Abstrak
SUMMARY
PENDAHULUAN
2. Produktivitas (ku/ha)
- Jawa Timur 12,79 13,42 13,00 0,63 4,93 -0,42
-3,13
- Jawa 13,32 14,05 13,92 0,73 5,48 -0,13
-0,93
- Indonesia 13,13 13,48 13,67 0,35 2,67 0,19
1,41
3. Produksi (ton)
- Jawa Timur 277.281 355.260 344.391 77.979 28,12 -10.869
-3,06
- Jawa 518.997 646.839 628.576 127.842 24,63 -18.263
-2,82
- Indonesia 775.710 974.512 927.384 198.802 25,63 -47.128
-4,84
Adanya berbagai masalah atau hambatan mulai dari penyebaran lahan dengan
beragam komoditas, kepemilikan lahan yang sempit, harga yang berfluktuatif,
kebijakan yang kurang mendukung menyebabkan pengembangan usahatani
kedelai masih sulit terealisasi, hal ini akan berpengaruh pada rendahnya produksi
yang dihasilkan sehingga effisiensi produk masih rendah. Juga keterbatasan
pengetahuan petani kedelai akan kondisi lingkungan yang berkaitan dengan
penggunaan sumberdaya alam (hutan, lahan, air) dan sumberdaya manusia
(sarana produksi) dengan intensitas masih rendah. Berdasarkan uraian di atas
maka mendorong peneliti untuk mengkaji tentang efisiensi usahatani wortel yang
berkelanjutan dengan mengambil lokasi di salah satu daerah sentra produksi
kedelai di Jawa Timur yang mungkin dapat mewakili gambaran usahatani kedelai di
Jawa Timur, yang mana Jawa Timur merupakan penghasil atau sentra produksi
kedelai terbesar di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui besarnya
pendapatan dan effisiensi usahatani kedelai, mengetahui factor-faktor produksi
yang mempengaruhi produksi usahatani Kedelaidan Menganalisis effisiensi alokatif
penggunaan factor produksi pada usahatani kedelai
7
METODE PENELITIAN
a. Pendekatan Penelitian
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari petani kedelai
sebagai responden dan data sekunder meliputi data penunjang dari data primer,
yang diperoleh dari instansi terkait yang mempunyai relevansi dengan tujuan
penelitian.
Analisis Data
1. Analisis RC ratio
8
3. Analisis rasio antara Nilai Produk Marginal (NPM) dengan harga faktor
produksi (NPM = Px) digunakan rumus sebagai berikut:
Y
b1 . ____ Py
NPM Xi bi.Y.Py
_____ = 1 atau ________ = 1 atau X i = ___________
Px Px P xi
Y
NPM = bi _______ Py
X
Dimana:
NPM xi = Nilai produk marginal faktor produksi ke-i;
bi = Elastisitas
Xi = Rata-rata penggunaan faktor produksi ke-i
Y = Rata-rata produksi per hektar
Pxi = Harga per satuan faktor produksi ke-i
9
Hipotesis statistik:
Ho : (NPM/Px) = 1
Ha : (NPM/Px) 1
Dengan kriteria sebagai berikut:
(Py/Pxi).b.(Y/Xi)-1
t hitung = _________________
(Py/Pxi).(Y/Xi).Se
Dimana:
bi = Elastisitas
Se = Standart error elastisitas produksi
Xi = Rata-rata penggunaan faktor produksi ke-i
Y = Rata-rata produksi per hektar
Pxi = Harga per satuan faktor produksi ke-i
Py = Harga satuan hasil produksi
Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:
1. Bila thitung < ttabel, m aka Ho diterima, berarti penggunaan faktor
produksi (input) berada dalam keadaan yang optimal.
2. Bila thitung > ttabel , maka Ha diterima, berarti penggunaan faktor
produksi (input) belum optimal.
10
1. Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan produktif di kecamatan Sukorejo dipergunakan untuk
sawah irigasi teknis, dan irigasi tadah hujan. Secara rinci penggunaan irigasi di
kecamatan Sukorejo tersaji pada Tabel di bawah.
