Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian yang terpadu
dari keseluruhan program pendidikan di sekolah oleh karena itu, upaya guru
membimbing maupun berbagai aspek yang terlingkup dalam program merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh kegiatan yang diarahkan kepada
pencapaian tujuan pendidikan dilembaga yang bersangkutan. Disekolah, Sangat
banyak masalah masalah yang dialami oleh siswa yang tidak dapat diselesaikan
dengan pengajaran oleh guru biasa di sekolah, untuk menyelesaikan masalah
tersebut sangat diperlukan adanya program bimbingan dan konseling pada setiap
siswa di sekolah, tetapi sebelum itu agar program bimbingan dan konseling dapat
terlaksana dengan baik, salah satu syarat yang perlu dan mutlak adalah di
kuasainya pengertian yang tepat mengenai program bimbingan dan konseling itu
oleh semua anggota-anggota di sekolah yang terlibat dalam kegiatan pelayanan
tersebut.
Program Bimbingan dan Konseling diarahkan kepada upaya untuk
memfasilitasi siswa dalam hal mengenal dan menerima dirinya sendiri serta
lingkungannya secara positif dan dinamis, dan mampu mengambil keputusan yang
bertanggung jawab, mengembangkan serta mewujudkan diri secara efektif dan
produktif, sesuai dengan peranan yang diinginkan di masa depan, serta
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan
potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak
diharapkan bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru,
pengurus sekolah dan orang tua dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak
bertanggung jawab seperti guru untuk memastikan bahwa pelajar mencapai
dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor mampu untuk mengadakan
hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan
pelajar.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini :
1. Apa pengertian bimbingan dan konseling ?
2. Apa peranan dan fungsi bimbingan dan konseling disekolah ?
3. Apa landasan bimbingan dan konseling ?
4. Apa hakikat bimbingan dan konseling ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini :
1. Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling
2. Untuk mengetahui peranan dan fungsi bimbingan dan konseling disekolah
3. Untuk mengetahui landasan bimbingan dan konseling
4. Untuk mengetahui hakikat bimbingan dan konseling

D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu sebagi bahan yang dapat
dijadikan literatur terkait dengan bimbingan dan konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah guidance
dan conseling dalam bahasa Inggris. Secara harfiah istilah guidance berasal
dari akar kata guide, yang berarti : (1) mengarahkan (to dorect), (2) memandu
(to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Contohnya:
orang tua mengarahkan anak untuk rajin belajar atau bekerja. Sebagai satu istilah,
Sherzer dan Stone (1971 : 40) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian
bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya.
Sementara Sunaryo Kartadinata (1998 : 4) mengartikan sebagai proses membantu
individu untuk mencapai perkembangan optimal ( Satori, 2005).
Menurut Danim (2011), bimbingan dan konseling adalah pelayanan
bantuan untuk siswa, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan
bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun
karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-
norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan
sistematik guru dalam memfasilitasi peserta didik untuk mengoptimasi
pengembangan potensinya.
Orang awam sering kali menyamakan antara pengertian bimbingan dengan
nasehat, saran-saran atau petunjuk yang diberikan kepada siswa yang memiliki
perilaku menyimpang bahkan ada yang menganggap bimbingan sebagai suatu
pelayanan khusus yang diberikan untuk siswa yang nakal disekolah. Dengan
munculnya pengertian tersebut, menunjukkan adanya pemahaman yang kurang
benar tentang arti dari bimbingan itu sendiri. Adanya pemahaman tersebut dapat
berdampak pada pemikiran masyarakat terhadap pengertian bimbingan sehingga
menimbulkan kesan negatif pada program bimbingan yang ada disekolah yang
berakibat terhambatnya program bimbingan tersebut ( Masyhud, 2002 ).
Menurut Luddin (2010), ada dua pengertian yang mendasar tentang
bimbingan yaitu :

3
1. Memberikan informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan
untuk mengambil suatu keputusan atau memberitahukan sesuatu sambil
memberikan nasihat
2. Mengarahkan, menuntun kesuatu tujuan. Tujuan itu mungkin perlu diketahui
oleh kdua belah pihak.

