Anda di halaman 1dari 10

Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap Iklim Tropis

RESPON RUMAH TRADISIONAL KUDUS


TERHADAP IKLIM TROPIS

Agung Budi Sardjono


Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131

Abstrak
Iklim merupakan salah satu aspek penting dalam rancangan arsitektur, termasuk di dalamnya rumah
tinggal. Iklim akan berpengaruh langsung pada kenyamanan bertempat tinggal bagi penghuninya. Anasir iklim
yang akan berpengaruh adalah panas akibat paparan sinar matahari, kelembaban udara, pergerakan udara
serta hujan. Dengan demikian rancangan bangunan pada daerah tropis lembab akan mengacu pada upaya :
bagaimana mengurangi panas dalam ruangan, mengatur penerangan ruangan, mengatur fentilasi agar
pergerakan udara optimal tercapai serta mengatur aliran air hujan.
Rumah tardisional Kudus merupakan rumah adat khas masyarakat Kudus. Bentuk dan tata ruang
rumah Kudus khas dan agak berbeda dengan rumah Jawa. Arah hadap rumah ke selatan, bermasa banyak
dengan halaman tengah. Atap bangunan berbentuk joglo, limas dan kampung. Tapak dilingkupi pagar
pembatas yang tinggi. Konstruksi bangunan terutama adalah kayu dan kaya dengan ornamen.
Sebagai rumah adat, bentuk dan tata ruang rumah Kudus dipengaruhi oleh budaya masyarakat
setempat. Pengetahuan arsitektur masyarakat ini telah teruji dan mentradisi dari generasi ke generasi.
Bagaimana arsitektur rumah Kudus menjawab tantangan iklim, melindungi serta mewadahi kegiatan
penghuninya merupakan kebijakan lokal (local wisdom) yang penting untuk dikaji dan mungkin dapat
diterapkan pada permasalahan rancangan arsitektur tropis saat ini.
Kata kunci: respon, rumah tradisional Kudus, iklim tropis

Abstract
Climate is one important aspect in the design of architecture, includingresidential houses . Climate will
impact directly on the convenience of living for the residents. Elements that will affect climate is hot due to
exposure to sunlight, air humidity, air movement and rainfall. Thus the design of buildings in the humid tropics
will refer to the effort: how to reduce heat in the room, adjust the room lighting, set fentilasi to achieve
optimum air movement and regulate the flow of rain water.
Houses of the Holy tardisional is a typical traditional house of the Holy society. Shape and spatial
arrangement of the Holy house typical and somewhat different from the Javanese house. Direction toward the
house to the south, many mass with central courtyard. Joglo shaped roof, pyramid and villages. Tread
surrounded by a high fence. Building construction was primarily wood and rich with ornament.
As a custom house, the shape and spatial Holy house influenced by local culture. Architectural
knowledge society has been tested and mentradisi from generation to generation. How does the Holy house
architecture challenges of climate, protect and facilitate the activities of its inhabitants is a local policy (local
wisdom) that it is important to review and may be applied to the problems of tropical architectural design
today.
Key words: response, the traditional home of the Holy, tropical climate

Pendahuluan harus dapat membuat penghuninya merasa


Rumah dalam kehidupan manusia nyaman dalam bertempat tinggal.
merupakan tempat tinggal dalam suatu Kenyamanan tinggal menjadi faktor yang
lingkungan yang mempunyai sarana dan penting untuk diperhatikan.
prasarana yang diperlukan oleh Salah satu faktor penting yang
masyarakatnya. Rumah juga berfungsi sebagai menunjang kenyamanan tinggal adalah faktor
sarana pengaman, pemberi ketentraman fisik, diantaranya adalah iklim setempat
hidup dan bahkan pusat kehidupan berbudaya dimana bangunan tersebut tinggal.
(Yudhohusodo, 1991). Oleh karena itu rumah Penanggulangan iklim agar rumah nyaman
7
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011