Tabel 2. Luas Lahan Sawah Dirinci Menurut Jenis Pengairan diKecamatan
Sukorejo, Kabupaten Ponorogo Tahun 2008
2. Lahan Tegal 66
Sumber
1,584 Data :
3. Pekarangan, Rumah, bangunan
Dinas
4. Hutan Negara 671 pertanian
5. Lain-lain 241
Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Per ha Tanaman Pangan
di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Tahun 2009
Berdasarkan data pada tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa luas panen
padi di Kecamatan Sukorejo kabupaten Ponorogo paling luas yaitu sebesar 6.836
hektar dengan produksi 465.442 kwuintal, sedangkan luas kedelai menduduki
urutan ke dua dengan luas panen 2.214 hektar, jumlah produksi 35.867. Kemudian
baru jagung dan ubikayu.
2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut.
Dari Tabel di atas terlihat bahwa jumlah Sekolah Dasar Negri adalah
paling banyak yaitu 35 SD atau 55,56%. Akan tetapi jumlah Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) tidak ada di kecamatan Sukorejo, sehingga para alumni atau
lulusan tingkat SLTP harus keluar dari kecamatan Sukorejo jika ingin melanjutkan
sekolah.
1.Umur Responden
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa umur produktif petani kedelai
sebagai responden baik pada lahan sawah maupun lahan tegal mendominasi
dibanding umur petani responden yang non-produktif. Hal ini menunjukkan bahwa
umur petani responden di daerah penelitian banyak dilakukan oleh umur produktif,
sehingga mempunyai kemampuan kerja dalam melaksanakan usahataninya yang
pada akhirnya secara produktivitas akan kondusif dalam peningkatan produktivitas
produksi usahataninya.
2. Pendidikan Responden.
Tingkat pendidikan petani juga merupakan salah satu factor yang sangat
penting dan merupakan salah satu indicator dalam pengambilan keputusan dan
kualitas kerjanya, khususnya dalam mengadopsi inovasi teknologi pertanian dan
tehnik budidaya usahataninya. Dan yang pasti akan berpengaruh pada pola piker
petani. Untuk melihat klasifikasi petani responden menurut tingat pendidikan dapat
dilihat pada table 14 di bawah.
14
2 Tegal - SD 12 44,44
- SLTP 13 48,15
- SLTA 2 7,41
- PT 0 0,00
Jumlah 27 100,00
Sumber : Data diolah
Tabel 10. Luas Lahan Garapan Petani Responden pada Usahatani Kedelai
Di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo MH 1 (MT Nop10 Jan11)
4. Pekerjaan Responden
Jenis pekerjaan retain responden di daerah penelitian tersaji pada Tabel di
bawah.
Biaya 857.575,850
Variabel
Biaya Tetap 60.143,000
Total Biaya 917.718,850
Produksi 386.7142 6000 2.320.285,200 2,52
2 Lahan Tegal
Luas Lahan 0.2740 13.875 3.801,700
Bibit 10.333 6.000 61.996,000
Pupuk An- 6.3703 2.000 12.740,600
organik
Pupuk 139.2592 500 69.629,600
17
organic
Obat-obatan 1.00 14.500 14.500,000
Tenagakerja 12.0370 25.000 300.925,000
Pria
Tenagakerja 8.8518 20.000 177.036,000
Wanita
Biaya 640.628,950
Variabel
Biaya Tetap 34.444,000
Total Biaya 675.072,950
Produksi 205.1851 6000 1.231.110.600 1,82
Sumber: Data diolah
(1) Bibit
Bibit yang digunakan oleh petani dalam berusahatani kedelai di daerah penelitian
adalah bibit local yaitu Gepak Kuning karena bibit jenis ini menurut mereka berpotensi
hasil lebih tinggi, umur panen pendek (73 hari). Bibit ini diperoleh petani selain
dengan cara mengusahakannya sendiri juga dibeli di pasaran, kemudian diseleksi
diambil biji yang bagus dan utuh.
Menurut hasil informasi dari petani responden di lapangan bapak bambang
Suceno, 55 tahun dan sudah mempunyai pengalaman berusahatani kedelai
selama 21 tahun, bahwa dengan mengusahakan bibit sendiri atau membeli di
pasaran yang belum berlabel akan mengurangi biaya produksi. Dan berdasarkan
pengalamannya selama berusahatani kedelai belum merasakan kegagalan dalam
panen kedelai. Asumsi mereka walaupun bibit yang digunakan belum sesuai standart
yang ditentukan (Distan), mereka masih mendapatkan hasil panen yang mereka
anggap sudah cukup.
