Anda di halaman 1dari 6

PROSPEK PENGGUNAAN TEKNOLOGI BERSIH UNTUK

PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA


DI INDONESIA
Oleh : Agus Sugiyono*)

Abstrak
Hubungan yang erat antara penggunaan teknologi dan kerusakan lingkungan telah
menyadarkan masyarakat untuk melakukan modifikasi dan inovasi dari teknologi yang ada
saat ini. Penggunaan bahan bakar fosil, seperti batubara untuk pembangkit listrik akan
dapat meningkatkan emisi partikel, SO2, NOx, dan CO2. Adanya peraturan pemerintah
tentang standar emisi untuk pembangkit listrik di Indonesia, mendorong upaya untuk selalu
mengurangi emisi tersebut. Batubara diperkirakan paling dominan digunakan sebagai
bahan bakar untuk pembangkit listrik di masa datang. Penggunaan batubara dalam jumlah
yang besar akan meningkatkan emisi gas buang di udara. Salah satu cara untuk
mengurangi emisi adalah dengan menggunakan teknologi bersih. Ada dua cara dalam
menerapkan teknologi tersebut, yaitu pertama diterapkan pada tahapan setelah
pembakaran dan kedua diterapkan sebelum pembakaran batubara. Pada tahap pertama
dapat digunakan teknologi denitrifikasi, desulfurisasi dan penggunaan electrostatic
precipitator. Pada tahap kedua menggunakan teknologi fluidized bed combustion, gasifikasi
batubara, dan magneto hydrodynamic.

Kata kunci: pembangkit listrik, batubara, teknologi bersih

1. PENDAHULUAN Hubungan yang erat antara


penggunaan teknologi dan kerusakan
Ketersediaan sumber energi dan lingkungan telah menyadarkan masyarakat
adanya teknologi yang dapat mengubah untuk melakukan modifikasi dan inovasi dari
sumber energi menjadi bentuk yang teknologi yang ada saat ini. Dalam
bermanfaat bagi masyarakat, merupakan hubungannya dengan penggunaan energi,
salah satu faktor pemacu pertumbuhan terus dilakukan inovasi pada teknologi yang
perekonomian dunia. Hal ini telah tercatat memproduksi, mengkonversi, menyalurkan,
dalam sejarah revolusi industri yang dimulai dan menggunakan energi sehingga diperoleh
dari penemuan mesin uap. Mesin uap teknologi yang lebih efisien dan ramah
merupakan salah satu bentuk teknologi lingkungan. Teknologi inovasi tersebut di
konversi energi. Setelah itu penemuan dan antaranya adalah : reaktor fusi nuklir,
pemanfaatan teknologi baru yang dapat gasifikasi batubara, superkonduktivitas, dan
meningkatkan produktivitas terus meningkat lampu hemat energi. Teknologi ini sebagian
jumlahnya. Tetapi pertumbuhan masih dalam tahap riset dan sebagian sudah
perekonomian ini juga membawa dampak sampai pada tahap komersial.
yang negatif bagi sumber lingkungan hidup Salah satu teknologi konversi energi
seperti air, udara, dan tanah. Dampak negatif adalah pembangkit tenaga listrik. Di Indonesia
tersebut dapat berupa pencemaran sebagai dampak lingkungan dari teknologi pembangkit
akibat dari emisi polutan dan produk listrik mendapat perhatian yang serius. Hal ini
sampingan yang berupa limbah dari aktivitas tertuang dalam Keputusan Menteri Negara
penggunaan teknologi tersebut. Semakin Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH/3/
meningkatnya jumlah penduduk dunia akan 1995 tentang standar emisi untuk pembangkit
mengakibatkan semakin meningkatkan jumlah listrik (Tabel 1).
emisi dan limbah. Oleh karena itu masyarakat
internasional menaruh perhatian terhadap Tabel 1. Standar Emisi untuk Pembangkit Listrik
3
jumlah emisi dan limbah yang dapat Parameter Batas Maksimum (mg/m )
ditoleransi oleh sumber lingkungan hidup. Berlaku 1995 Berlaku
2000
Apabila toleransi tersebut tidak dilampaui,
Total Partikel 300 150
maka sumber lingkungan hidup masih akan Sulfur Dioxida (SO2) 1500 750
mampu untuk memperbarui diri. Nitrogen Oksida (NO2) 1700 850
Opasitas 40% 20%

