Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah.


Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung,
dan rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal masyarakat
umum sebagai morning sickness. Istilah ini sebenarnya kurang tepat karena
berdasarkan penelitian pada lebih dari 360 wanita hamil, hanya 2% yang
mengalami mual pada pagi hari dan 80% pasien yang dilaporkan muntah
sepanjang hari.1,2,3,4
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-sehari
atau menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia, dan
penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan.1,3,5
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu
ke-9 sampai ke 10, memberat pada minggu ke 11 sampai ke 13 dan biasa berakhir
pada minggu ke 12 ke 14. Hanya pada 1-10% kehamilan dimana gejala berlanjut
melewati minggu ke 20 sampai ke 22. Pada 0,3 2 % kehamilan terjadi
hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus dirawat inap.3
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka
kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemeis gravidarum
dirawat inap lebih dari sekali.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi
Mual dan muntah pada kehamilan adalah gejala awal kehamilan umumnnya.
Hampir 80% wanita hamil mengalami keluhan mual dan muntah atau emesis
gravidarum. Emesis gravidarum adalah mual dan muntah yang dikeluhkan terus
melewati 20 minggu pertama kehamilan, tidak mengganggu aktivitas sehari-hari,
tidak menimbulkan komplikasi patologis. Hiperemesis gravidarum adalah muntah
dan mual dalam kehamilan dimana telah terjadi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit dan defisiensi nutrisi. Batasan untuk hiperemesis gravidarum yaitu telah
terjadi episode muntah lebih dari 3 episode muntah setiap hari dengan ketonuria
dan kehilangan berat badan lebih dari 3 kilogram atau 5% dari berat badan.
Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan
dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat
aseton dalam urin.1,3,6,7

2.2 Epidemiologi
Di United States, hiperemesis gravidarum terjadi pada 0,5 2% kehamilan.
Dari penelitian ditemukan angka kejadian 0,8% untuk hiperemesis gravidarum
dan rata-rata 1,3% yang dirawat dirumah sakit dengan rata-rata perawatan 2-4
hari.6
Sebelum ditemukan rehidrasi intravena, hiperemesis adalah penyebab mayor
kematian ibu. Saat ini kematian karena kasus ini sangat jarang tetapi angka
morbidity termasuk Wernicke encephalopathy karena defisiensi vitamin B1,
Mallory-Weiss tears, ruptur esophagus,pneumothorax, dan acute tubular necrosis.
Hiperemesis adalah penyebab kedua rawat inap dalam kehamilan setelah
kehamilan preterm.6
Faktor resiko hiperemesis gravidarum termasuk kehamilan ganda atau
gemelli, primigravida, obesitas, gangguan metabolik, riwayat hiperemesis

2
gravidarum pada kehamilan sebelumnya, kelainan trofoblastic, kelainan psikologi
(anorexia nervosa atau bulimia).1,8,9

2.3 Etiopatogenesis
Etiologi hiperemesis gravidarum masih belum diketahui dengan jelas
meskipun beberapa faktor biologi, psikologi, dan sosiokultural yang dapat
berkontribusi sebagai penyebab. Teori lain juga mengatakan bahwa muntah dan
mual dalam kehamilan mungkin merupakan sebuah evolusi adaptasi untuk
mencegah intake makanan yang berpotensial memiliki racun. Seperti substansi
berbahaya berupa mikroorganisme dalam daging atau toxin dalam sayur-sayuran.
Dengan menghindari terkonsumsinya komponen toksik tersebut, maka dianggap
embrio terlindung dari keguguran. Namun, hipotesis mengenai faktor endokrin
adalah penyebab primer yang paling sering dikutip. 1,3,6,10,11

Human Chorionic gonadotrophin (HCG)