Rata-rata penggunaan bibit pada usahatani kedelai di daerah peneltian untuk
lahan tegal sebanyak 10.333 kg, dengan harga bibit kedelai sebesar Rp 6.000,-/kg.
Sehingga rata-rata jumlah biaya bibit yang dikeluarkan petani responden adalah Rp
61.996,000 ,-/luas garapan. Sedangkan usahatani kedelai pada lahan sawah jumlah
bibit yang digunakan rata-rata sebesar 12.8571 kg dengan harga Rp .6000,-/kg,
sehingga rata-rata biaya bibit sebesar Rp 77.142,600 ,-/luas garapan.
(2) Pupuk
Dari hasil penelitian ternyata semua responden menggunakan pupuk An-
organik atau kimia dan pupuk organic (kompos/kandang). Namun jika dilihat dari
jumlah pupuk yang digunakan anatara An-organik dan organic perbandingannya cukup
besar, baik pada responden lahan tegal maupun sawah. Dimana penggunaan jumlah
pupuk organic lebih banyak dibanding penggunaan pupuk An-organik. Rata-rata
penggunaan pupuk an-organik pada responden lahan sawah adalah 8.6571 kg dengan
rata-rata biaya Rp17.314,200 -/luasan lahan dan pupuk organic rata-rata sebesar
88.8571 kg dengan rata-rata biaya Rp 44.428,550,-/luasan lahan, dan pada responden
di lahan tegal penggunaan pupuk An-organik 6.3703 rata-rata kg dengan rata-rata
biaya Rp 12.740,600,-/luasan lahan. Sedangkan penggunaan pupuk organic pada
responden di lahan tegal adalah 139,2592 kg dengan biaya rata-rata Rp
69.629,600,-/luasan lahan.
(3) Obat-obatan
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kedelai di daerah penelitian
secara umum adalah penghisap polong, ulat grayak dan penggerek polong. Untuk
memberantasnya responden di daerah penelitian dengan menggunakan Furadan, dan
Arivo, dengan cara disemprotkan. Rata-rata obat-obatan yang digunakan oleh petani
18
responden kedelai di lahan tegal adalah 1,0 lt dengan rata-rata biaya sebesar 14.500,-/
luasan lahan, sedangkan pada responden di lahan sawah rata-rata 1,1 lt dengan biaya
rata-rata sebesar Rp 15.950,500,-/luasan lahan. Rendahnya biaya obat-obatan yang
digunakan ini tidak lepas dari pemahaman petani responden akan bahayanya oabt-
obatan kimia yang berlebihan terhadap kesehatannya dan lingkangannya.
(4) Tenagakerja
Tenagakerja yang digunakan oleh responden selain menggunakan tenagakerja
dalam keluarga juga dari luar keluarga. Tingkat upah yang berlaku di daerah
penelitian, yaitu tenagakerja pria sebesar Rp 25.000,-/HOK dan tenagakerja wanita
sebesar Rp 20.000,-/HOK. Kegiatan dalam usahatani kedelai meliputi pengolahan
lahan, penanaman, pemupukan, penyemprotan, penyiangan dan pemanenan.
Penggunaan tenagakerja yang digunakan dalam berusahatani kedelai di daerah
penelitian untuk lahan tegal rata-rata tenagakerja pria 12,0370/HOK dengan biaya
rata-rata Rp 300.925,000,-/luasan lahan dan tenagakerja wanita rata-rata 8,8518/HOK
dengan biaya rata-rata Rp 177.036,000,-/luasan lahan. Sedangkan untuk responden
lahan sawah tenagakerja pria rata-rata 20,4285/HOK dengan biaya rata-rata Rp
510.712,500,-/luasan lahan, dan tenagakerja wanita rata-rata 9,11 HOK dengan
besarnya biaya rata-rata Rp 188.571,000,-/luasan lahan.
