Anda di halaman 1dari 5

KORNEA

Kornea adalah lapisan terluar pada mata berupa selaput bening (jaringan transparan)
berbentuk kubah, yang menutupi bagian depan mata. Ketebalan kornea rata-rata sekitar 500
mikron. Kornea merupakan organ refraksi kuat yang membelokkan sinar masuk ke dalam mata.
Ia memiliki kekuatan dioptri terbesar yaitu 42.25 D. Ini merupakan 74% dari seluruh kekuatan
dioptri mata. Karenanya, kornea berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya pertama kali,
sebelum cahaya itu bisa masuk ke sel-sel penerima di bagian dalam mata. Kornea berfungsi
menangkap cahaya untuk diteruskan pada retina yang berada di belakang mata. Berbeda dengan
jaringan tubuh lain, bagian mata ini tidak mempunyai pembuluh darah. Fungsi pembuluh darah
pada kornea digantikan oleh air mata dan aqueous humor (cairan bening berlendir pada mata).

Anatomi Kornea

Secara makroskopis, area di pinggir kornea adalah limbus. Sedangkan secara


mikroskopis, lapisan histologis kornea dapat dibagi menjadi lima lapisan yaitu lapisan epitel,
lapisan Bowman, lapisan stroma, lapisan membran Descemet, dan lapisan endotel.

Limbus

Struktur limbus terdiri dari lapisan sel punca pluripoten. Lapisan ini berfungsi untuk
regenerasi epitel kornea. Pada limbus terdapat arteri sirkulus limbus yang memiliki fungsi
memberikan nutrisi kepada kornea bagian perifer. Inflamasi pada kornea dan struktur mata di
dalamnya ditandai dengan pelebaran arteri sirkulus limbus ini.
Epitel Kornea

Lapisan ini terdiri dari 5—7 lapis sel epitel skuamosa bertingkat tak berkeratin. Lapisan
epitel ini menyusun sekitar 10 persen ketebalan kornea. Epitel di permukaan yang berbentuk
gepeng ditutupi oleh mikrovili yang memiliki fungsi menjaga stabilitas lapisan air mata. Sel
epitel di bagian basal akan berdiferensiasi dan bermigrasi ke permukaan, membentuk tautan
antarsel yang kuat. Lapisan ini berperan penting dalam fungsi nutrisi, kejernihan, dan proteksi
kornea. Sedangkan membran basal (basement membrane) berfungsi menjaga keteraturan epitel
kornea. Bila terjadi kerusakan akan sembuh dengan segera.

Membran Bowman

Membran Bowman hanya memiliki ketebalan sekitar 12 mikron. Posisinya setelah


lapisan epitel. Ia merupakan massa aselular hasil kondensasi kolagen tipe 1 dan tipe 3.  Membran
Bowman memiliki fungsi mempertahankan bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan maka sembuh
dengan jaringan parut atau (sikatrik).

Stroma

Stroma adalah lapisan yang berada tepat di belakang lapisan Bowman. Ia merupakan
lapisan paling tebal dari kornea, menyusun sekitar 90 persen ketebalan kornea. Stroma tersusun
dari air serta kolagen dan merupakan area pembiasan cahaya pada kornea.

Struktur Stroma terdiri dari keratosit dan matriks ekstraselular dengan matriks terbanyak
tersusun atas fibril kolagen tipe 1. Fibril kolagen yang saling sejajar dan sangat teratur inilah
yang berperan menjaga fungsi transmisi cahaya, termasuk kurvatura kornea dan sifat-sifat optik
kornea.

Membran Descemet

Membran desc emet adalah jaringan tipis yang terbuat dari kolagen. Ketebalannya sekitar
12 mikron. Ia merupakan jaringat terkuat pada kornea yang  berfungsi sebagai tempat
bersandarnya sel-sel endotel sekaligus melindungi sel-sel tersebut dari infeksi serta cedera.

Berbeda dengan membran Bowman yang tidak memiliki kemampuan regeneratif,


membran descemet memiliki kemampuan pemulihan diri yang baik sehingga mudah sembuh
setelah cedera.

Lapisan Endotel

Lapisan endotel merupakan lapisan tunggal dan tipis yang terletak pada bagian terdalam
kornea. Lapisan endotel bersentuhan langsung dengan aqueous humor. Endotel dan membran
Descemet merupakan lapisan penting yang berfungsi mengatur kadar air kornea agar tetap jernih.
Lapisan Endotel juga mengatur kadar air pada mata, dengan cara menyerap air dari stroma.