*)
Peneliti pada Direktorat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, BPPT

90 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 1, Januari 2000 : 90-95


Parameter dalam standar emisi 2. PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA
tersebut, seperti : partikel, SO2, dan NOx
adalah bahan polutan yang berhubungan 2.1. Cadangan dan Penggunaan Energi
langsung dengan kesehatan manusia.
Disamping itu, masyarakat internasional juga Indonesia mempunyai banyak sumber
menaruh perhatian terhadap isu lingkungan energi seperti : batubara, gas alam, minyak
global seperti terjadinya pemanasan global. bumi, energi air, dan geothermal. Batubara
Emisi CO2 merupakan parameter terbesar merupakan sumber energi dengan cadangan
yang bertanggung jawab terhadap terjadinya terbesar, yaitu 36,34 x 106 ton. Sedangkan
pemanasan global. Emisi CO2 tidak cadangan gas alam sebesar 137,79 TSCF
berhubungan langsung dengan kesehatan. (Tera Standard Cubic Feet) dan minyak bumi
Meskipun Indonesia belum mempunyai sebesar 9,09 x 109 SBM (Setara Barel
kewajiban untuk mengurangi emisi ini, namun Minyak). Secara ringkas cadangan dan
sebagai anggota masyarakat global, produksi untuk masing-masing sumber energi
Indonesia turut serta berinisiatif melakukan ditunjukkan pada Gambar 1. Di dalam
studi dan membuat strategi untuk mengurangi produksi, termasuk penggunaan dalam negeri
emisi CO2. dan untuk diekspor. Dari Gambar 1 terlihat
Penggunaan bahan bakar fosil untuk bahwa batubara mempunyai cadangan yang
pembangkit listrik akan dapat meningkatkan melimpah tetapi penggunaannya masih
emisi dari partikel, SO2, NOx, dan CO2. Saat sangat sedikit. Bila dilihat dari rasio cadangan
ini bahan bakar pembangkit listrik di Indonesia dibagi produksi (R/P Ratio) maka batubara
masih didominasi oleh penggunaan bahan masih mampu untuk digunakan selama lebih
bakar fosil, salah satunya adalah batubara. dari 500 tahun. Sedangkan gas alam dan
Penggunan batubara untuk bahan bakar minyak bumi mempunyai R/P Ratio masing-
pembangkit listrik diperkirakan akan terus masing sebesar 43 tahun dan 16 tahun.
meningkat. Meskipun kandungan sulfur Setelah melihat cadangan batubara ini,
batubara Indonesia relatif kecil tetapi diperkirakan bahwa di masa depan batubara
penggunaan dalam jumlah besar akan dapat mempunyai peran yang besar sebagai
meningkatkan emisi SO2 sehingga dapat penyedia energi nasional.
Gas Minyak
berdampak negatif terhadap manusia dan Produksi Batubara Alam Bumi
lingkungan hidup. Pengaruh partikel emisi 0.24
9
10 SBM
0.55
9
10 SBM
0.58
9
10 SBM
Tenaga Geo-
Air thermal
terhadap kesehatan dan lingkungan seperti
pada Tabel 2. Oleh karena ini perlu adanya Minyak Tenaga Geo-
Bumi Air thermal
kajian tentang penggunaan teknologi bersih Gas
9,1

untuk pembangkit listrik batubara yang


9
10 SBM
Batubara Alam
mempunyai prospek untuk diterapkan di Cadangan 23.9
137,2 109 SBM
Indonesia di masa mendatang. 9
10 SBM

