PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regenerativ. Gambaran ini terjadi akibat nekrosis hepatoseluler. Jaringan
penunjang retikulin kolaps disertai deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vascular, dan
regenerasi nodularis parenkim hati.
Penyebab utama sirosis di Amerika adalah hepatitis C (26%), penyakit hati alkoholik
(21%), hepatitis C plus penyakit hati alkoholik (15%), kriptogenik (18%), hepatitis B yang
bersamaan dengan hepatitis D (15%) dan penyebab lain (5%). Data WHO (2008) menyebutkan
bahwa diperkirakan 3-4 juta orang terinfeksi dengan virus hepatitis C (VHC) setiap tahun.
Sekitar 130-170 juta orang terinfeksi kronis VHC dan berisiko menjadi sirosis hepatis dan/atau
kanker hati. Penyebab sirosis hepatis di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B dan C.
Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar
40-50% dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui, alkohol
sebagai penyebab sirosis hepatis di Indonesia mungkin frekuensinya kecil sekali karena belum
ada datanya (Nurdjannah, 2009). Risiko sirosis pada pasien dengan infeksi hepatitis C kronik
dapat diperburuk oleh konsumsi alkohol yang berlebihan (Mukherjee, 2011).
Kejadian di Indonesia menunjukkan bahwa pria lebih banyak dari wanita (2,4-5:1)
(Sihotang, 2010). Walaupun belum ada data resmi nasional tentang sirosis hepatis di Indonesia,
namun dari beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia secara keseluruhan
1
prevalensi sirosis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam atau
rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat di bangsal. Di Medan dalam kurun
waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hepatis sebanyak 819 (4%) dari seluruh pasien di bagian
penyakit dalam (Nurdjannah, 2009).
Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti belum adaya
gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang ditandai dengan gejala-gejala dan
tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari hepatitis kronis dan
pada atu tingkat tidak terlihat perbedaan secara klinis. Hal ini hanya dapat dibedakan melalui
pemeriksaan biopsi hati.
2
BAB II
TINJAU PUSTAKA
3
2.3 Definisi
Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis, disorganisasi dari
lobus dan arsitektur vaskular, dan regenerasi nodul hepatosit. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul.
Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.20 Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan
stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati yang akan
menyebabkan penurunan fungsi hati dan bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya
penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya
menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul,
dan terasa nyeri bila ditekan
1. Alkoholik
2. Kriptogenik dan poshepatitis (pasca nekrosis)
3. Biliaris
4. kardiak
5. Metabolic, keturunan dan keterkaitan obat.
Etiologi sirosis hati disajikan dalam table 1. Di Negara barat tersering akibat alkoholik
sedangkan di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B maupun C. Hasil penelitian di
Indonesia menyebutkan virus hepatitis B menyebabkan sirosis hepatis sebesar 40-50%, dan virus
hepatitis C sebanyak 30-40%, sedangkan 10-20% penyebab tidak diketahui dan termasuk
kelompok virus bukan hepatitis C dan B. Alkohol Sebagai penyebab sirosis di Indonesia
mungkin frekuensinya kecil karena belum ada datanya.
4
2.5 Epidemiologi
Menurut National Center for Health Statistics (2014), di Amerika Serikat proporsi penduduk
yang mengkonsumsi alkohol pada usia diatas 12 tahun pada tahun 2012 adalah 52,1%. Menurut
National Vital Statistics Reports (2013), di Amerika Serikat pada tahun 2010, penyakit hati
kronik dan Sirosis hati menempati peringkat kedua belas penyebab kematian dengan jumlah
kasus 31.903, dengan jumlah kasus pada laki.
Lebih dari 40% pasien sirosisi asimtomatis. Pada keadaan ini sirosis ditemukan waktu
pemeriksaan kesehatan rutin pada waktu autopsi. Keseluruhan insidnsi sirosis hepatis di Amerika
diperkirakan 360 per 200.000 penduduk. Penyebab sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik
maupun infeksi virus kronik. Hasil penelitian lain menyebutkan perlemakan hati akan
menyebabkan nonalkoholik seatohepatitis dan berakhir dengan sirosis hati prevalensi 0,3%.
