Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi lahan untuk bermacam-macam


alternatif penggunaan lahan yang telah dipertimbangkan. Lahan yaitu lingkungan fisik
yang tediri dari iklim, relief, air, vegetasi serta benda-benda yang diatasnya termasud
didalamnya hasil kegitan manusia masa lalu dan masa sekarang. Beberapa ahli evaluasi
lahan menyebutkan tentang pengertian evaluasi sumberdaya lahan, namun pada
intinya pengertiannya hampir sama. Para ahli tersebut antara lain :
Vink (1975), menyebutkan bahwa evaluasi lahan merupakan proses
membandingkan dan menginterpretasikan data tentang tanah, iklim,vegetasi dan
aspek lain dari lahan.Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah menetapkan alternatif-
alternatif penggunaanlahan tersebut dalam konteks sosial ekonomi tertentu.
Evaluasi lahan menurut FAO, 1976 yaitu proses penilaian penampilan lahan untuk
tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survay serta studi betuk lahan,
tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan
membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan.
Wiradisastra (1981), mengatakan bahwa evaluasi lahan diperlukan terutama
apabila telah diketahuinya kebutuhan akan perubahan misalnya dengan keinginan
menerapkan jenis penggunaan lahan baru pada suatu wilayah, atau memindahkan
penduduk ke daerah yang belum dibuka dan sebagainya.
Melakukan evaluasi dan monitoring terlahan penggunaan lahan sangat penting,
apalagi ketika lahan itu sedang direncanakan dan sedang dalam proses pengerjaan.
Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu; (1) secara langsung, dan (2)
secara tidak langsung. Evaluasi lahan secara langsung dapat dilakukan melalui
percobaan-percobaan dengan cara menanam tanaman, atau membangun jalan, untuk
melihat apa perubahan yang terjadi. evaluasi lahan secara langsung bersifat sangat
terbatas jika tidak disertai dengan pengumpulan data yang cukup. Oleh karena itu
sebagian besar evaluasi lahan dilakukan secara tidak langsung. Melalui evaluasi lahan
secara tidak langsung, diasumsikan bahwa tanah tertentu dengan sifat-sifat lain yang
terdapat pada suatu lokasi akan mempengaruhi keberhasilan jenis penggunaan lahan

1
tertentu. Keadaan ini dapat diprediksi, karena kualitas lahan dapat dideduksi dari hasil
pengamatan ciri lahan tersebut.
Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan
tanah atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah
serta fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu.Sejalan dengan
dibedakannya macam dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga
dibedakan menurut ketersediaan data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei
sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan tingkat dan skala pemetaannya.
Evaluasi lahan mempertimbangkan kemugkinan penggunaan dan faktor
pembatasan tersebut dan berusaha menerjemahakan informasi-informasi yang cukup
banyak dari lahan tersebut kedalam bntuk-bentuk yang dapat di gunakan para praktisi
seperti petani, para ilmuwan yang mempertanyakan kemungkinan untuk menanam
jenis tanaman tertentu, atau pertanyaan yang berhubungan dengan pekerjaan
keteknisan (Worosuprojdo.S. 1989).
Evaluasi lahan adalah suatu proses yang merupakan penghubung antara sistem
informasi dengan pengguna sistem informasi yang umumnya para perencana. Sebagai
hasil proses evaluasi lahan akan dihasilkan peta kemampuan/kesesuaian lahan yang
menunjukkan berbagai pilihan penggunaan yang dapat diterapkan pada daerah yang
sedang dievaluasi.
Dalam melaksanakan evaluasi lahan perlu terlebih dahulu memahami istilah-istilah
yang digunakan, baik yang menyangkut keadaan sumber daya lahan, maupun yang
berkaitan dengan kebutuhan atau persyaratan tumbuh suatu tanaman. Berikut
diuraikan secara ringkas mengenai: pengertian lahan, penggunaan lahan, karakteristik
lahan, kualitas lahan, dan persyaratan penggunaan lahan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui cara mendeskripsikan profil tanah.
2. Mengetahui sistem lahan pada lokasi praktikum yaitu tipe penggunaan lahan
dan kesesuaian lahan.

2
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pengamatan yang dilakukan, yaitu :
1. Mengajarkan kepada mahasiswa bagaimana mengamati sistem lahan yang
ada.
2. Sebagai masukan yang penting bagi mahasiswa ataupun dosen mengenai
kondisi lingkungan yang ada pada daerah pengamtan.