HCG adalah faktor endokrin yang berpengaruh pada hiperemesis gravidarum.
Kesimpulan ini berdasarkan hubungan antara produksi HCG (pada pasien mola
dan gemeli) dan fakta bahwa insiden hiperemesis paling tinggi terjadi pada saat
puncak produksi HCG selama kehamilan (sekitar 9 minggu). Bagaimana HCG
dapat menyebabkan HG masih belum jelas, namun diperkirakan mekanisme
termasuk efek merangsang proses sekresi pada saluran pencernaan bagian atas
(GIT) atau dengan menstimulasi fungsi tiroid karena kesamaan struktural dengan
thyroidstimulating Hormon (TSH).10
Keragaman dalam metode assay dalam mengetahui tingkat HCG telah
digunakan untuk membandingkan kadar HCG antara pasien HG dan kontrol, dan
HCG assay dapat membedakan dengan jelas melalui kemampuannya untuk
mendeteksi subunit, isoform atau metabolit HCG (Berger et al, 1993;. Cole,
1997). Sebuah penjelasan yang berbeda untuk temuan yang tidak konsisten dari
peninggian kadar HCG pada pasien HG adalah bahwa HG tidak hanya disebabkan
oleh peningkatan kadar HCG tapi isoform HCG spesifik dapat menyebabkan HG.
Teori ini telah didukung oleh temuan bahwa pasien HG ditampilkan konsentrasi
HCG meningkat lebih ph asam (pH <4) dari kisaran pH chromatofocusing

3
dibandingkan yang terlihat pada subyek kontrol (Jordan et al., 1999). Penelitian
terkini menunjukkan hubungan antara HG dan kadar HCG yang tinggi, namun
peran HCG dalam patogenesis HG masih belum jelas. Perawatan harus dilakukan
dalam menyimpulkan bahwa hubungan kausal karena kondisi lain terkait dengan
tingkat HCG yang tinggi, seperti koriokarsinoma, tidak menyebabkan mual dan
muntah, dan banyak hamil wanita dengan kadar HCG yang tinggi tidak menderita
HG. Selain itu, proporsi besar pasien dengan HG di mana gejala berlanjut setelah
trimester pertama ketika kadar HCG yang telah turun, dan juga pengamatan
bahwa pemberian HCG sebagai fase luteal mendukung atau untuk memicu
pematangan oosit tidak menimbulkan gejala atau naik HG atau mual muntah,
mengurangi terhadap hipotesis HCG sebagai satu-satunya faktor dalam etiologi
HG. 1,3,6,10,11

Gambar 1.
Hubungan peningkatan gejala mual dan muntah dengan level
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) 4

Progesteron
Karena aktivitas hormonal korpus luteum meningkat pada trimester awal
ketika hiperemesis umumnya muncul, peneliti mencari hubungan antara
hiperemesis dan level progesteron. Progesteron diduga menyebabkan mual dan
muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot
polos lambung. 1,3

Estrogen
Esrogen memiliki efek pada beberapa mekanisme yaitu dapat memodulasi
beberapa faktor penyebab hiperemesis. Estrogen memiliki beberapa mekanisme

4
yang bisa memodulasi faktor yang menyebabkan HG. Tingkat estrogen yang
tinggi menyebabkan waktu transit usus dan pengosongan lambung lebih lambat,
dan mengakibatkan peningkatan akumulasi cairan yang disebabkan oleh hormon
steroid tinggi. Pergeseran pH dalam GIT dapat menyebabkan manifestasi
subklinis dari Infeksi Helicobacter pylori, yang dapat berhubungan dengan gejala
sistem pencernaan.1,3,6,10,11