Tabel 2. Pengaruh Partikel Emisi Terhadap


Kesehatan dan Lingkungan [3]
Energi
Emisi Pengaruh terhadap Pengaruh
Energi Fosil Terbarukan
Kesehatan Terhadap
Lingkungan
- hujan asam yang
Gambar 1. Cadangan dan Produksi Energi
- Problem saluran dapat merusakkan [2][6]
SO2 pernapasan lingkungan danau,
- radang paru-paru sungai dan hutan Penggunaan energi primer dalam
me-nahun - mengganggu jarak
pandang
negeri pada tahun 1997 mencapai 575 juta
- hujan asam SBM (tidak termasuk penggunaan biomasa di
NOx - sakit pada saluran - ozon menipis yang rumah tangga). Penggunaan terbesar adalah
per-napasan mengakibatkan minyak bumi dengan pangsa 58 % dan diikuti
kerusakan hutan
oleh gas alam 26 %, batubara 11 % dan
- iritasi pada mata
Partikel/ dan tenggorokan - mengganggu sisanya sekitar 5 % dipenuhi oleh tenaga air
Debu - bronkitis dan jarak-pandang dan geothermal. Sekitar 10 % dari
kerusak-an saluran penggunaan energi primer ini dipergunakan
pernapasan
untuk pembangkit listrik.
Tidak berpengaruh - pemanasan global
CO2 secara langsung - merusak
ekosistem 2.2. Pembangkit Listrik
Secara garis besar perusahaan
pembangkit listrik di Indonesia dikelompokkan
menjadi dua, yaitu pembangkit untuk

Prospek Penggunaan Teknologi Bersih Untuk Pembangkit (Agus Sugiyono) 91


kepentingan umum dan pembangkit untuk 2025. Disamping batubara, gas alam dan
kepentingan sendiri. Pembangkit untuk energi air cukup berperan dengan rata-rata
kepentingan umum sebagian besar dipasok pertumbuhan sekitar 2,7 %. Pangsa gas alam
oleh PT. PLN (Persero) dan sebagian kecil menurun dari 21,3 % pada saat ini menjadi
dipasok oleh perusahaan listrik swasta, yang sekitar 11,7 % pada tahun 2025. Tenaga air
sering disebut IPP (Independent Power pangsanya juga mengalami sedikit penurunan
Producer), dan koperasi. Sedangkan dari 15,3 % pada saat ini menjadi 13 % pada
pembangkit untuk kepentingan sendiri sering akhir periode proyeksi. Bahan bakar minyak
disebut captive power, yang diusahakan oleh diperkirakan tidak akan berperan untuk masa
swasta untuk kepentingan operasi depan.
perusahaannya. Berdasarkan proyeksi produksi listrik
Pada tahun 1997 kapasitas terpasang dapat dihitung emisi gas buang seperti
dari PT PLN mencapai 18,9 GW dengan total partikel, SO2, NOx, serta CO2 dan
produksi listrik mencapai 76,6 TWh. Dari total diperlihatkan pada Gambar 3. Emisi untuk
produksi tersebut hanya 2,3 % dibeli dari masing-masing gas meningkat sekitar antara
perusahaan listrik swasta maupun koperasi. 6-7 % per tahun. Penggunaan batubara yang
Pembangkit listrik dengan bahan bakar meningkat pesat merupakan penyebab utama
batubara mempunyai pangsa yang paling dari makin meningkatnya emisi gas buang.
besar yaitu sebesar 42,0 % dari total
pembangkitan. Pangsa yang kedua adalah 1400 200

pembangkit listrik yang menggunakan gas 1200


180

Ribu Ton (SO2, NO2, Partikel)


alam yaitu sebesar 38,8 %. Sisanya adalah 1000
160
140
pembangkit listrik tenaga diesel (8,7 %),

Juta Ton (CO2)


SO2
120
800
pembangkit listrik tenaga air (6,9 %) dan NO2 100
600
Pembangki listrik tenaga panas bumi (3,6 %). CO2 80

400 60
Pada tahun yang sama kapasitas Partikel
40
terpasang captive power mencapai 12,4 GW 200
20