Prevalensi sirosis hati akibat alkohol steatohepatitis akibat alkoholik dikabarkan 0,3% juga.
Di Indonesia data prevalensi sirosis hati belum ada, hanya beberapa laporan dari RS
Pendidikan saja. Di RS Dr Sardjito Yogyakarta jumlah pasien sirosisi hati berkisar 4,% dari
pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu <1 tahun ini (2004). Di
Medan dalam kurun waktu 4 tahun di jumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) dari seluruh
pasien di Penyakit Dalam. Hasil penelitian Sibuea (2014) di RSU Pusat Haji Adam Malik Medan
tahun 2012 menemukan 102 orang penderita Sirosis hati dengan jumlah kematian 9 orang
dengan CFR 8,8%. Hasil penelitian Siregar (2008) di RSU Dr. PringadiMedan tahun 2002-2006
menemukan 669 orang penderita Sirosis hati, dengan rincian 116 orang pada tahun 2002 (CFR
17,3%), 159 orang pada tahun 2003 (23,8%), 121 orang pada tahun 2004 (18,1%), 135 orang
pada tahun 2005 (20,2%), dan 138 orang pada tahun 2006 (20,6%).
Sirosis alkohol atau secara histori disebut sirosis laennac ditandai oleh pembentukan
jaringan parut yang difus, kehilangan sel-sel hati yang uniform, dan sedikit nodul regenerativ.
sehingga kadang-kadang disebut sirosis mikronodular. Sirosis mikronodular dapat pula
diakibatkan oleh cedera hati lainnya. Tiga lesi hati utama akibat induksi alcohol adalah 1)
perlemakan hati, 2) hepatitis alkoholik, 3) sirosis alkoholik.
5
Tabel 1 sebab-sebab sirosis penyakit hati kronik
Penyakit infeksi
Bruselosis
Ekinokokus
Hepatitis virus
Toksoplasmosis
6
2.7 Perlemakan hati alkoholik
Steatosis atau perlemakan hati, hepatosi teregang oleh vakuola lunak dalam sitoplasma
berbentuk makrovesikel yang mendorong inti hepatosit ke membrane sel.
Fibrosis perivenular berlanjut menjadi sirosis panlobular akibat masukan alcohol dan
destruksi hepatosit yang berkepanjangan. Fibrosis yang terjadi dapat berkontraksi ditempat
cedera dan merangsang pembentukan kolagen. Di daerah periporta dan perisentral timbul septa
jaringan ikat seperti jaringan yang akhirnya menghubungkan triad portal dengan vena sentralis.
Jalinan jaringan ikat halus ini mengelilingi masa kecil sel hati yang masih ada yang
kemungkinan mengalami regenerasi dan membentuk nodulus. Namun demikian kerusakan sel
yang terjadi melebihi perbaikannya. Penimbunan kolagen terus berlanjut, ukuran hati mengecil,
berbenjol-benjol (nodular) menjadi keras, terbentuk sirosis alkoholik. Mekanisme cedera hati
alkoholik masih belum pasti. Diperkirakan mekanisme yang berikut: 1) hipoksia sentrilobular,
metabolisme asetaldehid etanol meningkatkan konsumsi oksigen lobular, terjadi hipoksemia
relative dan cedera sel di daerah yang semakin jauh dari aliran darah yang teroksigenasi. (missal
daerah perisentral). 2) infiltrasi atau aktifasi neutrophil, teerjadi pelepasan chemoattracctants
neutrophil oleh hepatosit yang memetabolisme etanol. Cedera jaringan dapat terjadi dari
neutrophil dari neutrophil dan hepatosit yang melepaskan intermediet oksigen reaktif, protease
dan sitokin. 3) formasi acetaldehydeprotein adducts berperan sebagai neoantigen, dan
menghasilkan limfosit yang tersensitisasi serta antibodi spesifik yang menyerang hepatosit
pembawa antigen ini. 4) pembentukan radikal bebas oleh jalur alternative dari metabolism
etanol, disebut system yang mngoksidasi enzim microsomal.