3
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Pengamatan dilakukan pada tanggal 06 Januari 2016 pada pukul 08.00 15.00
wit. Bertempat di desa Poka (Batu tagepe).

2.2 Penggunaan Metode


Metode yang digunakan dalam melakukan pengamatan ini, yaitu dengan
menggunakan metode survei dengan jarak observasi Transek.

2.3 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan selama pengamatan, yaitu :
Alat Bahan
Pisau - larutan H2O2
Meter - aquades
Alat tulis - larutan HCl
kamera HP - Air mineral
bor - Kertas lakmus
parang
abney level
GPS
Buku Munsell Colour Chart

2.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan selama pengamatan, yaitu :
Alat Bahan
Pisau - larutan H2O2
Meter - aquades
Alat tulis - larutan HCl
kamera HP - Air mineral
bor - Kertas lakmus

4
parang
abney level
GPS
Buku Munsell Colour Chart

2.4 Cara kerja


Pengamatan profil
Mengukur kedalaman profil untuk tiap horison dengan menggunakan meter
Pengamatan warna tanah untuk tiap horison dengan menggunakan buku
Munsell
Colour Chart
Pengamatan taktur tanah untuk tiap horison
Pengamatan struktur tanah untuk tiap horison
Pengamatan kandungan kapur untuk tiap horison dengan menggunakan
larutan HCl
Pengamatan pH tanah untuk tiap horison dengn menggunakan kertas lakmus
Pengamatan bahan organik untuk tiap horison dengan menggunakan larutan
H2O2
Pengamatan keadaan akar dan batas lapisan tiap horison

Pengeboran
Tanah dibor menggunakan bor sampai kedalam mencapai 1 mata bor (20cm)
Tanah yang terdapat pada mata bor diambil
Lakukan kegiatan 1-2 sebanyak 3 kali sampai kedalaman mencapai 60 cm
Pengamatan warna tanah untuk tiap horison dengan menggunakan buku
Munsell Colour Chart
Pengamatan taktur tanah untuk tiap horison
Pengamatan struktur tanah untuk tiap horison
Pengamatan kandungan kapur untuk tiap horison dengan menggunakan
larutan HCl
Pengamatan pH tanah untuk tiap horison dengn menggunakan kertas lakmus

5
Pengamatan bahan organik untuk tiap horison dengan menggunakan larutan
H2O2

Pengamatan sistim lahan ( Pada 2 sekmen lereng)


Mengamati tipe penggunaan lahan
Mengamati bagaimana kesesuaian lahan

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Pengamatan dilakukan dengan jarak observasi transek. Sehingga lokasi
pengamatan dapat dibagi berdasarkan 4 segmen lereng utama dan hasilnya sebagai
berikut :

3.1.1 Segmen lereng I

Pada segmen pertama berada pada posisi dataran tinggi dan juga termasuk

daerah perbukitan (plato pada daerah perbukitan). Pada areal ini disusun oleh

lereng, ketinggian, bahan induk yang disebut land form.

Posisi profil berada pada daerah tidak datar sempurna tetapi agak landai.

Berdasarkan eksposur posisi profil berada pada utara barat dan tenggara

dengan koordinat 03 38 15,6 LS sampai 128 11 19,1 BT.

Gambar 1. Penampang Profil

7
DATA :
No Profil : P1
Ketinggian dpl : 110 m dpl
Lereng : 0- 3 %
Relief : Datar agak datar
Posisi dalam unit geografi : Puncak
Bahaya Erosi : Erosi permukaan
Bahan Induk : Batu Lempung
Drainase : Baik
Kedalaman air tanah : > 100 cm
Kedalaman efektif : > 100 cm
Penggunaan Lahan : Kebun campuran
Penutup Lahan : semak-semak, kakao, rambutan, kelapa, mangga
Lokasi : Batu Tagepe

Tabel 1. Data Profil Tanah.