Tiroid
Karena kesamaan struktural dengan TSH, meningkatnya kadar HCG dapat
menyebabkan stimulasi berlebihan hormon kelenjar tiroid (Kimura et al., 1993).
Ia mengemukakan bahwa insiden tinggi hipertiroidisme transien pada pasien HG
disebabkan oleh peningkatan sirkulasi kadar HCG, reseptor hormon tiroid
hipersensitif terhadap HCG atau produksi jenis HCG yang lebih potensial untuk
merangsang kelenjar tiroid. Selama kadar HCG puncak pada kehamilan normal,
kadar TSH serum turun dan merupakan bayangan dari gambaran puncak HCG,
kadar triiodothyronine dan T4 bebas meningkat secara signifikan pada saat ini.
Temuan ini mengindisikan bahwa HCG memainkan peran penting dalam
menyebabkan hipertiroidisme dan didukung dengan ditemukannya hiperstimulasi
tiroid dalam kasus kehamilan mola dan gemmeli, yakni kondisi yang
berhubungan dengan kadar HCG tinggi.10
Dalam studi lanjutan, pasien HG dengan hipertiroidisme yang lebih
cenderung memiliki kadar elektrolit yang abnormal, peningkatan kadar enzim hati
dan muntah yang lebih parah .10
Bukti mendukung hubungan antara kadar HCG dan kehamilan tirotoksikosis
transien, tetapi peran yang tepat dalam HG, bagaimanapun,masih belum jelas.
Apakah tingkat HCG dapat berpartisipasi dalam memicu terjadinya muntah atau
menjadi konsekuensi paralel dari hipersekresi HCG masih belum diketahui.
Penyebab lain hipertiroidisme seperti penyakit Graves 'tidak menimbulkan gejala
HG. Selain itu, hipertiroidisme lebih sering terjadi tetapi tidak eksklusif hanya
pada pasien HG, dan banyak pasien HG tidak menderita hipertiroidisme.10

5
Penyebab Psikologi
Secara historis, muntah pada wanita hamil dianggap mewakili berbagai
konflik psikologi. Mual dan muntah diyakini hasil penolakan terhadap keamilan
atau ketidaksiapan untuk menjadi seorang ibu akibat kepribadian yang tidak
dewasa, kecemasan dan tekanan yang dialami selama kehamilan. 12
Hipotesis lain mengemukakan bahwa hiperemesi gravidarum digambarkan
dengan gejala histeria atau depresi. Hiperemesis gravidarum dapat menajdi hasil
dari stres psikogenik, kemiskinan dan konflik perkawinan.12
Peneliti telah menemukan dukungan untuk patogenesis ini karena penyebab
biologis yang belum jelas dan memberikan penjelasan yang memuaskan, dimana
ditemukan adanya penurunan angka kejadian muntah setelah pasien masuk di
rumah sakit jauh dari pengaruh keluarga dan tanggung jawab. Peneliti lain
menolak teori ini dan menytakan bahwa gejala psikologi adalah hasil dari stres
dan hanya beban fisik dari hiperemesis bukan penyebab.12

2.4 Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:3,12
Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir
dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat
sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan
lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.

Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistoik
kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.

6
Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria.

2.5 Gejala Klinis


Gejala klinis biasanya tidak spesifik dan sangat penting untuk membedakan
dengan penyebab mual dan muntah lainnya. Termasuk didalamnya ulserasi
peptic, hepatitis, pankreatitis, penyakit tiroid, obstruksi gastrointestinal dan
adrenocortical insufficiency. Onset gejala yang dimulai pada kehamilan diatas 10
minggu adalah tipe dari mual dan muntah dalam kehamilan dan setelah
menyingkirkan penyakit-penyakit diatas.1,13
Gejala mual dan muntah dalam kehamilan hanya memiliki sedikit gejala
pendukung selain pasien merasa lelah. Pirexia, sakit perut, sakit kepala atau tanda
neurologi lainnya biasanya mengarah ke penyebab lain, meskipun dalam kasus
yang jarang mengarah pada mual muntah yang lama atau berkepanjangan
contohnya dalam kasus Wernickees encephalopathy atau central pontine
myelinolysis.1,8,13
Gejala lain yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat
badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan
takikardi. 1,8,13