Pathogenesis fibrosis alkoholik meliputi banyak sitokin, antara lain faktor nekrosis tumor,
interleukin -1, PDGF, dan TGF-beta. Asetaldehid kemungkinan mengaktivasi sel stelata tetapi
bukan sesuatu faktor patogenik utama pada pada fibrosis alkoholik.
Gambaran patologi hati biasanya biasa mengkerut, terbentuk tidak teratur dan terdiri dari
nodulus sel hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang padat dan lebar. Gambaran mikroskopik
7
konsisten dengan gambaran makroskopik. Ukuran nodulus sangat bervariasi, dengan sejumlah
besar jaringan ikat memisahkan pulau parenkim regenerasi yang susunannya tidak teratur .
Patogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir, memperlihatkan adanya peranan sel
steleata. Dalam keadaan normal sel stelata mempunyai peran dalam keseimbangan pembentukan
matriks extraseluler dan proses degenerasi. Pembentukan fibrosis menunjukan perubahan proses
keseimbangan. Jika terpapar faktor tertentu yang berlangsung secara terus menerus ( misal sel
hepatitis virus, bahan-bahan hepatotoksik), maka sel steleata akan menjadi sel yang membentuk
kolagen. Jika proses berjalan terus menerus maka fibrosis akan berjalan terus didalam sel stelata,
dan jaringan hati yang normal akan diganti oleh jarringan ikat.
Gejala-gejala sirosis
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada waktu pasien
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena kelainan penyakit lain. Gejala awal sirosis
(kompensata) melipui perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang , perasaan perut
kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil,
ginokomastia, hilangnya dorongan seksual. Bila sudah lanjut (sirosis dekompensata) gejala-
gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta,
meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur dan demam tak begitu tinggi. Mungkin
gangguan siklus haid, icterus dan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah, melena
serta perubahan mental, melputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung , agitasi, sampai koma.
Akibat dari sirosis hati, maka akan terjadi 2 kelainan yang fundamental yaitu kegagalan fungsi
hati dan hipertensi porta. Manifestasi dari gejala dan tanda-tanda klinis ini pada penderita sirosis
hati ditentukan oleh seberapa berat kelainan fundamental tersebut.Gejala dan tanda dari kelainan
fundamental ini dapat dilihat di tabel 2.2
8
Tabel 2.2 Gejala Kegagalan Fungsi Hati dan Hipertensi Porta.
Temuan klinis sirosis meliputi spider angioma spider angiomata yaitu suatu lesi yang
dikelilingi beberapa vena-vena kecil. Tanda ini sering ditemukan di bahu, muka dan lengan atas.
Mekanisme terjadinya tidak diketahui. Ada anggapan dikaitkan dengan peningkatan rasio
estradiol dan testosterone bebas. Tanda ini juga bias ditemukan selama hamil, malnutrisi berat.
Eritema palmaris , warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak tangan. Hal ini
juga dikaitkan dengan peningkatan perubahan metabolisme hormone estrogen. Tanda ini juga
tidak spesifik pada sirosis ditemukan pula pada kehamilan , arthritis rheumatoid, hipotiroidisme,
dan keganasan hematologi.
Perubahan kuku muchrche burupa pita putih horizontal dipisahkan dengan warna normal
kuku . mekanisme juga belum diketahui, diperkirakan akibat hipoalbuminemia. Tanda ini juga
bia ditemukan pada kondisi hipoalbumin. Tanda ini juga bias ditemukan pada kondisi
hipoalbuminemia yang lain seperti sindrom nefrotik.
Kontraktur depuytren akibat fibrosis fasia palmaris menimbulkan kontraktur fleksi jari
yang berkaitan dengan alkoholisme tetapi tidak secara spesifik berkaitan dengan sirosis. Tanda
ini juga bias ditemukan pada pasien diabetes mellitus, distrofi reflex simpatetik dan perokok
yang juga mengkonsumsi alcohol.
