Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TETAP SATUAN OPERASI

DISTILASI FRAKSIONASI
(OPERASI BATCH)

Disusun Oleh :
Kelompok 2

AMI JUNIA
DWI INDAH WAHYUNI OKTASARI
JEVIKA BERIAN
MUHAMMAD ISKANDAR ALHAKIM
SARI RISKI HASIBUAN
TRY YULIARTI
YUNI KHAIRUNISA
NAURA ZURRIA
MUHAMMAD SYAHRAWI

Kelas 4 KB

Dosen Pembimbing: ZULKARNAIN,.S.T.MT.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
2014
DISTILASI FRAKSIONASI
(OPERASI BATCH)

1. Tujuan
- Menjelaskan pengertian kurva baku
- Membuat campuran biner untuk kurva baku
- Menggambarkan kurva baku
- Menentukan fraksi mol residu berdasarkan perhitungan dan percobaan

2. Alat dan Bahan yang Digunakan


Alat
- Refraktometer :1
- Seperangkat alat destilasi fraksionasi
- Tabung reaksi :5
- Pipet tetes :1
- Rak tabung reaksi :1
- Gelas kimia 250 ml :1
- Aluminium foil : secukupnya
- Bola karet :1
- Pipet ukur 10 ml :1

Bahan
- Etanol 96 % : 450 ml
- Aquadest : 1000 ml

3. Gambar Alat ( Terlampir )

4. Dasar teori
Operasi teknik kimia yang sering dilakukan pada industri kimia adalah operasi
perpindahan massa. Salah satu contoh operasi perpindahan massa adalah distilasi. Distilasi
adalah operasi pemisahan campuran cairan yang sering melarut menjadi komponen-
komponen yang didasarkan pada perbedaan daya penguapan komponen-komponen tersebut.
Fraksionasi adalah cara pemisahan secara ditilasi yaitu membuat kesetimbangan fase
uap dan cair dengan jalan menambahkan energi, melakukan pemisahan uap da cairan dan
kembali menciptakan keadaan sistem batch, semua umpan mengalami pemisahan dalam
wadah boiler. Kemudian dilakukan fraksionasi hingga didapat sisi residu dalam wadah.
Dalam percobaan ini dipelajari derajat pemisahan operasi distilasi batch dalam refluks
ratio tertentu. Derajat pemisahan perlu diketahui untuk menambahkan sampai sejauh mana
operasi secara batch dapat dilakukan untuk pemisahan dan berapa lama hal itu perlu
dilakukan untuk mendapatkan derajat pemisahan yang diinginkan.
HETP (Height Equivalent to Theoritical Plate) adalah perbandingan inggi kolom
(column height)nterhadap jumlah tahap teoritis (Theoritical plate) dimana path kolom
setinggi HETP akan dihasilakan uap dan cairan dengan komposisi yang sama dengan
komposisi kesetimbangan. HETP ditentukan dengan jalan membagi tinggi kolom keseluruhan
dengan jumlah tahap teoritis dan kolom.
Penentuan komposisi distilasi rata-rata didasarkan pada anggapan tidak adanya
kebocoran massa yang tertinggal di dalam kolom dapat diabaikan.
Neraca massa untuk sistem komponen biner
Neraca massa total :F=D+B
Neraca massa komponen : F Xf = D XD + B XB
Sehingga didapatkan :

=

5. Langkah kerja
Percobaan ini dibagi menjadi 3 bagian:
a. Tahap Persiapan
b. Kalibrasi Refraktometer
c. Operasi Dengan Refluks Parsial
a. Kalibrasi Refluktometer
- Membuat campuran alkohol aquades dengan berbagai variasi
perbandingan volume 0% - 100% dengan interval 10%.
- Melakukan pengamatan terhadap indeks bias campuran.
- Membuat kurva kalibrasi refraktometer.
b. Tahap Persiapan
- Mencuci bersih labu dan wadah-wadah yang akan dipakai dan
mengeringkannya.
- Mengosongkan Timbal Still (Labu).
- Merangkai peralatan dengan baik dan benar.
- Membuat campuran umpan dengan jalan mencampurkan larutan alkohol
dengan air distilasi dengan perbandingan 60:40.
- Melakukan pengamatan terhadap Indeks Bias campuran.
- Timbal Still yang berisi campuran larutan umpan di masukkan batu didih
secukupnya.

