Abstrak
Iklim merupakan salah satu aspek penting dalam rancangan arsitektur, termasuk di dalamnya rumah
tinggal. Iklim akan berpengaruh langsung pada kenyamanan bertempat tinggal bagi penghuninya. Anasir iklim
yang akan berpengaruh adalah panas akibat paparan sinar matahari, kelembaban udara, pergerakan udara
serta hujan. Dengan demikian rancangan bangunan pada daerah tropis lembab akan mengacu pada upaya :
bagaimana mengurangi panas dalam ruangan, mengatur penerangan ruangan, mengatur fentilasi agar
pergerakan udara optimal tercapai serta mengatur aliran air hujan.
Rumah tardisional Kudus merupakan rumah adat khas masyarakat Kudus. Bentuk dan tata ruang
rumah Kudus khas dan agak berbeda dengan rumah Jawa. Arah hadap rumah ke selatan, bermasa banyak
dengan halaman tengah. Atap bangunan berbentuk joglo, limas dan kampung. Tapak dilingkupi pagar
pembatas yang tinggi. Konstruksi bangunan terutama adalah kayu dan kaya dengan ornamen.
Sebagai rumah adat, bentuk dan tata ruang rumah Kudus dipengaruhi oleh budaya masyarakat
setempat. Pengetahuan arsitektur masyarakat ini telah teruji dan mentradisi dari generasi ke generasi.
Bagaimana arsitektur rumah Kudus menjawab tantangan iklim, melindungi serta mewadahi kegiatan
penghuninya merupakan kebijakan lokal (local wisdom) yang penting untuk dikaji dan mungkin dapat
diterapkan pada permasalahan rancangan arsitektur tropis saat ini.
Kata kunci: respon, rumah tradisional Kudus, iklim tropis
Abstract
Climate is one important aspect in the design of architecture, includingresidential houses . Climate will
impact directly on the convenience of living for the residents. Elements that will affect climate is hot due to
exposure to sunlight, air humidity, air movement and rainfall. Thus the design of buildings in the humid tropics
will refer to the effort: how to reduce heat in the room, adjust the room lighting, set fentilasi to achieve
optimum air movement and regulate the flow of rain water.
Houses of the Holy tardisional is a typical traditional house of the Holy society. Shape and spatial
arrangement of the Holy house typical and somewhat different from the Javanese house. Direction toward the
house to the south, many mass with central courtyard. Joglo shaped roof, pyramid and villages. Tread
surrounded by a high fence. Building construction was primarily wood and rich with ornament.
As a custom house, the shape and spatial Holy house influenced by local culture. Architectural
knowledge society has been tested and mentradisi from generation to generation. How does the Holy house
architecture challenges of climate, protect and facilitate the activities of its inhabitants is a local policy (local
wisdom) that it is important to review and may be applied to the problems of tropical architectural design
today.
Key words: response, the traditional home of the Holy, tropical climate
untuk ditinggali mungkin sudah menjadi Kondisi iklim ini akan mempengaruhi
bahan pemikiran sejak manusia mempunyai rasa nyaman penghuni dalam bertempat
budaya bertempat tinggal. tinggal. Dalam kaitannya dengan iklim ini
Pada masyarakat tradisional dimana kenyamanan untuk bertempat tinggal sering
pengetahuan dan ketrampilan membangun disebut dengan kenyamanan termal, yakni
diturunkan secara tradisi dari generasi-ke kenyamanan yang tercapai bila pada kondisi
genasi, pengetahuan penanggulangan udara tertentu, kecepatan angin tertentu
terhadap iklim tidak secara khusus dapat menghasilkan proses evaporasi tubuh yang
diterangkan secara ilmiah dan lebih seimbang (Juhana, 2001). Elemen-elemen
merupakan kebijaksanaan lokal (local iklim tropis yang mempengaruhi kenyamanan
wisdom). Rapoport (1969) membedakan termal adalah:
faktor-faktor pembentuk lingkungan dalarn - radiasi.
dua golongan, yakni : faktor primer yang - temperatur udara
merupakan faktor sosial budaya serta faktor - kelembaban udara
peubah (modifieng factor) yang meliputi iklim, - curah hujan
konstruksi, material bangunan dan teknologi. - serta pergerakan udara.
Kajian bagaimana bentuk dan ruang dalam Dalam hal radiasi matahari semakin
arsitektur tradisional suatu masyarakat jauh letak daerah dari ekuator intensitas
dihubungkan dengan iklim setempat akan radiasi semakin rendah, intensitas sinar
dapat menyibak pengetahuan-pengetahuan matahari dipengaruhi energi radiasi, sudut
tak terkatakan dari masyarakat tersebut jatuh dan penyebaran radiasinya. Dengan
dalam menanggulangi iklim agar mereka demikian intensitas radiasi sinar matahari ini
dapat bertempat tinggal dan berkekiatan di dipengaruhi oleh:
dalam rumahnya dengan nyaman. - Posisi tempat atau lokasi terhadap
garis edar matahari
Iklim Tropis Lembab dan Pengaruhnya pada - Arah hadap bangunan
Bangunan - Bentuk bangunan.