2.6 Diagnosis
Pada anamnesis ditemukan amenore yang disertai dengan keluhan muntah
pada usis kehamilan kurang dari 20 minggu dan pekerjaan sehari-hari terganggu.
Pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda dehidrasi seperti fungsi vital didapatkan
nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan menurun pada keadaan berat, subfebril
hingga gangguan kesadaran (apatis-koma). Dapat juga ditemukan kulit pucat,
ikterus, sianosis, dan berat badan menurun.8,12
Pada pemeriksaan laboratorium termasuk hematokrit, elektrolit,
transsaminase, bilirubin, fungsi tiroid, dan status urin (ada tidaknya badan keton

7
dan pH). Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremia, hipokalemia,
dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid yang abnormal juga dapat dijumpai.8,12,13
Ultrasonography dapat dilakukan untuk menyingkirkan kehamilan ganda,
kelainan trophoblast dan neoplasia. Untuk mendiagnosa adanya kelainan
psikologis dibutuhkan konsultasi psikologi.12

2.7 Komplikasi
Hiperemesis graviarum dapat menyebabkan komplikasi yang ringan dan
buruk. Berat badan menurun, dehidrasi, asidosis metabolik, alkalosis,
hypokalemia, kelemahan otot, EKG yang abnormal, tetani, dan gangguan
psikologi dapat dimasukkan dalam komplikasi yang ringan. Komplikasi yang
mengancam hidup yaitu ruptur esofagus karena muntah yang berat, wernickes
encephalopathy, central pontine myelinolysis, retinal haemorrhage, kerusakan
ginjal, spontan pneumomediastinum, intrauterin growth retardation, dan
kematian janin.5
Hiperemesis gravidarum yang berat dapat menyebabkan persediaan
karbohidrat habis dan tidak memadai untuk mempertahankan tingkat glukosa
darah. ketika hal ini terjadi maka tubuh akan berespon dengan cara
glukoneogenesis yaitu dengan membentuk glukosa selain dari karbohidrat yaitu
dari lemak dan protein. Produk sampingan dari glukoneogenesis ini adalah benda
keton yang bila berlebih dapat ditemukan pada darah dan urin.12

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Tata Laksana Awal
Pasien hiperemesis gravidarum dengan dehidrasi berat atau ketonuria harus
dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium klorida
atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama 24-48 jam,
serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Volume dan penggantian elektrolit
(setidaknya 3 L per hari), perbaikan elektrolit potensial, vitamin dan nutrisi
parenteral berupa karbohidrat dan asam amino solution disarankan. Cairan
dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi
vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.

8
Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan
didapatkan perbaikan hasil laboratorium.2,3,4,5,7,11,13, 14

2.8.2 Pengaturan Diet


Pada pengaturan diet ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum disarankan
untuk minum sedikit namun frekuensi sering. Selain itu dianjurkan pula untuk
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
Waktu bangun pagi disarankan makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Pada suatu
penelitian crossover yag melibatkan 14 ibu hamil dengan muntah, makanan
dengan komposisi protein leih banyak menurunkan muntah lebih baik daripada
makanan dengan jumlah yang sama yang mengandung kalori dari karbohidrat dan
lemak atau makanan nonkalori. 1,2,15