untuk ditinggali mungkin sudah menjadi Kondisi iklim ini akan mempengaruhi
bahan pemikiran sejak manusia mempunyai rasa nyaman penghuni dalam bertempat
budaya bertempat tinggal. tinggal. Dalam kaitannya dengan iklim ini
Pada masyarakat tradisional dimana kenyamanan untuk bertempat tinggal sering
pengetahuan dan ketrampilan membangun disebut dengan kenyamanan termal, yakni
diturunkan secara tradisi dari generasi-ke kenyamanan yang tercapai bila pada kondisi
genasi, pengetahuan penanggulangan udara tertentu, kecepatan angin tertentu
terhadap iklim tidak secara khusus dapat menghasilkan proses evaporasi tubuh yang
diterangkan secara ilmiah dan lebih seimbang (Juhana, 2001). Elemen-elemen
merupakan kebijaksanaan lokal (local iklim tropis yang mempengaruhi kenyamanan
wisdom). Rapoport (1969) membedakan termal adalah:
faktor-faktor pembentuk lingkungan dalarn - radiasi.
dua golongan, yakni : faktor primer yang - temperatur udara
merupakan faktor sosial budaya serta faktor - kelembaban udara
peubah (modifieng factor) yang meliputi iklim, - curah hujan
konstruksi, material bangunan dan teknologi. - serta pergerakan udara.
Kajian bagaimana bentuk dan ruang dalam Dalam hal radiasi matahari semakin
arsitektur tradisional suatu masyarakat jauh letak daerah dari ekuator intensitas
dihubungkan dengan iklim setempat akan radiasi semakin rendah, intensitas sinar
dapat menyibak pengetahuan-pengetahuan matahari dipengaruhi energi radiasi, sudut
tak terkatakan dari masyarakat tersebut jatuh dan penyebaran radiasinya. Dengan
dalam menanggulangi iklim agar mereka demikian intensitas radiasi sinar matahari ini
dapat bertempat tinggal dan berkekiatan di dipengaruhi oleh:
dalam rumahnya dengan nyaman. - Posisi tempat atau lokasi terhadap
garis edar matahari
Iklim Tropis Lembab dan Pengaruhnya pada - Arah hadap bangunan
Bangunan - Bentuk bangunan.
Radiasi panas akan langsung atau
Iklim tropis adalah iklim yang terjadi tidak langsung berpengaruh pada temperatur
atau berlaku pada daerah tropis, yakni daerah udara, baik di dalam maupun di luar ruangan.
diantara isotherm 20o dibelahan bumi utara Naiknya temperatur udara dalam ruangan
dan selatan. Terdapat dua macam iklim tropis karena sinar matahari ini terjadi dengan tiga
yakni tropis kering dan tropis lembab. cara, yakni: paparan (radiasi), Aliran (konfeksi)
Menurut Lippsmeier (1994) Indonesia serta rambatan (konduksi). Suhu yang nyaman
termasuk dalam daerah hutan hujan tropis untuk daerah tropis di katulistiwa adalah 19o
atau tropika basah yang meliputi daerah sampai dengan 26oC.
sekitar katulistiwa sampai sekitar 15o utara Kelembaban yang cocok berkisar
dan selatan. Karakter iklim tropis lembab antara 40% sampai 70%. Pada kelembaban
ditandai dengan presipitasi (hujan) dan yang tinggi, dinding akan cenderung basah
kelembaban tinggi dengan temperatur yang serta mengurangi isolasi kalor. Kelembaban
hampir selalu tinggi (suhu tahunan berkisar yang tidak dihalau pergi oleh angin dapat
antara 23oC pada musim hujan sampai dengan menjadi penyebab ketidak nyamanan dalam
38oC pada musim panas), angin sedikit, radiasi ruangan. Kelembaban juga dapat
matahari sedang sampai kuat, pertukaran menyebabkan kerusakan bahan bangunan,
panas kecil karena tingginya kelembaban. kayu membusuk, logam berkarat serta muai
Curah hujan tinggi. Terdapat dua musim susut yang berlebihan.
dalam tiap tahunnya, yakni musim kemarau Pergerakan udara terjadi apabila ada
yang berlangsung antara bulan maret sampai perbedaan suhu, angin mengalir dari daerah
Agustus dan musim penghujan yang bersuhu rendah ke daerah bersuhu tinggi.
berlangsung antara bulan September sampai Pada daerah tropis lembab angin diperlukan
Pebruari (Szokolay, 1981). untuk mengurangi suhu dan kelembaban.
Pergerakan udara yang diinginkan adalah