Radiasi panas akan langsung atau
Iklim tropis adalah iklim yang terjadi tidak langsung berpengaruh pada temperatur
atau berlaku pada daerah tropis, yakni daerah udara, baik di dalam maupun di luar ruangan.
diantara isotherm 20o dibelahan bumi utara Naiknya temperatur udara dalam ruangan
dan selatan. Terdapat dua macam iklim tropis karena sinar matahari ini terjadi dengan tiga
yakni tropis kering dan tropis lembab. cara, yakni: paparan (radiasi), Aliran (konfeksi)
Menurut Lippsmeier (1994) Indonesia serta rambatan (konduksi). Suhu yang nyaman
termasuk dalam daerah hutan hujan tropis untuk daerah tropis di katulistiwa adalah 19o
atau tropika basah yang meliputi daerah sampai dengan 26oC.
sekitar katulistiwa sampai sekitar 15o utara Kelembaban yang cocok berkisar
dan selatan. Karakter iklim tropis lembab antara 40% sampai 70%. Pada kelembaban
ditandai dengan presipitasi (hujan) dan yang tinggi, dinding akan cenderung basah
kelembaban tinggi dengan temperatur yang serta mengurangi isolasi kalor. Kelembaban
hampir selalu tinggi (suhu tahunan berkisar yang tidak dihalau pergi oleh angin dapat
antara 23oC pada musim hujan sampai dengan menjadi penyebab ketidak nyamanan dalam
38oC pada musim panas), angin sedikit, radiasi ruangan. Kelembaban juga dapat
matahari sedang sampai kuat, pertukaran menyebabkan kerusakan bahan bangunan,
panas kecil karena tingginya kelembaban. kayu membusuk, logam berkarat serta muai
Curah hujan tinggi. Terdapat dua musim susut yang berlebihan.
dalam tiap tahunnya, yakni musim kemarau Pergerakan udara terjadi apabila ada
yang berlangsung antara bulan maret sampai perbedaan suhu, angin mengalir dari daerah
Agustus dan musim penghujan yang bersuhu rendah ke daerah bersuhu tinggi.
berlangsung antara bulan September sampai Pada daerah tropis lembab angin diperlukan
Pebruari (Szokolay, 1981). untuk mengurangi suhu dan kelembaban.
Pergerakan udara yang diinginkan adalah
8
Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap Iklim Tropis
angin sepoi-sepoi, yakni pada kecepatan secukupnya pada arah ini. Bangunan tipis
sampai 1m/detik. Pergerakan angin dalam untuk menjamin sirkulasi udara silang, lobang
skala permukiman ditentukan oleh kepadatan ventilasi terletak berhadapan. Lebar bukaan
serta pola kelompok bangunan. Dalam skala sekitar 20% luasan dinding. Bukaan-bukaan
rumah ditentukan oleh bentuk masa, lebar dinding untuk ventilasi dan penerangan.
dan letak fentilasi, tata ruang, serta fegetasi di
sekitar bangunan (Lippsmeier, 1994).
Dalam konteks respon terhadap iklim
tropis, bangunan dianggap baik apabila dapat
merubah kondisi iklim luar yang relatif tidak
nyaman menjadi kondisi yang nyaman bagi
manusia yang tinggal di dalam bangunan
tersebut. Dengan demikian arsitektur tropis
akan mengacu pada kualitas fisik ruang
dalamnya, yakni: suhu ruang yang rendah,
kelembaban relatif tidak terlalu tinggi,
pencahayaan alam cukup, pergerakan udara
memadai, terhindar dari hujan dan terik
matahari. (Juhana, 2001).
Namun anggapan tersebut kiranya Gbr. 1 Tata Ruang
perlu dikaji lebih jauh, kaitannya dengan
masyarakat tradisional di jawa serta umumnya Atap mempunyai kemiringan yang mencukupi
di nusantara. Pada masyarakat tradisional untuk mengurangi intensitas radiasi matahari
pemisahan ruang dalam dalam dan ruang luar serta pengaliran air hujan. Material atap
sering kali tidak dilakukan dengan tegas. dipilih yang memungkinkan aliran udara
Bahkan sering kali di jumpai bahwa rumah panas, isolasi panas serta meredam bunyi
sebagai tempat tinggal bagi masyarakat ketika hujan. Overstek atau pelindung penting
tradisional meliputi ruang-ruang terbuka untuk pembayangan, air hujan dan penahan
(ruang luar), ruang-ruang tertutup (ruang silau. Penaggulangan aliran panas akibat
dalam) serta ruang-ruang antara (ruang konfeksi dilakukan dengan atap ganda dengan
beratap namun tidak berdinding atau atap bawah berfungsi sebagai isolator.
berdinding sebagian). Penggunaan material serta warna yang dapat
Penilaian terhadap baik buruknya memantulkan sinar.
sebuah karya arsitektur tropis diukur secara Pematah sinar matahari dapat
kuantitatif menurut kriteria-kriteria tertentu, menciptakan bayangan pada fasade
meliputi: suhu ruang, kelembaban, intensitas bangunan. Terciptanya bayangan berarti
cahaya, aliran udara, adakah air hujan masuk berkurannya jumlah radiasi sinar matahari
bangunan, serta adakah terik matahari yang diterima fasade bangunan, dengan
mengganggu penghuni dalam bangunan. demikian akan berkurang jumlah panas yang
Dalam bangunan yang dirancang menurut diterima yang akan menyebabkan
kriteria semacam ini, penghuni bangunan temperaturnya menjadi lebih rendah (Zulfikri,
diharapkan dapat merasakan kondisi yang 2008). Pada figurasi kelompok bangunan,
lebih nyaman dibanding ketika mereka berada bangunan terbuka dengan jarak antar
di alam luar. (Karyono, 2000). Bagi manusia bangunan mencukupi untuk menjamin
secara fisik, kenyamanan tercapai apabila sirkulasi udara serta mempunyai lorong-
kondisi udara tertentu, kecepatan angin lorong yang menerus untuk mengalirkan
tertentu menghasilkan proses evaporasi tubuh angin. Gerakan udara menimbulkan pelepasan
yang seimbang. panas dari permukaan kulit oleh penguapan.
Beberapa kriteria rancangan Semakin cepat semakin banyak panas yang
bangunan tropis: Bentuk dan Denah bangunan hilang.
sebaiknya segi panjang dimana sisi panjang
menghadap utara selatan dengan bukaan
9
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011
10
Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap Iklim Tropis
dapat dibongkar pasang. Secara umum Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap
struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 Iklim
bagian yakni rangka atap (empyak), kolom
(cagak) dan pondasi (bebatur). Pada bagian ini akan dikaji bagaiman rumah
Batur atau pondasi mertupakan tradisional kudus merespon iklim dimana
pondasi menerus dari bahan batu kali, pondasi bangunan berdiri. Empat aspek iklim tropis
ini membentuk peil lantai yang tinggi dan lembab, yakni Sinar Matahari, Pergerakan
berundak-undak mulai dari jogosatru sampai Udara, Kelembaban serta Hujan akan menjadi
ke dalem. Pondasi digunakan sebagai alas sub bahasan yang dihubungkan dengan pola
perletakan balok kerangka rumah. Pondasi kelompok rumah, orientasi, tata ruang serta
umpak dari batu bata dipakai sebagai alas penggunaan bahan.
pada soko guru. Lantai pada jogosatru
menggunakan ubin atau batu bata sehingga 1. Respon Terhadap Radiasi Matahari
pondasi lebih dahulu diurug tanah. Pada
bagian dalem digunakan lantai papan kayu Rumah-rumah tradisional Kudus
(gladagan) dengan kerangka balok kayu. mempunyai orientasi atau arah hadap baku
Dinding dibedakan menjadi dua, yakni yakni ke Selatan. Arah hadap ini menimbulkan
dinding pengisi yang menutup dan membatasi pola yang khas baik pada kelompok rumah
ruang dan rangka dinding yang menyangga maupun rumah itu sendiri. Dilihat dari peta
beban dari atap. Penyangga atap utama sebenarnya arah hadap ke Selatan ini tidaklah
adalah soko guru, yakni empat tiang utama tepat benar, tetapi agak bergeser ke Barat
yang menyangga brunjung, bagian atap paling kira-kira 10o. Pada kelompok rumah terdapat
tinggi. pola rumah berderet dengan sumbu Barat
Gebyog atau dinding pengisi dari kayu Timur dimana bagian depannya adalah
merupakan konstruksi yang tidak memikul deretan halaman bangunan yang menyatu
membentuk lorong.
11
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011
Selebihnya akan terbentuk bayangan dari sisi cukup banyak cahaya matahari serta
kiri lorong maupun pada sisi kanan lorong. pergerakan udara yang leluasa. Cahaya serta
udara segar masih dapat dirasakan pada
Pada pola masa bangunan dalam tapak, arah pawon sekalipun tidak sebanyak di jogosatru.
hadap ke selatan ini sangat menguntungkan Jogan lebet yang hanya mempunyai dua pintu
dalam hal menanggulangi radiasi sinar tanpa dinding kondisinya lebih gelap dan
matahari, bahkan arah hadap ke selatan ini pengap dan paling gelap ada pada sentong.
lebih baik dari pada ke Utara. Pada arah hadap Namun rupanya kegiatan yang ada pada
ke Selatan ini posisi datangnya sinar matahari ruang-ruang tersebut sudah disesuaikan
tidak pernah frontal dari depan (fasade) dengan kondisi ruangan. Aktifitas harian
bangunan dimana bukaan paling banyak masyarakat Kudus berkisar pada halaman
terdapat, melainkan dari samping bangunan tengah. Jogosatru yang paling terang
yang lebih banyak tertutup. Pada saat musim digunakan untuk menerima tamu. Aktifitas
kemarau (antara bulan April sampai Oktober) dalam rumah terbesar ada pada pawon yang
garis edar matahari ada Gbr.di6 Orientasi
sisi Utara tidak terlalu terbuka, sementara Dalem hanya
katulistiwa sehingga terbentuk
Bangunan danyang
bayangan digunakan untuk tidur. Pada saat ini kegiatan
menaungi fasade bangunan Pembayangan
sepanjang hari. aktif siang hari juga dilakukan di daerah
Dalem. Untuk memberikan pencahayaan yang
mencukupi pada ruang ini dilakukan dengan
mengganti beberapa genting dengan genting
kaca serta membuka jendela pada dinding
belakang
12
Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap Iklim Tropis
2. Respon Terhadap Pergerakan Udara bukan tanpa resiko, ketika peralihan musim
tiba dan angina berhembus cukup kuat, atap
Pola bangunan yang berderet membentuk pencu yang tinggi akan menerima gaya
lorong pada kelompok bangunan memberikan horizontal akibat tekanan angina cukup besar.
keuntungan dari segi pergerakan udara, Kerusakan sering terjadi berupa melorotnya
karena aliran udara mendapat saluran susunan genting atau tampias.
sehingga dapat mengalir lebih cepat dintara
dalem dan sisir. Namun arah aliran ini
menyamping terhadap dalem sehingga tidak 3. Respon Terhadap Hujan
dapat menikmasi aliran secara maksimal.
Penggunaan atap joglo pencu pada dalem,
kampung pada pawon yang dirangkai dengan
atap sosoran pada Bagian depan memberi
keuntungan dalam hal pengaliran air hujan.
Sudut yang tinggi pada bagian atas (brunjung)
yang kemudian melandai pada bagian
bawahnya (pananggap) serta makin landai
pada sosoran membuat aliran air lancar dan
tidak terlalu deras ketika jatuh dari teritisan.
Sambungan atap joglo dan kampung berupa
talang gantung merupakan sambungan atap
yang rumit serta rawan kebocoran. Talang ini
Gbr.8. Pola deretan dan angin terbuat dari papan yang dilapisi seng. Lembab
Untuk itu perlu adanya pengarah angin agar karena hujan dapat membusukkan kayu dan
dapat lebih banyak masuk ke dalam rumah. mengkaratkan lapisan seng. Teritisan
Pada rumah tunggal dengan dinding tinggi sepanjang tepi bangunan memberikan
kemungkinan aliran angin menjadi kecil, naungan yang mencukupi pada saat panas
namun adanya halaman di tengah dapat serta melindungi dinding kayu pada saat
menjadi potensi pengaliran angin ke dalam hujan. Pada awalnya teritisan tanpa talang
bangunan dengan mengatur vegetasi. sehingga air hujan langsung jatuh ke tanah. Di
bagian depan walaupun tidak sampai
Pada tata ruang rumah Kudus, aliran udara mengenai dinding kayu, namun membuat
paling banyak terjadi pada daerah Jogosatru, anak tangga basah terkena percikan air hujan.
karena berhubungan langsung dengan Pada perkembangannya banyak yang
halaman serta banyaknya bukaan. Pawon kemudian memasang talang gantung
dengan pintu depan kurang memberikan sepanjang teritisan bangunan. Arah hadap ke
kesempatan udara mengalir. Pada saat ini selatan, naungan karena adanya teritisan atap
beberapa jendela ditambahkan pada sisi serta besarnya lobang dinding membuat
samping sehingga udara dapat leluasa bagian depan bangunan merupakan daerah
mengalir, demikian juga dengan sinar favorit untuk berkumpul.
matahari. Dalem yang terletak di tengah
paling buruk dalam hal ventilasi udaranya.
Pada saat ini upaya memberikan aliran udara
pada ruangan ini dilakukan dengan
meletakkan jendela pada dinding belakang.
13
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011
14
Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap Iklim Tropis
15
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.1 Januari 2011
16