2.8.3 Terapi Farmakologi


Sekitar 10% dari wanita yang hamil yang mengalami mual muntah
membutuhkan pengobatan. Jika gejala tidak bisa diatasi dengan diet atau
perubahan gaya hidup, antiemetik dengan dosis kecil dapat diberikan. Terapi
farmakologi yang diberikan termasuk vitamin B6, antihistamin, agen prokinetik,
dan obat yang lain. 2-5,7,11,13, 14
Kombinasi vitamin B6 dan antihisamin doxylamine telah diteliti pada lebih
dari 6000 pasien dan kontrol dengan tidak ada bukti efek teraogenik dan pada
penelitian acak kombinasi ini berhubungan dengan 70% penurunan gejala mual
dan muntah. Kombinasi ini direkomendasikan oleh American college of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) sebagai terapi lini pertama untuk mual
dan muntah pada kehamilan. 2,4,5
Antihistamin lain dapat dilihat pada tabel dibawah. Tidak ada dari obat-
obatan tersebut yang menunjukkan efek teratogenik. 1,4
Phenothiazine atau methoclorpramide biasanya digunakan bila antihistamin
gagal. Prochlorperazine tersedia dalam buccal tablet dengan lebih kurang
menyebabkan kantuk dan sedasi bila dibandingkan dengan tablet oral. 4
Metoclorpramide adalah agen prokinetik, antagonis dopamin. Berhubungan
dengan beberapa kasus jarang dengan tardive dyskinesia, dan FDA (Food and

9
Drug Administration) telah mengeluarkan peringatan black-box sehubungan
dengan penggunaan obat ini. Resiko komplikasi meningkat seiring durasi
pengobatan dan total dosis kumulatif; penggunaan diatas 12 minggu harus
dihindari. . 2,4,5,7,14
5-hydroxytryptamine receptor antagonist, seperti ondansetron,
penggunanaanya meningkat pada hiperemesis gravidarum tetapi informasi sangat
terbatas tentang kegunaannya untuk wanita hamil. Sebuah percobaan acak
membandingkan ondansetron dan promethazine dalam kehamilan menunjukkan
kesamaan efektifitas, tetapi ondansetron memiliki lebih sedikit efek sedatif.
Dalam sebuah kasus melibatkan 169 bayi yang terekspose ondansetron pada
trimester awal, 3,6% memiliki kelainan mayor. 2,4
Droperidol dahulu efektif digunakan untuk mual dan muntah dalam
kehamilan, tetapi sekarang tidak digunakan karena beresiko menyebabkan
interval QT memanjang pada EKG dan aritmia. Telah dilaporkan kematian pada
pasien yang mendapat dosis kurang dari dosis standar obat ini. 1,4
Methylprednisolone adalah salah satu pilihan dalam kasus refrakter. Dalam
percobaan acak yang melibatkan 40 wanita, methylprednisolone lebih baik dari
promethazine untuk menangani mual dan muntah dalam kehamilan. 1,5,7,11
Dalam metaanalisis pada 4 penelitian, penggunaan glucocorticoid sebelum 10
minggu pada kehamilan berhubungan dengan resiko cleft lip dengan atau tanpa
cleft palatum. 1,4

2.8.4 Terapi Alternatif


Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk
penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber
officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang
cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh
galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering
menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan bahwa ekstrak jahe
lebih efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek
samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian,
tetapi tidak ditemukan efek samping signifikan terhadap keluaran

10
kehamilan.Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, empat kali
sehari.2,3,4,14
Terapi akupunktur untuk meredakan gejala mual dan muntah masih menjadi
kontroversi. Penggunaan acupressure pada titik akupuntur Neiguan P6 di
pergelangan lengan menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan penelitiannya
masih terbatas karena kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi yang
besar didapatkan tidak terdapat efek yang menguntungkan dari penggunaan
acupressure, namun The Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan
stimulasi akupunktur P6 pada pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini
dapat mengurangi risiko mual. Terapi stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek
volar pergelangan tangan juga dapat menurunkan mual dan muntah serta
merangsang kenaikan berat badan. 2,3,4,14

Gambar 3
Algoritme terapi farmakologi untuk mual dan muntah dalam
kehamilan3

11
Tabel 1
Terapi farmakologi mual muntah dalam kehamilan4

2.9 Prognosis
Pada sebagian besar kasus, mual dan muntah dalam kehamilan akan
sembuh dengan sendirinya setelah usia kehamilan 20 minggu. Dengan penangan
yang baik prognosisnya sangat memuaskan namun dapat menjadi fatal bila terjadi
deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.1,12