8
Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap Iklim Tropis

angin sepoi-sepoi, yakni pada kecepatan secukupnya pada arah ini. Bangunan tipis
sampai 1m/detik. Pergerakan angin dalam untuk menjamin sirkulasi udara silang, lobang
skala permukiman ditentukan oleh kepadatan ventilasi terletak berhadapan. Lebar bukaan
serta pola kelompok bangunan. Dalam skala sekitar 20% luasan dinding. Bukaan-bukaan
rumah ditentukan oleh bentuk masa, lebar dinding untuk ventilasi dan penerangan.
dan letak fentilasi, tata ruang, serta fegetasi di
sekitar bangunan (Lippsmeier, 1994).
Dalam konteks respon terhadap iklim
tropis, bangunan dianggap baik apabila dapat
merubah kondisi iklim luar yang relatif tidak
nyaman menjadi kondisi yang nyaman bagi
manusia yang tinggal di dalam bangunan
tersebut. Dengan demikian arsitektur tropis
akan mengacu pada kualitas fisik ruang
dalamnya, yakni: suhu ruang yang rendah,
kelembaban relatif tidak terlalu tinggi,
pencahayaan alam cukup, pergerakan udara
memadai, terhindar dari hujan dan terik
matahari. (Juhana, 2001).
Namun anggapan tersebut kiranya Gbr. 1 Tata Ruang
perlu dikaji lebih jauh, kaitannya dengan
masyarakat tradisional di jawa serta umumnya Atap mempunyai kemiringan yang mencukupi
di nusantara. Pada masyarakat tradisional untuk mengurangi intensitas radiasi matahari
pemisahan ruang dalam dalam dan ruang luar serta pengaliran air hujan. Material atap
sering kali tidak dilakukan dengan tegas. dipilih yang memungkinkan aliran udara
Bahkan sering kali di jumpai bahwa rumah panas, isolasi panas serta meredam bunyi
sebagai tempat tinggal bagi masyarakat ketika hujan. Overstek atau pelindung penting
tradisional meliputi ruang-ruang terbuka untuk pembayangan, air hujan dan penahan
(ruang luar), ruang-ruang tertutup (ruang silau. Penaggulangan aliran panas akibat
dalam) serta ruang-ruang antara (ruang konfeksi dilakukan dengan atap ganda dengan
beratap namun tidak berdinding atau atap bawah berfungsi sebagai isolator.
berdinding sebagian). Penggunaan material serta warna yang dapat
Penilaian terhadap baik buruknya memantulkan sinar.
sebuah karya arsitektur tropis diukur secara Pematah sinar matahari dapat
kuantitatif menurut kriteria-kriteria tertentu, menciptakan bayangan pada fasade
meliputi: suhu ruang, kelembaban, intensitas bangunan. Terciptanya bayangan berarti
cahaya, aliran udara, adakah air hujan masuk berkurannya jumlah radiasi sinar matahari
bangunan, serta adakah terik matahari yang diterima fasade bangunan, dengan
mengganggu penghuni dalam bangunan. demikian akan berkurang jumlah panas yang
Dalam bangunan yang dirancang menurut diterima yang akan menyebabkan
kriteria semacam ini, penghuni bangunan temperaturnya menjadi lebih rendah (Zulfikri,
diharapkan dapat merasakan kondisi yang 2008). Pada figurasi kelompok bangunan,
lebih nyaman dibanding ketika mereka berada bangunan terbuka dengan jarak antar
di alam luar. (Karyono, 2000). Bagi manusia bangunan mencukupi untuk menjamin
secara fisik, kenyamanan tercapai apabila sirkulasi udara serta mempunyai lorong-
kondisi udara tertentu, kecepatan angin lorong yang menerus untuk mengalirkan
tertentu menghasilkan proses evaporasi tubuh angin. Gerakan udara menimbulkan pelepasan
yang seimbang. panas dari permukaan kulit oleh penguapan.
Beberapa kriteria rancangan Semakin cepat semakin banyak panas yang
bangunan tropis: Bentuk dan Denah bangunan hilang.
sebaiknya segi panjang dimana sisi panjang
menghadap utara selatan dengan bukaan