9
Ginekomastia secara histologi berupa proliferasi benigna jaringan glandula mamae laki-
laki, kemungkinan akibat peningkatan androstenedion. Selain itu, ditemukan juuga hilangnya
rambut dada dan aksila pada laki-laki, sehingga laki-laki mengalami perubahan ke arah
feminisme. Kebalikannya kepada perempuan menstruasi cepat berhenti sehingga dikira fase
menoupose. Atrofi testis hipogonadisme menyebabkan impotensi dan imfertil. Tanda ini
menonjol pada alkoholik sirosis dan hemokromatosis. Hepatomegaly ukuran hati yang sirotik
bisa membesar, normal atau mengecil. Bilamana hati teraba, hati sirotik teraba keras dan
nodular.
Icterus pada kulit dan membrane mukosa akibat bilirubinemia. Bila kadar bilirubin
kurang 2-3 mg/dl tak terlihat. Warna urin terlihat gelap seperti teh. Asterixis-bolateral tetapi
tidak sinkron berupa gerakan mengepak-ngepak dari tangan, dorsofleksi tangan.
Diabetes mellitus dialmi 15-30% pasien sirosis. Hal ini akibat resistensi insulin dan tidak
adekuatnya sekresi insulin oleh sel beta pancreas.
Adanya sirosis dicurigai bila ada kelainan pemeriksaan laboratorium pada waktu
seseorang memeriksakan kesehatan rutin, atau waktu skrening untuk evaluasi keluhan spesifik.
10
Tes fungsi hati meliputi aminotransferase, alkali fosfatase, gamma glutamil transpeptidase,
bilirubin, albumin dan waktu protrombin.
Aspartat Aminotransferase (AST) atau Serum Glutamil Oksalo Asetat (SGOT) dan
Alanine Aminotransferase (ALT) Atau Serum Glutamil Piruvat Transminase (SGPT) meningkat
tapi tidak begitu tinggi. AST lebih meningkat daripada ALT, namun bila transaminase normal
tidak mengenyampingkan adanya sirosis. Alkali phosphatase meningkat kurang dari 2 sampai 3
kali harga batas normal atas. Kadar yang tinggi bias fitemukan pada pasien kolangitis sclerosis
primer dan sirosis bilier primer. Gamma-glutamil transpeptidase (GGT) kadarnya seperti halnya
akali phosatase pada penyakit hati. Kadarnya tinggi pada penyakit hati alkoholik kronik., karena
alkohl selain menginduksi GGT microsomal hepatic, juga menyebabkan bocornya GGT dari
hepatosit.
Bilirubin kadarnya bias normal pada sirosis hati, adarnya menurun sesuai perburukan
sirosis. Globulin kadarnya meningkat pada sirosi. Akibat sekunder dari pintasan, antigen bakteri
dari sistem porta ke jaringan limfoid, selanjutnya menginduksi produksi produksi imunologi .
Waktu protrombin mencerminkan derajat tingkatan disfungsi sintesis hati, sehingga pada sirosis
memanjang.
Natrium serum terus menerus terutama pada sirosis dengan asites dekaitkan dengan
ketidakmampuan ksresi air bebas. Kelainan hematologi-anemi penyebab bias bermacam-macam
anemia normokron, normositer, hipokrom mikrositer atau hipokrom makrositer. Anemia dengan
trombositopenia leukopenia dan neutropenia akibat splenomegaly kongestif yang berkaitan
dengan hipertensi porta sehingga terjadi hipersplenisme
Pemeriksaan radiologis barium meal dapat melihat varises untuk konfirmasi adanya
hipertensi porta. Ultrasonografi (USG) sudah secara rutin digunakan karena pemeriksaan non
invasive dan mudah digunakan, namun sensitifitasnya kurang. Pemeriksaan hati yang bias dinilai
dengan USG deengan meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas dan adanya
massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan irreguler dan adanya
peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu USG juga bias melihat asites, splenomegaly,
thrombosis vena porta dan pelebaran vena porta serta skrining adanya karsinoma hati pada
pasien sirosis. Tomografi komputerisasiinformasinya sama dengan USG, tidak rutin digunakan
11
karena biayanya mahal. Magnetik resonance imaging peranannya tidak jelas dalam mendiagnosa
sirosis selain mahal biayanya.