c. Operasi Dengan Refluks Parsial


- Alirkan aliran pendingin mealui kolom
- Atur temperatur pemanas pada 120oC (control temp 1)
- Atur temperatur uap ke kondenser pada 78oC (control temp 2)
- Tekan tombol (1), kemudian langsung tekan tombol (2)
- Tekan tombol (10) pada posisi open
- Putar switch (9) pada posisi (7)
- Tekan tombol (ditentukan) pada blok (4) withdrawal time
- Tekan tombol (ditentukan) pada blok (5) reflux time
- Tekan tombol normal pada blok (3)
- Setelah destilasi selesai (pada volume detilat tertentu), peralatan
didinginkan sampai suhu ruang. Catat volume destilat yang diperoleh,
lakukan pengukuran indeks bias destilat dan residu.
Gambar
Keterangan gambar :
Blok (3), adalah kontrol aliran cairan dan uap didalam kolom
- Normal, artinya operasi berjalan normal dengan reflux ratio sesuai perbandingan angka
tombol yang ditekan pada blok (5) dan (4)
- Contoh : misal R= L/D = 15, ini berarti tombol 15 pada blok (5) dan tombol 1 pada blok
(4)
- Reverse, artinya kebalikan operasi normal
- Open, artinya penekanan tombol open akan mengakibatkan seluruh detilasi mengalir
keluar secara langsung (tidak ada destilat yang kembali ke kolom)
- Closed, artinya penekanan tombol closed akan mengakibatkan semua destilat kembali ke
kolom (tidak ada destilat yang keluar sebagai produk)

Blok (4), adalah pengendali laju alir destilat


Angka pada tombol ini menunjukkan lama waktu (detik) cairan kembali ke kolom.
Perbandingan antara reflux time dan withdrawal time merupakan perbandingan antara aliran
destilat masuk dan keluar kolom, yaitu R =L/D. Operasi pada Blok (4) ditandai dengan suara
ketukan yang berasal dari bagian atas kolom.

Blok (5), adalah pengendali laju alir cairan kembali ke kolom


Angka pada tombol ini menunjukkan lama waktu (detik) cairan kembali ke kolom.
Jika temperatur uap telah mencapai 78oC, maka proses destilasi akan terus berlansung pada
temperatur konstan hingga semua fraksi dalam campuran yang mempunyai titik didih lebih
rendah dari 78oC akan habis teruapkan. Setelah fraksi tersebut habis, maka secara otomatis
aliran keluar destilat akan terhenti. Hal ini ditandai dengan berhentinya bunyi ketukan dari
bagian atas kolom dan lampu merah yang berkedap-kedip. Jika ingin mendapatkan destilat
yang mempunyai temperatur didih lebih tinggi, mislanya 100 oC, ubah pengaturan temperatur
(control temp 2) pada temperatur 100oC sehingga proses destilasi akan berlangsung hingga
semua fraksi yang mempunyai titik didih di bawah suhu tersebut habis teruapkan.

Tombol (6), heater off


Penekanan pada tombol (6) akan menyebabkan pemanasan berlangsung tanpa melalui
sistem kontrol.
Tombol (8), Intermitt
Penekanan pada tombol (8) akan menyebabkan pemanasan berlangsung dikendalikan
oleh sistem kontrol.

Tombol (9), Pengatur laju pemanasan


Lama waktu pemanasan ditentukan oleh angka pada tombol ini.

Tombol (10), open


Penekanan pada tombol ini akan menyebabkan aliran air pendingin berada dalam
pengawasan sistem kontrol.

Tombol (11), closed


Penekanan tombol ini akan menyebabkan aliran air pendingin mengalir tanpa
pengawasan sitem kontrol.

Catatan :
Proses destilasi dalam kolom akan berhenti secara otomatis, jika aliran air pendingin
berhenti mengalir. Perhatikan baik-baik temperatur pendingi sesuai dengan air keluar dari
kondenser, apabila suhunya cukup panas.