Menurut Rochman Natawidjaja (1987), bimbingan adalah proses


pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri,
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan saran yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pengertian bimbingan diatas masih menunjukkan pada pengertian
bimbingan secara umum. Apabila pengertian bimbingan tersebut diaplikasikan
dalam dunia pendidikan disekolah, maka pengertian bimbingan dapat diartikan
sebagai berikut : Bimbingan di sekolah adalah proses pemberian bantuan kepada
murid, dengan memperhatikan murid itu sebagai individu dan makhluk sosial
serta memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu, agar murid itu dapat
membuat tahap maju seoptimal mungkin dalam proses perkembangannya dan agar
ia dapat menolong dirinya, menganalisis dan memecahkan masalah-masalahnya
semuanya itu demi memajukan kebahagiaan hidup, terutama ditekankan pada
kesejahteraan mental ( BP3K Depdikbud, 1975 dalam Masyhud 2002 ).
Menurut Masyhud ( 2002 ), pengertian bimbingan mengandung beberapa
unsur sebagai berikut :
1. Bimbingan merupakan suatu proses, yang mengandung makna bahwa
bimbingan itu merupakan kegiatan yang berkesinambungan, berlangsung
terus-menerus, bukan kegiatan seketika atau kebetulan
2. Bimbingan merupakan helping, yang identik artinya dengan aiding,
assisting, atau availing, yang artinya adalah bantuan pertolongan
3. Bantuan itu diberikan kepada individu. Individu yang diberi bantuan adalah
individu yang sedang berkembang dengan keunikannya

4
4. Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan optimal,
yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang
kehidupan yang baik dan benar.

Dari berbagai definisi tentang bimbingan, timbul pertanyaan bagaimana


dengan hubungan antara bimbingan dan konseling itu sendiri. Dalam
hubungannya dengan bimbingan, konseling merupakan salah satu jenis layanan
bimbingan yang mana konseling adalah inti dari keseluruhan layanan bimbinga.
Konseling merupakan layanan bimbingan kepada individu dalam rangka
mengembangkan diri atau memecahkan masalahnya secara perorangan atau
kelompok dalam suatu pertalian hubungan tatap muka (Satori, 2005).
Menurut Pepensky dan Pepensky, dalam Shertzer dan Stone (1974),
Konseling adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu, masing-masing
disebut konselor dan klien, terjadi dalam suasana yang profesional, dilakukan dan
dijaga sebagai alat memudahkan erubahan dalam tingkah laku klien.
Menurut Gibsons (1981), konseling adalah hubungan tolong menolong
yang berpusat kepada perkembangan dan pertumbuhan seseorang individu serta
penyeuaian dirinya dan kehendaknya kepada penyelesaian masalah, juga
kehendaknya untuk membuat keputusan terhadap masalah yang dihadapinya.
Menurut Robinson (M. Surya dan Rohman N, 1986 : 25) mengartikan
konseling sebagai semua bentuk hubungan anatara dua orang di mana yang
seorang, yaitu klien, dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif
terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Suasanya hubungan penyuluhan
(konseling) ini meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan
memberikan berbagai informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan
kematangan, dan memberikan bantuan melalui pengambilan keputusan dan usaha-
usaha penyembuhan (terapi).
Berdasarkan pengertian bimbingan dan konseling, dapat disimpulkan
bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu bantuan atau bimbingan yang
diberikan kepada individu atau makhluk sosial lainnya dalam hal mengembangkan

5
keribadian individu tersebut dimana didalamnya terjadi interaksi antara konselor
dan klien.

B. Peranan dan Fungsi Bimbingan Konseling Di Sekolah


a. Peranan bimbingan konseling
1. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah
Tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses
pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan
sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan
kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah
atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung
menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas Guru (Lindquist
dan Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981) dalam buku Soetjipto (2007).
Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu Guru dalam hal:
a) Mengembangkan dan memperluas pandangan Guru tentang masalah afektif
yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai Guru
b) Mengembangkan wawasan Guru bahwa keadaan emosionalnya akan
mempengaruhi proses belajar-mengajar.
c) Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih
efektif.
d) Mengatasi masalah-masalah yang ditemui Guru dalam melaksanakan
tugasnya

Konselor dan Guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam
kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses
pembelajaran yang lebih efektif. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan
konseling tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah.

2. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Siswa


Proses pembelajaran siswa, setiap Guru mempunyai keinginan agar semua
siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan

6
tersebut tentunya tidak mudah untuk diwujudkan. Sering kali siswa mengalami
kesulitan dalam belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang
ada yang mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana
mengatasinya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta
bantuan dalam mengatasi masalahnya. Dalam kondisi seperti ini maka bimbingan
dan konseling dapat berperan dalam bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan
bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
a. Bimbingan Belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah siswa yang
berhubungan dengan kegiatan belajarnya. Menurut Winkel (1978) yang dikutip
oleh Soetjipto (2007), menyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling
mempunyai peranan penting untuk membantu siswa dalam hal:
Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan yang terbuka untuk
mereka, baik sekarang maupun yang akan datang.
Mengatasi masalah pribadi yang menganggu belajarnya. Misalnya masalah
hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang
tua / keluarga, dan sebagainya.
b. Bimbingan Sosial
Kehidupan sosial perlu adanya toleransi/tenggang rasa, saling member dan
menerima (take and give), tidak mau menang sendiri, dan kalau mempunyai
pendapat harus diterima dalam mengambil keputusan. Langsung ataupun tidak
langsung suasana hubungan sosial di kelas atau disekoah akan dapat
mempengaruhi perasaan aman bagi siswa yang bersangkutan.
Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah
sosial, sehingga terciptalah suasana belajar-mengajar yang kondusif. Menurut Abu
Ahmadi (1977) yang dikutip oleh Sutjipto (2007), yaitu:
Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai
Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai
Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah
tertentu

7
Disamping itu, bimbingan sosial juga dimaksudkan agar siswa dapat
melakukan penyesuaian diri terhadap teman sebayanya baik di sekolah maupun
diluar sekolah (Downing, 1978 dikutip oleh Sutjipto, 2007).

c. Bimbingan dalam Mengatasi Masalah-Masalah Pribadi


Bimbingan ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi
masalah-masalah pribadi, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa
yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/dipecahkan, akan cenderung
terganggu konsentrasinya dalam belajarnya. Menurut Downing (1968) dikutip
oleh Sutjipto (2007), menyatakan bahawa peranan bimbingan dan konseling yaitu:
Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan.
Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan
belajar-mengajar
Menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
Meningkatkan motivasi belajar.
Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.

Jadi kesimpulannya, bimbingan dan konseling memiliki peran yang besar


baik bagi Guru maupun Siswa dalam kelancaran proses belajar-mengajar ataupun
bagi psikologis siswa dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.

b. Fungsi bimbingan dan konseling


Menurut Akhmad Sudrajat (2008) dalam buku Danim (2011) adapun
beberapa fungi BK kepada peserta didik ialah:

1. Fungsi pemahaman
Fungsi bimbingan ini membantu siswa memiliki pemahaman terhadap diri
(potensi-potensinya, baik kelebihan maupun kelemahan) dan lingkungannya
(fisik, sosial, budaya dan agama). Berdasarkan pemahaman siswa diharapkan
mampu mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

8
2. Fungsi preventif
Fungsi ini berkaitan dengan upaya pembimbing untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi, dan berupaya untuk
mencegah supaya masalah itu tidak di alami siswa. Melalui fungsi ini.
Pembimbing atau Guru Pembimbing memberikan bimbingan kepada siswa
tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang dapat
membahayakan diri sendiri. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah melalui
layanan pemberian informasi atau bimbingan kelompok.
3. Fungsi pengembangan
Fungsi bimbingan ini sifatnya lebih proaktif. Pembimbing senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan kondusif, atau memfasilitasi
perkembangan siswa. Pembimbing dan personel sekolah lainnya bekerja sama
dengan merumuskan dan melaksanakan program bimbingan yang sistematis, baik
menyangkut aktivitas, maupun materi atau bahan bimbingan untuk mendukung
siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang
dapat digunakan disini adalah pemberian atau saling tukar informasi, tutorial dan
diskusi (brain storming. Dalam menerapkan fungsi ini, guru pembimbing dituntut
untuk memprogram bimbingan secara sistematis, sesuai dengan kebutuhan,
karakteristik, atau tugas-tugas perkembangan siswa, serta perkembangan
kehidupan social budaya masyarakat.
4. Fungsi penyembuhan
Fungsi bimbingan ini berkaitan dengan upaya pemberian bantuan kepada
siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi (seperti
sering mengalami perasaaan gelisah), sosial (seperti sering bertengkar dengan
teman), belajar (seperti kurang bisa berkonsentrasi dalam belajar), maupun karier
(seperti belum memiliki pemahaman tentang pekerjaan yang sesuai minat dan
kemampuannya). Teknik yang digunakana disini adalah konseling (dilakukan oleh
guru pembimbing atau konselor) dan remidal teaching (dilakukan oleh Guru
bidang studi)