12
BAB III

STATUS PASIEN

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. R I

Umur : 35 tahun

Alamat : Kuala Langsa, Langsa Barat

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Suku : Aceh

Tgl masuk RS : 12 Juli 2017 (15 35 wib)

3.2 ANAMNESA
Keluhan utama : Hamil muda dengan mual muntah berlebihan

Telaah : Pasien dengan hamil muda datang ke RSUD Langsa dengan


keluhan mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu. Mual muntah
awalnya hanya terjadi pada pagi hari saja dan saat mencium bau-
bauan, namun sejak 1 minggu yang lalu, muntah > 5 kali per hari
dengan isi yang dimuntahkan berupa makanan dan minuman
yang dikonsumsi sebelumnya, pada muntahan tidak terdapat
darah. Keluhan mual dan muntah berkurang saat istirahat. Selain
itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Bibir terasa
kering (+), tenggorokan terasa panas(+), sakit kepala(+), mudah
lelah dan nafsu makan dirasakan menurun. BAB dan BAK
dirasakan menurun.

13
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

Hipertensi : (-)

Diabetes Mellitus : (-)

Penyakit Jantung : (-)

Asma : (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Hipertensi : Ayah (+)

Diabetes mellitus : Ayah (+)

Penyakit Jantung : (-)

Asma : (-)

RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT : Disangkal

RIWAYAT ALERGI : Disangkal

RIWAYAT KEBIASAAN : Disangkal

Riwayat Haid :
Menarche : 13 tahun
Haid : teratur
Siklus : 28 hari
Nyeri haid :-
Lama Haid : 6-7 hari

Riwayat Nikah :
Merupakan pernikahan yang pertama dan sudah sudah berjalan 10 tahun.

14
3.3 ANAMNESIS OBSTETRI
Hari Pertama Haid Terakhir : 23 April 2017

Tafsiran Tanggal Persalinan : 30 Januari 2018

Riwayat Persalinan :
Riwayat Obstetri :
G4P3A0 0 T/H uk 9-11 minggu
1. Perempuan, aterm, hidup, berat badan lahir 2800 gram, lahir spontan di
tolong oleh bidan, lahir tahun 2006.
2. Laki-laki, aterm, berat badan lahir 2900 gram, lahir spontan ditolong
bidan, lahir tahun 2011.
3. Laki-laki, aterm, berat badan lahir 3000 gram, lahir SC di RSUD
Langsa, lahir tahun 2013.
4. Hamil ini.

Riwayat Keluarga Berencana (KB) :


Pasien mengaku menggunakan KB suntik 3 bulanan, sudah berhenti 2 tahun
yang lalu.
Riwayat Ante Natal Care (ANC) :
Pasien memeriksakan kehamilannya di bidan, pasien merasa sedang hamil 2
bulan.

3.4 PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS PRESENT
- Keadaan Umum : Tampak Lemas
- Kesadaran : Compos Mentis
- Vital Sign : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
- Berat Badan sekarang : 82 kg
- Tinggi Badan : 157 cm

15
B. STATUS GENERALISATA
- Kepala : Normocephali
- Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sclera ikterik (- /-),
mata cekung (+/+)
- Leher : Trakea midline (+), pembesaran KGB (-)
- Telinga : Normotia
- Hidung : secret (-), deviasi septum (-)
- Thoraks :
o Inspeksi : Simetris (+/+), jaringan parut (-)
o Palpasi : SF : ka=ki
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Simetris (+), distensi (-), bekas luka operasi (-), venektasi (-),
linea alba (-), linea gravidarum (-)
Palpasi : Soepel (+), nyeri tekan (-), turgor kembali lambat (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Ekstremitas Atas : Oedem (-/-)
- Ekstremitas Bawah : Oedem (-/-)

C. STATUS GINEKOLOGI
a. Pemeriksaan luar : abdomen terlihat simetris, TFU 1 jari atas simfisis, soepel,
nyeri tekan (-), defans muscular (-), peeriksaan leopold
belum bisa dinilai.
b. Inspekulo : Tidak dilakukan
c. Vaginal toucher : Tidak dilakukan

3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah (tanggal 12 juli 2017)

Hemoglobin : 13,6 g/dL

Hematokrit : 40,3 %

16
Eritrosit : 4,50 mm3

Leukosit : 11.60 mm3

Trombosit : 326.000 mm3

Gol. Darah :O

HbsAg : (-) Non reaktif

Urinalisa : Warna : Kuning Jernih

Protein : (-)

Bilirubin : (-)

Reduksi : (-)

Leukosit : 1-3 / LPB

Eritrosit : (-) /LPB

Epitel cel : 45-50 / LPB

3.6 DIAGNOSA
G4P3A0 Hamil 9-11 minggu + Hiperemesis Gravidarum

3.7 PENATALAKSANAAN
- Inf. RL s/s Dex 5% + inj. Neurobion 500 mg
2 : 1 20 gtt /i
- Inj. Ranitidin/ 8 jam
- Inj. Ondansetron/ 8 jam
- Sohobion 2 x 1
- Observasi Diet

17
3.8 FOLLOW UP
(13 juli 2017)

S : Mual (+), muntah (+) 2x, lemas (+), sakit kepala (+)

O : TD : 110/70 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Nafas : 18 x/menit

Suhu : 36,40C

A : G1P0A0 Hamil 9-11 minggu + HEG

P : Inf. RL s/s Dex 5% + Inj. Neurobion 500 mg

2 : 1 20 gtt/i

Inj. Ranitidin/ 8 jam

Inj. Metoclopramide/ 8 jam

Sohobion 2 x 1

Observasi Diet

(14 Juli 2017)

S : Mual (+), muntah (+) frekuensi 1 x, lemas

O : TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Nafas : 20 x/menit

Suhu : 36,40C

A : G1P0A0 Hamil 9-11 minggu + HEG

18
P : Inf. RL s/s Dex 5% + inj. Neurobion 500 mg

2 : 1 20 gtt/i

Inj. Ranitidin/ 8 jam

Inj. Metoclopramide/ 8 jam

Sohobion 2 x 1

Observasi Diet

(15 Juli 2017)

S : Mual muntah (-), lemas (-)

O : TD : 110/70 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 37,00C

A : G1P0A0 Hamil 9-11 minggu + HEG

P : Ranitidin 3x1

Sohobion 2x1

Pasien PBJ

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena


berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual muntah yang berat,
dimana keluhan tersebut sampai mengganggu aktivitas sehari-hari sampai pekerjaannya.
Muntah tersebut juga menimbulkan komplikasi dehidrasi karena kekurangan cairan yang
diminum dan kehilangan cairan karena muntah sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Pada pemeriksaan fisik penderita, hal ini ditandai dengan ditemukan mata
cekung, adanya peningkatan frekwensi denyut nadi, lidah terasa kering, BAK yang
sedikit-sedikit dan pekat.
Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya
riwayat telat haid sejak tanggal 23 april 2017, pasien sudah melakukan tes kehamilan
dengan hasil tes yang positif. Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan USG dengan
hasil positif hamil 9-11 minggu.
Pasien dimasukkan dalam hiperemesis gravidarum tingkat II, karena penderita
segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, kulit pucat, mata cekung.