dengan total produksi listrik mencapai 39,1 0


1997 2000 2005 2010 2015 2020
0
2025
TWh. Captive power sebagian besar
*) Dihitung dari [4] dengan memperhitungkan koefisien
menggunakan bahan bakar diesel (42,0 %)
emisi
diikuti oleh batubara (29,2 %), gas alam (17,6
%), dan tenaga air (11,2 %). Bila pembangkit Gambar 3. Emisi dari Pembangkit Listrik di
dari PT PLN dan captive power dijumlahkan Indonesia
maka batubara merupakan bahan bakar yang
paling banyak digunakan untuk pembangkit 3. TEKNOLOGI BERSIH LINGKUNGAN\
listrik.
Batubara diperkirakan masih menjadi Berdasarkan pembahasan
bahan bakar yang paling dominan untuk sebelumnya terlihat bahwa batubara sangat
pembangkit listrik di masa datang. Proyeksi potensial digunakan sebagai bahan bakar
produksi listrik untuk setiap bahan bakar pembangkit listrik di masa depan. Akan tetapi
ditunjukkan pada Gambar 2. Energi listrik banyak kendala yang dihadapi untuk
selama periode proyeksi diperkirakan tumbuh memanfaatkan batubara secara besar-
rata-rata sebesar 4,9 % per tahun. Batubara besaran. Kendala tersebut antara lain :
mempunyai pertumbuhan yang paling tinggi - batubara berbentuk padat sehingga sulit
yaitu sebesar 7,6 % per tahun. dalam penanganannya.
400 - batubara banyak mengandung unsur lain,
Biomasa
350
Geothermal
misalnya sulfur dan nitrogen yang bisa
300 Tenaga Air menimbulkan emisi polutan.
Gas Alam
250
Minyak
- Batubara mengandung banyak unsur
TWh

200 Batubara karbon yang secara alamiah bila dibakar


150
akan menghasilkan gas CO2.
100
Untuk mengatasi kendala tersebut, teknologi
50
bersih merupakan alternatif yang dapat
0
1997 2000 2005 2010 2015 2020 2025
diterapkan. Teknologi ini dapat
dikelompokkan menjadi dua macam kategori.
Gambar 2. Proyeksi Produksi Listrik
Yang pertama diterapkan pada tahapan
di Indonesia [4]
setelah pembakaran dan yang kedua
diterapkan sebelum pembakaran.
Pada saat ini pangsa penggunaan
batubara hanya sekitar 28,7 % dan akan
meningkat pesat menjadi 74,1 % pada tahun

92 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 1, Januari 2000 : 90-95


3.1. Penerapan Teknologi Bersih Setelah debu dalam gas buang yang melewati medan
Proses Pembakaran magnet akan terionisasi dan akan berinteraksi
dengan elektrode yang mengakibatkan debu
Batubara yang dibakar di boiler akan akan terkumpul pada lempeng pengumpul.
menghasilkan tenaga listrik serta Lempeng pengumpul digetarkan untuk
menghasilkan emisi seperti partikel, SO2, membuang debu yang sudah terkumpul.
NOx, dan CO2. Emisi tersebut dapat dikurangi Efisiensi ESP untuk menghilangkan debu
dengan menggunakan teknologi seperti sangat besar yaitu mencapai 99,9 %.
denitrifikasi, desulfurisasi, electrostratic
precipitator (penyaring debu), dan separator 3.1.3. Teknologi Desulfurisasi
CO2. Kecuali teknologi separator CO2 yang
masih dalam tahap penelitian, teknologi Teknologi ini digunakan untuk
lainnya merupakan teknologi konvensional mengurangi emisi SO2. Nama yang umum
yang saat ini sudah banyak diterapkan. Pada untuk peralatan desulfurisasi adalah flue gas
Gambar 4 diperlihatkan skema penggunaan desulfurization (FGD). Ada dua tipe FGD yaitu
dari setiap teknologi. FGD basah dan FGD kering. Pada FGD
basah, campuran air dan gamping
3.1.1 Teknologi Denitrifikasi disemprotkan dalam gas buang. Cara ini
dapat mengurangi emisi SO2 sampai 70-95 %.
Teknologi ini digunakan untuk Hasil samping adalah gypsum dalam bentuk
mengurangi emisi NOx. Penerapannya dapat cairan.
berupa perbaikan sistem boiler atau dengan FGD kering menggunakan campuran
memasang peralatan denitrifikasi pada air dan batu kapur atau gamping yang
saluran gas buang. Boiler dapat dimodifikasi diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Cara ini
sehingga menjadi : 1. boiler dengan metoda dapat mengurangi emisi SO2 sampai 70-97 %.
pembakaran dua tingkat, 2. boiler FGD kering menghasilkan produk sampingan
menggunakan alat pembakaran dengan NOx gypsum yang bercampur dengan limbah
rendah, 3. boiler dengan sirkulasi gas buang, lainnya.
dan 4. boiler yang menggunakan alat
denitrifikasi di dalam ruang bakar. Denitrifikasi 3.1.4. Teknologi CO2 Removal
dilakukan dengan menginjeksi amonia ke
dalam peralatan denitrifikasi. Gas NOx di Beberapa negara maju seperti
dalam gas buang akan bereaksi dengan Jepang telah melakukan riset untuk
amonia (dengan bantuan katalis) sehingga memisahkan gas CO2 dari gas buang dengan
emisi NOx akan berkurang. Peralatan menggunakan cara seperti pada pengurangan
denitrifikasi sering disebut selective catalytic emisi SO2 dan NOx. Pemisahan ini
reduction (SCR). Dengan peralatan ini, NOx mengggunakan bahan kimia amino dan
dalam gas buang dapat dikurangi sebesar 80- memerlukan energi sebesar seperempat dari
90 %. energi listrik yang dihasilkan. Cara ini belum
efisien dan masih perlu disempurnakan. Gas
Teknologi Teknologi Teknologi
Teknologi Denitrifikasi Dedusting Desulfurisasi CO2 Removal