6. Data Pengamatan
% Volume Volume, 10 nl Fraksi volume
Indeks bias
Etanol Etanol, ml Air, ml etanol
10 1 9 1,3330 0,03310
20 2 8 1,3351 0,07153
30 3 7 1,3362 0.11666
40 4 6 1,3384 0,17039
50 5 5 1,3394 0,27801
60 6 4 1,3384 0,31616
70 7 3 1,3383 0,41831
80 8 2 1,3373 0,55212
90 9 1 1,3352 0,73519
100 10 0 1,3290 1

Tabel Hasil :

fraksi mol indeks bias


0.03310 1.3330
0.03424 1.3351
0.11666 1.3362
0.17039 1.3384
0.27801 1.3394
0.31616 1.3384
0.41831 1.3383
0.55212 1.3373
0.73519 1.3352
1 1.3290

kurva Baku
1.3400
y = -0.0044x + 1.3376
1.3380 R = 0.1981

1.3360
indeksbias

1.3340
indeks bias
1.3320
Linear (indeks bias)
1.3300

1.3280
0.00000 0.50000 1.00000 1.50000
fraksi mol
7. Perhitungan
7.1 menghitung fraksi mol campuran etanol dan air dengan perbandingan
400 :1000
% ethanol x V.ethanol x .ethanol
Bm ethanol
Xf =
[(%ethanol x V.ethanol x .ethano) + (1 - %ethanol) x V.ethanol x air )] + V.air x air
Bm ethanol Bm air Bm air

0,95 x 450 ml x 0,7876 gr/ml


46 gr/mol
Xf =
[(0,96 x 450 ml x 0,7876 gr/mol) + (1 0,96) x 450 ml x 1 gr /ml)] + 1000 ml x 1gr/ml
46 gr /mol 18 gr /mol 18 gr /mol

= 7,3966 mol
7,3966 mol + 1 mol + 55,5556 mol
= 0,1156

7.2 menentukan fraksi mol ethanol


a. fraksi mol 10 %
volume air = 9,0 ml
volume ethanol = 1,0 ml

n ethanol = xv = 0,7876 gr/ ml x 1 ml = 0,01712 mol


Bm 46 gr/mol

n air = xv = 1 gr/ ml x 9,0 ml = 0,5 mol


Bm 18 gr/mol

X . ethanol = n ethanol = 0,01712 mol = 0,03310


n. ethanol + n. air 0,01712 mol + 0,5 mol
b. fraksi mol 20 %
volume air = 8,0 ml
volume ethanol = 2,0 ml

n ethanol = xv = 0,7876 gr/ ml x 2 ml = 0,03424 mol


Bm 46 gr/mol

n air = xv = 1 gr/ ml x 8,0 ml = 0,4444 mol


Bm 18 gr/mol

X . ethanol = n ethanol = 0,03424 mol = 0,07153


n. ethanol + n. air 0,03424 mol + 0,44444mol
c. fraksi mol 30 %
volume air = 7,0 ml
volume ethanol = 3,0 ml

n ethanol = xv = 0,7876 gr/ ml x 3 ml = 0,05136 mol


Bm 46 gr/mol

n air = xv = 1 gr/ ml x 7,0 ml = 0,38889 mol


Bm 18 gr/mol

X . ethanol = n ethanol = 0,05136 mol = 0,11666


n. ethanol + n. air 0,05136 mol + 0,38889 mol

d. fraksi mol 40 %
volume air = 6,0 ml
volume ethanol = 4,0 ml

n ethanol = xv = 0,7876 gr/ ml x 4 ml = 0,06848 mol


Bm 46 gr/mol

n air = xv = 1 gr/ ml x 6,0 ml = 0,3334 mol


Bm 18 gr/mol
X . ethanol = n ethanol = 0,06848 mol = 0,17039
n. ethanol + n. air 0,06848 mol + 0,3334 mol

e. fraksi mol 50 %
volume air = 5,0 ml
volume ethanol = 5,0 ml

n ethanol = xv = 0,7876 gr/ ml x 5 ml = 0,08560 mol


Bm 46 gr/mol

n air = xv = 1 gr/ ml x 5,0 ml = 0,2223 mol


Bm 18 gr/mol

X . ethanol = n ethanol = 0,08560 mol = 0,27801


n. ethanol + n. air 0,08560 mol + 0,2223 mol

f. fraksi mol 60 %
volume air = 4,0 ml
volume ethanol = 6,0 ml

n ethanol = xv = 0,7876 gr/ ml x 6 ml = 0,10273 mol


Bm 46 gr/mol

n air = xv = 1 gr/ ml x 4,0 ml = 0,2222 mol


Bm 18 gr/mol

X . ethanol = n ethanol = 0,10273 mol = 0,31616


n. ethanol + n. air 0,10273 mol + 0,2222 mol

g. fraksi mol 70 %
volume air = 3,0 ml
volume ethanol = 7,0 ml
n ethanol = xv = 0,7876 gr/ ml x 7 ml = 0,11985 mol
Bm 46 gr/mol