2.13Diagnosis
2.14 Komplikasi
Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya . kualitas hidup pasien
sirosis diperbaiki dengan pencegahan dan penanganana komplikasinya. Komplikasi yang sering
dijumpai antara lain peritonitis bacterial spontan , yaitu infeksi ccairan asites oleh jenis bakteri
tanpa ada bukti infeksi sekunder intraabdominal. Biasanya pasien ini tanpa gejala namun dapat
timbul demam dan nyeri abdomen.
Pada sindrom hepatorenal, terjadi ganggaun fungsi ginjal akut berupa oliguria,
peningkatan urem, kreatinin tanPa adanya kelainan organic ginjal. Kerusakan hati lanjut
menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada peenurunan perfusi ginjal yang
berkaibat pada penurunan filtrasi glomerulus salah satu maninfestasi hipertensi portal adalah
varises esophagus. Dua puluh sampai 40% pasien sirosis dengan varises esophagus pecah yang
menimbulkan perdarahan. Angka kmatian sangat tinggi, sebanyak duapertiga akan meninggal
dalam waktu satu tahun walaupun dilakukan tindakan untk menanggulangi varises ini dengan
beberapa cara.
12
2.15 Penatalaksanaan sirosis hepatis
1) alcohol dan bahan bahan lain yang tksik yang dapat mencedrai hati dihentikan
penggunaannya. Pemberian asetamibofen, kolkisin, dan obat herbal bias mnghambat kolinergik.
Hemokromatosis ,flebotomi setiap minggu sampai kadar besi menjadi normal dann diulang
sesuai kebutuhan. Penyakit hati nonalkoholik: menurunkan berat badan akan mencegah
terjadinya sirosis. Hepatitis virus B, interferon alfa dan lamivudine meruaka terapi utama.
Lamivudine sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg secara oral setiap hari selama satu
tahun.namun pemberian lamivudine setelah 9-12 bulan menimbulkan mutasi YMDD sehingga
terjadi resistensi obat. Interferon alfa diberikan secara suntikan subkutan 3 MIU, 3 kali seminggu
selama 4-6 bulan, namun ternyata juaga banyak yang kambuh.
pengobatan fibrosis hati : pengobatan antifibrotik pada saat ini lebih mengarah kepada
peradangan dan tidak terhadap fibrosis. Dimasa datang, menempatkan sel stelata bias merupakan
salah satu pilihan. interferon mempunyai aktifitas antifibrotik yang dihubungkan dengan
pengurangan aktivasi sel stelata. Kolkisin memiliki efek anti peradangan dan mencegah
pembentukan kolagen, namun belum terbukti dalam penelitian sebagai anti fibrosis dan sirosis.
Metotreksat dan vitamin A juga dicobakan sebagai anti fibrosis. Selain iu, juga obat-obatan
herbal juga sedang dalam penelitian.
13
2.16 Penatalaksanaan Sirosis Dekompensata
Asites: tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram
atau 90 mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasikan sengan obat-obatan diuretic . awalnya
dengan pemberian spironolactone dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respon diuretic bias
dimonotor dengan penurunan berat badan 0,5 kg / hari. Tanpa adanya edem kaki atau 1kg/hari
dengan adanya edem kaki. Bilamana pemberian spironolactone tidak adekuat bisa
dikombinasikan dengan furosemide dengan dosis 20-40 mg/hari. Pemberian furosemide bisa
ditambah dosisnya bila tidak ada respon. Maksimal dosisnya 160 mg/hari. Parasentesis dilakuka
bila asites sagant besar . pengeluaran asites bisa higga 4-6 liter dan di lindungi dengan
pemberian albumin.
Varises besofagus: sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan penyekat beta
(propranolol). waktu perdarahan akut bisa diberikan preparat somastotatin atau okreotid.
Diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligase endoskopi.
2.17 Prognosis
14
model for end stage liver disease (MELD) digunakan untuk pasien sirosis yang akan dilakukan
transplantasi hati
Tabel 2.3 , Klasifikasi child psien sirosis hati dalam terminology cadangan fungsi hati
Class A : tanpa gangguan fungsi hati, respon normal untuk semua operasi, kemampuan
regenerasi hati normal.
