mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.
Trauma radiasi yang paling banyak ditemukan adalah
sinar inframerah, sinar ultraviolet, dan sinar X dan sinar terionisasi. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencengah terjadinya penyulit yang lebih berat yang mengakibatkan kebutaan. TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Anatomi Bola Mata
Trauma Radiasi
Sinar X dan sinar
Sinar inframerah Sinar ultraviolet terionisasi. Sinar Infra Merah
Dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan pada
saat bekerja dipemanggangan
Bila seseorang berada pada jarak 1 kaki selama satu
menit didepan kaca yang mencair dan pupilnya melebar atau midriasis maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat celcius. Demikian pula iris yang mengabsorpsi sinar infra merah akan panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa didekatnya. Absorpsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa. Penatalaksanaan Bergantung pada beratnya lesi akan Steroid sistemik dan terdapat skotoma lokal. sementara ataupun permanen. Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi kecuali mencengah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini. Trauma Sinar Ultra Violet
Sinar ultara violet merupakan sinar
gelombang pendek yang tidak terlihat mempunyai panjang gelombang antara 350- 290 nM. Sinar ultara violet banyak terdapat pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari diatas salju. Sinar ultara violet akan segera merusak epitel kornea. Gejala Klinis Pasien yang telah tekena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit. Mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir. Fotofobia. Blefarospasme. Konjungtiva kemotik. P Sikloplegia. E N A Antibiotika lokal. T A L A Analgetik. K S A Mata ditutup untuk selama 2-3 hari. N A A N Biasanya sembuh dalam 48 jam. Sinar Ionisasi dan Sinar X
Sinar Ionisasi dibedakan dalam bentuk :
Sinar alfa yang dapat diabaikan. Sinarbeta yang dapat menenbus 1 cm jaringan. Sinar gama. Sinar X. Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes melitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan eksudat. Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan kerusakan permanen yang sukar diobati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis. Penatalaksanaan
Bila terjadi simblefaron pada
Antibiotika tropikal konjungtiva dilakukan tindakan dengan steroid 3 x1. pembedahan.
Siklopenik 1x1 Pencengahan Trauma Mata
1. Trauma tumpul akibat kecelakaan tidak dapat
dicengah, kecuali trauma tumpul perkelahian. 2. Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghidarkan terjadinya trauma tajam. 3. Setiap pekerja yang sering berhubungan dengan bahan kimia sebaiknya mengerti bahan apa yang ada ditempat kerjanya. 4. Pada pekerja las sebaiknya menghindarkan diri terhadap sinar dan percikan bahan las dengan memakai kaca mata. 5. Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya untuk matanya. KESIMPULAN
Sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap
gerhana matahari dan pada saat bekerja dipemanggangan. Bila seseorang berada pada jarak 1 kaki selama satu menit didepan kaca yang mencair dan pupilnya melebar atau midriasis maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat celcius. Sinar ultara violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat mempunyai panjang gelombang antara 350-290 nM. Sinar ultara violet banyak terdapat pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari diatas salju. Sinar ultara violet akan segera merusak epitel kornea. Sinar Ionisasi dan sinar x dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina. DAFTAR PUSTAKA
Vaughan & Asburys, 2010, Oftalmologi Umum, Ed 17, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wulandari. 2015 . Diakses tanggal 08 oktober 2016.
http ://respiratory.usu.ac.id/bitstream/123456789/6381/1/10E00180.pdf . Ilyas, S; Yulianti, S.R; 2011, Ilmu Penyakit Mata Ed Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Aldy, F. 2009. Diakses tanggal 09 oktober 2016. http ://respiratory.usu.ac.id/bitstream/123456789/6381/1/10E00180.pdf .