Anda di halaman 1dari 6

AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan 34

Volume 8. Nomor. 2. Tahun 2014 ISSN 1978 -1652

EFEKTIFITAS FILTER BAHAN ALAMI


DALAM PERBAIKAN KUALITAS AIR MASYARAKAT NELAYAN
WILAYAH PESISIR KABUPATEN BANGKA

Wahyu Adi, Suci Puspita Sari, Umroh

Manajemen Sumberdaya Perairan, FPPB Universitas Bangka Belitung

ABSTRAK

Local fisherman communities in Bangka regency coastal, have a clean water supply
problem. They Local fisherman communities in Bangka regency coastal, have a clean water supply
problem. They have to buy clean water for 2.000 IDR per 20 liters. This research about water
filter effectiveness, using natural resources. Research on the effectiveness of the filter with natural
materials need to be done to overcome these problems . With the experimental method, stacking
filters designed with several treatment sequence. Treatment 1: rubble, fibers, quartz sand,
charcoal, cotton. Treatment 2: Fine sand, gravel, palm, coconut shell charcoal, and rubble.
Treatment 3: rubble, gravel, fibers, fine sand, charcoal, cotton. Of the three treatment showed no
clean water quality standard approach , and among the three, treatment 2 were approaching the
value of clean water quality standard.

Keyword : water purifier, coastal, water filter

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

Permasalahan serius di Provinsi Penelitian ini dilaksanakan selama


Kepulauan Bangka Belitung yang menjadi 8 bulan. Sampel air yang digunakan pada
topik pembicaraan media adalah masalah penelitian ini diambil dari sumur yang biasa
krisis air bersih, dan sampai saat ini masalah digunakan masyarakat nelayan Kabupaten
krisis air bersih masih banyak di daerah Bangka Daerah Nelayan 1 dan Nelayan 2).
pedesaan atau di perkotaan Provinsi Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Kepulauan Bangka Belitung (Babel Pos, bahan-bahan alami yang digunakan untuk
2010). Berdasarkan informasi penduduk membuat saringan bertingkat dengan bahan
Kampung Nelayan Sungailiat, untuk sederhana, murah dan mudah didapat yang
memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, terdiri kerikil, pasir, ijuk, arang dan rubble
harus membeli air dengan harga Rp. 2000,- (pecahan karang) yang didapat dari pantai.
per 20 liter. Fenomena tersebut merupakan Metode dalam kegiatan ini adalah
hal yang sangat perlu ditanggulangi demi eksperimen. Metode ini menggunakan cara
memenuhi kebutuhan air bersih di yang paling mudah, sederhana dan metode
Kabupaten Bangka, khususnya di wilayah yang sesuai dengan kemampuan masyarakat
lingkungan Nelayan, Kelurahan Sungailiat pesisir. Salah satu metode yang tepat
karena air bersih merupakan kebutuhan yang digunakan untuk pengolahan air keruh dari
sangat vital bagi masyarakat. sumur gali rumah tangga menjadi air bersih
Penelitian ini bertujuan untuk di daerah tersebut adalah metode saringan
menyaring air sumur yang keruh menjadi air bertingkat (Said dan Wahjono, 1999).
bersih yang bisa digunakan masyarakat Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan
pesisir dengan perlakuan tertentu. Hasil dalam urutan penyusunan media
penelitian ini dapat digunakan sebagai penyaringan. Hal ini dilakukan untuk
informasi mengenai pengolahan sederhana menentukan urutan media yang paling baik
untuk memperoleh air bersih sesuai dengan kualitas air bersihnya (secara detil perlakuan
standar yang diperbolehkan kemudahan dan dibahas pada bagian filtrasi). Model
biaya yang rendah dalam operasi dan saringan sederhana sebagai solusi
pemeliharaan sistem penyediaan air bersih pemecahan krisis air bersih seperti yang
untuk masyarakat, sehingga diharapkan ditunjukkan pada Gambar 1.
pemanfaatannya akan berkelanjutan.
AKUATIK-Efektifitas Filter Bahan Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Masyarakat Nelayan 35
Wilayah Pesisir Kabupaten Bangka

