Anda di halaman 1dari 3

Hospital Tax (perpajakan rumah sakit)

1. Identifikasi jenis-jenis pajak yang harus dibayar oleh sebuah rumah sakit dan besarannya

a. Pajak Penghasilan ( PPh ) Badan, besarannya 15 % Gaji dan 7,5 % di luar gaji
b. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB), besarannya 0,5 % X Nilai Jual Objek Pajak
c. PajakPertambahan Nilai (PPN) transaksi pengadaan barang - barang modal (alat kedokteran dan aktiva
berwujudnon bangunan lainnya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan rumah sakit ) dan
pengadaan bangunan(sarana fisik ), besaranya adalah 10 %

2. Hitunglah Pajak Pendapatan Seorang Dokter di rumah sakit


Penghasilan dokter yang diterima dari rumah sakit dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 sebagai berikut
:

a. Atas penghasilan dokter dari keuangan rumah sakit yang diterima oleh dokter yang menjabat pengurus,
pimpinan rumah sakit, pegawai tetap maupun tenaga honorer di rumah sakit berupa gaji, tunjangan,
honorarium dan imbalan lainnya dikenakan PPh Pasal 21 sesuai dengan perhitungan PPh Pasal 21 untuk
pegawai tetap atau pegawai tetap sesuai buku petunjuk pemotongan PPh Pasal 21/26 (lihat KEP-
545/PJ/2000 Jo PER-15/PJ/2006). Tarif yang dikenakan adalah tarif Pasal 17 atas Penghasilan Kena Pajak.
Penghasilan Kena Pajak ini adalah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun dan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

b. Penghasilan yang berasal dari pasien yang diterima oleh semua jenis dokter dikenakan pemotongan PPh
Pasal 21 15% x 50% x imbalan jasa dokter atau sama dengan 7,5% dari jasa dokter (lihat KEP-
545/PJ/2000 Jo PER-15/PJ/2006)
Cara penghitungannya sebagai berikut :

1. Atas Gaji dan tunjangan serta pembayaran lainnya terkait dengan gaji, karena sebagai pegawai tetap.

Misalnya Dokter A (TK/-) pegawai tetap di RS X dengan gaji dan tunjangan sebulan Rp15.000.000,- PPh
Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh pemberi kerja :

Gaji + Tunjangan setahun :

15.000.000 x 12 = Rp180.000.000,-
Pengurang :
Biaya jabatan
(5%x jumlah bruto penghasilan setahun,
maksimal Rp6.000.000) = Rp 6.000.000,-
PTKP Sendiri (TK/-) = Rp 15.840.000,-
Penghasilan Kena Pajak = (Rp180.000.000 - Rp 6.000.000 - Rp 15.840.000) = Rp158.160.000,-
PPh Pasal 21 terhutang setahun :
Tarif Pasal 17 x PKP =
5% x Rp 50.000.000,- = Rp 2.500.000
15% x Rp108.160.000,- = Rp16.224.000 +
Total = Rp18.724.000

PPh Pasal 21 terhutung sebulan :


Rp18.724.000 : 12 = Rp. 1.560.333

Dokter A wajib menerima bukti potong PPh pasal 21 dari Rumah Sakit X.

2. Honorarium, komisi atau fee, uang saku, uang presentasi, uang rapat yang dananya berasal dari
APBN/APBD ataupun yang bukan.

Misalnya Dokter A (PNS/TNI/POLRI) menerima honorarium yang dananya dari APBN/APBD sebesar
Rp10.000.000. PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh pemberi kerja/pemberi penghasilan
:

15% xRp10.000.000 = Rp1.500.000,-

Pemotongan PPh Pasal 21 ini bersifat final atau tidak diperhitungkan lagi dengan penghasilan lainnya
sehingga sudah selesai penghitungan PPh, namun tetap dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh-nya
(melampirkan bukti potong PPh Pasal 21 tersebut).

Misal Dokter A (swasta) menerima uang presentasi yang dananya dari APBN/APBD sebesar
Rp10.000.000, dari Departemen Kesehatan. PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh
pemberi kerja/pemberi penghasilan :
5% x (50% x Rp10.000.000,-) = Rp250.000,-

Dokter A (swasta) wajib menerima bukti potong PPh Pasal 21 dari Departemen Kesehatan dan
menghitung kembali penghasilan tersebut dalam SPT Tahunan PPh-nya.

Misal Dokter A (Swasta ataupun PNS/TNI/POLRI) menerima honorarium pada bulan Maret 2009
sebesar Rp30.000.000 dari Rumah sakit Z . PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong oleh pemberi
kerja/pemberi penghasilan :

5% x (50% x Rp30.000.000,-) = Rp750.000.-

Dokter A wajib menerima bukti potong PPh Pasal 21.

3. Identifikasi bentuk penyelewengan Pajak di suatu rumah sakit


- Pembayaran pajak PPh tidak sesuai dengan jumlah gaji yang diterima oleh SDM di rumah sakit, misal
gaji yang di terima Rp. 10.000.000,- sedangkan yang dilaporkan kena pajak hanya sebesar Rp.
3.000.000,- hal ini sering terjadi di rumah sakit swasta.
- Membeli barang di pasar gelap dimana faktur pajaknya dibeli dari perusahaan lain agar transaksi ini
tidak terekam dalam sistem pembukuan rumah sakit.
- Mengecilkan nilai PPN dengan melakukan transaksi tanpa arus barang.
- Mengecilkan nilai barang agar Pajak Masukan Atas PPN ikut mengecil.

Anda mungkin juga menyukai