Anda di halaman 1dari 23

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas pasien


Nama : Tn. Muhamad
No Register : 39-45-21
Umur : 34 tahun
Tanggal lahir : 16 mei 1983
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : belakang padang

1.2 Anamnesis
Keluhan utama : Mata kiri buram
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan mata kirinya semakin
buram, pasien mengatakan hanya bisa melihat lambaian tangan. Pasien juga
mengeluhkan mata kiri nya semakin merah, terasa nyeri, berair, dan terasa ada yang
mengganjal. Hal tersebut dialami 5 hari SMRS setelah terkena siraman air kelapa yang
sudah busuk. Sebelumnya pasien sudah berobat ke klinik dan diberikan obat
chloramfenicol ED 2x1 gtt OS, ciprofloxacin 3x500mg, as.mefenamat 3x500 mg,
paracetamol 3x500 mg. Pasien merupakan rujukan dari klinik PT pulau seribu dengan
ulcus cornea sinistra. Riwayat pemakaian kontak lensa tidak ada. Riwayat pemakaian
kaca mata tidak ada.
Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi tidak ada, Diabetes mellitus tidak ada, asma
tidak ada.
Riwayat pemakaian obat : chloramfenicol ED 2x1 gtt OS, ciprofloxacin 3x500mg,
as.mefenamat 3x500 mg, paracetamol 3x500 mg

1.3 Pemeriksaan fisik


Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80 mmHg

1
N : 80 kali/menit
RR : 16 kali/menit
T : 36,8 C
Kepala : normal
Leher : normal
Thorax : normal
Abdomen : normal
Ekstremitas
- Superior : Akral teraba hangat, CRT < 2
- Inferior : Akral teraba hangat, CRT < 2

pemeriksaan fisik oftalmologi

Keterangan : fluorosceins lensa


Infiltrat , hipopion
Conjunctiva injection
edema

6/6 Visus 1/300


orthropia PBM Orthotropia
Full kesegala arah GBM Full kesegala arah, nyeri (-)
tenang Palpebra blefarospasme (+), edema (+)
tenang Konjungtiva Injeksi siliar (+)
Jernih Kornea Ulcus 8mm, Fluorescense (+),
edema, ring infiltrat, melting.
Dalam COA Sedang, hipopion 2mm
Bulat, diameter 2mm, RC (+/+) Pupil Sulit dinilai
tenang Iris Sulit dinilai
Jernih Lensa Sulit dinilai
n/p TIO Meningkat per palpasi

2
Gambar mata pasien

1.4 Pemeriksaan penunjang


Pewarnaan gram : tidak dapat dilakukan
Jamur : spora positif
Giamsa : negatif
USG : segmen posterior dalam batas normal

1.5 Ringkasan
Laki-laki, berusia 34 tahun yang datang ke IGD RSOB dengan keluhan utama
mata kirinya semakin buram, pasien mengatakan hanya bisa melihat lambaian tangan,
Pasien juga mengeluhkan mata kiri nya semakin merah, terasa nyeri, berair, dan terasa
ada yang mengganjal. Hal tersebut dialami 5 hari SMRS setelah terkena siraman air
kelapa yang sudah busuk. Sebelumnya pasien sudah berobat ke klinik dan diberikan
obat chloramfenicol ED 2x1 gtt OS, ciprofloxacin 3x500mg, as.mefenamat 3x500 mg,
paracetamol 3x500 mg.
Pada pemeriksaan fisik dan tanda vital dalam batas normal, Dari status
oftalmologi orbita sinistra, didapatkan visus hanya bisa melihat lambaian tangan yaitu
1/300, gerakan bola mata full kesegala arah, palpebra didapatkan blefarospasme dan
edema. Didapatkan injeksi siliar pada konjungtiva. Pada cornea didapatkan Ulcus
8mm, Fluorescense (+), edema, ring infiltrat, melting. Camera oculi anterior sedang
dan terdapat hipopion 2 mm, pupil, iris dan lensa sulit dinilai, didapatkan peningkatan
tekanan intra okuli per palpasi. Pada pemeriksaan laboratorium pewarnaan KOH
didapatkan jamur, USG didapatkan segmen posterior dalam batas normal. Pada
pemeriksaan O.D dalam batas normal.