9
5. Fungsi penyaluran
Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih
kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan cirri-
ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini konselor perlu bekerja
sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun diluar lembaga pendidikan.
6. Fungsi adaptasi
Fungsi bimbingan ini membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan
kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai
konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan
konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi
Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun
bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7. Fungsi penyesuaian
Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi fasilitasi
Fungsi bimbingan ini untuk memberikan kemudahan kepada konseli
dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan
seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
9. Fungsi perbaikan
Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseli agar memiliki pola pikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang
tepat sehingga dapat menghantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normativ.

10
10. Fungsi pemeliharaan
Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang
akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini
diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif,dan fakultatif
(pilihan) sesuai dengan minat konseling.

Jadi kesimpulannya, bimbingan dan konseling memiliki fungsi dalam


membantu dan mengembangkan pola pikir dan perilaku siswa dalam mengambil
setiap langkah untuk menata masa depan mereka.

C. Landasan Bimbingan dan Konseling


Pemberian terhadap layanan bimbingan dan konseling didasarkan atas
beberapa landasan-landasan utama atau prinsip-prinsip dasar. Landasan-landasan
tersebut berupa keyakinan-keyakinan yang mendasari segala kegiatan bimbingan
dan konseling. Adapun landasan-landasan tersebut menurut Winkel dalam
Soetjipto (2007) dijabarkan sebagai berikut.
1. Bimbingan yang dilakukan selalu memperhatikan perkembangan siswa
sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.
2. Bimbingan yang dilakukan memperhatikan dunia subjektif masing-masing
individu.
3. Pelaksanaan kegiatan bimbingan didasari atas dasar kesepakatan antara
pembimbing dan yang dibimbing.
4. Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu
yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human
rights).
5. Bimbingan merupakan suatu kegiatan yang bersifat ilmiah dan terintegrasikan
pada bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan psikologis.
6. Pelayanan ditujukan secara menyeluruh ke semua siswa, tidak hanya terhadap
individu yang memiliki masalah saja.

11
7. Bimbingan adalah suatu proses, yaitu kegiatan yang berlangsung secara terus
menerus, berkesinambungan, dan sistematis terhadap perkembanngan anak.
Menurut Suriansyah (2015) menyatakan bahwa apabila ditinjau secara
teoritik berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber terdapat enam aspek pokok
yang menjadi dasar pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah landasan yang dapat memberikan memberikan
arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor. Landasan ini memiliki tujuan
agar setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang terlaksana dapat
dipertanggungjawabkan secara logis, etis, maupun estetis. Landasan filosofis
dalam bimbingan dan konseling berkaitan dengan usaha dalam mencari jawaban
yang hakiki atas pertanyaan filosofis (Suriansyah, 2015).
Menurut para penulis Barat seperti Victor Frankl, Patterson, Alblaster &
Lukes, Thompson & Rudolph (Prayitno dalam Suriansyah, 2015), hakikat
manusia dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a. Manusia merupakan makhluk rasional yang mampu berpikir dan
mempergunakan ilmu untuk mengembangkan dirinya.
b. Manusia dapat belajar untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya apabila dia berusaha dan memanfaatkan kemampuan yang
dimilikinya.
c. Manusia berusaha terus-menerus mengembangkan dan menjadi dirinya
sendiri melalui pendidikan.
d. Manusia terlahir dengan potensi untuk dapat menjadi baik maupun buruk,
yang berarti hidup merupakan upaya untuk mewujudkan kebaikan dan
menghindari atau setidaknya mengontrol keburukan.
e. Terdapat tiga dimensi yang harus manusia kaji secara mendalam, yaitu
dimensi fisik, psikologis, dan spiritual.
f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagian
manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g. Manusia merupakan makhluk unik karena mampu mengarahkan
kehidupannya sendiri.

