Yudi Pratama
(15710276)
PEMBIMBING:
1
1.1 Latar Belakang
Beberapa tipe konjungtivitis dan penyebabnya antara lain adalah oleh bakteri,
klamidia, virus, riketsia, penyebab yang berkaitan dengan penyakit sistemik, jamur,
parasit, imunologis, sebab kimia atau iritatif lainnya, penyebab yang tidak diketahui
dan sekunder oleh karena dakriosistitis atau kanalikulitis. Diantara penyebab-
penyebab tersebut, yang paling sering diketemukan di masyarakat adalah
konjungtivitis disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,
Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis, kebanyakan strain adenovirus
manusia, herpes simplex virus tipe 1 and 2, and dua picornaviruses. Dua agen yang
ditularkan secara seksual yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Chlamydia
trachomatis and Neisseria gonorrhoeae.
2
sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk
1, 3
mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
3
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi
vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi, atau Radang pada selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata.1,
2.2 Anatomi
Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran
mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi
permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata
yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu konjungtiva
palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak areanya, konjungtiva ibagi
menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal.
4
Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus.Pada konjungtiva palpebra,
terdapat dua lapisan epithelium dan menebal secara bertahap dari forniks ke limbus
dengan membentuk epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah marginal
kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang
lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan
ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada
tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat
pada daerah kornea.3
.
Gambar 2.5. Anatomi Konjungtiva
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikut i pola arterinya membentuk jaringjaring
vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun
dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh
limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak. 1
5
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik)
nervus trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 1,3
Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua
grup besar yaitu 3,4
1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah
inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis
superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan
kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria.
Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun
karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah
yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air
mata bukan merupakan medium yang baik. 1
2.3 Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari. 3
1. Hiperemia.
6
Mata yang memerah adalah tanda tipikal dari konjungtivitis. Injeksi
konjungtival diakibatkan karena meningkatnya pengisian pembuluh darah
konjungtival, yang muncul sebagian besar di fornik dan menghilang dalam
perjalanannya menuju ke limbus. Hiperemia tampak pada semua bentuk
konjungtivitis. Tetapi, penampakan/visibilitas dari pembuluh darah yang hiperemia,
lokasi mereka, dan ukurannya merupakan kriteria penting untuk diferensial
diagnosa. Seseorang juga dapat membedakan konjungtivitis dari kelainan lain seperti
skleritis atau keratitis berdasar pada injeksinya. Tipe-tipe injeksi dibedakan menjadi:
11,12
7
Gambar 3. bentuk-bentuk injeksi pada konjungtiva
dikutip dari Lang GK, Lang GE. Conjunctiva. Dalam: Lang GK, Gareis O, Amann J, Lang GE, Recker
D, Spraul CW, Wagner P. Ophthalmology: a short textbook. New York: Thieme; 2000.
2.Discharge ( sekret )
Berasal dari eksudasi sel-sel radang. Kualitas dan sifat alamiah
eksudat(mukoid, purulen, berair, ropy, atau berdarah) tergantung dari etiologinya.1
8
Dikutip dari http://www.eyedoctom.com/eyedoctom/EyeInfo/Images/Chemosis2.jpg
5.Pseudoptosis
Kelopak mata atas seperti akan menutup, disebabkan karena adanya infiltrasi
sel-sel radang pada palpebra superior maupun karena edema pada palpebra superior. 3
6.Hipertrofi folikel
Terdiri dari hiperplasia limfoid lokal dengan lapisan limfoid dari konjungtiva
dan biasanya mengandung germinal center. Secara klinis, folikel dapat dikenali
sebagai struktur bulat, avaskuler putih atau abu-abu. Pada pemeriksaan menggunakan
slit lamp, pembuluh darah kecil dapat naik pada tepi folikel dan mengitarinya.
Terlihat paling banyak pada kasus konjungtivitis viral dan pada semua kasus
konjungtivitis klamidial kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, pada beberapa kasus
konjungtivitis parasit, dan pada beberapa kasus konjungtivitis toksik diinduksi oleh
medikasi topikal seperti idoxuridine, dipiverin, dan miotik. Folikel pada forniks
inferior dan pada batas tarsal mempunyai nilai diagnostik yang terbatas, tetapi ketika
diketemukan terletak pada tarsus(terutama tarsus superior), harus dicurigai adanya
konjungtivitis klamidial, viral, atau toksik (mengikuti medikasi topikal). 12
.
9
Gambar 5. gambaran klinis dari folikel
Dikutip dari James B, Chew C, Bron A. Conjunctiva, Cornea and Sclera. Dalam: Lecture Notes on
Ophthalmology. 9th edition. India: Blackwell Publishing; 2003
7.Hipertrofi papiler
10
Gambar 6. gambaran klinis hipertrofi papiler
Dikutip dari www.onjoph.com
11
9.Phylctenules
10.Formasi pannus
11. Granuloma
Adalah nodus stroma konjungtiva yang meradang dengan area bulat merah
dan terdapat injeksi vaskular. Tanda ini dapat muncul pada kelainan sistemik seperti
tuberkulosis atau sarkoidosis atau mungkin faktor eksogen seperti granuloma jahitan
postoperasi atau granuloma benda asing lainnya. Granuloma muncul bersamaan
dengan bengkaknya nodus limfatikus preaurikular dan submandibular pada kelainan
seperti sindroma okuloglandular Parinaud.