3
1.6 Diagnosa
Ulcus Cornea OS cum hipopion ec Mixed infection jamur + susp. bacteri gram negatif
dd/acantoemoeba + Glaukoma sekunder

1.7 Penatalaksanaan
- Ceftriaxone 2x1 gr (iv) skin test (-)
- Ketokonazole 2x300 mg per oral
- Moxifloxacin ED 1 gtt/jam OS
- Natamicyn ED 1 gtt/jam OS
- Sulfas atropin 1 % ED 3x 1 gtt OS
-Timolol maleate 0,5 % ED 2x 1 gtt OS
-As.mefenamat 3x500 mg per oral
-Hand higiene
-Rawat inap

1.8 Follow up
Hari 1
S : pasien mengatakan nyeri pada mata sudah berkurang
O : compos mentis, Tampak sakit sedang
Tanda vital dalam batas normal
Orbita sinistra : visus 1/300, melihat lambaian tangan , Palpebra terdapat
blefarospasme , edema sudah berkurang, Konjungtiva terdapat Injeksi siliar,
Kornea terdapat Ulcus 8mm, edema, ring infiltrat, melting, COA Sedang,
hipopion 2mm, Pupil, Iris, Lensa Sulit dinilai, TIO Meningkat per palpasi.
A : ulcus cornea OS cum hipopion ec mixed infecttion jamur + susp.bacteri dd ulcus
acantoemoba + glaukoma sekunder
P: terapi lanjut

Hari ke 2
S : pasien mengatakan nyeri pada mata sudah berkurang

4
O : compos mentis
Tanda vital dalam batas normal
Orbita sinistra : visus 1/300, melihat lambaian tangan, Palpebra terdapat
blefarospasme , edema sudah berkurang, Konjungtiva terdapat Injeksi siliar,
Kornea terdapat Ulcus 8 mm, edema, ring infiltrat, melting. COA Sedang,
hipopion berkurang. Pupil, Iris, Lensa, Sulit dinilai.
A : ulcus cornea OS cum hipopion ec mixed infecttion jamur + susp.bacteri dd ulcus
acantoemoba + glaukoma sekunder
P: terapi lanjut
-pasien pulang : ceftriaxone 2x1 gr (iv) di ganti dengan ciprofloxacin 2x500
mg.
-kontrol kepoli mata 1 minggu kemudian

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI MATA DAN ANATOMI KORNEA

Gambar 1 : anatomi mata

Gambar 2 lapisan cornea

Terdapat lima lapisan kornea dari luar ke dalam :

6
1. Epithelium

- Tebalnya terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
- Sel basal bermitosis sel dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel
sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berkaitan erat
dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit,
dan glukosa yang merupakan barrier. Epithelium ini menahan lapisan air mata
dan juga mencegah air yang masuk ke kornea dan mengganggu serat kolagen.
Hal ini melindungi terjadinya edema kornea, yang dapat menyebabkan
pandangan berkabut. 1

2. Lapisan Bowman

- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen


yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.

- Lapisan ini tidak memiliki daya regenerasi. 1

3. Stroma

- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara
serat kolagen stroma. Disuga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

- Stroma kornea merupakan 90 % ketebalan kornea

- Posterior dari stroma adalah membrana descemet, dan pada bagian dasarnya
adalah endothelium kornea. 1

7
4. Membrana Descemet

- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea


yang dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya

- Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai


tebal 40 mikrometer. 1

5. Endothelium

- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 40


mikrometer. Endothelium melekat pada membran descemet melalui
hemidesmosom dan zonula okluden. 1

2.2 DEFINISI ULKUS KORNEA

Ulkus kornea adalah erosi atau luka terbuka pada lapisan luar kornea.

Disebabkan oleh trauma, terkadang disebabkan oleh bagian tumbuh-tumbuhan,


juga luka chemis, lensa kontak dan infeksi. Kondisi mata juga dapat menimbulkan ulkus
kornea seperti entropion, distichiae, distrophy kornea, dan keratoconjunctivitis sicca
(mata kering). 2

Ulkus kornea merupakan suatu keadaan patologik kornea yang ditandai oleh
adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dengan diskontinuitas jaringan
kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma 3

Ulkus cornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian


jaringan kornea 1

2.3 ETIOLOGI

1. Infeksi
2. Devisiensi vitamin A
3. trauma

Penyebab ulkus kornea adalah bakteri, jamur, achantamoeba dan herpes simpleks.