(5) Penerimaan
Produksi kedelai yang dihasilkan oleh petani responden kedelai di Kecamatan
Sukorejo adalah hasil kedelai selama satu kali musim tanam. Di daerah penelitian
rata-rata produksi kedelai pada usahatani kedelai di lahan sawah adalah 386,7142kg
dengan tingkat harga di pasar Rp 6000,-/kg sehingga rata-rata penerimaan petani
responden adalah sebesar Rp 2.320.285,-/luasan lahan. Sedangkan pada usahatani
kedelai di lahan tegal rata-rata produksi kedelai yang diperoleh adalah 205,1851 kg
dengan tingkat harga jual di pasaran Rp 6000,-/kg, sehingga rata-rata penerimaan
petani kedelai di lahan tegal adalah Rp 1.231.110,.
(6) Efisiensi
Efisiensi usahatani kedelai yang diperoleh pada petani dari : besarnya
penerimaan yang diperoleh dibagi dengan biaya total yang dikeluarkan untuk proses
produksi. Pada usahatani kedelai di lahan tegal diperoleh tingkat efisiensi atau R/C
ratio = 1,82 dan pada usahatani kedelai lahan sawah sebesar R/C ratio = 2,52 . Dari
hasil tersebut dapat disimpulakan bahwa usahatani kedelai di daerah penelitian sama-
sama menguntungkan, akan tetapi pada lahan sawah lebih menguntungkan
disbanding pada lahan tegal.
Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Kedelai Lahan Tegal
di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo MH 1 (MT Nop10-Jan11)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std.Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.349 1.104 3.033 0.007
Luas Lahan -.037 .158 -.051 -.234 0.818
Bibit .078 .191 .098 .409 0.687
19
Tabel 14. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Kedelai Lahan Sawah di
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo MH 1(MTNop1-
Jan11)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std.Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4.663 .652 7.152 .000
Luas Lahan .469 .100 .504 4.683 .000*
Bibit .268 .106 -.039 2.533 .017*
Pupuk a-organik -.080 .102 -.079 -.785 .439
Pupuk organic -.100 .070 -.065 -1.419 .167
Obat-obatan -.067 .059 .065 -1.135 .266
Tenaga kerja Pria .385 .117 .312 3.293 .003*
Tenagakerja .233 .090 .180 2.579 .016*
Wanita
a. Dependent Variable: Ln Y ( produksi kedelai)
Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil analisis fungsi Cobb-Douglas dengan
menggunakan program SPSS 16 untuk usahatani lahan sawah adalah sebagai
berikut :
Y= 4.663+ 0.469x1+0.268x2-0.080x3-0.100x4-0.067x5+0.385x6+0.233x7 U
Dari hasil pengujian model fungsi Cobb-Douglas yang dipakai diperoleh F hitung > F
table dengan selang kepercayaan 95 % ( = 0,05), maka Ha diterima. Berarti ada
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari semua variable bebas terhadap
variable tidak bebas, sehingga model tersebut dapat dipergunakan untuk menjelaskan
pengaruh-pengaruh factor produksi luas lahan, bibit, pupuk an-organic, pupuk organic,
20
obat-obatan, tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita secara integrated terhadap
produksi
Hasil analisis pada Tabel 14 diatas, secara parsial dapat diinterpretasikan
sebagai berikut:
(1) Luas Lahan
Untuk luas lahan diperoleh koefisien regresi sebesar 4.663, koefisien ini secara
statistic nyata pada tingkat kepercayaan 95%, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung ( =
7.152) lebih besar dari t table (= 2.031). Sehingga bisa diartikan bahwa penggunaan
luas lahan berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi, yang artinya bahwa
dengan penambahan penggunaan lahan maka produksi juga akan meningkat,
sebaliknya jika jumlah penggunaan luas lahan dikurangi maka jumlah produksi juga
akan berkurang.
(2) Bibit
Untuk variable bibit diperoleh koefisien regresi 0.268, koefisien ini secara statistic
nyata pada tingkat kepercayaan 95%, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung ( = 2.533)
lebih besar dari t table (= 2.031). Sehingga bisa diartikan bahwa penggunaan bibit
berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi, yang artinya bahwa penambahan
penggunaan bibit akan diikuti dengan peningkatan jumlah produksi, sebaliknya jika
jumlah penggunaan bibit dikurangi maka jumlah produksi juga akan berkurang.
Tabel 15. Hasil Analisis Efisiensi Penggunaan Input Untuk Optimasi Pendapatan
Usahatani Kedelai Lahan Tegal Sawah MH 1 (MT Nop10-Jan11)
Dari hasil analisis efisiensi Penggunaan input pada usahatani kedelai lahan
tegal dan sawah (NPM/Pxi) ternyata menunjukkan nilai NPM/Pxi > 1, berarti bahwa
di lahan tegal secara ekonomi alokasi faktor produksi belum berada pada tingkat
optimum, artinya jika penggunaan faktor produksi ditambah, maka penambahan
output total yang dihasilkan akan lebih besar dari penambahan faktor produksi itu
sendiri, sehingga upaya untuk optimasi pendapatan usahatani kedelai lahan sawah
masih dapat dilakukan dengan penggunaan factor produksi (input) yang efisien dan
disesuaikan dengan kondisi lahan dan tanaman.
a. Lahan Sawah
berbagai agroekosistem dengan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola
tanam yang berbeda. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai
suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan
agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang
akan menyebabkan busuknya akar..
2. Aspek Ekonomi
Secara ekonomi usahatani kedelai di kecamatan Sukorejo menguntungkan, hal
ini terbukti dari hasil analisis RC ratio bahwa usahatani kedelai baik lahan sawah
maupun lahan tegal sama-sama memperoleh nilai RC >1, yang berarti usahatani
kedelai menguntungkan. Secara umum petani mengatakan bahwa tanaman
kedelai mampu memberikan tambahan pendapatan, karena selain budidaya
tanaman kedelai yang mudah juga tidak memerlukan biaya yang besar seperti
komoditas lainnya dalam penegelolaan usahataninya. Tanaman kedelai selain
dapat ditanam secara monokultur juga dapat ditanam secara tumpangsari dengan
tanaman lain.
3. Aspek Sosial
Tanaman kedelai di kecamatan Sukorejo sudah ditanam sejak puluhan tahun
lalu dan secara turun-temurun. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara dengan
responden yang mengatakan bahwa rata-rata pengalaman berusahatani kedelai
mereka diatas 25 tahun. Namun secara umum keberadaan kedelai di Kecamatan
Sukorejo sudah lebih dari 50 tahun lalu. Keberadaan kedelai juga terbukti dengan
diakuinya kedelai varietas lokal Ponorogo gepak kuning dan gepak ijo yang telah
lama dibudidayakan masyarakat mendapat pengakuan standar nasional dari
Departemen Pertanian sebagai produk unggulan lokal asli yang telah mendapatkan
sertifikat pendaftaran varietas lokal Nomor 64/PV/2008 tanggal 9 Desember 2008
(kedelai varietas Gepak Kuning) dan Nomor 63/PV/2008 tanggal 9 Desember 2008
(kedelai varietas Gepak Ijo).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Atman, 2009. Budidaya Kedelai lahan sawah di Sumatra Barat. Jurnal Ilmiah
Tambua,
Vol. VIII, No.1, Januari-April 2009: 39-45 hlm. ISSN 1412-5838
Atman, 2009. Budidaya Kedelai lahan sawah di Sumatra Barat. Jurnal Ilmiah
Tambua VIII (1): 39 - 45. ISSN 1412-5838
Gonzales, L.A. , F. Kasryno, N.D. Perez and M.W. Rosegrant. 1993. Economic
Incentives and Comparative Advantage in Indonesian Food Crop
Production. Reseacrh Report 93. Int. Food Polycy. Resch. Inst.
Washinton.DC.
Ghozali, I. 2009. Ekonometrika, Teori, Konsep dan Aplikasi SPSS 17. Penerbit
Universitas Diponegoro. ISBN 978-979-704-761-0.
Nielsen, D.C. and N.O.Nelson, 1998. Black bean sensitivity to water stress at
various growth stages. Crop Sci. 38.
_________, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi, PT.
Raja Grafindo, Jakarta.
Sri Widodo, 1986. Total Productivity and Frontier Production, Agro Ekonomi.
BPFE UGM, Yogyakarta
Subandi. 2007. Lima strategi pengembangan kedelai. Koran Sinar Tani Edisi
30 Mei-5Juni 2007.
26