Penyebab kelainan kornea antara lain:

1. Infeksi
o Keratokonjungtivitis adalah peradangan yang terjadi pada mata, keluhan biasanya
terjadi ditandai dengan mata merah, mata terasa gatal, sakit pada mata dan dapat
disertai penurunan tajam penglihatan.
o Keratitis biasa terjadi ditandai dengan sensitifnya penglihatan ketika melihat
cahaya. beberapa hal yang menyebabkan infeksi pada kornea:
 Viral : Infeksi yang terjadi disebabkan oleh virus
 Acanthamoeba : Infeksi yang biasa terjadi karena pemakaan lensa kontak
yang tidak benar dan bersih, seperti memakai lensa kontak pada saat
berenang, hal yang dirasakan biasanya adalah rasa yang menyakitkan pada
mata
 Bakteri : Infeksi yang terjadi karena disebabkan oleh bakteri
 Jamur : Infeksi yang terjadi karena membersihkan mata tidak dengan
benar, seperti menggunakan air ASI, air dari bunga dan cariran yang tidak
steril lainnya
2. Distrofi Kornea

Distrofi Kornea adalah kelainan kornea yang terjadi karena pewarisan genetik. Dalam
satu keluarga terdapat beberapa anggota keluarga yang memiliki kelainan yang sama.
Ciri-ciri yang ada adalah gambaran khas dengan pola tertentu (tergantung lapisan kornea
mana yang terkena). penderita gangguan distrofi akan mengeluhkan penglihatan kabur
dan fotofobia/sensitivitas terhadap cahaya. Beberapa distrofi yang paling umum meliputi:

o ABMD (Anterior Basement Membrane Dystrophy)


o Distrofi Stroma : merupakan sekelompok penyakit genetik non inflamasi,
biasanya mengenai kedua mata pada lapisan stroma kornea, yang ditandai dengan
pola patognomonik deposisi kornea dan perubahan morfologi yang dapat dilihat
pada pemeriksaan slit lamp
o Distrofi Granular : kelainan pada stroma dengan penampakan yang khas seperti
remah roti (breadcrumbs)
o Distrofi Avellino: kelainan genetik yang muncul pada masa kanak-kanak atau
remaja dengan gabungan penampilan granular dan kisi di stroma
o Distrofi Fuchs : gangguan di mana jumlah sel endotel tidak cukup untuk menjaga
kornea tetap jernih
3. Trauma Kornea
o Kimia: Merupakan keadaan darurat mata dan harus segera ditangani. Semakin
lama waktu antara trauma dan pengobatan awal, semakin buruk prognosisnya
o Tumpul: Trauma pada kornea yang menyebabkan gangguan pada lapisan endotel
yang ditandai dengan gambaran klinis cincin abu-abu pada lapisan endotel.
Kerusakan dapat terjadi hingga beberapa tahun setelah peristiwa traumatis
o RCE/Mekanik : ditandai dengan nyeri mata, tidak tahan melihat cahaya, sensasi
benda asing, dan mata berair yang sering berulang biasanya saat bangun tidur atau
saat mengucek mata
4. Ektasia
o Pellucid Marginal Degenerative: Merupakan penipisan kornea asimetris di tepi
bawah kornea. Pasien jarang mengeluh nyeri atau mata merah, biasanya ditandai
dengan penurunan ketajaman penglihatan
o Keratokonus : Penipisan kornea ini patut dicurigai jika seseorang memiliki
keluhan Silindris / Silinder Penglihatan Tinggi yang tidak dapat dikoreksi secara
maksimal dengan kacamata. Seseorang akan mengeluh bahwa mereka telah
berulang kali mengukur tajam penglihatan tetapi tidak ada yang bisa memberikan
ukuran visus yang tepat
o Keratecsia/Ectasia post LVC : merupakan komplikasi setelah laser vision
correction (LASIK, SMILE, PRK) yang ditandai dengan penurunan ketajaman
penglihatan setelah pembedahan. Hal ini dapat dicegah dengan
mempertimbangkan faktor risiko dan memilih tindakan dan alat yang tepat sesuai
dengan kondisi unik setiap pasien saat berkonsultasi sebelum operasi koreksi
penglihatan
5. Pediatric Corneal Opacity
o Pediatric Corneal Opacity adalah penampakan kornea yang tidak jelas pada anak
usia <18 tahun. Sebagian besar disebabkan oleh kelainan genetik, namun anak
harus diperiksakan ke dokter spesialis mata jika mengalami keluhan tersebut
6. Corneal Pigmentation
o Band Keratopathy : Munculnya plak berlubang menyerupai penampilan keju
swiss yang dapat melintasi seluruh panjang kornea
Lasik dan Kornea

Seperti penjelasan di atas, kornea berfungsi menangkap cahaya untuk diteruskan pada retina
yang berada di belakang mata. Pada mata normal, cahaya sejajar yang berasal dari obyek akan
difokuskan pada satu titik fokus tepat di retina. Hasilnya, penglihatan normal dan jelas.

Jika titik fokusnya jatuh di depan retina, terjadilah rabun jauh (miopia). Sebaliknya, jika titik
fokusnya jatuh di belakang retina, terjadilah rabun dekat (hipermetropi). Sedangkan jika titik
fokusnya menyebar, terjadilah mata silinder (astigmatisme).

Ketiganya –miopia, hipermetropi, astigmatisme– merupakan kelainan refraksi akibat


kelengkungan kornea yang tidak normal. Ketiganya bisa dikoreksi dengan kacamata atau lensa
kontak. Namun untuk koreksi permanen sehingga terbebas dari kacamata atau lensa kontak,
solusinya adalah LASIK.

Anda mungkin juga menyukai