Gambar 1. Desain pembuatan fasilitas air bersih


Pelaksanaan pembuatan fasilitas endapan; d. Penurunan kadar besi (Fe) dan
pengolahan air sumur gali menjadi bersih Mangan (Mn) dengan aerasi; dilanjutkan
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu: dengan Filtrasi (penyaringan).
1. PENGUJIAN PERTAMA Proses penyaringan adalah proses
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi
awal atau persiapan sebelum pembuatan atau proses pemisahan antara padatan/koloid
fasilitas air bersih bagi masyarakat, dengan dengan cairan bahan padatan umumnya
pengambilan sampel air sumur yang dapat dilihat langsung, terapung, secepat
digunakan masyarakat nelayan dan potongan kayu atau potongan sayuran yang
dilakukan pengujian laboratorium untuk dapat disaring secara kasar. Apabila air
mengetahui kandungan yang terdapat dalam olahan yang akan disaring berupa cairan
air merupakan efek pengganggu dan yang yang mengandung butiran halus atau bahan-
menurunkan kualitas air itu sendiri bahan yang larut maka sebelum proses
2. PROSES FILTRASI penyaringan sebaiknya dilakukan proses
Salah satu metode yang tepat koagulasi yang menghasilkan endapan.
digunakan untuk pengolahan air keruh dari Dengan demikian bahan-bahan tersebut
sumur gali rumah tangga menjadi air bersih dapat dipisahkan dari cairan melalui filtrasi.
di daerah tersebut adalah metode saringan Adapun perlakuan filtrasi yang digunakan
bertingkat (Said dan Wahjono, 1999), dalam penelitian ini diatur dengan susunan
dengan tahapan awal a. Pemindahan dan filter sebagai berikut:
menampung air dari sumur gali ke wadah Perlakuan 1: rubble (pecahan karang),
air; b. Pengendapan air; c. Pembuangan Ijuk, Pasir Kuarsa, arang, kapas

Volume 8. Nomor. 2. Tahun 2014


AKUATIK-Efektifitas Filter Bahan Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Masyarakat Nelayan 36
Wilayah Pesisir Kabupaten Bangka

Perlakuan 2: Pasir halus, kerikil, ijuk, dan kedua akan dibandingkan dan
arang batok kelapa, dan rubble dibahas secara diskriptif.
Perlakuan 3: rubble (pecahan karang),
kerikil, ijuk, pasir halus, arang, kapas HASIL DAN PEMBAHASAN