12
h. Manusia memiliki kebebasan dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang menyangkut prikehidupannya sendiri.
Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan diri
manusia yang sebenarnya.
i. Manusia pada hakikatnya positif, pada setiap saat dan dalam suasana
apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan
berkemampuan untuk melakukan suatu hal.
b. Landasan Religius
Menurut Suriansyah (2015) dimensi spiritual yang dimiliki oleh
manusia menunjukkan bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk
religius. Keyakinan bahwa manusia merupakan makhluk yang berasal
dari Tuhan, mengisyaratkan pada ketinggian derajat dan keindahan
makhluk manusia serta peranannya sebagai khalifah di bumi. Adapun
landasan religius bagi layanan BK setidaknya ditekankan pada tiga hal
pokok, yaitu:

a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk


Allah Swt.
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan prikehidupan manusia berjalan
ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkan secara
optimal suasana dan perangkat budaya serta masyarakat yang sesuai dan
meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan
pemecahan masalah individu.
c. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang
menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan
konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor
adalah tentang: (a) motif dan motivasi, (b) pembawaan dan lingkungan, (c)
perkembangan individu, (d) belajar, dan (e) kepribadian (Suriansyah, 2015).

13
1. Motif dan Motivasi
Setiap orang dalam hal ini siswa dalam berperilaku atau bertindak
selalu didasari oleh suatu motif tertentu, dan motif berperilaku ini selalu
berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, motif
dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang
berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan
asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar,
bernapas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari
hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau
keterampilan tertentu dan sejenisnya.Selanjutnya motif-motif tersebut
diaktifkan dan digerakkan, dari dalam diri individu (motivasi intrinsik)
maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) (Suriansyah, 2015).
2. Pembawaan dan Lingkungan
Setiap anak lahir membawa pembawaannya masing-masing, dia
lahir dengan sejumlah potensi yang akan optimal apabila dikembangkan
secara tepat. Disisi lain anak berada pada lingkungan tertentu yang
memiliki potensi untuk memengaruhinya dalam berperilaku dan
bertindak.Dengan demikian, maka pembawaan dan lingkungan
berkenaan dengan faktor- faktor yang membentuk dan memengaruhi
perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir
dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik,
seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau
ciri-ciri kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial
yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan serta mewujudkannya
bergantung pada lingkungan di mana individu itu berada. Pembawaan dan
lingkungan setiap individu akan berbeda-beda yang tentunya akan
menentukan tindakan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan
kepada individu tersebut (Suriansyah, 2015).
3. Perkembangan Individu
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami
berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat

14
melihat arah perkembangan individu tersebut di masa depan, serta
keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan (Suriansyah,
2015).
4. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari
psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak
akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan
belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat
kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai
sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian
sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik/keterampilan (Suriansyah, 2015).
5. Kepribadian
Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan
rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif. Dalam suatu
penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin
S. Hall dan Gardner Lindzey dalam Suriansyah, 2009) menemukan hampir 50
definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang
dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian
yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah Penyesuaian
Diri.
Sementara itu Syamsuddin (2003), mengemukakan tentang aspek-
aspek kepribadian, yang mencakup:
1. Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,
konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya
mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari

15
lingkungan.
3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau
ambivalen.
4. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung,
sedih, atau putus asa.
5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima
risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang
dihadapi.
6. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
d. Landasan Sosial-Budaya
Menurut Suriansyah (2009) menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk sosial dan makhluk yang berbudaya. Dia hidup dalam lingkungan
sosial dan lingkungan budaya. Manusia punya makna karena dia berada
dalam lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang ada di sekelilingnya.
Setiap lingkungan memiliki kebiasaan dan budaya yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Karena itu dalam konteks layanan bimbingan dan
konseling aspek sosial budaya merupakan hal yang sangat penting
untuk menjadi pertimbangan dalam memberikan layanan.
Landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi
kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang memengaruhi
terhadap perilaku individu. Lingkungan sosial-budaya yang
melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga
menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan
kepribadian individu yang bersangkutan (Suriansyah, 2015).
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal
antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien

16
memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson (Prayitno dalam
Suriansyah, 2009), mengemukakan lima macam sumber hambatan yang
mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuaian diri antar budaya,
yaitu:
a. Perbedaan bahasa
Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak
yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman.

b. Komunikasi non-verbal
Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-
beda dan mungkin bertolak belakang.

c. Stereotipe
Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau
golongan tertentu berdasarkan prasangka subjektif (social prejudice) yang
biasanya tidak tepat.
d. Kecenderungan menilai
Penilaian terhadap orang lain di samping dapat menghasilkan
penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi
negative.
e. Kecemasan.
Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan
budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yang
berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antarbudaya dapat menuju
ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, di
mana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komunikasi sosial antara
konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan
komunikasi tersebut perlu diantisipasi(Suriansyah, 2015).

Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia,


Surya dalam Suriansyah (2009) mengetengahkan tentang kecenderungan
bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan
konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk

17
lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia.
e. Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis pelayanan BK setidaknya berkaitan dengan:
(1) pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, (2) pendidikan sebagai
inti proses bimbingan dan konseling, (3) pendidikan lebih lanjut sebagai
inti tujuan bimbingan dan konseling (Suriansyah, 2015).
f. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Menurut Suriansyah (2009), layanan bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik
yang menyangkut teori maupun praktiknya. Pengetahuan tentang bimbingan
dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan
berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, serta
prosedur tes.
Surya dalam Suriansyah (2009), mengemukakan bahwa sejalan
dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor
dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui
hubungan tatap muka (face to face) tetapi dapat juga dilakukan melalui
hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk cyber
counseling. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang
teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam
penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

D. Hakikat Bimbingan dan Konseling


Menurut (Satori, 2005):
Pertama, bimbingan merupakan suatu proses, yang mengandung makna
bahwa bimbingan itu merupakan kegiatan yang berkesinambungan, berlangsung
terus-menerus, bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan
serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan terencana yang terarah kepada
pencapaian tujuan. Sebagai contoh ketika seorang guru menemukan salah seorang
siswa atau murid yang merokok pada saat istrahat, guru tersebut serta-merta

18
memanggilnya kedalam ruangan. Guru memberikan nasehat kepada siswa, dan
melarangnya untuk mengulang perbuatanny. Nasehat satu jam penuh diberikan
oleh guru, dan siswa selalu mengiakan apa yang dinasehatkan gurunya. Di akhir
pemberian nasehat, guru meminta siswa menuliskan janji yang berbunyi Saya
tidak akan merokok lagi. Kalimat itu harus ditulis berulang-ulang dalam buku
tulis. Dengan susah payang siswa menyelesaikan tugas itu, dan keesokan harinya
diserahkan kepada gurunya.

Dalam ilustrasi diatas, interaksi guru murid berakhir dengan penyerahan


buku janji. Interaksi itu terjadi secara kebetulan, yaitu guru menemukan siswa
yang sedang merokok. Sekiranya peristiwa itu tidak terjadi maka pemberian
nasehat pun tidak akan terjadi. Apakah ilustrasi tersebut menggambarkan konsep
bimbingan? Coba simak lagi makna bimbingan secara seksama.

Kedua, bimbingan merupakan helping, yang identik artinya dengan


aiding, assisting, atau availing, yang artinya adalah bantuan atau
pertolongan.makna bantuan dalam bimbingan menunjukkan bahwa untuk aktif
dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan
adalah siswa sendiri. Dalam bimbingan, pembimbing dapat memaksakan
kehendaknya sendiri kepada siswa, tetapi berperan sebagai fasilitator
perkembangan siswa. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat dimaknai sebagai
upaya untuk: (1) mengembangkan lingkungan agar kondusif bagi perkembangan
siswa, (2) memberikan dorongan dan semangat, (3) menumbuhkan keberanian
bertindak dan bertanggung jawab, (4) mengembangkan kemampuan untuk
memperbaiki dan mengevaluasi perilakunya sendiri.

