Anda di halaman 1dari 2

Rasulullah SAW bersabda,

Sebaik-baik
manusia adalah pada kurunku (Sahabat), kemudian yang sesudahnya (Tabiin),
kemudian yang sesudahnya (Tabiut Tabiin).[HR. Al-Bukhari no. 2652 dan
Muslim no. 2533 ]

Biar kata misalnya menurut Sahih Bukhari misalnya sholat Nabi begini2 dan beda
dgn sholat Imam Mazhab, namun para Imam Mazhab seperti Imam Malik melihat
langsung cara sholat puluhan ribu anak2 sahabat Nabi di Madinah. Anak2 sahabat ini
belajar langsung ke Sahabat Nabi yang jadi bapak mereka. Jadi lebih kuat ketimbang
2-3 hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari 100 tahun kemudian.

Imam Bukhari dan Imam Muslim pun meski termasuk pakar hadits paling top, tetap
bermazhab. Mereka mengikuti mazhab Imam Syafiie. Ini adalah Imam Hadits yang
mengikuti Mazhab Syafiie: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasai, Imam
Baihaqi, Imam Turmudzi, Imam Ibnu Majah, Imam Tabari, Imam Ibnu Hajar al-
Asqalani, Imam Abu Daud, Imam Nawawi, Imam as-Suyuti, Imam Ibnu
Katsir, Imam adz-Dzahabi, Imam al-Hakim.

Padahal Imam Mazhab tsb menguasai banyak hadits. Imam Malik merupakan
penyusun Kitab Hadits Al Muwaththo. Dengan jarak hanya 3 level perawi hadits ke
Nabi, jelas jauh lebih murni ketimbang Sahih Bukhari yang jaraknya ke Nabi bisa 6-
7 level. Begitu pula Imam Ahmad yang menguasai 750.000 hadits lebih dikenal
sebagai Ahli Hadits ketimbang Imam Mazhab.

Pertama, karena mereka lahir jauh sebelum Bukhari (194-265 H) dan Muslim (204-
261 H) dilahirkan. Sementara Imam Malik wafat sebelum Imam Bukhari lahir.
Begitu pula saat Imam Syafiie wafat, Imam Bukhari baru berumur 8 tahun
sementara Imam Muslim baru lahir. Tidak mungkin kan para Imam Mazhab tsb
berpegang pada Kitab Hadits yang belum ada pada zamannya?

Kedua, menurut Ustad Ahmad, karena keempat imam mazhab itu merupakan pakar
hadits paling top di zamannya. Tidak ada ahli hadits yang lebih baik dari mereka.

Ketiga, karena keempat imam mazhab itu hidup di zaman yang lebih dekat ke
Rasulullah SAW dibanding Imam Bukhari dan Imam Muslim, maka hadits mereka
lebih kuat dan lebih terjamin keasliannya ketimbang di masa-masa berikutnya.

Dalam teknologi, makin ke depan makin maju. Komputer, laptop, HP, dsb makin
lama makin canggih. Tapi kalau hadits Nabi, justru makin dekat ke Nabi makin
murni. Jika menjauh dari zamannya, justru makin tidak murni, begitu tulis Ustad
Ahmad Sarwat.

Keempat, justru Imam Bukhari dan Muslim malah bermazhab Syafiie. Karena
hadits yang mereka kuasai jumlahnya tidak memadai untuk menjadi Imam Mazhab.
Imam Ahmad berkata untuk jadi mujtahid, selain hafal Al Quran juga harus
menguasai minimal 500.000 hadits. Nah hadits Sahih yang dibukukan Imam Bukhari
cuma 7000-an. Sementara Imam Muslim cuma 9000-an. Tidak cukup.
Kalaulah benar pernah ada mazhab ahli hadits yang berfungsi sebagai metodologi
istimbath hukum, lalu mana ushul fiqihnya? Mana kaidah-kaidah yang digunakan
dalam mengistimbath hukum? Apakah cuma sekedar menggunakan sistem gugur,
bila ada dua hadits, yang satu kalah shahih dengan yang lain, maka yang kalah
dibuang?

Lalu bagimana kalau ada hadits sama-sama dishahihkan oleh Bukhari dan Muslim,
tetapi isinya bertentangan dan bertabrakan tidak bisa dipertemukan?

Imam Syafiie membahas masalah kalau ada beberapa hadits sama-sama shahihnya
tetapi matannya saling bertentangan, apa yang harus kita lakukan? Beliau menulis
kaidah itu dalam kitabnya : Ikhtilaful Hadits yang fenomenal.

Cuma baru tahu suatu hadits itu shahih, pekerjaan melakukan istimbath hukum
belum selesai. Meneliti keshahihan hadits baru langkah pertama dari 23 langkah
dalam proses istimbath hukum, yang hanya bisa dilakukan oleh para mujtahid.

Orang-orang awam dengan seenaknya menyelewengkan ungkapan para imam


mazhab itu dari maksud aslinya : Bila suatu hadits itu shahih, maka itulah
mazhabku. Kesannya, para imam mazhab itu tidak paham dengan hadits
shahih, lalu menggantungkan mazhabnya kepada orang-orang yang hidup dua tiga
abad sesudahnya.

Menurut Ustad Ahmad Sarwat Lc, MA, Hadits di zaman Imam Bukhari yang hidup
di abad 3 Hijriyah saja sudah cukup panjang jalurnya. Bisa 6-7 level perawi hingga
ke Nabi. Sementara jalur hadits Imam Malik cuma 3 level perawi. Secara logika
sederhana, yang 3 level itu jelas lebih murni ketimbang yang 6 level.

Jika Imam Bukhari hidup zaman sekarang di abad 15 Hijriyah, haditsnya bisa
melewati 40-50 level perawi. Sudah tidak murni lagi. Beda 3 level saja bisa kurang
murni. Apalagi yang beda 50 level.

Jadi Imam Bukhari dan Imam Muslim bukan satu2nya penentu hadits Sahih.
Sebelum mereka pun ada jutaan ahli hadits yang bisa jadi lebih baik seperti Imam
Malik dan Imam Ahmad karena jarak mereka ke Nabi lebih dekat.

Anda mungkin juga menyukai