9
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011

Arsitektur Tradisional Kudus beratap Kampung atau Panggang pe


sedangkan sisir beratap Kampung. Regol
Rumah tradisional Kudus masih beratap kampung atau limasan. Beberapa
banyak terdapat di daerah Kudus Kulon yang fariasi bentuk atap dijumpai pada bangunan.
merupakan awal perkembangan Kota Kudus. Dalem pada umumnya beratap pencu, namun
Pola permukiman secara umum berderet juga ada yang beratap limasan, kampung atau
memanjang dengan orientasi ke selatan. kampung dorogepak. Dijumpai pula atap
Intensitas bangunan tinggi sehingga jarak pawon yang menyatu dengan dalem
antar bangunan rapat. Jalan-jalan lingkungan membentuk atap yang memanjang berbentuk
sempit membentuk lorong yang menyusur limasan atau kampung.
diantara bangunan, bahkan melintas tapak. Bagian badan bangunan berupa
Dalam komposisi bangunan pada dinding kayu. Hanya sebagian kecil saja yang
tapak, rumah tradisional kudus bukan berupa dinding batu, terutama yang
merupakan bangunan tunggal tetapi kesatuan berhubungan dengan pagar pekarangan.
dari beberapa bangunan. Pola tata bangunan Perlobangan pada dinding ditandai dengan
terdiri dari bangunan utama atau dalem, adanya 3 pintu pada jogosatru serta satu pintu
jogosatru di depan serta pawon di samping. pada pawon. Pintu utama jogosatru terletak di
Halaman terletak ditengah tapak, diseberang tengah, berupa pintu inep berdaun dua. Pintu
halaman terdapat kamar mandi, serta sisir. utama ini diapit dua pintu sorong rangkap,
Regol terletak di samping halaman. Dalem pintu dalam berupa gebyog yang bisa digeser,
selalu menghadap ke Selatan, demikian juga pintu luar berupa pintu sorong kerawangan
dengan pawon. Pencapaian ke tapak yang setengah dinding. Pintu pawon rangkap dua
ditunjukkan dengan adanya regol ditentukan sebagaimana pintu pengapit pada jogosatru.
letak jalan atau lorong. Jendela jarang terdapat pada bagian depan.
Halaman merupakan unsur yang Kalau ada berupa sepasang jendela kecil
penting dan selalu ada, halaman mengikat berjeruji pada dinding gebyog.
ruang-ruang di sekitarnya menjadi satu Kaki bangunan berupa pondasi atau
kesatuan rumah. Memisahkan bangunan bebatur yang berudak-undak. Peil lantai
utama yang prifat dengan sumur dan sisir bangunan terletak cukup tinggi dari tanah,
yang merupakan daerah serfis. Menjadi makin ke dalam makin tinggi. Pada emper
perantara daerah luar dan daerah dalam. terdapat anak tangga untuk mencapai lantai
jogosatru.

Gbr.2 Tata Masa Rumah Tradisional Kudus

Bentuk bangunan tradisional kudus


terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki.
Bagian kepala bangunan pada masing-masing
unit bangunan berbeda . Dalem beratap Joglo
tinggi atau biasa disebut dengan Pencu,
Jogosatru beratap Panggang pe. Pawon
beratap Kampung dengan sosoran di bagian Gbr.3 Struktur Bangunan
depan atau disebut dengan atap Kampung Struktur rumah tradisional kudus
Gajah Ngombe. Sosoran ini menggabungkan merupakan struktur rangka kayu. Dibuat
dalem, pawon dan jogosatru. Kamar mandi sedemikian rupa sehingga setiap bagiannya

10
Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap Iklim Tropis

dapat dibongkar pasang. Secara umum Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap
struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 Iklim
bagian yakni rangka atap (empyak), kolom
(cagak) dan pondasi (bebatur). Pada bagian ini akan dikaji bagaiman rumah
Batur atau pondasi mertupakan tradisional kudus merespon iklim dimana
pondasi menerus dari bahan batu kali, pondasi bangunan berdiri. Empat aspek iklim tropis
ini membentuk peil lantai yang tinggi dan lembab, yakni Sinar Matahari, Pergerakan
berundak-undak mulai dari jogosatru sampai Udara, Kelembaban serta Hujan akan menjadi
ke dalem. Pondasi digunakan sebagai alas sub bahasan yang dihubungkan dengan pola
perletakan balok kerangka rumah. Pondasi kelompok rumah, orientasi, tata ruang serta
umpak dari batu bata dipakai sebagai alas penggunaan bahan.
pada soko guru. Lantai pada jogosatru
menggunakan ubin atau batu bata sehingga 1. Respon Terhadap Radiasi Matahari
pondasi lebih dahulu diurug tanah. Pada
bagian dalem digunakan lantai papan kayu Rumah-rumah tradisional Kudus
(gladagan) dengan kerangka balok kayu. mempunyai orientasi atau arah hadap baku
Dinding dibedakan menjadi dua, yakni yakni ke Selatan. Arah hadap ini menimbulkan
dinding pengisi yang menutup dan membatasi pola yang khas baik pada kelompok rumah
ruang dan rangka dinding yang menyangga maupun rumah itu sendiri. Dilihat dari peta
beban dari atap. Penyangga atap utama sebenarnya arah hadap ke Selatan ini tidaklah
adalah soko guru, yakni empat tiang utama tepat benar, tetapi agak bergeser ke Barat
yang menyangga brunjung, bagian atap paling kira-kira 10o. Pada kelompok rumah terdapat
tinggi. pola rumah berderet dengan sumbu Barat
Gebyog atau dinding pengisi dari kayu Timur dimana bagian depannya adalah
merupakan konstruksi yang tidak memikul deretan halaman bangunan yang menyatu
membentuk lorong.