o Metoda Pembakaran 2 Tingkat


o Alat Pembakaran Dengan NOx Rendah
CO2 yang telah dipisahkan dapat digunakan
o Sirkulasi Ulang Gas Buang
o Denitrifikasi Dalam Ruang Bakar
sebagai bahan baku untuk industri atau
dibuang ke dalam laut atau ke bekas tempat
Batubara Boiler Gas Buang
Peralatan
Denitrifikasi
Pengumpul
Debu
Peralatan
Desulfurisasi
Separator
CO2
penambangan.
Cerobong

G Abu Gypsum 3.2. Penerapan Teknologi Bersih Sebelum


Turbin
Bahan Baku Dibuang Proses Pembakaran
Listrik Industri ke Laut, Darat

Gambar 4. Tahapan Setelah Pembakaran [1]


Pengurangan emisi pada tahapan
setelah pembakaran batubara banyak
3.1.2. Teknologi Dedusting
memerlukan energi listrik sehingga kurang
efisien dalam penggunaan energi. Cara yang
Teknologi dedusting digunakan untuk
lebih efisien adalah bila pengurangan emisi
mengurangi partikel yang berupa debu.
dilakukan pada tahap sebelum pembakaran
Peralatan ini dipasang setelah peralatan
dan sering disebut teknologi batubara bersih.
denitrifikasi. Salah satu jenis peralatan ini
Teknologi batubara bersih yang dibahas
adalah electrostatic precipitator (ESP). ESP
dalam makalah ini diantaranya adalah
berupa elektroda yang ditempatkan pada
teknologi fluidized bed combustion (FBC),
aliran gas buang. Elektroda diberi tegangan
gasifikasi batubara, magneto hydrodynamic
antara 40-60 kV DC sehingga dalam
(MHD) dan kombinasi IGCC dengan fuel cell.
elektroda akan timbul medan magnet. Partikel

Prospek Penggunaan Teknologi Bersih Untuk Pembangkit (Agus Sugiyono) 93


3.2.1. Teknologi FBC gas. Gas buang dari turbin gas yang masih
mempunyai suhu yang cukup tinggi
Ada dua macam teknologi FBC yaitu dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin uap
atmospheric fuidized bed combustion (AFBC) dengan menggunakan HRSG. Siklus
dan pressurized fuidized bed combustion kombinasi ini sering dinamakan IGCC
(PFBC). Teknologi PFBC lebih cepat (Integrated Gasification Combined Cycle)
berkembang dari pada AFBC karena (Gambar 6).
mempunyai efisiensi yang lebih tinggi. Skema Batubara Oksigen atau Udara

dari PFBC ditunjukkan pada Gambar 5. Pada Proses :