8
bakteri :
streptokokus pneumonia
streptokokus alfa hemolitik
stafilokokus aureus
moraxela likuefasiens
psedomonas aeruginosa
streptokokkus anaerobik
streptokokkus betahemolitik
enterobakter hanifae
proteus sp
stafilokkokus epidermidis4

2.4 Gejala
Subjektif
a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
b. Sekret mukopurulen
c. Merasa ada benda asing di mata
d. Pandangan kabur
e. Mata berair
f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
g. Silau
h. Nyeri
i. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel
kornea.
Objektif
a. Injeksi siliar
b. Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
c. Hipopion 5

2.5 PATOGENESIS DAN PATOLOGI ULKUS KORNEA


Epithelium yang rusak terinfeksi oleh agen patologik yang muncul pada
perkembangan ulkus kornea dapat dideskribsikan menjadi empat stadium, yaitu
infiltrasi, ulkus aktif, regresi, dan sikatrik. Hasil akhir dari ulkus kornea tergantung
kepada virulensi agen infektif, mekanisme daya tahan tubuh, dan terapi yang diberikan.
Bergantung kepada tiga faktor tersebut, maka ulkus kornea dapat menjadi :

9
a. ulkus terlokalisir dan sembuh
b. penetrasi lebih dalam sampai dapat terjadi perforasi, atau
c. Menyebar secara cepat pada seluruh kornea dalam bentuk ulkus kornea. 2

Patologi Ulkus Kornea yang Terlokalisir 2


1. Stadium infiltrasi progresif
Karakteristik yang menonjol adalah infiltrasi dari polymorphonuklear dan/atau
limfosit ke epithelium dari suplementasi sirkulasi perifer melalui stroma jika
jaringan ini juga terkena. Nekrosis pada jaringan juga dapat terjadi, tergantung pada
virulensi agen dan ketahanan daya tahan tubuh pasien.
2. Stadium ulkus aktif
Ulkus aktif adalah suatu hasil dari nekrosis dan pelepasan epithelium. Lapisan
Bowman dan stroma. Dinding dari ulkus aktif membengkak pada lamella dengan
menginhibisi cairan dan sel-sel leukosit yang ada diantara lapisan bowman dan
stroma. Zona infiltrasi memberikan jarak antara jaringan sekitar dan tepi ulkus. Pada
stadium ini, sisi dan dasar ulkus tampak infiltrasi keabu-abuan dan pengelupasan.
3. Stadium regresi
Regresi dipicu oleh daya tahan tubuh natural (produksi antibodi dan immune
selular) dan terapi yang dapat respon yang baik. Garis demarkasi terbentuk
disekeliling ulkus, yang terdiri dari leukosit yang menetralisir dan phagosit yang
menghambat organisme dan debris sel nekrotik. Proses ini didukung oleh
vaskularisasi superfisial yang meningkatkan respon imun humoral dan sesuler.
Ulkus pada stadium ini mulai membaik dan epithelium mulai tumbuh pada
sekeliling ulkus. 2
4. Stadium sikatrik
Stadium ini, proses penyembuhan berlanjut dengan semakin progresifnya
epithelisasi yang membentuk lapisan terluar secara permanen. Selain epithelium,
jaringan fibrous juga mengambil bagian dengan membentuk fibroblast pada kornea
dan sebagian sel endotelial untuk membentuk pembuluh darah baru. Stroma yang
menebal dan mengisi lapisan bawah epithelium , mendorong epithel ke anterior.
Derajat jaringan parut (scar) pada penyembuhan bervariasi. Jika ulkus sangat
superfisial dan hanya merusak epithelium saja, maka akan sembuh tanpa ada