Class B : ada beberapa gangguan pada fungsi hati, tidak ada perubahan respon pada semua
jenis operasi tetapi toleransinya dapat membaik dengan persiapan preoperatif yang baik, terdapat
keterbatasan regenerasi hati dan merupakan kontraindikasi untuk reseksi hati yang luas.
Class C : gangguan yang berat pada fungsi hati, respon yang buruk pada semua jenis operasi
meskipun telah dipersiapkan dengan baik, kontraindikasi untuk reseksi hati.
Hipertensi porta didefinisikan sebagai penigkatan gradien tekanan vena hepatik gradien
tekanan vena hepatik (hepatic venous presure gradient, HVPG) menjadi > 5mm Hg. Hipertensi
porta disebabkan oleh kombinasi dua proses hemodinamik yang berlangsung bersamaan.
1) meningkatnya resistensi intrahati terhadap aliran darah melalui hati akbat sirosis dan nodus-
nodus regeneratif.
15
2) meninkatnya aliran darah splanknik. hipertensi porta merupakan penyebab langsung dua
penyebab langsung dua penyulit utama sirosis ,perdarahan varises dan aseites. perdarahan varises
merupakan masalah yang langsung mengancam jiwa dngan angka kematian 20-30% untuk setiap
kali episode perdarahan.sistem vena porta dalam dalam keadaan normal mengalirkan darah dari
lambung,usus, limpa, pankreas, dan kandung empedu, dan vena porta dibentuk oleh penyatuan
vena mesentrika superior bersama dengan darah caput pankreas, kolon ascendens, dan sebagian
darikolon transversus. sebaliknya vena splenika mengairkan darah dari limpa dan pankreas serta
bergabung dengan vena mesenterka inferior, yang membawa darah dari kolon transversus dan
descendens serta dari dua pertiga superio rektum. karena itu vena pora normalnya menerima
darah dari hampir seluruh saluran cerna.
16
Kausa prahati hipertensi porta adalah yang mengenai system vena porta sebelum vena
tersebut masuk kedalam hati, kausa tersebut mencakup thrombosis vena porta dan thrombosis
vena lienalis. Kausa pasca hati mencakup thrombosis vena porta dan thrombosis vena lienalis.
Kausa dan drainase vena je jantung ini mencakup BCS, penyakit vena-oklusi dan kongesti
jantung sisi kanan kronik. Kausa intrahatimenyebabkan lebih dari 95% kasus hipertensi porta
dan diawali oleh bentuk-bentuk utama sirosis. Kausa intrahati hipertensi porta dapat dibagi lebih
lanjut menjadi kausa prasinosoid, sinusoid dan pascasinosoid. Kausa pascasinusoid mencakup
fibrosis hati kongenital dan skistosomiasis. Kausa sinusoid berkaitan dengan sirosis oleh
berbagai sebab.
Sirosis adalah kausa tersering hipertensi porta di amerika serikat, dan hipertensi porta
yang secara klinis signifikan tedapat pada >60% pasien dengan sirosis. Obstruksi vena porta
mungkin bersifat idiopatik atau berkaitan dengan sirosis atau infeksi, pankreatitis trauma
abdomen. Gangguan koagulasi yang dapat menyebabka terjadinya thrombosis vena porta
mencakup polisetemia vera, trombositositosis esensial, defisiensi protein C, protein S,
antitrombin 3, dan faktor V leiden, dan kelainan pada gen yang mengatur produksi protrombin.
Sebagai pasien mungkin mengidap gangguan mieloproliferatif subklinis.
Tiga penyakit primer hipertensi porta adalah varises gastroesofagus disertai perdarahan,
asites, dan hipeersplenisme. Karena itu,pasien mungki8n dating dengan perdarahansaluran cerna
atas, yang pada endoskopi ternyata disebabkan oleh varises esophagus atau lambung, dan
timbulnya sites disertai edem perifer atau dengan pembesaran limpa disertai penurunan trombosit
dan sel darah putih pada pemeriksaan laboratorium laborium rutin.