Gbr.5. pola tatanan masa rumah kudus


Gbr.4 Potongan
Dilihat dari tata lingkungan, pola massa
bangunan yang rapat dengan jalan-jalan
beban. Ada dua macam dinding kayu pada lingkungan yang sempit menyusur diantara
rumah tradisional kudus. Yang pertama adalah pagar halaman yang tinggi memberikan
dinding kayu yang disusun dari elemen panil- banyak keuntungan terhadap panas.
panil kayu. Pada beberapa rumah panil ini Bayangan pada lorong-lorong berarah utara
penuh dengan ukiran. Dinding ini terdapat selatan akan menaungi lorong hampir
pada dinding sebelah tengah serta depan dan sepanjang hari. Hanya sekitar satu jam di
samping bangunan. Dinding pengisi yang tengah hari matahari tegak lurus diatas kepala
kedua merupakan lembaran tipis yang dan menyinari lorong. Pada lorong berarah
dipasangkan secara melengkung dengan barat-timur, pembayangan akan berkantung
dijepit di bagian atas dan bawah, terdapat pada posisi matahari. Hanya ketika matahari
pada sisi samping dan belakang (Sardjono, berada tepat di katulistiwa, lorong-lorong ini
1996). akan tersinari matahari sepanjang hari.

11
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011

Selebihnya akan terbentuk bayangan dari sisi cukup banyak cahaya matahari serta
kiri lorong maupun pada sisi kanan lorong. pergerakan udara yang leluasa. Cahaya serta
udara segar masih dapat dirasakan pada
Pada pola masa bangunan dalam tapak, arah pawon sekalipun tidak sebanyak di jogosatru.
hadap ke selatan ini sangat menguntungkan Jogan lebet yang hanya mempunyai dua pintu
dalam hal menanggulangi radiasi sinar tanpa dinding kondisinya lebih gelap dan
matahari, bahkan arah hadap ke selatan ini pengap dan paling gelap ada pada sentong.
lebih baik dari pada ke Utara. Pada arah hadap Namun rupanya kegiatan yang ada pada
ke Selatan ini posisi datangnya sinar matahari ruang-ruang tersebut sudah disesuaikan
tidak pernah frontal dari depan (fasade) dengan kondisi ruangan. Aktifitas harian
bangunan dimana bukaan paling banyak masyarakat Kudus berkisar pada halaman
terdapat, melainkan dari samping bangunan tengah. Jogosatru yang paling terang
yang lebih banyak tertutup. Pada saat musim digunakan untuk menerima tamu. Aktifitas
kemarau (antara bulan April sampai Oktober) dalam rumah terbesar ada pada pawon yang
garis edar matahari ada Gbr.di6 Orientasi
sisi Utara tidak terlalu terbuka, sementara Dalem hanya
katulistiwa sehingga terbentuk
Bangunan danyang
bayangan digunakan untuk tidur. Pada saat ini kegiatan
menaungi fasade bangunan Pembayangan
sepanjang hari. aktif siang hari juga dilakukan di daerah
Dalem. Untuk memberikan pencahayaan yang
mencukupi pada ruang ini dilakukan dengan
mengganti beberapa genting dengan genting
kaca serta membuka jendela pada dinding
belakang

Bentuk atap dengan sudut yang tinggi juga


memberikan keuntungan dalam
penanggulangan radiasi sinar matahari karena
sudut jatuh sinar menjadi kecil sehingga
intensitas radiasi berkurang. Letak brunjung
Gbr. 6 Tatanan Unit Hunian yang tinggi juga mengurangi panas yang
Pada saat musim panas temperatur udara diakibatkan rambatan panas sinar matahari
pada sisi ini akan banyak tereduksi. Sebaliknya pada atap genting serta aliran udara panas di
pada musim hujan yang basah dan lembab bawah atap.
sinar matahari menerangi muka bangunan.
Panas yang ditimbulkan akan membantu
mengeringkan sisi depan yang basah dan
lembab akibat hujan. Pada bangunan-
bangunan tambahan yang menghadap ke
utara, kondisi tersebut akan berlaku
sebaliknya. Namun kondisi ini tidak sangat
mengganggu karena pada awalnya bukan
merupakan bangunan utama yang digunakan
untuk bertempat tinggal.