3. PENGUJIAN KEDUA Dari hasil pengamatan dan


Sampel air diuji di laboratorium pengukuran kualitas air didapatkan beberapa
untuk diukur beberapa parameter yang hasil seperti yang termuat di Tabel 1.
telah diuji sebelumnya di Pengujian
Pertama. Hasil dari pengujian pertama Tabel 1. Hasil Pengukuran Air
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3
Baku
No Parameter N.1 N.2 N.1 N.2 N.1 N.2 Mutu
A B A B A B A B A B A B
1 Warna W.1 W.3 W.2 W.4 W.2 W.4 W.2 W.4 W.2 W.4 W.2 W.4 W.4
2 Bau B.1 B.2 B.1 B.2 B.1 B.3 B.1 B.3 B.1 B.1 B.1 B.1 B.3
3 pH 5 6 5 6 6 6 5 6 6 7 5 6 7
4 Suhu (C) 29 30 28 30 30 31 28 31 25 27 28 29 25-26
5 TDS (mg/l) 416 378 350 285 416 369 350 406 416 467 350 292 1500
6 TSS (mg/l) 902 586 1052 188 902 106 1052 14 902 574 1052 290 85,54
7 Fe (mg/l) 0,1 0,04 0,2 0,03 0,1 0 0,2 0 0,1 0,03 0,2 0,6 <0,1
8 Mn (mg/l) 0,1 0,1 0,3 0,1 0,1 0,1 0,3 0,1 0,1 0,1 0,3 0,2 <0,1
Keterangan : www.transportation.alberta.ca (2014)
Konversi satuan TSS, baku mutu kekeruhan menjadi 85,54 mg/l
maksimal 25 NTU dikonversi menurut Singkatan :
N.1 : Nelayan 1 W.1 : Kekuningan dan Keruh B.1. : Lumpur
N.2 : Nelayan 2 W.2 : Kekuningan B.2. : Berkurang
A : Sebelum Penyaringan W.3 : Agak Jernih/Bening B.3. : Tidak berbau
B : Sesudah Penyaringan W.4 : Jernih/Bening
Sumber terkait Baku Mutu Air Bersih : memiliki karakteristik warna sedemikian
1. Keputusan Menteri Kesehatan No. rupa ternyata mengandung Mangan (Mn).
907 Tahun 2002 Suhu air Desa Nelayan 1 dan 2
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. tidak cocok untuk air minum dikarenakan
416 Tahun 1990 memiliki suhu lebih tinggi dari standar baku
PERLAKUAN 1 mutu, yakni harus berkisar sama dengan
Berdasarkan data hasil penelitian suhu udara. Bau juga menjadi salah satu
yang tertera pada Tabel 1, ditinjau dari segi alasan bahwa air Desa Nelayan 1 dan 2 ini
parameter fisika dan kimia yang tidak layak dijadikan air minum, karena
dibandingkan dengan standar baku mutu air syarat air untuk dijadikan air minum adalah
golongan B, air Desa Nelayan 1 dan 2 tidak air yang tidak berbau. pH juga menjadi
layak digunakan untuk air minum. Air Desa alasan air Desa Nelayan 1 dan 2 ini tidak
Nelayan 1 dan 2 tidak layak dijadikan layak dijadikan air minum karena memiliki
sebagai air minum dikarenakan masih pH asam. Jika pH air asam, maka rasa air
mempunyai warna yang agak keruh. akan asam, namun saat pH air basa, maka air
Menurut Kusnaedi (2010) syarat air minum akan berasa pahit selain itu air yang basa
adalah air tidak berwarna sama sekali sebab biasanya membentuk flok-flok halus yang
air yang berwarna mengandung bahan-bahan lama-kelamaan akan mengendap sehingga
organik, an-organik serta ion-ion logam tidak aman dikonsumsi.
yang berbahaya bagi kesehatan. Ditinjau Ditinjau dari sifat fisikanya,
dari warnanya, air berwarna kuning, Effendi pengaruh media terhadap penurunan nilai
(2003) menambahkan bahwa air yang TDS dan TSS yakni disebabkan karena
media yang digunakan dalam filter tersebut

Volume 8. Nomor. 2. Tahun 2014


AKUATIK-Efektifitas Filter Bahan Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Masyarakat Nelayan 37
Wilayah Pesisir Kabupaten Bangka