Ensefalopati portosistemik adalah penyulit serius nyakit hati kronik dan secara luas
didefinisikan sebagai perubahan status mental dan fungsi kognitif yang terjadi pda pasien yang
gagal hati. Pada cedera hati akut dengan gagal hati fulminant, timbulnya ensefalopati merupakan
persyaratan untuk menegakkan diagnosis penyakit fulminant. Ensefalopati jauh lebih sering
dijumpai pada pasien dengan penyakit hati kronik. Berbagai neurotoksin yang berasal dari usus
yang tidak dibersihkan oleh hati menglir ke otak dan menyebabkan gejala yang kita kenal
17
sebagai ensefalopati hati. Kadar ammonia meningkat pada pasien dengan ensefalopati hati.
Tetapi korelasi antara keparahan penyakit dan puncak kadar ammonia biasanya rendah, dan
sebagian besar ahli patologi tidak mengandalkan ammonia untuk menegakkan diagnosis.
Senyawa dan metabolic lain yang mencakup bebrapa neurotransmitter semu dan golongan
merkaptan.
Pada pasien sirosis ensefalopati sering terjadi akibat proses pemicu tertentu misalnya,
hypokalemia, infeksi, peningkatan asupan protein dalam makanan, atau gangguan elektrolit.
Pasien mungkin mengalami disorientasi atau perubahan kpribadian. Mereka kadang mengalami
disorientasi atau memperlihatkan perubahan kepribadian. Mereka kadang menjadi cukup kasar
dan sulit diatasi. Namun mungkin pasien bisa menjadi sangat mengantuk dan sulit dibangunkan.
Karena sering terjadi, kejadian pemicu perlu dicari adanya tanda-tanda perdarahan saluran cerna
dan pasien harus mendapatkan dehidrasi yang memadai.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
3.2 ANAMNESA
19
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ada, adek os menderita tumor di wajah
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Hepatitis
Riwayat Pemakaian obat :
Tidak Ada
Riwayat Sosial dan Kebiasaan :
Pasien adalah seorang kuli bangunan, merokok (+), alkohol (-).
ANAMNESA ORGAN
KEADAAN UMUM
20
KEADAAN GIZI
Berat Badan : 40 kg
Tinggi Badan : 173 cm
Relative Body Weight (RBW)
: 100
40
: 173100x100% = 55 % ( Gizi Buruk)
KEPALA LEHER
Inspeksi Inspeksi
Rambut : Hitam, Distribusi merata Struma : Tidak ada kelainan
Wajah : Tidak Ada kelainan Kelenjar Limfe : Tidak ada kelainan
Alis mata : Tidak ada kelainan Posisi trakea : Midline
Bulu mata : Tidak ada kelainan
Mata : Anemis (+/+), ikterik (+/+)
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Bibir : Sianosis (-)
Lidah : Beslaq (+)
THORAX
Inspeksi Inspeksi
Paru Paru
- Bentuk : Simetris - Bentuk : Simetris
- Otot bantu nafas : Tidak ada - Otot bantu nafas : Tidak Ada
- Venektasi : Tidak ditemukan - Venektasi : Tidak ditemukan
Jantung Palpasi
- Ictus cordis : Tidak terlihat Paru
- Fremitus taktil : Kanan = Kiri
21
Palpasi Perkusi
Paru Paru : Seluruh lapangan paru sonor
- Fremitus taktil : Kanan = Kiri Auskultasi
- Suara pernafasan : Vesikuler (+/+)
Jantung
- Ictus cordis : Tidak teraba - Suara tambahan : Ronki (-/-),
Perkusi wheezing (-/-)
Paru : Seluruh lapangan paru sonor
- Batas Relatif : ICS V linea midclavicula
dextra
- Batas Absolut : ICS VI linea
midclavicula dextra
Jantung : Redup
- Batas jantung atas : ICS II linea
parasternalis sinistra
- Batas jantung kiri : ICS V 1 jari ke
medial linea midclavicularis sinistra
- Batas jantung kanan : ICS V linea para
parasternalis dextra
Auskultasi
Paru