Susunan ruang rumah Kudus terutama pada Gbr. 7. Respon angin


bangunan utama berlapis lapis, dari jogosatru Hal yang sama juga terjadi pada atap
ke jogan lebet sampai ke sentong di bagian Kampung pada Pawon. Pada daerah Jogosatru
paling dalam. Tanpa adanya bukaan dinding posisi atap agak rendah dan landai yang
yang memadai ruang-ruang akan semakin kurang menguntungkan dalam menangkal
gelap ke arah dalam. Kondisi ini umum panas matahari, namun kondisi ini dikurangi
dijumpai pada rumah kudus. Jogosatru yang dengan banyaknya bukaan.
terletak paling luar dengan banyak bukaan
kondisinya paling terang karena mendapatkan

12
Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap Iklim Tropis

2. Respon Terhadap Pergerakan Udara bukan tanpa resiko, ketika peralihan musim
tiba dan angina berhembus cukup kuat, atap
Pola bangunan yang berderet membentuk pencu yang tinggi akan menerima gaya
lorong pada kelompok bangunan memberikan horizontal akibat tekanan angina cukup besar.
keuntungan dari segi pergerakan udara, Kerusakan sering terjadi berupa melorotnya
karena aliran udara mendapat saluran susunan genting atau tampias.
sehingga dapat mengalir lebih cepat dintara
dalem dan sisir. Namun arah aliran ini
menyamping terhadap dalem sehingga tidak 3. Respon Terhadap Hujan
dapat menikmasi aliran secara maksimal.
Penggunaan atap joglo pencu pada dalem,
kampung pada pawon yang dirangkai dengan
atap sosoran pada Bagian depan memberi
keuntungan dalam hal pengaliran air hujan.
Sudut yang tinggi pada bagian atas (brunjung)
yang kemudian melandai pada bagian
bawahnya (pananggap) serta makin landai
pada sosoran membuat aliran air lancar dan
tidak terlalu deras ketika jatuh dari teritisan.
Sambungan atap joglo dan kampung berupa
talang gantung merupakan sambungan atap
yang rumit serta rawan kebocoran. Talang ini
Gbr.8. Pola deretan dan angin terbuat dari papan yang dilapisi seng. Lembab
Untuk itu perlu adanya pengarah angin agar karena hujan dapat membusukkan kayu dan
dapat lebih banyak masuk ke dalam rumah. mengkaratkan lapisan seng. Teritisan
Pada rumah tunggal dengan dinding tinggi sepanjang tepi bangunan memberikan
kemungkinan aliran angin menjadi kecil, naungan yang mencukupi pada saat panas
namun adanya halaman di tengah dapat serta melindungi dinding kayu pada saat
menjadi potensi pengaliran angin ke dalam hujan. Pada awalnya teritisan tanpa talang
bangunan dengan mengatur vegetasi. sehingga air hujan langsung jatuh ke tanah. Di
bagian depan walaupun tidak sampai
Pada tata ruang rumah Kudus, aliran udara mengenai dinding kayu, namun membuat
paling banyak terjadi pada daerah Jogosatru, anak tangga basah terkena percikan air hujan.
karena berhubungan langsung dengan Pada perkembangannya banyak yang
halaman serta banyaknya bukaan. Pawon kemudian memasang talang gantung
dengan pintu depan kurang memberikan sepanjang teritisan bangunan. Arah hadap ke
kesempatan udara mengalir. Pada saat ini selatan, naungan karena adanya teritisan atap
beberapa jendela ditambahkan pada sisi serta besarnya lobang dinding membuat
samping sehingga udara dapat leluasa bagian depan bangunan merupakan daerah
mengalir, demikian juga dengan sinar favorit untuk berkumpul.
matahari. Dalem yang terletak di tengah
paling buruk dalam hal ventilasi udaranya.
Pada saat ini upaya memberikan aliran udara
pada ruangan ini dilakukan dengan
meletakkan jendela pada dinding belakang.