adalah pasir kuarsa. Pasir kuarsa memiliki Tidak hanya TDS dan TSS yang
komposisi yang merupakan gabungan dari mengalami penurunan kadar dalam proses
SiO3, Fe2O3, Al2O3, TiO3, CaO, MgO, dan penyaringan ini, melainkan juga Fe dan Mn.
K2O. Beberapa senyawa tersebut berikatan Berkurangnya kadar Fe dan Mn pada air
satu sama lain dan ikatan tersebut akan Desa Nelayan 1 dan 2 dikarenakan oleh
menghilangkan sifat fisik air seperti bau dan pasir kuarsa, dimana ia berfungsi sebagai
kekeruhan. Butiran pasir kuarsa ini memiliki pemisah sisa-sisa flok dan pemisah partikel
pori-pori dan celah yang mampu menyerap besi yang terbentuk setelah kontak dengan
dan menahan pertikel dalam air. Pasir kuarsa udara selain itu mekanisme pasir kuarsa
mempunyai fungsi ampuh yaitu untuk dalam menurunkan kadar Fe yakni dengan
menghilangkan sifat fisik seperti kekeruhan mengikat senyawa Fe2+ lewat OH.
atau lumpur atau bau dengan mekanisme Berpindahnya partikel besi, dan kemudian
menyaring kotoran dan air, pemisah sisa-sisa menempel pada pasir kuarsa, sehingga dapat
flok serta pemisah partikel besi yang mengurangi kadar Fe, namun tidak untuk
terbentuk setelah kontak dengan udara. kadar Mn. Selain pasir kuarsa, yang
Selama penyaringan koloid suspensi dalam mempunyai potensi untuk mengurangi kadar
air akan ditahan dalam media porous Fe dan Mn pada air adalah karbon aktif yang
tersebut sehingga kualitas air akan berupa arang, arang tersebut berfungsi
meningkat. untuk mengikat Fe dan mangan Mn,
Selain pasir kuarsa, rubble sehingga pada treatment menggunakan
(pecahan karang mati) juga mempunyai media ini akan menghasilkan penurunan
peran dalam menurunkan kadar TDS dan kadar mangan dan besi.
TSS dalam proses penyaringan, hal ini Berkurangnya bau dan warna pada
dikarenakan rubble (pecahan karang mati) air disebabkan oleh adanya media pasir
berfungsi sebagai media penyangga dalam kuarsa. Butiran pada pasir kuarsa memiliki
proses filtrasi. Pori kasar yang terdapat pada pori-pori dan celah yang mampu menyerap
pecahan karang akan menyimpan kotoran- dan menahan pertikel dalam air. Fungsi dari
kotoran kecil serta permukaan karang yang pasir kuarsa yaitu untuk menghilangkan sifat
berpori kasar dapat berfungsi sebagai flok- fisik seperti kekeruhan atau lumpur atau bau.
flok dengan menjadi media Dengan terperangkapnya lumpur atau bau
berlindung/menyimpan bakteri yang pada pasir kuarsa, dapat menjadikan bau dan
diperlukan dalam proses filtrasi. Ijuk juga warna pada air berkurang. Dengan
dapat digunakan sebagai agen yang dapat berkurangnya lumpur, dalam artian juga
menurunkan kadar kekeruhan yang nantinya mengurangi warna, dan juga bau.
memberi efek penurunan pula pada kadar PERLAKUAN 2
TDS dan TSS, ijuk berfungsi sebagai media Dari pengamatan dan pemeriksaan
penyaring kotoran-kotoran halus. Arang yang telah dilakukan (hasil pengukuran 2,
tempurung kelapa juga mempunyai pada Tabel 1), dan pendapat Rahadi dan
pengaruh dalam menurunkan kadar TDS dan Kardena (2010) dan Oktarina (2013) bahwa
TSS pada proses penyaringan, hal ini air bersih merupakan air sehat yang bening,
dikarenakan arang batok kelapa tersebut tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
mempunyai daya serap/adsorpsi yang tinggi Setelah dilakukan penyaringan, air yang
terhadap bahan yang berbentuk larutan atau awalnya berbau dan berwarna kuning
uap. Kapas berpotensi menurunkan kadar menjadi bening dan tidak berwarna, serta
TDS dan TSS karena kemampuan dalam sudah memenuhi syarat untuk air bersih. pH
menyaring kotoran/partikel maupun yang semakin naik menjadi 6 bisa
organisme kecil didalam air. Kelima media dikarenakan adanya rubble yang bisa
yang digunakan dalam proses penyaringan, meningkatkan pH. Jika dilihat dari nilai pH,
semuanya mempunyai kemampuan dalam air tersebut masih bersifat asam dan menurut
menurunkan kadar TDS dan TSS sehingga pernyataan Ristiana (2009) pH yang lebih
dalam proses penyaringan ini nilai TDS kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 8,5
yang semula mempunyai nilai yang tinggi, menyebabkan rasa tidak enak dan beberapa
setelah dilakukan penyaringan mengalami bahan kimia berubah menjadi racun yang
penurunan yang cukup drastis. mengganggu kesehatan.

Volume 8. Nomor. 2. Tahun 2014


AKUATIK-Efektifitas Filter Bahan Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Masyarakat Nelayan 38
Wilayah Pesisir Kabupaten Bangka

Nilai TSS dan TDS baik sebelum Hasil penelitian menunjukkan


ataupun sesudah penyaringan, nilai bahwa air Nelayan 1 dan 2 tidak mengalami
keduanya masih berada dibawah ambang perubahan pada parameter fisik yaitu bau
batas baik itu berdasarkan baku mutu air baik sebelum maupun sesudah disaring. Ini
minum maupun air bersih. Nilai Fe dan Mn disebabkan karena susunan media dengan
masih dibawah ambang batas baik sebelum urutan sebagai berikut; koral, kerikil, ijuk,
maupun sesudah proses penyaringan. pasir halus, arang dan kapas, menempatkan
Sesudah penyaringan, kadar Fe dan Mn kapas sebagai media pada layer terakhir.
mengalami penurunan dan mendekati Meskipun arang efektif menghilangkan bau
kriteria baku mutu untuk memenuhi dan rasa pada air, namun karena
kebutuhan air bersih sehari-hari. penempatannya diatas lapisan kapas, maka
PERLAKUAN 3 air hasil penyaringan yang seharusnya tidak
Berdasarkan data hasil pengukuran berbau menjadi berbau karena adanya
parameter kualitas air (Pengukuran 3, pada pengendapan partikel-partikel kotoran dan
Tabel 1), menunjukkan adanya penurunan mikroorganisme pada kapas. Oleh karena
kandungan TSS pada sampel air sumur itu, air yang disaring tetap berbau meski
Nelayan 1 dan 2. Fe dan Mn merupakan ion sebelumnya telah melalui media arang.
yang terdapat dalam jumlah sedikit di PENUTUP
perairan atau disebut minor ion. Data hasil Berdasarkan hasil penelitian
penelitian menunjukkan bahwa kandungan terhadap kualitas air sebelum dan sesudah
besi air Nelayan 1 mengalami penurunan, penyaringan, menurut Keputusan Menteri
sedangkan mangan tidak mengalami Kesehatan No. 907 Tahun 2002 dan
perubahan. Sementara dalam air Nelayan 2 Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun
kandungan besi meningkat, sebaliknya 1990 maka dapat disimpulkan bahwa dari 3
kandungan mangan dalam air Nelayan 2 perlakuan yang diterapkan, ketiga perlakuan
turun. tersebut belum digunakan oleh masyarakat.
Media filter yang digunakan perlakuan yang paling mendekati
mempengaruhi kualitas air yang disaring. persyaratan yaitu perlakuan 2. Hal ini
Media kapas yang digunakan dapat dikarenakan pada perlakuan 2 tidak
membersihkan air dari kotoran dan menggunakan media kapas yang dapat
organisme kecil yang ada dalam air keruh. menyebabkan pengendapan kotoran dan
Media arang efektif dalam menghilangkan mempengaruhi bau air setelah penyaringan.
bau dan rasa pada air. Penelitian lanjutan terkait
kapasitas/daya dukung dari setiap filter yang
dipergunakan, untuk keperluan penggantian,
banyaknya media yang diperlukan, serta
perawatan filter perlu untuk dilakukan.

Volume 8. Nomor. 2. Tahun 2014


AKUATIK-Efektifitas Filter Bahan Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Masyarakat Nelayan 39
Wilayah Pesisir Kabupaten Bangka

DAFTAR PUSTAKA
Babel Pos. 2010. Krisis Air Bersih di
Kepulauan Bangka Belitung.
Pangkalpinang. Bangka
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta
http://www.transportation.alberta.ca/Content
/docType245/Production/The%20con
version%20of%20Nephelometric%2
0Turbidity%20Units.pdf (dikunjungi
20 Oktober 2014; 10.00WIB)
Kusnaedi, 2010. Mengolah Air Kotor Untuk
Air Minum. Penebar Swadaya
Oktarina, Rita. 2013. Mengolah Air Kotor
Menjadi Air Bersih.
(http://www.bapelkescikarang.or.id/i
ndex.php?option=com_content&view
=article&id=779:mengolah-air-kotor-
menjadi-air-
bersih&catid=39:kesehatan&Itemid=
15) Diakses tanggal 14 Juni 2014
Rahadi, A.P dan Kardena, E. 2010. Kualitas
Air Pada Proses Pengolahan Air
Minum Di Instalasi Pengolahan Air
Minum Lippo Cikarang. ITB
Ristiana, N. 2009. Keefektifan Ketebalan
Kombinasi Zeolit Dengan Arang
Aktif Dalam Menurunkan Kadar
Kesadahan Air Sumur
Dikarangtengah Weru Kabupaten
Sukoharjo. Jurnal Kesehatan, ISSN
1979-7621, VOL. 2, NO. 1
Said, N.I dan Wahjono, H.D. 1999.
Pengolahan Air Sungai/Gambut
Sederhana. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.

Volume 8. Nomor. 2. Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai