B dimulai dari bacaan yang berbeda, meskipun keduasekuen pengkodean berada
dalam sekuen yang mengkode polipeptida. Bahkan diketahui sekuen K juga tumpang tindih
dengan sekuen pengkodean yang menentukan polipeptida C. Kemudian sekuen A berada
tepat di sekuen A, bahkan dua sekuen berakhir di nukleotida yang sama, namun sekuen E
dimulai dalam sekuen yang menentukan polipeptida D.
Berkaitan dengan overlapping genes, terdapat dua versi reading frame, yaitu versi yang
pertama termasuk gen yang memiliki reading frame tunggal, namun untuk versi yang kedua
termasuk gen yang memiliki reading frame yang berbeda.
Overlapping genes dapat terbentuk pula pada GH fage, SV40 fage, X fage dan bakteri,
yaitu E. Coli maupun pada kromosom mitokondria. Selain itu juga terdeteksi pada tikus,
diketahui terdapat dua overlapping genes pada tikus yang ditemukan berlawanan dengan
DNA di wilayah yang sama, yaitu GnRH dan RH.
d. Tidak Semua Gen mentranskripsikan mRNA
Dinyatakan bahwa tidak semua gen mentranskripsikan mRNA yang akan diterjemahkan
ke polipeptida. Beberapa gen mentranskrip tRNA, rRNA sama baiknya dengan snRNA.
Sebenarnya ada beberapa gen yang terdeteksi dalam organisme yang berfungsi mentranskrip
banyak tipe tRNA yang berpasangan dengan kode genetik yang berkaitan dalam proses
penerjemahan atau translasi. Ada pula beberapa gen yang terdeteksi bahwa kuantitasnya
tidak sebanyak tRNA, namun beberapa organisme fungsinnya mentranskrip rRNA,
contohnya pada organisme prokariotik, yaitu transkrip gen 5S Rrna, 16S rRNA, namun pada
mamalia juga terdapat transkrip gen 5SrRNA, 5,8S rRNA, 18S rRNA dan 28S rRNA. Pada
organisme euukariotik ada pula transkrip gen snRNA.
RESUME VII DYAN LISTIANA/ 150342602064
ONE GENE ONE POLYPEPTIDE QURIN NIKMATURROHANA/ 150342506771
OFFERING G

Review Hipotesis Satu Gen Satu Polipeptida


Paradigma dari hipotesis atau konsep klasik satu gen satu polipeptida sebenarnya
kurang sesuai apabila digunakan untuk menjelaskan hubungannya dengan gen antibodi. Pada
organisme eukariotik colinearity antara gen dan polipeptida diartikan gen sebagai sekuen
DNA yang berlanjut dan dianggap tidak relevan apabila membahas mengenai batas-batas
pengartian gen bukan sebagai sekuen DNA berlanjut. Diketahui adanya lebih dari satu
alternatif penyambungan ekson transkrip mRNA gen organisme eukariotik merupakan suatu
bukti langsung dan eksplisit bahwa salah satu kode gen mRNA dapat menentukan lebih dari
satu tipe polipeptida. Sebenarnya benar bahwa secara struktural apabila penyusun gen
dikesampingkan terlebih dahulu, maka setiap gen yang disusun ulang dikategorikan dengan
tepat, namun hal tersebut dapat menentukan tipe polpeptida.
Berkaitan dengan kasus ataupun fakta yang telah dibahas, paradigma hipotesis satu
gen satu polipeptida tidak sesuai dengan semua organisme virus ataupun eukariotik yang
lebih tinggi. Namun apabila paradigma tersebut tetap ingin dipertahankan maka paradigma
tersebut hanya akan berlaku pada organisme prokariotik tertentu misal virus tertentu.

