BASIC SCIENCE
Terapi :
4. Bedah hifema:
Iridosiklitis
Trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan
iridosiklisis atau radang uvea anterior.
Tanda:
- Mata merah
- Pupil mengecil
- Penglihatan menurun
Terapi :
1. Tetes mata midriatik
2. Steroid topika
b. Trauma Tajam
Merupakan kerusakan yang terjadi dapat berupa penetrans, dimana sebagian
dinding bola mata melalui kornea/sklera mengalami kerusakan atau perforans
dimana seluruh ketebalan dinding bola mata rusak.
Bila robekan konjungtiva <1cm tidak dilakukan penjahitan, jika robekan
konjungtiva > 1 cm maka diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah
terjadinya granuloma.
Tanda:
- Tajam penglihatan menurun
- Tekanan bola mata rendah
- Bilik mata dangkal
- Bentuk dan letak pupil yang berubah
- Terlihatnya ada rupture pada kornea dan sklera
- Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan
kaca, atau retina
- Konjungtiva kemotis
Bila terlihat salah 1 tanda diatas atau dicurigai adanya perforasi bola mata
pemberian antibiotic topical dan mata ditutup – rujuk untuk dilakukan
pembedahan
Terapi :
1. Pada pasien dengan luka tembus bola matanya selamanya diberikan antibiotic
sistemik atau IV dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan.
3. Analgetik
5. Benda yang bersifat magnetic dapat dikeluarkan dengan alat magnet rakasa.
Benda yang tidak bersifat magnetic dikeluarkan virektomi
Penyulit : endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraocular, ftisis
bulbi.
3. Trauma kimiawi
Disebabkan asam atau alkali sering terjadi di laboratorium atau pabrik industry
Alkali menyebabkan kerusakan mata yang lebih buruk dari asam karena
menyebabkan penetrasi kornea bahkan sampai ke retina secara cepat
Gejala :
- Konjungtiva, kornea, palpebra dan kulit sekelilingnya tampak memucat dan
nekrosis
- Koagulasi jaringan kornea menyebabkan kekeruhan kornea
- Rasa nyeri
- Visus menurun
Klasifikasi Thoft
• Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata.
• Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea.
• Derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel
kornea.
• Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.
Tindakan :
- Segera irigasi dengan air, forniks dibersihkan
- Teteskan midriatik dan topikal antibiotik dan ditutup dengan perban
- Bila disebabkan oleh kapur, teteskan EDTA (Etil Diamin Tetraasetik Acid)
yang mampu menarik kalsium yang telah berikatan dengan jaringan kornea
Kompikasi :
- Simblefaron
- Jaringan sikatrik pada kornea
- Infeksi sekunder
c. Trauma Asam
Asam merusak ikatan protein intramolekular dan menyebabkan koagulasi.
Terjadinya reaksi koagulasi ini berfungsi sebagai barrier penetrasi lebih lanjut
sehingga proses berhenti. Dengan demikian trauma kimia karena asam lebih
ringan daripada karena basa.
Penyulit yang bisa terjadi adalah katarak, glaukoma, hipotoni, abnormalitas air
mata, iritis, entropion, trikiasis, dan simblefaron.
Penanganannya dengan irigasi dengan air atau larutan garam fisiologis,
pengontrolan pH, dan pertimbangan terapi lainnya mirip pada trauma basa.
d. Trauma Basa
Trauma basa berakibat lebih buruk
dari pada asam. Ini disebabkan pada
trauma basa, terjadi reaksi penyabunan, sehingga sel dan jaringan menjadi
rusak atau nekrosis. Sel yang nekrosis ini menghasilkan enzim kolagenase.
Enzim ini menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Membran sel rusak sehingga
terjadi nekrosis sel karena penetrasi melalui membran sel yang rusak.
Akibatnya kornea keruh dalam beberapa menit, terjadi simblefaron sehingga
gerakan mata terbatas, terbentuk jaringan parut palpebra dan kelenjar air mata.
Tekanan intraokular bisa berubah dan lensa dapat menjadi keruh.
Penanganannya dengan irigasi air/larutan garam fisiologis 2000 ml dan
netralisasi sampai pH air mata kembali normal (pH air mata 7,3).
Berikan EDTA dan antibiotika. Debridement dilakukan untuk mencegah
infeksi sekunder.
e. Trauma Kimia
• Tindakan :
1. Segera irigasi dengan air, forniks dibersihkan
2. Teteskan midriatik dan topikal antibiotik dan ditutup dengan perban
3. Bila disebabkan oleh kapur, teteskan EDTA (Etil Diamin Tetraasetik
Acid) yang mampu menarik kalsium yang telah berikatan dengan jaringan
kornea
• Kompikasi :
1. Simblefaron
2. Jaringan sikatrik pada kornea
3. Infeksi sekunder
Diagnosis:
1. Anamnesis
- Apakah terjadi perforasi, trauma tembus, dll
- Penyebab trauma
- Waktu terjadinya
2. Pemeriksaan Mata
Alat-alat:
- Lampu penerangan (sentolop)
- Kaca pembesar
- Lampu celah (slitlamp)
- Oftalmoskop : memeriksa adanya benda asing dalam badan kaca atau retina. Bila
tampak kekeruhan badan kaca prognosis kurang baik
3. Pemeriksaan penunjang
- Radiologis untuk mengetahui adanya suatu benda asing yang radioopak serta
menentukan lokasi benda tersebut dalam mata. Pemeriksaan paling sederhana
adalah foto sinar-X polos orbita posisi posteroanterior (PA) dan lateral.
Terapi :
1. Anestesi topical diberikan pada keadaan dimana terdapat biofare spasme berat
2. Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3%, sedang untuk basa
larutan asam borat, asam asetat 0.5% atau buffer asam asetat pH 5.4% untuk
menetralisir
3. Untuk bahan basa diberikan EDTA.
4. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotic topical, siklopegik dan bebat mata
masih sakit
Prognosis
Mata tanpa luka perforasi prognosis baik
Mata dengan luka perforasi prognosisnya tergantung dari:
- Benda asing inert baik (tidak atau sedikit menimbulkan reaksi jaringan)
- Benda logam magnet lebih baik (pengeluarannya lebih mudah)
- Benda yang terletak dibilik mata depan prognosisnya lebih baik (mudah terlihat
sehingga mudah dikeluarkan )
- Bila terjadi luka perforasi yang berat, banyak bahan kaca yang prolapse ablasi
retina
2.1.5 Diagnosis
1. Anamnesis
- Kapan terjadinya?
- Dimana tempat kejadian trauma
- Obyek penyebab trauma/jenis benda
- Apakah pasien mendapat pertolongan sebelumnya? Jenis pertolongannya? Dan
kapan pertolongan tadi diberikan
- Keadaan visus sebelum terjadi trauma rw pemakaina kacamata, penyakit mata
sebelumnya dan ada tidaknya trauma.
2. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan visus
- Apakah ada rupture palpebra atau konjungtiva
- Afakah kelainan kornea berupa erosi, vulnus, dan perforasi
- Keadaan bilik mata depan, apakah dalam, dangkal apakah ada hifema, benda asing
di bilik mata, serta adanya pralapsus irirs
- Adakah rupture bulbi pupil tidak bulat, khemosis yang sangat hebat, TIO sangat
menurun
- Benda asing di kornea atau konjungtiva superior eversi
- Benda asing intraocular (trauma tembus)
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Pertolongan pertama atau tindakan yang dilakukan sesaat setelah kejadian trauma
2. Rujuk
Prinsip penanganan trauma :
- Mengurangi meluasnya kerusakan jaringan untuk membatasai daerah yang rusak
- Menghindari infeksi memberikan antibiotic topical dan melakukan tindakan
asepsis
- Merujuk dengan cepat ke pusat pelayanan mata
2.1.7 Prognosis
- Semakin besar gaya atau benda penyebab maka akan semakin berat trauma ang
terjadi. Semakin sederhana jenis kerusakan maka akan semakin baik prognosisnya.
- Semakin kompleks kerusakannya (rupture palpebra disertai rupture bulbi dengan
adanya benda asing intraaokuler) maka prognosisnya lebih jelek.
Semakin superfisial semakin baik prognosisnya
2.1.8 Pencegahan
- Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadinya trauma tajam
- Setiap pekerja yang sering berhubungan dengan bahan kimia sebaiknya mengerti
bahan apa saja yang ada di tempat kerjanya
- Pada pekerja las sebaiknya menghindarkan diri terhadap sinar dan percikan bahan las
dengan memakai kacamata
- Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya untuk matanya.