12
Gambar 17 Granuloma konjungtiva disertai dengan folikel pada sindroma okuloglandular Parinaud.
dikutip dari
Kanski JK. Conjunctiva. Dalam: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5 th edition. hal. 63-
81
2.4 Klasifikasi
Definisi
13
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus,
dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2
minggu jika tidak diobati dengan memadai. 3
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari
sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa
hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria
meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini, 4
Diagnosis
Hiperemi Konjungtiva
Edema kelopak dengan kornea yang jernih
Kemosis : pembengkakan konjungtiva
Mukopurulen atau Purulen4
Pemeriksaan
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan segmen anterior bola mata
Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk
mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya. 5
14
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan.
Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman
seperti seprei, kain, dll.1,5
Pemeriksaan Laboratorium
Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat
diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1
minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi
hari dan mempercepat penyembuhan1, 3
15
Perjalanan dan Prognosis
Pencegahan
16
berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel.
Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
Laboratorium
Terapi
17
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam
sekitar 10 hari. 1
Laboratorium
Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva
Terapi
Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000
yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya dalam 30
menit). Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin hanya
sedikit manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan cukup baik, namun
sering kambuh kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.
B. Konjungtivitis Vernalis
suatu inflamasi mata bagian luar yang bersifat musiman dan dianggap sebagai
suatu alergi. 7
18
Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan (mast sel)
yang melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam merespon terhadap berbagai
rangsangan (seperti serbuk sari atau debu tungau) . Mediator ini menyebabkan radang
pada mata, yang mungkin sebentar atau bertahan lama. Sekitar 20% dari orang
memiliki tingkat mata merah alergi.7
Diagnosis
Ditemukan adanya tanda-tanda radang konjungtiva
Ditemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior
Ditemukan adanya tantras dot pada limbus kornea
Kadang disertai shield ulcer
Bersifat kumat-kumatan1, 3
Gejal danTanda :
Mata merah (biasanya rekuren)
Kadang disertai rasa gatal yang hebat
Adanya riwayat alergi
Adanya hipertrofi papil difus pada konjungtiva tersal terutama superior
Adanya penebalan limbus dengan tantras dot
Discharge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi
sekunder4,7
Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin, ruangan
sejuk, lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical levokabastin,
emestadine), vasokonstriktor (phenileprine, tetrahidrolozine), mast cell stabilizer
(cromolin sodium 4% alomide)
Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide),
antiinflamasi steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid topical atau agen
modulator siklosporin. Pada pasien denga sheld ulcer bias diberikan sikloplegik yang
agresif (atropine 1%, homatropin 5%, atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic topikal
Dapat diberikan antihistamin sistemik.8
C. Konjungtivitis Atopik
19
vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa
pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea
yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis
terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti dengan
vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan bervaskularisasi,
dan ketajaman penglihatan. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien
atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi.
Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering
ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-
larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis
vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah berusia 50 tahun. 3,4
Laboratorium
Terapi
Phlyctenulosis
Definisi
Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon hipersensitivitas lambat
terhadap protein mikroba, termasuk protein dari basil tuberkel, Staphylococcus spp,
20
Candida albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptus, dan Chlamydia
trachomatis serotype L1, L2, dan L3. 1
Terapi
Phlyctenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari infeksi
sistemik lain berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid topical. Terjadi reduksi
sebagian besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24 jam berikutnya.
Antibiotika topical hendaknya ditambahkan untuk blefarikonjungtivitis stafilokokus
aktif. Pengobatan hendaknya ditujukan terhadap penyakit penyebab, dan steroid bila
efektif, hendaknya hanya dipakai untuk mengatasi gejala akut dan parut kornea yang
menetap. Parut kornea berat mungkin memerlukan tranplantasi. 1
2.7.1 Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun:
Keratokonjungtivitis Sicca
Berkaitan dgn. Sindrom Sjorgen (trias: keratokonj. sika, xerostomia, artritis).
Gejala:
- khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak sebanding
dengan tanda-tanda radang.
- Dimulai dengan konjungtivitis kataralis
- Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi menjelang
siang atau malam hari rasa sakit semakin hebat.
- Lapisan air mata berkurang (uji Schirmer: abnormal)
- Pewarnaan Rose bengal uji diagnostik.
Pengobatan:
21
- air mata buatan vitamin A topikal
- obliterasi pungta lakrimal.
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yangmasuk ke
saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah
pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan
berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut)
menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut
belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada
efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan
terasa mengganggu secara menahun. 1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek
langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup
kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus
menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung
konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara
konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan terjadi
jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama luka
bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.
Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan. 5,6
22
pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan
prognosisnya lebih baik. 4,6
23
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : An. T
Umur : 14 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : siswa
Alamat : Sidoarjo
Tanggal pemeriksaan : 3 September 2012
3.2. Anamnesa
Keluhan utama : mata merah
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poli mata karena mata kanan dan kiri berwarna merah, gatal,
mengeluarkan banyak air, dan sering belekan. Sedangkan pengelihatan mata
kanan dan kiri tidak ada masalah. Pasien mengaku mengalami gejala ini sejak
24
setahun yang lalu dan sering kumat-kumatan, terutama bila hawa panas dan
terkena sinar matahari.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien sudah berulang kali mengalami gejala-gejala ini sejak setahun yang
lalu.
Pasien tidak punya riwayat asma, dermatitis atopik, alergi makanan, dan
alergi obat disangkal.
Riwayat terapi:
Pasien rutin berobat ke poli mata kalau penyakitnya kambuh.
Sebelumnya dari poli mata pasien mendapat obat vernacel dan conver.
Riwayat Lingkungan:
Di lingkungan pasien tidak ada yang sakit seperti ini
Pasien sering bermain diluar rumah sepulang sekolah.
3.3. Pemeriksaan
1. status general
- keadaan umum : cukup
- kesadaran : compos mentis
- gizi : cukup
- vital sign : tensi 120/80 mmHg,
nadi 90x/menit,
suhu 36,8
- Kepala leher : A/I/C/D : -/-/-/-
Pembesaran KGB (-)
- thorax : cord dan pulmo dalam batas normal
- andomen ; dalam batas normal
- ekstremitas : dalam batas normal
25
2. status lokalis
Okuli Dextra Okuli Sinistra
Proyeksi Iluminasi BSA BSA
Fluorescein Test (-) (-)
Palpebra Superior Edema (-) Edema (-)
Ekimosis (-) Ekimosis (-)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)
Palpebra Inferior Edema (-) Edema (-)
Ekimosis (-) Ekimosis (-)
Konjungtiva Tarsus Hiperemia (+) Hiperemia (+)
Hipertrofi papiler (+) Hipertrofi papiler (+)
Superior
Giant papil (+) Giant papil (-)
Hipertrofi folikel (-) Hipertrofi folikel (-)
Hordeolum (-) Hordeolum (-)
Chalazion (-) Chalazion (-)
Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Pseudomembran (-) Pseudomembran (-)
Konjungtiva Tarsus Hiperemia (+) Hiperemia (+)
Hipertrofi papiler (-) Hipertrofi papiler (-)
Inferior
Hipertrofi folikel (-) Hipertrofi folikel (-)
Hordeolum (-) Hordeolum (-)
Chalazion (-) Chalazion (-)
Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Pseudomembran (-) Pseudomembran (-)
Konjungtiva Bulbi CVI (+) CVI (+)
PCVI (-) PCVI (-)
Bleeding (-) Bleeding (-)
Pterigium (-) Pterigium (-)
Pinguekula (-) Pinguekula (-)
Kemosis (-) Kemosis (-)
Sklera Hiperemia (-) Hiperemia (-)
Kornea Keruh (-) Keruh (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Pannus (-) Pannus (-)
KP (-) KP (-)
26
Flare (-) Flare (-)
Kamera Okuli Anterior Hipopion (-) Hipopion (-)
Iris Edema (-) Edema (-)
Refleks pupil (+) Refleks pupil (+)
Sinekia posterior (-) Sinekia posterior (-)
Lensa Katarak (-) Katarak (-)
3.4. Resume
Seorang anak perempuan berusia 14 tahun dapat ke poli mata RSD Sidoarjo,
mengeluhkan mata kanan dan kiri berwarna merah, gatal, mengeluarkan
banyak air, dan sering belekan. Sedangkan pengelihatan mata kanan dan kiri
tidak ada masalah. Pasien mengaku mengalami gejala ini sejak setahun yang
lalu dan sering kumat-kumatan, terutama bila hawa panas dan terkena sinar
matahari.
Pada pemeriksaan didapatkan:
- VOD/VOS =5/5 ; 5/5.
- OD :
o Hiperemia (+) konjungtiva tarsus superior et inferior.
o CVI (+)
o Hipertrofi papiler (+) dan ditemukan adanya giant papil pada
konjungtiva tarsus superior.
- OS :
o Hiperemia (+)konjungtiva tarsus superior et inferior.
o CVI (+)
o Hipetrofi papiler (+) kongjungtiva tarsus superior.
o Horner trantas dots (+) pada limbus
3.6 Penatalaksanaan:
- Planning Diagnostik : (-)
- Medikamentosa :
Vascon-A 3x1 tetes /hari selama 7 hari
Epinastine HCL 0,05% 2x1 tetes/hari /7hari
- Edukasi :
Hindari sinar matahari langsung pada mata dengan
pengunaan penutup kepala.
27
Berada pada lingkungan atau ruangan dingin saat
beraktivitas .
Penggunaan kompres dingin pada kedua mata saat
setelah beraktivitas di cuaca yang panas.
Teratur mengunakan obat yang di anjurkan.
DAFTAR PUSTAKA
3. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal
2, 134.
4. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
5. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000. hal 356.
6. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa
kedokteran. Jakarta. 2002
7. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
8. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1983
28
29