Jika kembali kepada ilustrasi di atas, dapat dipertanyakan: akankah siswa


tadi mengubah am memeperbaiki perilakunya karena dia sudah mendapatkan
nasihat dan menulis serta menyerahkan buku janji kepada gurunya? Atau dia
menganggap bahwa janji yang dia tulis adalah tugas yang diberikan guru
kepadanya, yang harus dia tulis dan diselesaikan dengan baik kemudian
diserahkan kepada gurunya? Jika siswa memandang hal itu sebatas tugas yang

19
diberikan guru maka tidak akan terjadi perubahan perilaku, dapat berarti bantuan,
seperti yang dimaksudkan dalam bimbingan.

Ketiga, bantuan itu diberikan kepada individu. Individu yang diberikan


bantuan adalah individu yang sedang berkembang dengan berbagai keunikannya.
Bantuan dalam bimbingan diberikan dengan mempertimbangkan keragaman
keunikan individu. Tidak ada pemberian bantuan yang berlaku umum, setiap
bantuan kepada siswa harus dipahami dan dimaknai secara individual sesuai
dengan pengalaman kebutuhan dan masalah yang dihadapi siswa. Oleh karena itu,
guru perlu memiliki keterampilan memahami perkembangan, kebutuhan, dan
masalah siswa. Ilustrasi di atas memberikan gambaran bahwa perilaku yang
diberikan guru kepada siswa tersebut tidak didasari oleh pemahaman guru
terhadap kebutuhan dan masalah siswa secara objektif. Tindakan menyuruh siswa
menuliskan janji tidak bertolak dari kaidah tentang kemampuan apa yang
dikembangkan pada diri siswa untuk mengubah perilakunya.

Keempat, tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan


optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang
kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata
pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik
dimana individu mampu mengenal dan memahami diri, dan system nilai,
melakukan pilihan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Dikatakan
sebagai kondisi dinamik karena kemampuan yang disebutkan diatas akan
berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada di dalam serta
menghadapi lingkungan yang terus berubah dan berkembang.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini :
1. Bimbingan dan konseling adalah suatu bantuan atau bimbingan yang
diberikan kepada individu atau makhluk sosial lainnya dalam hal
mengembangkan keribadian individu tersebut dimana didalamnya terjadi
interaksi antara konselor dan klien.
2. Peranan bimbingan dan konseling yakni bimbingan dan konseling memiliki
peran yang besar baik bagi Guru maupun Siswa dalam kelancaran proses
belajar-mengajar ataupun bagi psikologis siswa dalam kehidupan pribadi dan
sosialnya. Adapun fungsi bimbingan dan konseling yaitu bimbingan dan
konseling memiliki fungsi dalam membantu dan mengembangkan pola pikir
dan perilaku siswa dalam mengambil setiap langkah untuk menata masa
depan mereka.
3. Landasan bimbingan dan konseling menyangkut tentang keyakinan yang
menjadi dasar kegiatan bimbingan konseling tersebut baik menyangkut
landasan filosofis, religius, psikologis, sosial-budaya, pedagogis dan IPTEK.
4. Hakikat bimbingan dan konseling berkaitan dengan bimbingan merupakan
suatu proses, sebagai bantuan yang diberikan kepada individu, dan bimbingan
dan konseling yang mengarah pada perkembangan optimal

B. Saran
Adapun saran dalam makalah ini yaitu program bimbingan dan konseling
seharusnya dijalankan secara optimal disekolah-sekolah agar membantu mencari
jalan keluar dalam mengatasi masalah-masalah yang dialami oleh siswa terutama
dalam masalah psikologis siswa. Guru tidak hanya berperan dalam hal
memberikan bahan pelajaran kepada siswa tetapi guru berperan sebagai sebagai
konselor yang akan sangat membantu siswa untuk berkembang secara optimal.

21

Anda mungkin juga menyukai