Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ENDOFTAMITIS

A. Definisi

Endoftalmitis secara etimologi berasal dari bahasa Yunani end;dalam,


ophthalmos; mata, itis; radang. Jadi endoftalmitis merupakan bentuk respon
peradangan akibat suatu infeksi setelah trauma, bedah, atau endogen akibat sepsis
pada jaringan intra okuler.1
Endoftalmitis juga merupakan peradangan dari intraokuler yang mengenai
dua dinding bola mata yaitu retina dan koroid tanpa melibatkan sklera dan kapsul
tenon yang biasanya yang terjadi akibat suatu infeksi.1,3

B. Etiologi
Penyebab endoftalmitis dibagi menjadi dua yaitu endoftalmitis yang
disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis akibat reaksi non infeksi atau
imunologik.4
Endoftalmitis diakibatkan karena infeksi dapat bersifat :
a. Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur
ataupun parasit dari fokus infeksi dalam tubuh, yang menyebar secara
hematogen ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya
endokarditis.1,3
b. Eksogen
Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi
sekunder/ komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang
membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola
mata.5 Bakteri gram positif menyebabkan 56-90% dari seluruh kasus
endoftalmitis.1 Beberapa kuman penyebabnya adalah staphylococcus
epidermidis, staphylococcus aureus dan spesies streptococcus. Bakteri

2
3

gram negatif seperti pseudomonas, escherichia coli dan enterococcus dapat


ditemukan dari trauma tembus bola mata.3
c. Endoftalmitis Fakoanafilaktik
Endoftalmitis Fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilateral
ataupun bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomatosa terhadap
lensa yang mengalami ruptur. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan
suatu penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat
jaringan tubuh tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak di dalam
kapsul. Pada tubuh terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi
antigen antibodi yang akan menimbulkan gejala endoftalmitis
fakoanafilaktik.6

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan
objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.1
Endoftalmitis merupakan penyakit yang memerlukan perhatian karena
dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau akibat
pembedahan intra okular.7
a. Subjektif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah: 1,2,3
Fotofobia
Nyeri pada bola mata
Penurunan tajam penglihatan
Nyeri kapala
Masa terasa bengkak
Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka
Adanya riwayat tindakan pembedahan mata, trauma tembus bola mata
disertai dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan
karena adanya kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyabab
4

endogen maka penderita perlu dianamnesa mengenai ada atau tidaknya


riwayat penyakit sistemik yang dideritanya.8
Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis
diantaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat
dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit
infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis endogen akibat
penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokarditis, dan
infeksi saluran kemih.7,8 Untuk endoftalmitis fakoanafilaktik dapat
ditanyakan tentang adanya riwayat gejala subjektif katarak yang diderita
pasien sebelumnya.3,6

Gambar 1. Endoftalmitis
b. Objektif
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola
mata yang terkena dan derajat infeksi/ peradangan. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik
yang dapat ditemukan dapat berupa3 :
Udem palpebra superior
Reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis
Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
Udem kornea
Kornea keruh
Keratik presipitat
Bilik mata depan keruh
Hipopion
5

Kekeruhan vitreus
Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat
ataupun hilang sama sekali.
Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, didalam badan kaca
ditemukan massa putih abu-abu, hipopion ringan dan bentuk abses satelit di
dalam badan kaca dengan preyeksi sinar yang baik.1

Gambar 2. Endoftalmitis

D. Pemeriksaan Penunjang
Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat
spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyabab. Teknik kultur memerlukan
waktu 48 jam- 14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari :1,4
Cairan dari COA dan Corpus Vitreous
Pada endoftaltis biasanya terjadi kekeruhan pada corpus vitreous.
Oleh sebab itu bila dengan pemeriksaan eftalmoskop, fundus tidak terlihat
maka dapat dilakukan pemeruksaan USG mata.8
Dengan pemriksaan ini dapat ditemukan apakah ada benda asing
dalam bola mata, menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui
apakah infeksi telah mencapai retina.6
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan untuk mengetahui
dengan pasti kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik
yang dapat menimbulkan endoftalmitis melalui penyebaran secara hematogen.
Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berupa :1,2
Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen kreatinin.
6

Foto rontgen thoraks


USG jantung
Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja.

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga
lapisan mata (retina, koroid, dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan
panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan peradangan pada seluruh bola mata
termasuk sklera dan kepsula tenon. 8
Berikut ini merupakan perbedaan endoftalmitis dan panoftamitis.1,2,3
Endoftamitis Panoftalmitis
Radang Intraokular Intraokular, intraorbita
Demam Tidak nyata Nyata
Sakit bola mata Ada Berat
Pergerakan bola mata Masih dapat Sakit tidak bergerak
Eksoftalmos Tidak ada Mata menonjol
Bedah Enukleasi Eviserasi bulbi

F. Penatalaksanaan
Endoftalmitis di obati dengan antibiotika melalui periokular atau
subkonjungtiva.
Antibiotika topikal dan sistemik ampisilin 2 gram/hari dan kloramfenicol 3
gram/hari. Antibiotik yang sesuai untuk kausa bila kuman adalah stafilokok,
basitrasin (topikal), metisilin (subkonjungtiva dan IV). Sedang bila pneumokok,
streptokok dan stafilokok diberikan penisilin G (top. Subkonjungtiva dan IV).
Pseudomonas diobati dengan gentamisin, tobramisin dan karbesilin. Batang gram
negatif dengan gentamisin ; tobramisin dan karbesilin (top. Subkonj dan IV).
Batang gram negatif yang lain diberikan gentamisin.1,2
Sikoplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata. Kortikosteroid dapat diberikan
dengan hati-hati. Apabila pengobatan gagal dilakukan eviserasi. Enukleasi
7

dilakukan bila mata telah tenang dan ftisis bulbi. Penyebabnya jamur diberikan
amfoterisin B150 mikro gram subkonjungtiva.3
Keadaan visus yang buruk pada endoftalmitis, dikarenakan virulensi
mikroorganisme penyebab yang memiliki enzim proteolitik dan produk toksin yang
dapat merusak retina, serta kemampuan multiplikasi yang cepat, juga jarak antara
ditegakkannya diagnosis sampai pada saat terapi diberikan.5
Oleh karena itu pengobatan ditujukan bukan untuk memperbaiki visus, tapi
untuk mengatasi proses inflamsi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar tidak
terjadi penyulit dan keadaan yang lebih berat.5.6
Teknik pengobatan endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai
pemberian antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap organisme
spesifik yang diduga secara intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang diketahui.8
Antibiotik tersebut dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi.
Kombinasi yang dianjurkan adalah gabungan antara golongan aminoglikosida.
Pilihan kombinasi tersebut merupakan yang terbaik, karena : 7,8
Toksisitas minimal terhadap retina dan jaringan ocular
Kombinasi tersebut lebih mimiliki arti klinis dibandingkan pemberian
antibiotik tunggal maupun kombinasi lainnya
Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan jaringan
intraokular yang luas, karena kadang mikroorganisme sulit di identifikasi
dari endoftalmitis.
Biasanya endoftalmitis fungal terdiagnosis bila respon pasien setelah pemberian
antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak ada. Ataupun ditemukan faktor-faktor
predisposisi seperti, pasien sedang dalam pengobatan antibiotik spektrum luas
dalam jangka waktu yang lama, pasien menderita keganasan ataupun dalam
keadaan imunitas yang buruk.4
Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi yang
disertai eksudat dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini penting
untuk endoftalmitis karena dasar dari endoftamitis adalah inflamasi, dimana
prognosis visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut.1
8

Sampai saat ini pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi


walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan dari
pemberian Dexamethason dalam menghambat reaksi inflasmasi dan reaksi imun
abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata.Dexamethason dapat
diberikan secara intraokular sebagai profilaksis.1,2
Pada kasus berat dapat dilakukan vitrektomi pars plana, yang bertujuan untuk
mengeluarkan organisme beserta produk toksin dan enzim proteolitiknya yang
berada dalam vitreous, meningkatkan distribusi antibiotik dan mengeluarkan
membran siklitik yang terbentuk, yang potensial menimbulkan ablasi serta
mengembalikan kejernihan vitrous.2,3
9

1. Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endophtalmitis:


Clinical features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4:

2. Kalamalarajah S, Silvestri G, Sharma N. Surveillance of endophthalmitis


following cataract surgery in the UK. Eye 2004; 18:6: 580-7.

3. Hanscom TA. Postoperative edophthalmitis. Clin Infect Dis 2004; 38:4:542-6.

4. Bannerman Tl, Rhoden D, McAllister SK, Miller JM, Wilson LA. The source of
coagulase negative staphylococciin the Endophtalmitis Vitrectomy Study. A
comparasion of eylid and intraocular isolates using

pulsed field gel electrophoresis. Arch Ophtalmol1997; 115: 357-61.

5. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds.
Am J Ophtalmol 2003; 136: 300-5.

6. Smith SR, Kroll AJ, Lou PL, Ryan EA. Endogenousbacterial and fungal
endophthalmitis. Int OphthalmolClin 2007;47(2):173-83.

7. Callegan MC, Elenbert M, Parke DW. Bacterial endophthalmitis:

Epidemiology, therapeutics, and bacterialhost interactions. Clin Microbiol Rev


2002;15:1:111-24.
10

8. Trofa D, Gcser A, Nosanchuk JD. Candida parapsilosis,an emerging fungal


pathogen. Clin Microbiol Rev 2008;21(4):606-25.

9. Wejde G, Montan P, Lundstrm M, Stenevi U, ThorburnW. Endophthalmitis


following cataract surgery in Sweden: national prospective survey 1999-2001.
Acta Ophthalmol Scand 2005;83(1):7-10.

10. Maguire JI. Postoperative endophthalmitis: optimal management and the role
and timing of vitrectomy surgery. Eye 2008;22(10):1290-300.

11. Benz MS, Scott IU, Flunn HW. Endophtalmits isolates and antibiotic
sensitivites: A 6 years review of culture proven cases. Am J Ophtalmol 2004;
137:1:38-42.

12. Prajna NV, Sathish S, Rajalakshmi PC, George C. Microbiological profile of


anterior chamber aspirates following uncomplicated cataract surgery. Indian J
Ophthalmol 1998;46(4):229-32.

13. Mistlberger A, Ruckhofer J, Raithel E. Anterior chamber contamination during


cataract surgery with intraocular lens implantation. J Cataract Refract Surg
1997;23:1064-9.

14. Sherwood Dr, Rich WJ, Jacob JS. Bacterial contamination of intraocular and
extraocular fluids during extracapsular cataract extraction. Eye 1989;3:308-12.
11

15. Lunstrom M, Wejde G, Stenevi U. Endophthalmitis after cataract surgery: a


nationwide prospective study avaluating incidence in relation to incision type and
location. Ophthalmology 2007;114: 1004-9.

16. Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute
endophthalmitis after cataract surgery: a population-based study. Ophthalmology
2009;116(3):425-30.

17. Miller JJ,Scott IU, Flynn HW. Endophthalmitis caused by Streptococcus


pneumoniae. Am J Ophtalmol 2004; 138:2:231-6.

18. Smith MA, Sorenson JA, D'Aversa G, Mandelbaum S, Udell I, Harrison W.


Treatment of experimental methicillin-resistant Staphylococcus epidermidis
endophthalmitis with intravitreal vancomycin and intravitreal

dexamethasone. J Infect Dis 1997; 175(2):462-6.

19. Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistance: Are


ophtalmologists the villains ? The heroes? Am J Ophtalmol 2001; 131:3:371-6.

20. Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, PeperkampE, Veckeneer M et
al. Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative
endophthalmitis: a prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp
Ophthalmol. 2005;243(12):1200-5.

Anda mungkin juga menyukai