n air = xv = 1 gr/ ml x 3,0 ml = 0,16666 mol


Bm 18 gr/mol

X . ethanol = n ethanol = 0,11985 mol = 041831


n. ethanol + n. air 0,11985 mol + 0,16666 mol

h. fraksi mol 80 %
volume air = 2,0 ml
volume ethanol = 8,0 ml

n ethanol = xv = 0,7876 gr/ ml x 8 ml = 0,13897 mol


Bm 46 gr/mol

n air = xv = 1 gr/ ml x 2,0 ml = 0,1111 mol


Bm 18 gr/mol

X . ethanol = n ethanol = 0,13897 mol = 0,55212


n. ethanol + n. air 0,13897 mol + 0,1111 mol

b. fraksi mol 90 %
volume air = 9,0 ml
volume ethanol = 1,0 ml

n ethanol = xv = 0,7876 gr/ ml x 9 ml = 0,15409 mol


Bm 46 gr/mol

n air = xv = 1 gr/ ml x 1,0 ml = 0,0555 mol


Bm 18 gr/mol

X . ethanol = n ethanol = 0,15409 mol = 0,73519


n. ethanol + n. air 0,15409 mol + 0,0555 mol
b. fraksi mol 100 %
volume air = 10 ml
volume ethanol = 0 ml

n ethanol = xv = 0,7876 gr/ ml x 10 ml = 0,1712 mol


Bm 46 gr/mol

n air = xv = 1 gr/ ml x 0 ml = 0 mol


Bm 18 gr/mol

X . ethanol = n ethanol = 0,1712 mol =1


n. ethanol + n. air 0,1712 mol + 0 mol

7.3 menghitung nilai X ( fraksi mol ) pada destilasi


Y = - 0,0047 x + 1,3377 persamaan didapat dari grafik baku
X = nilai mutlak
a. t = 0 menit
Y = - 0,0047 x + 1,3377
1,3373 = - 0,0047X + 1,3373
X = 0,0851

b. t = 10 menit
( Belum didapat destilat )

c. t = 20 menit
Y = - 0,0047 x + 1,3377
1,3384 = - 0,0047X + 1,3373
X = - 0,1489

d. t = 30 menit
Y = - 0,0047 x + 1,3377
1,3384 = - 0,0047X + 1,3373
X = - 0,1489
e. t = 40 menit
Y = - 0,0047 x + 1,3377
1,3384 = - 0,0047X + 1,3373
X = - 0,1489

f. t = 0 menit
Y = - 0,0047 x + 1,3377
1,3394 = - 0,0047X + 1,3373
X = - 0,3617

7.4 menentukan konstanta percepatan tekanan uap


7.41 Ethanol
A = 16,8958 B = 3795,17 C = 230,918
[Nilai didapat dari tabel ( lampiran )]

In Psat / kPa =A - B
t 0C + C
t = 0 menit
In Psat / kPa = 16,8958 - 3795,17
44 + 230,918
In Psat = 3,091065497 kPa

Psat = e 3,091065497
Psat = 22,00050697 kPa

t = 10 menit
In Psat / kPa = 16,8958 - 3795,17
86,3 + 230,918
In Psat = 4,931882442 kPa

Psat = e 4,931882442
Psat = 138,6402491 kPa
t = 20 menit
In Psat / kPa = 16,8958 - 3795,17
88,4 + 230,918
In Psat = 5,01056339 kPa

Psat = e 5,01056339
Psat = 149,9892071 kPa

t = 30 menit
In Psat / kPa = 16,8958 - 3795,17
91,3 + 230,918
In Psat = 5,117531871 kPa

Psat = e 5,117531871
Psat = 166,9228736 kPa

t = 40 menit
In Psat / kPa = 16,8958 - 3795,17
94,8+ 230,918
In Psat = 5,24409515 kPa

Psat = e 5,24409515
Psat = 189,4443191 kPa

t = 50 menit
In Psat / kPa = 16,8958 - 3795,17
98,1 + 230,918
In Psat = 5,360959961 kPa

Psat = e 5,360959961
Psat = 212,9292521 kPa
7.42 Air
A = 16,8958 B = 3795,17 C = 230,918
[Nilai didapat dari tabel ( lampiran )]

In Psat / kPa =A - B
t 0C + C

8. Analisa Percobaan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan destilasi fraksionasi.
Dimna bahan yang digunakan dan diamati pemisahannya yaitu campuran etanol
dengan air.pada awal percobaan, campuran etanol dan air ini dipanaskan dalam labu
destilasi pada rangkaian alat destilasi fraksionasi. Suhu pemanasan dijaga pada 80oC.
Hal ini bertujuan agar ethanol menguap secara maksimal. Setelah mencapai titik
didihnya yaitu 78,6oC, ethanol akan mulai menguap dan masuk menuju kolom
fraksionasi pada alat. Didalam kolom ini terjadi proses refluk. Proses refluk ini
dilakukan agar pemisahan antara campuran ethanol dan air dapat terjadi dengan baik.
Didalam kolom ini juga terdapat katup-katup. Katup-katup ini berfungsi untuk
mengatur lalu lintas uap yang akan masuk dan keluar kolom sehingga memperpanjang
kontak antara cairan dan uap didalam kolom. Pada percobaan ini uap yang keluar dari
kolom menuju kondenser sebanyak 1 kali, sedangkan uap yang kembali menuju
kolom sebanyak 3 kali untuk dilakukan proses refluk kembali di dalam kolom.
Dimana jika semakin besar perbandingan antara uap yang masuk dan keluar kolom,
maka akan didapatkan destilat (etanol) yang memiliki kemurnian tinggi.
Uap ethanol yang telah keluar dari dalam kolom selanjutnya akan masuk
kedalam kondenser dan dikondensasi menjadi cairan yang akan ditampung pada
penampung destilat. Sedangkan fraksi berat yang berupa uap air akan dikembalikan
kedalam labu destilasi. Destilat pertama menetes pada waktu 60 menit dari waktu
pemanasan awal dan destilat yang diambil hanya sebanyak 2 mL. Cairan ini dapat
keluar karena adanya dorongan dari pompa yaitu pompa refluks dari akumulator ke
tray teratas.
Arus ini menjadi cairan yang mengalir ke bawah di bagian rektifikasi, yang
diperlukan untuk berinteraksi dengan uap yang mengalir ke atas. Tanpa refluks tidak
akan ada rektifikasi yang dapat berlangsung dan kondensasi produk atas tidak akan
lebih besar dari konsentrasi uap yang mngalir naik dari feed plate. Kondensat yang
tidak terbawa pompa refluks didinginkan dalam penukar kalor, yang disebut product
cooler dan dikeluarkan sebagai produk atas. Karena tidak terjadi azeotrop, produk
atas dan produk bawah dapat terus dimurnikan sampai tercapai kemurnian yang
diinginkan dengan mengatur jumlah tray dan refluks ratio.
Distilasi kontinu dengan refluks efektif memisahkan komponen-komponen
yang volatilitasnya sebanding. Dengan melakukan redistilasi berulang-ulang dapat
diperoleh komponen yang hampir murni karena jumlah komponen pengotor lain
sedikit. Metoda ini dimodifikasi menjadi lebih modern untuk diterapkan pada
skala industri dengan dihasilkannya distilasi metoda rektifikasi.
Kolom distilasi terdiri dari banyak tray yang diasumsikan ideal. Jika
diperhatikan tray ke-n dari puncak kolom, maka tray yang langsung berada di atasnya
adalah tray ke- n-1 dan tray yang langsung berada di bawahnya adalah tray ke-n+1.
Ada 2 aliran fluida yang masuk ke dalam dan 2 arus keluar dari tray n. Aliran zat cair
L n-1 (mol/jam) dari tray n-1 dan aliran uap Vn+1 dari tray n+1 (mol/jam)
mengalami kontak di tray n. Aliran uap Vn naik ke tray n-1 dan aliran cairan Ln turun
ke tray n+1. Jika konsentrasi aliran uap dalam fasa V ditandai dengan y, dan
konsentrasi aliran cairan ditandai dengan x, maka konsentrasi aliran yang masuk
dan yang keluar tray n adalah: uap keluar dari tray . (y n), cairan keluar dari tray (x

n), uap masuk ke tray (y n+1), dan cairan masuk ke tray (x n-1).
Sesuai definisi tray ideal, uap dan cairan yang keluar piring n berada
dalam kesetimbangan, sehingga x n dan y n merupakan konsentrasi kesetimbangan.
Aliran zat cair berada pada bubble point sedangkan aliran uap berada pada dew
point, sehingga kalor yang dibutuhkan untuk penguapan didapatkan dari kalor
yang dibebaskan selama kondensasi. Setiap tray berfungsi sebagai media
pertukaran dimana komponen volatil pindah ke fasa uap sedangkan komponen
yang kurang volatil pindah ke fasa cair. Karena konsentrasi komponen volatil di
dalam cairan dan uap meningkat dengan bertambahnya tinggi kolom.
Selanjutnya dilakukan analisa terhadap sampel umpan, destilat dan residu.
Analisa yang dilakukan adalah analisa indeks bias dengan menggunakan alat
refraktometer. Indeks bias umpan yang didapat sebesar 1,3516 dengan volume 4000
ml. Indeks bias destilat yang didapat sebesar 1,3478 dengan volume 2 mL. Dan indeks
bias dari residu yang didapatkan sebesr 1,3581 dengan volume 3998 ml.
Dari hasil indeks bias ini dapat diketahui, fraksi mol adri umpan, destilat, dan
residu. Sebelumnya dilakukan pengujian indeks bias pada campuran etanol dengan
air, menggunakan perbandingan volume. Dari pengujian indeks bias fraksi volume ini
dapat terbentuk kurva baku. Kurva baku ini merupakan standar dari sampel yang
dapat digunakan sebagai pedoman ataupun acuan untuk sampel tersebut.
Dari kurva ini didapatkan persamaan garis Y = 0,123x+1,340. Dengan y
adalah indeks bias dan x adalah fraksi volume. Dari kurva ini dapat ditarik garis nilai
indeks bias umpan, destilat, dan residu untuk mengetahui fraksi volume yang
terbentuk dari ketiganya yang selanjutnya akan dikonversikan kedalam bentuk fraksi
mol.
Selanjutnya menentukan nilai Xb secara teoritis dengan menggunakan neraca
massa. Kolom yang dijumpai dengan F (mol/jam) yang berkonsentrasi Xf akan
menghasilkan D (mol/jam) yang berkonsentrasii XD dan produk bawah berkonsentrasi
XB.
Neraca massa yang terpenting :
Neraca massa total :F=D+B
Neraca massa komponen : F Xf = D XD + B XB
Dari hasil praktikum yang didapatkan nilai neraca massa yang didapatkan
tidak setara, sehinggga perlu ditentukan nilai XB secara teoritisnya. Nilai XB yang
didapat secara teoritis sebesar 0,00162 mol, sedangkan nilai XB yang didapatkan
secara praktikum sebesar 0,00252 mol sehingga didapatkan persentase kesalah
sebesar 55,6%
Nilai persentase kesalahan ini menunjukkan besarnya kesalahan dari hasil
yang didapat pada praktikum. Hal ini kemungknan disebabkan kesalahan pada cara
pembcaan indeks bias pada refraktometer. Faktor-faktor lain yang juga perlu
diperhatikan adalah jumlah tray yang diperlukan untuk mendapatkan pemisahan yang
dikehendaki dan kalor yang dikonsumsi dalam pendidih. Hal ini sesuai dengan asas-
asas umum untuk kerja kolomdestilasi yang didasarkan pada neraca massa, neraca
energi, dan kesetimbangan fase.

9. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Destilat pertama yang berupa ethanol menetes pada waktu 60 menit dari pemanasan
awal dengan suhu uap 76oC dan suhu cairan 86oC.
Indeks bias yang didapat pada percobaan ini: untuk umpan yaitu 1,3516, untuk
destilat yaitu 1,3478 dan untuk residu yaitu 1,3581
Nilai XB toeritis yang didapat sebesar 0,00162 sedangkan nilai XB praktikum didapat
sebesar 0,00252
% kesalahan yang didapatkan sebesar 55,6%
Persamaan garis dari kurva baku, yaitu :
Y = 0,123x + 1,340
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet.2014.Penuntun Praktikum Satuan Operasi 2. Palembang : POLSRI
Treybal.,R.E.Mass transfer operations.Mc.Grew Hillz 1981. Chapter 9
http://www.academia-edu/5541301/Laporan-praktikum pemisahan kimia- teknik
destilasi
GAMBAR ALAT
Alat distilasi dan unit pengendali 1 unit

Anda mungkin juga menyukai