10
kekaburan pada kornea pada ulkus tersebut. Bila ulkus mencapai lapisan Bowman
dan sebagian lamella stroma, jaringan parut yang terbentuk disebut dengan nebula.
Makula dan leukoma adalah hasil dari proses penyembuhan pada ulkus yang lebih
dari 1/3 stroma kornea. 2

Patologi Ulkus Kornea yang Perforasi


Perforasi ulkus kornea dapat terjadi bila proses ulkus lebih dalam dan mencapai
membrana descemet. Membran ini keluar sebagai descemetocele. Pada stadium ini,
tekanan yang meningkat pada pasien secara tiba-tiba seperti batuk, bersin,
mengejan, dll akan menyebabkan perforasi, kehilangan aqueous, tekanan intraokuler
yang menurun dan dispraghma iris dan lensa yang pindah ke anterior. Efek dari
perforasi ini tergantung pada posisi dan ukuran perforasi. Bila perforasi kecil, dapat
terjadi proses penyembuhan dan pembentukan sikatrik yang cepat. Leukoma
adheren adalah tampilan yang paling sering terdapat pada kondisi akhir ini. 2

2.6 JENIS ULKUS KORNEA


Ulkus kornea bakterial
Banyak ulkus kornea bakteri mirip sau sama lain dan hanya bervariasi dalam
beranya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang disebabkan bakteri
opportunistik (mis: Sreptococcus alfa-hemolyticus, Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, Nocardia, dan M. Fortuitum-chelonei). 2
a. Manifestasi klinis
Ulkus kornea bakterial dapat bermanifestasi sebagai:
1. Ulkus kornea purulen tanpa hipopion
2. Ulkus kornea hipopion
Secara umum didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala :
1. Nyeri dan sensasi benda asing, terjadi efek mekanik dari kelopak mata dan efek
kimia dari toksin pada ujung saraf yang terekspos
2. Mata berair, terjadi karena reflek hiperlakrimasi
3. Fotofobi, terjadi karena stimulasi ujung-ujung saraf
4. Pandangan kabur akibat corneal haze
5. Mata merah, terjadi karena kongesti pembuluh darah disekitar kornea 6

11
Tanda :
1. Kelopak mata bengkak
2. Blefarospasme
3. Konjungtiva kemosis dan hiperemi serta kongesti silier
4. Diawali dengan defek epitelial berupa infiltrat putih keabu-abuan. Kemudian
membesar dan berkembang menjadi edema stroma. Gambarannya bisa
berbentuk oval dan ireguler, tepinya bengkak dan meninggi, dasar ditutupi
material nekrotik, edema stromal di sekitar ulkus
5. Pupil bisa mengecil karena toksin mengakibatkan iritis
2
6. Tekanan intraokuli kadang meningkat
Ulkus kornea hipopion dapat disebabkan oleh berbagai organisme piogenik,
tetapi yang paling berbahaya yaitu pseudomonas pyocyanea dan pneumococcus.
Ulkus kornea hipopion yang disebabkan oleh pneumococcus disebut ulcus serpens.
Gejala dan tandanya sebagai berikut :
Gejala :
Sama dengan gejala ulkus kornea secara umum, tetapi pada stadium awal nyeri yang
dirasakan sedikit sekali. Hal ini yang menyebabkan terapi sering terlambat.
Tanda :
Sama dengan tanda ulkus kornea secara umum, tetapi pada ulkus serpens terdapat
tanda-tanda khas yaitu
1. Ulkus berbentuk disk berwarna putih keabu-abuan atau kekuningan terjadi di
dekat sentral kornea
2. Mempunyai kecenderungan meluas dan mamiliki resiko terjadi perforasi lebih
tinggi.
3. Hipopion bertambah dengan cepat dan sering menimbulkan glaukoma sekunder
b. Pemeriksaan laboratorium
Pewarnaan Gram dan giemsa dan kultur di blood agar medium.

12
Gambar 2. Ulkus Kornea Bakterial
Ulkus kornea jamur (Mycotic corneal ulcer)
1. Gambaran klinis yang khas
Gejala : sama dengan ulkus kornea bakterial tetapi lebih ringan dan
perkembangannya lambat
Tanda :
a. Ulkus tampak kering, putih keabu-abuan, dengan tepi meninggi
b. Feathery finger-like extensions
c. Sterile immune ring (garis demarkasi kuning)
d. Lesi satelit yang kecil-kecil dan multipel
2. Ulkus yang memburuk secara kronis
3. Laboratorium. Meliputi pemeriksaan KOH basah, Calcoflour white, Gram dan
giemsa ditemukan hifa fungi serta kultur pada Saborauds agar.