Lap. Kedalaman Uraian
Coklat sangat gelap kekelabuan (5YR 3/2), lempung liat
berdebu, ukuran sedang berbentuk granular dan tingkat
perkembangan cukup. Konsistensi lepas kandungan kapur
I 0 12/20 tidak ada, pH tanah 6 bahan organik sedikit, segmentasi
lemah. Keadaan akar Halus sangat banyak, Sedang sedikit.
Batas lapisan nyata berombak Tidak ada pengaruh biologi
dan batuan.
Merah kekuningan 5 YR 5/6, lempung berdebu, ukuran halus
berbentuk kubus bersudut tingkat perkembangan cukup.
II 20 -36 Konsistensi teguh, agak kapur , pH 5-6 bahan organik sedikit
segmentasi lemah. Keadaan akar Halus sedikit, Sedang sedikit.
Batas lapisan Berangsur berombak. Tidak ada pengaruh
biologi dan batuan.
Merah kekuningan 5 YR 5/8, lempung berdebu, ukuran
sedang berbentuk kubus bersudut tingkat perkembangan

8
III 36 63 cukup. Konsistensi teguh, agak kapur , pH 6 bahan organik
sedikit segmentasi kuat. Keadaan akar Halus sedikit, Sedang
sedikit. Batas lapisan Berangsur berombak. Tidak ada
pengaruh biologi dan batuan.
Merah kekuningan 5 YR 5/8, lempung berliat, ukuran sedang
berbentuk kubus bersudut tingkat perkembangan cukup.
IV Konsistensi teguh, agak kapur , pH 6 bahan organik sedikit
63-77 segmentasi kuat. Keadaan akar Halus sedikit, Sedang sedikit.
Batas lapisan Berangsur berombak. Tidak ada pengaruh
biologi dan batuan.
Merah kekuningan 2,5 YR 5/8, lempung berliat, ukuran
sedang berbentuk kubus bersudut tingkat perkembangan
cukup. Konsistensi teguh, ada kapur , pH 6 bahan organik
V 77 - >100 tidak ada segmentasi kuat. Keadaan akar Halus sedikit,
Sedang sedikit. Batas lapisan Berangsur berombak. Tidak ada
pengaruh biologi dan batuan.

3.1.2 Segmen lereng II


Pada lokasi ini penggunaan lahan perladangan ubi kayu merupakan
vegetasi dominan kemudian terdapat juga semak-semak dan kelapa.
Pengamatan tanah pada segmen lereng ini yaitu dengan boring yang
berada pada koordinat 03 38 18,2 LS sampai 128 11 24,4 BT

DATA :
No Profil : P2
Ketinggian dpl : 142 m dpl
Lereng : keatas 4 % , kebawah 18 %
Relief : agak datar
Bahaya Erosi : Erosi permukaan
Bahan Induk : Batu Lempung
Drainase : Baik

9
Penggunaan Lahan : Kebun campuran
Penutup Lahan : Alang-alang, sungga-sungga

Tabel 2. Data Boring


Lap. Kedalaman Uraian
coklat gelap kekuningan (10YR 3/4), lempung liat berdebu.
I 0 18 Konsistensi remah - gembur kandungan kapur tidak ada, pH
tanah 6 bahan organik sedikit, kelembaban kering.
Merah kekuningan (5YR 5/8) liat. Konsistensi teguh,
II 18 -37 kandungan kapur sedikit, pH tanah 6 bahan organik tidak ada,
kelembaban kering
Merah kekuningan (5YR 5/6), lempung liat berdebu..
III > 37 Konsistensi sangat teguh, kandungan kapur sedikit, pH tanah 6
bahan organik tidak ada, kelembaban lembab.

3.1.3 Segmen lereng III

Daerah pada lokasi ini merupakan sambungan dari plato yaitu pigmen.
Daerah ini juga merupakan peralihan patahan dari pulau ambon yang pernah
mengalami patahan tiga kali.

Penggunaan lahan pada lokasi ini yaitu areal pemukiman dengan memiliki
jenis penutup lahan seperti tanaman nangka yang merupakan tanaman
dominan pada daerah tersebut.

3.1.4 Segmen Lereng IV

Pada segmen lereng ini kemiringan lereng 40-50%. Vegetasi yang ada pada
lokasi ini yaitu pisang, ubi kayu dan kelapa. Untuk penutup tanah terdapat
mimosa invisa dan sunggah-sunggah.

10
3.2. PEMBAHASAN

3.2.1 Profil Tanah

Proses pembentukan tanah (genesa) dimulai dari pelapukan batuan induk


menjadi bahan induk tanah, diikuti pencampuran bahan organik dengan bahan
mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-
bahan tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah, dan berbagai proses lain
yang dapat menghasilkan horizon-horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan-
lapisan tanah yang terbentuk karena hasil proses pembentukan tanah. Proses
pembentukan horizon-horizon tanah tersebut akan menghasilkan tanah.
Penampang tegak dari tanah menunjukkan susunan horizon tanah yang disebut
profil tanah. Dalam pembeuatan profil tanah di lapangan, terdapat tiga syarat
yang harus diperhatikan yaitu : Vertikal, baru dan tidak terkena sinar matahari
secara langsung. Profil tanah yang sempurna berturut-turut dari atas ke bawah
memiliki horizon O, A, B, dan C.

Gambar 2. Profil Tanah


O1
Horizon Organik Horizon O
O2
A1 Top soil

A2
Horizon A
A3 Solum tanah
Horizon mineral
B1

Horizon sub soil


B2 B

B3

Regolith Horizon C

Parent rock/bedrock

11
3.2.2. Lahan

Lahan merupakan suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat


tertentu yang meliputi atmosfer, biosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi,
populasi tanaman dan hewan serta kegiatan manusia masa lalu dan sekarang,
sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tertentu mempunyai pengaruh
yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa
yang akan datang. (FAO dalam Sitorus, 2004).

Sistem evaluasi lahan yang berkembang selama ini, menggunakan berbagai


pendekatan, antara lain sistem perkalian parameter, penjumlahan, dan sistem
matching atau mencocokkan antara kualitas/karakteristik lahan (Land
Qualities/Land Characteritics) dengan persyaratan tumbuh tanaman (Land Use
Requirement). Beberapa sistem evaluasi lahan yang pernah digunakan dan
sedang dikembangkan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian, antara lain:

1. Klasifikasi kemampuan wilayah (Soepraptohardjo, 1970).


2. Sistem pendugaan kesesuaian lahan secara parametrik (Driessen, 1971).
3. Sistem evaluasi lahan pada Proyek Penelitian Pertanian Menunjang
Transmigrasi atau P3MT (Staf PPT, 1983).
4. Sistem evaluasi lahan pada Reconnaissance Land Resources Surveys (scale
1:250.000) Atlas Format Procedures (CSR/FAO, 1983).
5. Land Evaluation Computer System atau LECS (Wood and Dent, 1983).
6. Automated Land Evalution System atau ALES (Rossiter and van Wambeke,
1997).

Sistem atau metode evaluasi lahan yang digunakan tanpa


mempertimbangkan tingkat dan skala peta dalam hubungannya dengan
ketersediaan dan kehandalan (accuracy) data dapat mengakibatkan kerancuan
dalam interpretasi dan evaluasi lahan. Sebagai contoh, sistem Atlas Format
(CSR/FAO, 1983) yang pada awalnya ditujukan untuk keperluan evaluasi lahan
pada tingkat tinjau (reconnaissance) skala 1:250.000, sering juga digunakan
untuk evaluasi lahan pada skala yang lebih besar (semi detil dan detil).
Akibatnya informasi dan data yang begitu lengkap dari hasil pemetaan semi detil

12
dan detil, tidak terlihat peranannya dalam hasil evaluasi lahan, sehingga hasil
evaluasi masih sulit digunakan untuk keperluan alih teknologi dalam
perencanaan pertanian, khususnya pada skala mikro.

3.2.3. Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan adalah pemanfaatan sebidang lahan untuk tujuan
tertentu. Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas
penggunaan lahan semusim, tahunan dan permanen. Penggunaan lahan semusim
diarahkan untuk tanaman musiman. Pola tanam yang diterapkan dapat berupa
rotasi atau tumpang sari, dan panen dapat dilakukan setiap musim dengan
periode kurang dari setahun. Penggunaan lahan tahunan merupakan penggunaan
lahan jangka panjang yang pergiliran tanamannya dilakukan setelah tanaman
pertama secara ekonomi tidak menguntungkan lagi, seperti pada perkebunan.
Sedangkan penggunaan lahan permanen merupakan penggunaan lahan yang
tidak diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan,
desa dan lain-lain.
Dalam evaluasi lahan, penggunaan lahan dapat dipandang sebagai tipe
penggunaan lahan, yaitu penggunaan lahan yang lebih spesifik (FAO, 1976)
karena dikaitkan dengan pengelolaan, masukan (input) dan keluaran yang
diharapkan (output). Tipe penggunaan lahan bukan merupakan tingkat kategori
dari klasifikasi penggunaan lahan, akan tetapi merupakan penggunaan lahan
tertentu yang tingkatannya di bawah kategori penggunaan lahan secara umum
karena berkaitan dengan aspek masukan, teknologi dan keluarannya.

3.2.4. Karakteristik Lahan


Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.
Daribeberapa pustaka disebutkan bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk
keperluan evaluasi lahan bervariasi. Karakteristik lahan yang digunakan dalam
menilai lahan adalah temperatur rata-rata tahunan, curah hujan (tahunan atau
pada masa pertumbuhan), kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar,
kedalaman efektif, kematangan dan ketebalan gambut, KTK, KB, pH, C organik,
total N, P2O5, K2O, salinitas, alkalinitas, kedalaman sulfidik, lereng, batuan di

13
permukaan, singkapan batuan, bahaya longsor, bahaya erosi serta tinggi dan lama
genangan.
Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan
pemetaan sumberdaya lahan mempunyai karakteristik-karakteristik yang dapat
dirinci dan diuraikan sebagai karakteristik lahan, baik berupa karakteristik tanah
maupun fisik lingkungannya. Data tersebut digunakan untuk keperluan
interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu, serta keperluan lainnya
seperti penilaian tingkat bahaya erosi, dsb.
Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi dapat bersifat tunggal
maupun bersifat lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lain.
Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau membandingkan
lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh
kualitas lahan ketersediaan air ditentukan oleh bulan kering dan curah
hujan/tahun, tetapi air yang tersedia untuk tanaman juga tergantung pada
kualitas lahan lain, seperti media perakaran (tekstur dan kedalaman efektif).

3.2.5. Kualitas Lahan


Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat
kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan
(performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan
tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas
lahan ada yang dapat diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi
pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan (FAO, 1976).

3.2.6. Persyaratan Penggunaan Lahan


Semua komoditas pertanian memerlukan persyaratan penggunaan lahan
untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Untuk memudahkan
dalam pelaksanaan evaluasi, persyaratan penggunaan lahan perlu dikaitkan
dengan kualitas dan karakteristik lahan. Persyaratan penggunaan lahan untuk
masing-masing komoditas pertanian umumnya berbeda, namun beberapa ada
yang sama.

14
Persyaratan penggunaan lahan yang dibutuhkan oleh masing-masing
komoditas pertanian memiliki batas kisaran minimum, optimum dan maksimum
pada setiap karakteristik lahan. Kisaran tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1 -
6. Kualitas lahan yang optimum bagi pertumbuhan tanaman atau penggunaan
lahan merupakan batasan bagi kelas kesesuaian lahan paling sesuai (S1).
Sedangkan kualitas lahan di bawah optimum merupakan batasan bagi kelas
kesesuaian lahan cukup sesuai (S2), dan/atau sesuai marginal (S3). Di luar
batasan tersebut merupakan lahan-lahan yang secara fisik tergolong tidak sesuai
(N).

15
BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkn bahwa :

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi lahan untuk bermacam-macam


alternatif penggunaan. Evaluasi kesesuaian lahan sangat fleksibel, tergantung pada
keperluan kondisi wilayah yang hendak dievaluasi. Usaha-usaha perbaikan yang
dilakukan terhadap lahan akan memberikan gambaran tentang penggunaan lahan
secara optimal guna meningkatkan produktivitas lahan khususnya evaluasi lahan
terhadap pembudidayaan tanaman

Data profil tanah pada segmen lereng I (di batu tagepe) yang memiliki warna
coklat sangat gelap kekelabuan sampai merah kekuningan, memiliki tekstur dari
lempung liat berdebu sampai lempung berliat, memiliki konsistensi dari lepas sampai
teguh, menunjukan bahwa tanah pada segmen lereng I merupakan jenis tanah litosol.

Data profil tanah pada segmen lereng II (di batu tagepe) yang memiliki warna
coklat gelap kekuningan sampai merah kekuningan, memiliki tekstur dari lempung
liat berdebu sampai liat , memiliki konsistensi dari remah gembur sampai teguh,
menunjukan bahwa tanah pada segmen lereng II merupakan jenis tanah litosol.

4.2 SARAN
Untuk dapat menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam penggunaannya
dan untuk mengelompokan tanah-tanah tersebut perlu melakukan evaluasi lahan,
agar dalam pengolahan tidak mengalami banyak hamabatan. Dalam penulisan
Laporan ini masih banyak kekurangan, karena kurangnya ilmu pengetahuan yang
kami miliki, untuk itu demi kesempurnaan laporan ini kami mengharapkan kritik dan
saran agar pembuatan laporan kedepan bisa lebih baik. Dan semoga laporan ini bisa
membantu para pengunjung yang akan membuat laporan tentang evaluasi lahan. Atas
partisipasinya kami mengucapkan terimah kasih.

16

Anda mungkin juga menyukai