Pertanyaan
1. Mengapa dalam perubahan fenotip harus melalui proses perubahan polipeptida?
Jawab:
Dari hasil translasi mRNA akan dihasilkan rangkaian asam amino yang
membentuk polipeptida. Polipeptida tersebut yang nantinya akan disusun menjadi
sebuah protein yang fungsional bagi semua sel yang membutuhkannya. Fenotip
merupakan sifat yang tampak dari suatu individu. Fenotip sangat erat kaitannya
dengan protein dimana fenotip yang tampak pada suatu individu merupakan hasil dari
ekspresi gen dari suatu sel yang diinduksi oleh protein sesuai dengan kebutuhan sel
tersebut. Oleh sebab itu, perubahan fenotip harus melalui proses perubahan
polipeptida karena dengan adanya perubahan polipeptida, protein yang dihasilkan
juga akan berbeda dari semula sehingga ekspresi gen yang dimunculkan oleh induksi
protein tersebut juga akan berbeda/ berubah.
2. Bagaimana implan larva vermilion yang ditransplantasikan ke larva cinnabar dapat
menginduksi mata wild type (+)?
Jawab:
RESUME VII DYAN LISTIANA/ 150342602064
ONE GENE ONE POLYPEPTIDE QURIN NIKMATURROHANA/ 150342506771
OFFERING G

Dalam hal ini larva vermilion diketahui memiliki gen cn+ sedangkan larva
cinnabar memiliki gen v+. Interaksi dari kedua gen tersebut akan menghasilkan
pigmen mata ommochromes untuk wild type.
Pigmen mata serangga termasuk dalam kelompok zat yang disebut
ommochromes yang precusor utamanya adalah triptofan. Gen v+ pada Drosophila
melanogaster memproduksi sebuah enzim yang mengubah triptofan menjadi
Kynurenine. Kemudian ketika kynurenin dimasukkan ke dalam tubuh individu yang
memiliki gen cn+ maka gen tersebut akan memproduksi sebuah enzim yang dapat
mengubah kynunrenine menjadi 3-Hydroxy kynurenine. 3-Hydroxy kynurenine ini
merupakan asam amino yang menginduksi pigmen mata ommochromes untuk wild
type.

Qurin Nikmaturrohana (150342606771)


1. Keterkaitan antara gen dengan sintesis polipeptida memicu adanya penemuan oleh
para ahli, salah satunya menegnai penyusunan gen kembali. Lantas bagaimana
penyusuanan ulang gen secara langsung pada organisme eukariot? Apakah akan
berpengaruh terhadap sintesis polipeptida?
Jawab: Menurut ahli, organisme eukariotik memiliki beberapa mekanisme untuk
menyusun ulang segmen dari DNA dalam mengontrol ekspresi gen, mirip dengan
mekanisme menambah jumlah gen saat diperlukan. Sebelumnya juga telah diketahui
bahwa beberapa organisme eukariotik dapat menyusun ulang gen dengan perintah
merubah keadaan dari ekspresi gen. Adanya penyusunan gen kembali maka akan
berpengaruh pula terhadap perubahan sintesis polipeptida, sebab kasus ini
berhubungan dengan ekspresi gen tingkat fenotip, yang mana apabila fenotip berubah
maka akan memengaruhi perubahan suatu sintesisi polipeptida.
2. Suatu fenomena suatu gen terdapat pada gen lain atau overlapping genes dinyatakan
bahwa akn optimum apabila gen tersebut terjadi pada phage. Kemudian mengapa gen
overlapping hanya optimum jika terjadi pada phage? Apabila mengalami overlapping
atau tumpang tindih apakah akan memengaruhi kerja atau fungsinya?
Jawab: Gen overlapping hanya optimum jika terjadi pada phage, sebab Phage kecil
bahkan mampu mensintesisi 11 protein yang mengandung 2300 asam amino dengan
tepat. Ini menunjukkan bahwa optimum pada phage yang memiliki DNA berukuran
RESUME VII DYAN LISTIANA/ 150342602064
ONE GENE ONE POLYPEPTIDE QURIN NIKMATURROHANA/ 150342506771
OFFERING G

kecil. Bahkan dari penelitian para ahli gen overlapping ini dterdeteksi pada phage
yaitu bakteri, virus serta genom kecil lainnya.
Kemudian gen yang mengalami tumpang tindih tetap akan melakukan tugasnya dan
menyesuaikannya meskipun tumpang tindih, misalnya pada gen overlapping A. A, C,
D, E, B dan K. Pengkodean polipeptida K dan B dimulai dari bacaan yang berbeda,
meskipun kedua sekuen pengkodean sama-sama berada dalam sekuen yang mengkode
polipeptida.

Anda mungkin juga menyukai