Gambar 4. Ring infiltrate in fungal Keratitis

Ulkus kornea virus 3


a. Manifestasi Klinis
Gejala :
1) Awal berupa iritasi, fotofobia, dan berair mata.
2) Sedikit gangguan penglihatan jika kornea bagian pusat terkena

13
3) Kadang terdapat anestesi sehingga pasien tidak datang lebih awal.
Tanda :
1) Lesi paling khas adalah ulkus dendritik.
2) Ulserasi geografis.
3) Keratitis epitelial blotchy, keratitis epitelial stellata, keratitis filamentosa yang
bersifat sementara dan kemudian menjadi dendritik yang khas.
4) Kekeruhan subepitelial
5) Pada stroma terjadi keratitis diskiformis.
6) Endapan presipitat di bawah lesi diskiformis atau menyebar ke seluruh endotel.
b. Laboratorium
Kerokan dari lesi epitel keratitis HSV dan cairan lesi mengandung sel-sel
raksasa multinuklear. Virus ini dapat dibiakkan pada membran korio-allantois
embrio telur ayam dan sel jaringan lain seperti sel HeLa dengan bentuk plak-plak
khusus.

Ulkus Kornea Acanthamoeba 3


a. Manifestasi klinis
Gejala : Rasa sakit yang lebih hebat dibanding tanda klinisnya
Tanda :
1) Mata kemerahan dan fotofobia.
2) Khas : ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan inflitrat perineural.
b. Laboratorium
1) KOH menunjukkan adanya bentukan amoeba (kista atau trofozoit).
2) Calcofluor white stain
3) Lactophenol cotton blue stained film

14
4) Kultur di agar nor nutrient 6

Gambar 6. Ring infiltrate in Acanthamoeba keratitis


Ulkus Kornea akibat Defisiensi Vitamin A
Ulkus kornea tipikal avitaminosis A terletak di pusat dan bilateral, berwarna
kelabu dan indolen, disertai kehilangan kilau kornea di daerah sekitarnya. Kornea
melunak dan nekrotik (keratomalacia), dan sering timbul perforasi. Epitel konjungtiva
berlapis keratin, yang terlihat di bintik bitot. 3
Ulserasi kornea akibat avitaminosis A terjadi karena kekurangan vitamin A dari
makanan atau gangguan absorbsi saluran cerna dan gangguan pemanfaatan oleh tubuh.
Kekurangan vitamin A menyebabkan keratinisasi umum pada epitel di seluruh tubuh.
Perubahan pada konjungtiva dan kornea bersama-sama dikenal sebagai xeropthalmia. 2

2.7 DIAGNOSIS

Diagnosis dilakukan dengan observasi langsung menggunakan :

slit lamp pada ulkus di kornea


fluorescein adalah tes untuk melihat adanya defek pada sel epitel kornea. Pada
tes ini dilakukan dengan kertas flouresin dibasahi terlebih dahulu dengan NaCl
kemudian diletakkan pada saccus konjunctiva inferior, setelah terlebih dahulu
pasien diberi anestesi lokal. Pasien diminta menutup matanya selama 20 detik,
kemudian kertas diangkat. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau dan
disebut sebgai uji flouresin positif.

15
Melakukan swab pada kornea dan melihatnya dengan mikroskop dengan
pengecatan Gram dan preparasi KOH mungkin dapat melihat adanya bakteri dan
jamur dengan jelas. 7

2.8 DIAGNOSIS BANDING 6


1. Konjungtivitis
2. Endophthalmitis
3. Keratitis
4. Keratoconjunctivitis
5. Skleritis

2.9 TERAPI

Diagnosa tepat sangat penting untuk memberikan terapi secara optimal. Ulkus
kornea bakterial membutuhkan antibiotik yang intensif untuk mengobati infeksi, seperti:

- Aminoglikosida, efektif terhadap pseudomonas, streptokokus, dan stafilokokus


- Basitrasin, efektif untuk kokus gram positif, niseria, hemofilus, dan basil gram
(+).

- Cefazolin, stafilokokus gram (+)

- Eritromisin, efektif untuk gram (+), niseria, spiroketa, dan hemofilus

- Gentamisin, kokus gram (+),gram (-) basil, dan pseudomonas.

- Kloramfenikol, gram (-) dan (+), klamidia, dan riketsia.

- Penisilin, efektif terhadap streptokokus, neiseria, haemophillus, klebsiella,


stafilokokus, dan actinomices (filamen gram +)

- Polimiksin, pseudomonas, bakteri gram (-) kecuali proteus dan neiseria

- Sefalosporin, stafilookus, streptokokus, dan gram (-) tertentu.

16
- Sulfonamida kokus dan basil gram (+) dan (-), klamidia, aktinomices, dan
nokardia

- Surbenisilin pseudomonas dan bakteri anaerob

- Tetrasiklin bakteri (+) dan (-), klamidia, dan mikoplasma.

- Vancomicin kokus gram (+) dan batang gram (-) 2

Ulkus kornea jamur membutuhkan agen anti-fungal topikal secara intensif,


seperti :

- Natamisin (pimafulin), efektif untuk kandida dan fusarium aspergilus,


penicillium, cephalosporium
- Nistatin (mycostatin) efektif untuk kandida

- Amfoterisina (fungisida) efektif untuk aspergillus, histoplasma, blastomyces,


dan coccidiodes

- Amvoterisin B, turunan streptomyces nodosus.

Ulkus kornea viral yang disebabkan herpes virus mungkin membutuhkan anti
viral topikal seperti topikal acyclovir dalam bentuk salep 3% yang diberikan 4 jam
sekali, sedikitnya lima kali sehari . 2

Selain itu, terapi suportif seperti anti nyeri juga diberikan, termasuk topikal
cycloplegic seperti atropin atau homatropin untuk mendilatasi pupil dan
menghilangkan spasme muskulus siliaris. Ulkus superfisial dapat sembuh kurang
dari satu minggu. Ulkus dalam dan descemetoceles mungkin membutuhkan graft
conjunctiva atau flap conjunctiva, kontek lensa lunak, atau transplantasi kornea.
Nutrisi yang baik, termasuk intake protein dan vitamin C selalu disarankan. Pada
kasus Keratomalacia, dimana ulkus kornea disebabkan oleh defisiensi vitamin A,
suplemen vitamin A peroral atau intramuskular diberikan. 2

Obat yang biasanya menjadi kontraindikasi pada ulkus kornea adalah


corticosteroid topikal dan anesthetic ini tidak boleh diberikan pada tipe ulkus kornea

17
apapun karena dapat menghalangi proses penyembuhan, mungkin dapat menyebabkan
superinfeksi jamur dan bakteri lainnya dan dapat menyebabkan kondisi semakin parah. 2

2.10 KOMPLIKASI 2

1. Iridosiklitis toksik : seringkali dikaitkan dengan ulkus kornea yang purulen


karena terjadinya absorbsi toksin dari segmen anterior
2. Glaukoma sekunder : timbul karena adanya blok dari eksudat yang fibrinous
pada sudut segmen anterior (inflamatori glaukoma)
3. Descemetocel : beberapa ulkus disebabkan oleh agen virulen yang menembus
kornea dengan cepat menuju membran descemet, yang dapat menimbulkan
resistensi yang hebat, tetapi karena terdapat tekanan intraokuler, maka terjadi
herniasi sebagai vesikel yang transparan yang disebut dengan descemetocele. Ini
adalah tanda dari perforasi yang mengancam dan sering kali menimbulkan nyeri
hebat.
4. Perforasi ulkus kornea : tekanan tiba-tiba seperti batuk, bersin atau spasme otot
orbikularis dapat membuat perforasi yang mengancam menjadi perforasi yang
sebenarnya. Pada saat terjadi perforasi, nyeri berkurang dan pasien merasakan
adanya cairan hangat (aqueous) yang keluar dari mata.
5. Jaringan parut kornea : merupakan hasil akhir dari penyembuhan ulkus kornea.
Jaringan parut kornea menyebabkan gangguan penglihatan secara permanen
mulai dari penurunan penglihatan ringan sampai dengan buta total. 2