20
BAB V
KESIMPULAN

1. Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini
biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada
badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai morning sickness. Istilah ini
sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah
sepanjang hari.
2. Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu.
3. Sebab pasti belum diketahui. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-
faktor predisposisi yang dikemukakan : Sering terjadi pada primigravida, molahidatidosa,
diabetes, dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik, faktor
psikologik, Faktor endokrin.
4. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin
5. Hiperemesis gravidarum dibagi atas 3 tingkatan dimana terdapat perbedaan gejala dan
tanda dari setiap tingkatan.
6. Hiperemesis graviarum dapat menyebabkan komplikasi yang ringan dan buruk. Berat
badan menurun, dehidrasi, asidosis metabolik, alkalosis, hypokalemia, kelemahan otot,
EKG yang abnormal, tetani, dan gangguan psikologi dapat dimasukkan dalam komplikasi
yang ringan.
7. Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi
dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral
selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan
8. Keberhasilan pengobatan bisa dilihat dari berkurangnya keluhan serta berapa lama pasien
dirawat di rumah sakit
9. Sangat penting sekali memberikan edukasi mengenai penyakit ini terhadap pasien untuk
menghindari berulangnya kembali penyakit tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a


multimodal challenge. BMC Medicine. 2010;8:46.
2. Sheehan P. Hyperemesis Gravidarum: assessment and management. Australian
Family Physician.[Review article].2007;36(9):698-701
3. Gunawan K, Manengkei P, Ocviyanti D. Diagnosis dan Tata Laksana Hiperemesi
Gravidarum. Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan.
[Review article]. 2011;61(11):458-464.
4. Niebyl JR. Nausea and vomiting in pregnancy. N Engl J Med. 2010;363:1544-50.
5. Kuscu NK, Koyuncu F.Hyperemesis Gravidarum: current concepts and
management. Journal by postgrad Med J. [Review article]. 2002:78:76-79.
6. Edmonds K. Miscellaneous Medical Disorders. In: Dewhursts Textbook of
Obstetrics & Gynaecology. 7th ed. Blackwell publishing; 2007
7. Ogunyemi DA. Hyperemesis Gravidarum Clinical Presentation. Medscape;2013
[cited 2013 June 26].available from:
http://emedicine.medscape.com/article/254751-clinical#showall.
8. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spon CY. Williams
Obstetric. 23nd ed. USA: McGraw-Hill Companies; 2005.
9. Saifuddin A, Rachimhadhi T. Hiperemesis Gravidarum. In: Ilmu Kebidanan. 3rd
ed. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2007
10. Pearlman M, Tintinalli J, Dyne P. Problems During the First 20 Weeks of
Pregnancy. In: Obstetric & Gynecologic Emergencies: Diagnosis and
Management. 1st ed. The McGraw-Hill Companies;2004.
11. Lord L, Pelletier K. Management of Hyperemesis Gravidarum with Enteral
Nutrition. Nutrition Issues in Gastroenterology. [review article] . 2008;63:15-31

22
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 2
2.1 Defenisi ................................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi .......................................................................................................... 2
2.3 Etiopatogenesis ...................................................................................................... 3
2.4 Klasifikasi .............................................................................................................. 6
2.5 Gejala Klinis .......................................................................................................... 7
2.6 Diagnosis ................................................................................................................ 7
2.7 Komplikasi ............................................................................................................. 8
2.8 Penatalaksanaan ................................................................................................... 8
2.8.1 Tata Laksana Awal ........................................................................................ 8
2.8.2 Pengaturan Diet ................................................................................................. 9
2.8.3 Terapi Farmakologi ....................................................................................... 9
2.8.4 Terapi Alternatif .......................................................................................... 10
2.9 Prognosis .............................................................................................................. 12
BAB III STATUS PASIEN .......................................................................................... 13
3.1 IDENTITAS PASIEN ......................................................................................... 13
3.2 ANAMNESA ....................................................................................................... 13
3.3 ANAMNESIS OBSTETRI ................................................................................. 15
3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG ....................................................................... 16
3.6 DIAGNOSA ......................................................................................................... 17
3.7 PENATALAKSANAAN ..................................................................................... 17
3.8 FOLLOW UP ...................................................................................................... 18
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................. 20
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 22

23

Anda mungkin juga menyukai