Penutup atap menggunakan genting tembikar.


Sambungan genting masih memberikan ruang
untuk udara mengalir masuk ke dalam
bangunan dan ke luar pada sisi yang lain,
menggantikan udara panas di bawah atap
akibat konfeksi. Namun sudut atap yang tinggi Gbr. 9. Respon terhadap Hujan

13
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011

berumur lebih dari 200 tahun. Iklim tropis


Hal ini cukup menguntungkan menghindari lembab menyebabkan kayu mengalami muai
genangan air hujan serta percikan air dari susut yang berlebihan, sehingga bahan
cucuran atap. Pada dalem peil naik lagi dan menjadi lapuk, baik karena iklim maupun
lantai sampai 80 cm dari jogosatru. Konstruksi jamur dan serangga. Pemeliharaan kayu
lantai panggung dengan material dari kayu. biasanya dilakukan secara rutin untuk
Ruang di bawah geladak berfungsi sebagai menghilangkan jamur, menutup pori serta
isolator yang menghambat kelembaban dari mencerahkan tampilan tekstur kayu.
tanah naik ke lantai. Permukaan kayu yang penuh ukir menyulitkan
pembersihan secara rutin.
4. Respon Terhadap Kelembaban Udara
4. Peran Halaman Tengah
Secara umum pengaliran udara dalam
ruangan selain akan mengurangi suhu udara Halaman tengah pada rumah tradisional
juga akan mengurangi kelembaban, sehingga Kudus mempunyai peran penting, baik pada
peran bukaan menjadi penting. Daerah Dalem aktifitas penghuni maupun pada perannya
yang terletak di tengah paling sedikit dalam menanggulangi iklim. Halaman tengah
pergantian udara untuk fentilasinya, letak ini pada rumah kudus menjadi wadah
menjadi kurang menguntungkan. Hal yang berlangsungnya kegiatan sehari-hari di rumah.
menguntungkan adalah letak Dalem yang Kegiatan-kegiatan keluarga di rumah tidak
diangkat cukup tinggi dari tanah serta adanya selalu dilakukan di dalam ruang, bahkan lebih
ruang bawah akan banyak mengurangi banyak dilakukan di ruang terbuka atau semi
lembab dari tanah. Pada rumah tradisional terbuka, sementara ruang tertutup hanya
Kudus perletakan kamar mandi yang terlepas digunakan untuk kegiatan prifat serta untuk
dari bangunan utama memberikan tidur. Pada rumah-rumah tunggal kegiatan di
keuntungan. Lembab dari kamar mandi tidak halaman merupakan kegiatan intern keluarga
mengganggu bangunan utama. Kamar mandi yang sifatnya semi prifat maupun prifat, sifat
yang berhubungan langsung dengan halaman prifat ini mencair menjadi semi public pada
akan menghilangkan lembab serta bau dari rumah-rumah deret.
kamar mandi.
Dalam kaitannya denga iklim, halaman
menjadi awal masuknya cahaya matahari
serta pergerakan udara. Pada pola bangunan
deret halaman menjadi lorong yang dapat
membuat aliran angin menjadi lebih kencang,
sementara pada rumah-rumah tunggal,
sekalipun tidak sekencang pada rumah deret
angin dari halaman dapat diharapkan
mendorong pergerakan udara di dalam
rumah. Halaman yang ternaungi pepohonan
membuat suasana di luar ruangan menjadi
Gbr.10 respon kelembaban nyaman. Terik sinar matahari diredam oleh
lebatnya dedaunan dari pohon-pohon. Angin
Dinding rumah tradisional sebagian besar kencang diredakan menjadi sepoi-sepoi.
menggunakan material kayu. Finishing kayu Oksigen sebagai hasil samping fotosintesa
diekspose tanpa menggunakan pelapis cat membuat udara terasa menyegarkan.
atau bahan yang lain. Ada yang diukir dengan
kualitas tinggi, sedang dan ada pula yang Adanya halaman halaman tengah
polos tanpa ukiran. Penggunaan kayu mengingatkan pada courtyard house di daerah
sekalipun menggunakan kayu jati yang sudah timur tengah. Pada daerah beriklim tropis
tua, namun ketahanannya terhadap iklim kering tersebut peran halaman sangat penting
lembab tidak maksimal, tidak ada rumah yang untuk mengurangi panas siang hari serta