- Suara pernafasan : Vesikuler (+/+)
- Suara tambahan : Ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
- Bunyi Jantung : BJ I > BJ II
- Bunyi Jantung Tambahan : Tidak Ada
ABDOMEN GENITALIA
22
Distensi(-), Nyeri tekan(+)
- Hepar : Tidak Teraba
- Lien : Teraba
- Ginjal : Ada Kelainan
Perkusi : Undulasi (+)
Auskultasi : Peristaltik melemah
EKSTERMITAS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 25-02-2017
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Serology
Hematologi
23
Thrombosit 493/Ul x1000 150-350
Elektrolit Darah
Specimen
SGPT 33 U/I 29
24
3.5 DIAGNOSA KLINIS
Sirosis Hati
3.6 PENATALAKSAAN
Farmakologis :
- O2 3 liter/menit
- IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
- Cefotaxim1gr/8 jam
- Ozid 1gr/24 jam
- Vit K/8 jam
- Furosemid 2 amp/12 jam
- Comafusin Hepar 1 fls/hari
- Lactulac Syr 3x2
- Paracetamol 3x1
Non Farmakologis :
- Bed rest
- Diet cair 3x400 kkal
25
Follow Up harian
Tanggal S O A P
25/02/ - lemas (+) - Eritema palmaris Sirosis Hati Non Farmakologis
2017 - Sesak nafas (+) (+) - Bed rest
- Nyeri di perut (+) - Diet cair 3x400
- Asites (+)
- Perut terasa
kkal
panas(+) - Peningkatan TVJ
- Penurunan nafsu (+) Farmakologis
makan (+) - O2 3 liter/menit
- Oedem pretibia (+)
- Nyeri ulu hati(+)
- Test undulasi (+) - IVFD Nacl 0,9%
- Kembung (+)
- BAK sedikit - Sens: CM 20 gtt/i
berwarna teh pekat - Cefotaxim1gr/8
- TD: 110/70 mmHg
(+)
- HR: 80x/i jam
- Sulit tidur (+)
- RR: 24x/i - Ozid 1gr/24 jam
26
- Sulit tidur (+) - Temp: 36,6 0c jam
- Vit K 3x1
- Furosemid 2 amp/
hari
- Lansoprazole 2x30
- Propanolol 3x10
- Paracetamol 3x1
- Lactulac Syr 3x2
- Paracetamol 3x1
Tindakan
- Punksi Asites
01/03/ - - -
2017
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
dan Alanine Aminotransferase (ALT) Direct Bilirubin : 1,0
Atau Serum Glutamil Piruvat SGOT : 111
Transminase (SGPT) meningkat tapi SGPT : 33
tidak begitu tinggi. AST lebih Alkalin Phospatase : 1057
meningkat dari pada ALT Urium: 79
Alkali phosphatase meningkat kurang Creatinin : 0,9
dari 2 sampai 3 kali harga batas Urin Acid : 7,9
normal atas. KGDS : 119
Gamma-glutamil transpeptidase HbsAg : (+) Reactive
(GGT) kadarnya Kadarnya tinggi pada HCV : (-)
penyakit hati alkoholik kronik Clorida : 92
Bilirubin kadarnya biasa normal Natrium : 122
Globulin kadarnya meningkat pada Kalium : 4.79
sirosis.
Waktu protrombin pada sirosis
memanjang.
Natrium serum menurun terutama
pada sirosis dengan asites dikaitkan
dengan ketidak mampuan eksresi air
bebas. Anemia dengan
trombositopenia leukopenia dan
neutropenia akibat splenomegaly
kongestif yang berkaitan dengan
hipertensi porta sehingga terjadi
hipersplenisme
Pemeriksaan hati yang bisa dinilai
dengan USG dengan meliputi sudut
hati, permukaan hati, ukuran,
homogenitas dan adanya massa. Pada
sirosis lanjut, hati mengecil dan
nodular, permukaan irreguler dan
29
adanya peningkatan ekogenitas
parenkim hati. Selain itu USG juga
bias melihat asites, splenomegaly,
thrombosis vena porta dan pelebaran
vena porta serta skrining adanya
karsinoma hati pada pasien sirosis.
4. Tatalaksana - Cefotaxim1gr/8 jam
- Ozid 1gr/24 jam
- Vit K/8 jam
- Furosemid 2 amp/12 jam
- Comafusin Hepar 1 fls/hari
- Lactulac Syr 3x2
- Paracetamol 3x1
30
BAB V
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32