- Pulverization
Tungku
Gasifikasi
Pembersih Gas
- Desulfurisasi
- Slurry 1400-1500 oC
proses PFBC, batubara sebelum dimasukkan - Dedusting Turbin Gas

ke dalam boiler dihaluskan hingga ukuran 6- G Listrik

Abu yang meleleh Belerang


20 mm. Batubara dimasukkan dengan cara HRSG Peralatan
diinjeksikan melalui lubang yang berada Denitrifikasi
Cerobong
sedikit di atas distributor udara. Bersamaan
dengan batubara diinjeksikan juga batu kapur HRSG = Heat Recovery
Steam Generator
Turbin Uap G

yang sudah dihaluskan sehingga terjadi


proses desulfurisasi. Pembakaran dalam Kondensor
Listrik

boiler berlangsung pada suhu yang relatif Gambar 6. Skema Teknologi IGCC [1][5]
rendah yaitu sekitar 800 oC. Suhu yang relatif
rendah ini akan mengurangi emisi NOx yang Gasifikasi dilakukan pada tahap awal
dihasilkan. Dengan menggunaan teknologi proses, yaitu setelah proses menghalusan
PFBC, emisi SO2 dapat dikurangi 90-95 % atau pembentukan slurry. Gasifikasi dilakukan
sedangkan emisi NOx dapat dikurangi 70-80 pada suhu yang cukup tinggi yaitu sekitar
%. 1400-1500 oC. Abu sisa pembakaran akan
Turbin Uap
meleleh pada suhu tersebut. Gas hasil
Gas
G Listrik
gasifikasi sebelum masuk turbin gas
Clean Up
Boiler dibersihkan dengan menggunakan ESP dan
Debu
Kondensor desulfurisasi. Proses desulfurisasi ini akan
Batubara menghasilkan belerang murni yang
+
Batu Kapur HRSG Cerobong mempunyai nilai jual tinggi. Denitrifikasi
dilakukan setelah HRSG. Teknologi IGCC
masih dalam tahap pengembangan dan
HRSG = Heat Recovery diperkirakan dalam 2-5 tahun mendatang
G Turbin Gas
Abu Steam Generator
dapat beroperasi secara komersial. Efisiensi
IGCC dapat mencapai 43-47 %. Emisi SO2
Listrik dan NOx dapat dikurangi masing-masing
Gambar 5. Skema Teknologi PFBC sekitar 95-99 % dan 40-95 %.

Gas hasil pembakaran mempunyai 3.2.3. Teknologi MHD


tekanan yang cukup tinggi dan bersih
sehingga bisa digunakan untuk MHD bekerja berdasarkan efek
menggerakkan turbin gas. Disamping itu Faraday yaitu arus listrik DC akan timbul bila
gabungan uap yang dihasilkan dari ada konduktor yang bergerak melewati
pembakaran dengan uap hasil HRSG (Heat medan magnet. Untuk mendapatkan efek ini,
Recovery Steam Generator) dapat digunakan batubara dibakar di ruang bakar hingga
untuk menggerakkan turbin uap. Dengan temperatur mencapai 2630 oC. Pada
demikian dapat diperoleh siklus ganda temperatur ini fluida kerja potassium dapat
sehingga akan menaikkan total efisiensinya. terionisasi menjadi gas yang berperan
Efisiensi dari sistem ini berkisar antara 40-44 sebagai konduktor. Gas akan melewati
%. medan magnet dan menghasilkan tegangan
listrik DC. Tegangan DC diubah menjadi
3.2.2. Teknologi gasifikasi batubara tegangan AC dengan menggunakan inverter
(Gambar 8).
Teknologi ini merupakan inovasi Gas buang setelah melewati MHD
terbaru dalam memperbaiki metoda masih dapat digunakan untuk menghasilkan
pembakaran batubara. Batubara diubah uap dengan bantuan HRSG. Uap akan
bentuk dari padat menjadi gas. Perubahan menggerakan turbin uap dan menghasilkan
bentuk ini meningkatkan efisiensi, yaitu energi listrik. Dengan siklus kombinasi ini,
dengan memperlakuan gas hasil gasifikasi efisiensi total dapat mencapai 55-60 %.
seperti penggunaan gas alam. Gas tersebut
bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin

94 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 1, Januari 2000 : 90-95


I nverter G
4. KESIMPULAN
Magnet

Batubara Ruang Listrik


Bakar
MHD
Batubara diperkirakan paling dominan
Pemanasan
Awal
Magnet
digunakan sebagai bahan bakar untuk
Oksigen Udara
Slag Regenerasi
potassium Fluida Kerja
pottassium sulfate
pembangkit listrik di Indonesia di masa
Belerang + Abu HRSG Peralatan
datang. Penggunaan batubara dalam jumlah
Dedusting
Cerobong
yang besar akan meningkatkan emisi seperti
HRSG = Heat Recovery
Steam Generator
emisi partikel, SO2, NOx, dan CO2. Salah satu
Turbin Uap G
cara untuk mengurangi emisi adalah dengan
Listrik
menggunakan teknologi bersih. Di Indonesia
Kondensor
teknologi denitrifikasi, desulfurisasi dan
Gambar 8. Skema Teknologi MHD [5] electrostatic precipitator yang sudah
komersial dapat diterapkan untuk jangka
Pengurangan emisi SO2 dalam MHD pendek dan menengah. Sedangkan teknologi
terjadi secara alami. Potassium sebagai fluida yang masih dalam pengembangan seperti
kerja akan bereaksi dengan belerang dari teknologi fluidized bed combustion, gasifikasi
batubara dan membentuk potassium sulfate batubara, dan MHD masih perlu dikaji
yang terkondensasi. Fluida ini kemudian penerapannya untuk jangka panjang.
dipisahkan dari belerang dan diinjeksikan
ulang ke dalam ruang bakar. Pengurangan DAFTAR PUSTAKA
emisi NOx dilakukan dengan metode
pembakaran dua tahap. Tahap pertama 1. Nishikawa, N., Contribution to the Global
dilakukan pada ruang bakar dan tahap kedua environment Measure Through Integrated
dilakukan di HRSG. Emisi partikel dapat Gasification Combined Cycle
dikurangi dengan menggunakan peralatan Development, Proceedings on Clean Coal
konvensional ESP. Sedangkan emisi CO2 Day 1995 International Symposium,
akan berkurang karena meningkatnya total NEDO, Tokyo, 1995.
efisiensi. 2. Pape, H., Captive Power in Indonesia,
Development in the Period 1980 - 1997,
3.2.4. Teknologi Kombinasi IGCC dan The World Bank.
Fuel Cell 3. Princiotta, F.T., Pollution Control for Utility
Power Generation, 1990 to 2020,
Pada IGCC dapat ditambah satu Proceeding of Energy and the Environment
proses lagi yaitu menggunakan teknologi fuel un the 21st, p. 624-649, The MIT Press,
cell. Konfigurasi ini menghasilkan tiga buah 1991.
gabungan pembangkit listrik seperti 4. PT PLN Persero, PLN Statistik 1997.
diperlihatkan pada Gambar 7. 5. Siegel, J.S. and Temchin J.R., Role of
Batubara
Udara atau
Oksigen G Listrik
Clean Coal Technology in Electric Power
in the 21st Century, Proceeding of Energy
and the Environment un the 21st, p. 623-
Tungku Pembersih Gas
Gasifikasi - Desulfurisasi Fuel Cell
1400-1500 oC - Dedusting Turbin Gas

G Listrik 630, The MIT Press, 1991.


Abu yang meleleh Belerang 6. The State Ministry for Environment the
HRSG Peralatan
Denitrifikasi
Republic of Indonesia, Greenhouse Gases
Cerobong
Inventory, Mitigation Options and National
HRSG = Heat Recovery Turbin Uap G
Strategy on Energy Sector, Final Report,
Steam Generator
May 1999.
Listrik
Kondensor

RIWAYAT HIDUP
Gambar 7. Skema Kombinasi IGCC dan
Fuel Cell [1] Agus Sugiyono lahir di Klaten
tanggal 29 Juli 1963.
Saat ini fuel cell yang sudah Menamatkan pendidikan S1
digunakan untuk temperatur tinggi adalah tipe di Institut Teknologi Bandung
molten carbonate fuel cell (MCFC) dan solid dan S2 di Science University
electrolitic fuel cell (SOFC). Tipe MCFC of Tokyo, Jepang. Saat ini
beroperasi pada suhu sekitar 650 oC bekerja sebagai peneliti di
sedangkan tipe SOFC dapat mencapai 1000 Direktorat Teknologi Energi,
o
C. Total efisiensi dari sistem ini diperkirakan BPP Teknologi. Penulis juga menjadi anggota
50-55 %. Komite Nasional Indonesia - World Energy
Council.

Prospek Penggunaan Teknologi Bersih Untuk Pembangkit (Agus Sugiyono) 95

Anda mungkin juga menyukai