14
Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap Iklim Tropis

dingin di malam hari, memberikan utama. Demikian juga adanya konstruksi


penerangan pada ruang-ruang dalam rumah panggung pada bangunan utama akan
serta juga menjadi ruang favorit bagi penghuni mengurangi lembab yang berasal dari tanah.
rumah untuk beraktifitas di rumah. Ciri lain Elemen maupun faktor tersebut tidak semata-
rumah-rumah di timur tengah adalah posisi mata ada karena pemikiran terhadap iklim,
rumah-rumah yang rapat dengan lorong- namun lebih pada pemikiran mengenai
lorong sempit sebagai aksesibilitas. Lorong kepercayaan serta wadah dari aktifitas yang
sempit diantara dinding bangunan tinggi dilakukan masyarakat setempat. Jadi adalah
memberikan pembayangan optimal pada mungkin bahwa bentuk yang tercipta lebih
lorong sehingga nyaman dilewati (Edward, dikarenakan budaya sekalipun respon
2006). terhadap iklim cukup baik, atau sebaliknya
bahwa sekalipun ada di daerah tropis namun
Kemiripan bentuk pada tata lingkungan serta bentuk yang terjadi tidak begitu baik
adanya halaman tengah menimbulkan dugaan merespon iklim karena pertimbangan budaya
bahwa arsitektur permukiman tradisional di lebih berperan.
kudus kulon mendapat pengaruh juga dari
arsitektur di timur tengah. Ide bentuk tata Fatthy (1986) dalam bukunya Natural Energy
lingkungan tersebut kemungkinan dibawa and Vernacular Architecture menyanggah
pedagang-pedagang timur tengah dalam anggapan bahwa arsitektur fernakular yang
perdagangan serta siar agama Islam sampai ke dibangun dengan dasar tradisi tersebut tidak
Jawa, atau oleh santri-santri jawa sepulang ilmiah dan tidak tanggap terhadap lingkungan.
belajar atau menunaikan ibadah haji dari Pembelajaran masyarakat tradisional yang
timur tengah (Koentjaraningrat, 1969). Di berulang berdasarkan pangalaman serta diuji
daerah asalnya bentuk tata lingkungan serta diperbaiki selama kurun waktu yang
tersebut diyakini merupakan upaya mengatasi panjang merupakan bukti cara berfikir ilmiah
kondisi iklim di daerah tropis kering yang mereka yang tanggap terhadap lingkungan.
cukup berhasil. Adaptasi bentuk tersebut di
daerah tropis lembab sebagaimana terjadi di KEPUSTAKAAN
Kudus juga memberikan hasil yang memadai.
Edward, Brian ed all, 2006, Courtyard Housing,
E. KESIMPULAN Past Present and Future, Tailor & Francis, New
York
Sebagaimana dikatakan Rapoport (1969)
bahwa iklim merupakan salah satu Fatthy. Hassan, 1986, Natural Energy and
pertimbangan penting dalam pembentukan Vernacular Architecture, University of Chicago
rumah. Namun pada bagian lain dikatakannya Press, Chicago
bahwa iklim bukan faktor yang dominan
dalam menentukan bentuk melainkan budaya. Juhana, 2001, Arsitektur Dalam
Pada Rumah tradisional Kudus, arah hadap KehidupanMasyarakat, Bendera, Semarang
rumah ke Selatan menjadi salah satu faktor
yang penting dalam merespon Iklim yang ada, Rapoport, Amos, 1969, House Form and
walau sebenarnya orientasi ini lebih Culture, Prentice Hall, London
dipengaruhi unsur kepercayaan hinduisme.
Sardjono. Agung B, 1996, Rumah-rumah di
Adanya halaman tengah pada tata ruang Kota Lama Kudus, Thesis Pasca Sarjana UGM,
tradisional Kudus juga menjadi hal yang Yogyakarta.
sangat menguntungkan. Disisi lain tata ruang
pada Dalem kurang merespon kondisi iklim Yudhohusodo. Siswono, 1991, Rumah Untuk
dalam kaitannya dengan kenyamanan tingal. Seluruh Rakyat Indonesia, Kementrian
Tata ruang yang memisahkan sumur dan Perumahan, Jakarta.
kamar mandi juga menguntungkan dalam hal
mengurangi kelembaban pada bangunan

15
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011

Lippsmeier. George, 1994, Bangunan Tropis,


Erlangga, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai