Anda di halaman 1dari 2

Peringatan atau Ritual?

Oleh Uswatun
Reporter Express

Apa sih sebenarnya makna hari wanita sedunia? Jika sudah ada hari Kartini, hari Ibu,
mengapa masih perlu diadakan hari khusus lagi bagi para wanita? Bukankah dua hari
istimewa dalam satu tahun saja sudah cukup? Mengapa mesti ditambah dengan peringatan
hari Wanita sedunia?

Usut punya usut, ternyata hari Wanita Sedunia mulai diperingati untuk menghargai dan
menghormati keberhasilan perempuan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ekonomi,
sosial, dan politik. Kalau hanya memperingati hari-hari itu, bukankah melalui hari Kartini
dan hari Ibu juga bisa? Peringatan hari Kartini yang jatuh setiap 21 April mengingatkan kita
akan kegigihan R.A Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita. Begitu pula dengan
peringatan hari Ibu yang menjelaskan betapa pentingnya peran ibu dalam keluarga dan
kehidupan.

Lantas, masih perlu kah menambah hari peringatan untuk kaum hawa? Jika hal ini terus
berlangsung, mungkin lama-kelamaan akan menimbulkan rasa iri bagi kaum adam. Yahh,
barangkali kaum lelaki akan merasa cemburu. Mungkin juga, mereka akan menuntut
diberikan penambahan hari khusus bagi kaumnya. Hal ini mungkin saja terjadi, karena hari
untuk laki-laki hanya ada satu kali dalam setahun. Tepatnya pada tanggal 12 November yang
konon diperingati sebagai hari Ayah. Sedangkan sang ibu memiliki tiga hari istimewa dalam
setahun.

Para ayah bisa saja menuntut keadilan. Bagaimanapun juga, pada dasarnya setiap keluarga
didirikan oleh dua insan yaitu laki-laki dan perempuan. Laki-laki mempunyai kewajiban
besar yang tidak kalah dengan perempuan, yaitu sebagai kepala rumah tangga. Jadi, sah-sah
saja bila mereka merasa iri pada perempuan.

Banyak yang mengatakan bahwa hari-hari khusus wanita merupakan momen dimana
perempuan memiliki kebebasan untuk menyampaikan aspirasi dan menuntut keadilan. Hai
Vroh?? Mau sampai kapan kita memiliki pola pikir sedangkal itu?? Kalau hanya sekadar
menyampaikan aspirasi dan tuntutan tentang keadilan harus menunggu adanya hari khusus,
mau sampai kapan?? Mau menunggu masalah dan unek-unek kita menumpuk setinggi
Gunung Pati??

Yupss, mulai sekarang kita harus mengubah pola pikir tentang hari-hari khusus dan
pemaknaannya. Hari khusus jangan dijadikan patokan atau tanggal untuk melakukan ritual
penuntutan hak saja. Kapanpun dan dimanapun kita memiliki aspirasi, kapanpun dan
dimanapun kita menemukan hal yang tidak lazim terjadi pada perempuan, segera tindak
lanjuti! Kebaikan tidak perlu menunggu adanya momen khusus, bukan?

Anda mungkin juga menyukai