2.11 PROGNOSIS

Apabila ulkus kornea segera diterapi, infeksi pada kornea biasanya dapat
sembuh, mungkin bahkan tanpa terjadinya ulkus pada kornea. Bagaimanapun, infeksi
yang tidak diterapi dapat menyebabkan ulkus kornea yang dapat menimbulkan scar atau
bahkan perforasi pada kornea. Masalah lainnya dapat muncul termasuk glaucoma.
Pasien dengan penyakit sistemik dapat menghambat proses peyembuhan (seperti
diabetes mellitus atau rheumatoid arthritis) yang membutuhkan terapi agresif. Semakin
lambat terapi yang diberikan, akan semakin menambah kerusakan yang terjadi dan scar
yang lebih luas. Transplantasi kornea adalah standar terapi yang memiliki kemungkinan
keberhasilan yang besar. 2

18
2.12 PENCEGAHAN

Pemakaian kontak lensa yang baik akan mengurangu insiden kerusakan kornea
dan ulserasi. Kuman pada mulut dan tangan dapat merusak mata, jadi pemakai lensa
kontak harus mencuci tangannya sebelum menyentuh lensa tersebut dan tidak boleh
menggunakan air ludah untuk melembabkannya. Air pipa tidak boleh digunakan untuk
mencuci kontak lensa. Kontak lensa harus dilepas bila terjadi iritasi dan tidak boleh
dipakai lagi sampai mata menjadi normal kembali. Tidak disarankan menggunakan
kontak lensa untuk berenang atau saat di pemandian air panas. Kontak lensa yang sekali
pakai lebih tidak beresiko daripada kontak lensa yang dipakai sepanjang hari (dipakai
berulang kali). Organisme yang telah dikultur dari tempat kontak lensa, jadi tempat
tersebut harus dicuci menggunakan air panas dan dikeringkan. Tempat tersebut harus
diganti setiap tiga bulan sekali. Pasien harus mematuhi jadwal dokter untuk mengganti
kontak lensa. 7

Perlindungan terhadap mata di tempat kerja, atau dimanapun dimana terdapat


partikel kecil beterbangan sangat penting. Pelindung ultraviolet pada kacamata atau
kaca mata hitamm dapat membantu melindungi mata dari cahaya matahari. Kacamata
dengan pelindung UV harus digunakan saat bermain ski atau saat berada di salon untuk
membakar kulit untuk melindungi mata dari sinar UV. Memberikan perhatian pada mata
merah dapat mencegah kerusakan yang progresif. Untuk orang yang tidak memiliki air
mata yang adekuat, penggunaan tetes mata buatan dapat mencegah kerusakan akibat
kekeringan. Pergi ke dokter spesialis mata pada awal-awal terdapatnya tanda infeksi
dapat mencegah pemburukan kondisi pada ulkus kornea. 2

19
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien bernama Tn. Muhamad, Laki-laki, berusia 34 tahun datang ke IGD


RSOB pada tanggal 15 Mei 2017, dengan keluhan utama mata kirinya semakin buram,
pasien mengatakan hanya bisa melihat lambaian tangan, Pasien juga mengeluhkan mata
kiri nya semakin merah, terasa nyeri, berair, dan terasa ada yang mengganjal. Hal
tersebut dialami 5 hari SMRS setelah terkena siraman air kelapa yang sudah busuk.
Sebelumnya pasien sudah berobat ke klinik dan diberikan obat chloramfenicol ED 2x1
gtt OS, ciprofloxacin 3x500mg, as.mefenamat 3x500 mg, paracetamol 3x500 mg.
Pada pemeriksaan fisik dan tanda vital dalam batas normal, Dari status
oftalmologi orbita sinistra, didapatkan visus hanya bisa melihat lambaian tangan yaitu
1/300, gerakan bola mata full kesegala arah, palpebra didapatkan blefarospasme dan
edema. Didapatkan injeksi siliar pada konjungtiva. Pada cornea didapatkan Ulcus
8mm, Fluorescense (+), edema, ring infiltrat, melting. Camera oculi anterior sedang
dan terdapat hipopion 2 mm, pupil, iris dan lensa sulit dinilai, didapatkan peningkatan
tekanan intra okuli per palpasi. Pada pemeriksaan laboratorium pewarnaan KOH
didapatkan jamur, USG didapatkan segmen posterior dalam batas normal. Pada
pemeriksaan O.D dalam batas normal.
Dari anamnesa dan status oftalmologi didapatkan gejala dan tanda yang
mengarah pada ulkus kornea bakterial dan jamur, namun pemeriksaan penunjang untuk

20
mengetahui pasti jenis bakteri belum dapat dilakukan. pada pemeriksaan KOH
didapatkan jamur.
Pemberikan terapi secara optimal pada ulkus kornea bakterial dan jamur
membutuhkan antibiotik yang sesuai dengan jenis bakteri yang menginfeksi dan
pemberian anti jamur. Selain itu, terapi suportif seperti anti nyeri juga diberikan,
termasuk topikal cycloplegic seperti sulfas atropin untuk mendilatasi pupil dan
menghilangkan spasme muskulus siliaris. Dan diberikan juga timolol meleat yaitu
golongan beta bloker untuk menurunkan tekanan bola mata dengan mengurangi cairan
yang menumpuk pada ruang depan lensa mata hal ini untuk membantu mencegah
kebutaan, karena pada pasien ini sudah terjadi komplikasi yaitu glaukoma sekunder.
Dan edukasi untuk Nutrisi yang baik, termasuk intake protein dan vitamin C serta
vitamin A tetes mata. Pasien ini diterapi dengan tetes mata natamicyn sebagai anti
jamur, moxifloxacin sebagai antibiotik, ketokonazole tablet, fluconazole setiap jam.
Frekuensi pemberian kemudian dikurangi secara bertahap sesuai respon klinis.

Prognosa pada pasien ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Apabila
ulkus kornea segera diterapi, infeksi pada kornea biasanya dapat sembuh, mungkin
bahkan tanpa terjadinya ulkus pada kornea. Bagaimanapun, infeksi yang tidak diterapi
dapat menyebabkan ulkus kornea yang dapat menimbulkan scar atau bahkan perforasi
pada kornea. Pasien di rawat inap guna pemberian antibiotik dsn anti jamur dengan
tepat waktu dan sesuai dosis, setelah 2 hari rawat inap pasien boleh pulang dan
dianjurkan untuk kontrol ke poli mata 2 minggu kemudian.

21
BAB IV
KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien Tn. Muhamad, 34 tahun dengan diagnosa OS ulkus


kornea. Diagnosa ditegakkan dari anamnesa pandangan kabur, mata merah, disertai
dengan rasa nyeri.. Pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan blefarospasme dan edema.
Didapatkan conjuntival injection dan infilrat . Visus mata kanan pasien ini 1/300.
Pasien diterapi dengan antibiotik dan antijamur. Prognosis pasien ini buruk
karena terapi terlambat diberikan dan ulkus kornea dan sudah terjadi komplikasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. Jakarta.
2. Oktoferi D, corneal ulcer .maret 2012. Available from :
https://www.scribd.com/doc/86647005/Corneal-Ulcer
3. Nasution A. Phantom-ulcus-cornea, agustus 2011. Available from :
https://www.scribd.com/doc/63477784/Phantom-Ulcus-Cornea
4. Rahayu S. Referat-ulkus-kornea. Juni 2011. Available from :
https://www.scribd.com/doc/73589514/referat-ulkus-kornea
5. Dibah F. Refarat-ulKus-cornea-Farah. Okt 2012. Available from :
https://www.scribd.com/document/110331984/Referat-Ulkus-Kornea-Farah
6. Timotius M. UlKus kornea_REFERAT .juli 2012. Available from :
https://www.scribd.com/doc/101219968/ulkus-kornea-REFERAT
7. Rahmaniar D. Kaspan ulkus Kornea. Juli 2012. Available from :
https://www.scribd.com/doc/99491539/KASPAN-ULKUS-KORNEA

23

Anda mungkin juga menyukai