Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN BPH

(BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

A. PENGERTIAN

Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker, (Corwin,

2000).

Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan.

Price&Wilson (2005).

Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa

hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan

hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan adalah hyperplasia (Sabiston, David

C,2004)

BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat mengalami

pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan

menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria.

(Smeltzer dan Bare, 2002)

B. ETIOLOGI

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang

pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab

antara lain :

1. Dihydrotestosteron

Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari

kelenjar prostat mengalami hiperplasi .

2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen testoteron

Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan

testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.

3. Interaksi stroma epitel

Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan

transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.

4. Berkurangnya sel yang mati

Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari

kelenjar prostat

5. Teori sel stem

Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit


BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

C. TANDA DAN GEJALA

1. Gejala iritatif meliputi :

Peningkatan frekuensi berkemih

Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)

Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)

Nyeri pada saat miksi (disuria)

2. Gejala obstruktif meliputi :

Pancaran urin melemah

Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik

Kalau mau miksi harus menunggu lama

Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih


Aliran urin tidak lancar/terputus-putus

Urin terus menetes setelah berkemih

Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinensia karena

penumpukan berlebih.

Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen)

dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar.

3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak

nyaman pada epigastrik.

Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :

Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi

kencing bertambah terutama pada malam hari

Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi

terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.

Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk

ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis,

hidronefrosis.
BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

D. PATOFISIOLOGI

Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila

perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada

pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga

stromal dan elemen glandular pada prostat.

Teori-teori tentang terjadinya BPH :

1. Teori Dehidrosteron (DHT)

Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat

menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada

RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.

2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh

sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen berperan

pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat.

3. Faktor interaksi stroma dan epitel

Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (b-FGF) dapat

menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien

dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. b-

FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.

4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus

urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada

saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran

prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor

menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor

ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan

akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi

retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih

atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :


Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran

awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat

yang membesar.

Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor

membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.

Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi

resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi

terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.

Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak

lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.

Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari

korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.

Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi)

jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi

involunter,

Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit

urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience

maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada

prostat yang membesar.

Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra

prostatik, sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya

terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal

ginjal.

Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap

berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.

Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu

ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula

menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.

Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat

menyebabkan hernia dan hemoroid.


BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

E. PATHWAY
Pathway BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisa

Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen,

eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain

seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri

dapat menyebabkan hematuri.

Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi

ginjal dan status metabolik.

Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan

perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu

biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density

(PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya

dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml

2. Pemeriksaan darah lengkap

Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek

pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita

BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT,

golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.

3. Pemeriksaan radiologis

Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi.

Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume

residu urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran

ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari

keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat

dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter

berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat,

memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal.

BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan

radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada

hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya

dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi

kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah

untuk menilai residual urin.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin

beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati

prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat

mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).

Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan

penderita harusmengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen

yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan

membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis urin

dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,yang dapat

menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat,

2005)

BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi

pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat berkemih maka

kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam

dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih

(sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.

Jenis pengobatan pada BPH antara lain:

Observasi (watchfull waiting)

Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah

mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat

dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak

terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan

colok dubur

Terapi medikamentosa

- Penghambat adrenergik a (prazosin, tetrazosin) : menghambat reseptor pada otot polos di

leher vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra

pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang.

- Penghambat enzim 5-a-reduktase, menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang

membesar akan mengecil.

Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu :

- Retensi urin berulang

- Hematuri

- Tanda penurunan fungsi ginjal

- Infeksi saluran kemih berulang

- Tanda obstruksi berat seperti hidrokel

- Ada batu saluran kemih.

tektomi

Pendekatan transuretral merupakan pendekatan tertutup. Instrumen bedah dan optikal

dimasukan secara langsung melalui uretra ke dalam prostat yang kemudian dapat dilihat

secara langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan loop pemotong listrik.

Prostatektomi transuretral jarang menimbulakan disfungsi erektil tetapi dapat menyebabkan

ejakulasi retrogard karena pengangkatan jaringan prostat pada kolum kandung kemih dapat

menyebabkan cairan seminal mengalir ke arah belakang ke dalam kandung kemih dan bukan

melalui uretra.

a. Prostatektomi Supra pubis.

Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatu insisi

yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.

b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih praktis

dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Lebih jauh lagi

inkontinensia, impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian lain

adalah kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta bidang operatif

terbatas.

c. Prostatektomi retropubik.

Adalah insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis

dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Keuntungannya adalah periode

pemulihan lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.

Pembedahan seperti prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang

mengalami hiperplasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca prostatektomi mencakup

perdarahan, infeksi, retensi oleh karena pembentukan bekuan, obstruksi kateter dan disfungsi

seksual. Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi, meskipun pada

prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf pudendal. Pada

kebanyakan kasus aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai 8 minggu

karena saat itu fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi maka cairan seminal mengalir

ke dalam kandung kemih dan diekskresikan bersama uin. Perubahan anatomis pada uretra

posterior menyebabkan ejakulasi retrogard.

2. Insisi Prostat Transuretral ( TUIP ).


Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui

uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi

tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretral. Cara ini diindikasikan ketika

kelenjar prostat berukuran kecil ( 30 gram/kurang ) dan efektif dalam mengobati banyak

kasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di klinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi

lebih rendah di banding cara lainnya.

3. TURP ( TransUretral Reseksi Prostat )

TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan

resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk

pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkan

dengan arus listrik. Tindakan ini memerlukan pembiusan umum maupun spinal dan

merupakan tindakan invasive yang masih dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal.

TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikan

terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami

pembesaran antara 30-60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakan secara

terus-menerus dengan cairan isotonis selama prosedur. Setelah dilakukan reseksi,

penyembuhan terjadi dengan granulasi dan reepitelisasi uretra pars prostatika (Anonim,FK

UI,2005).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi

balon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Irigasi

kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan darah lagi.

Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari

setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan lancar.

TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala dari sedang

sampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk menjalani

operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia atau

retensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah striktura

uretra, ejakulasi retrograd (50-90%), impotensi (4-40%). Karena pembedahan tidak

mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10 tahun

kemudian.

Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum transuretral

TURP BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)


I. PENGELOLAAN PASIEN

1. Pre operasi

- Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)

- Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita BPh kebanyakan lansia

- Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen thorax

- Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. Sebelum pemeriksaan IVP

pasien diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan mengurangi

bicara untuk meminimalkan masuknya udara

2. Post operasi

- Irigasi/Spoling dengan Nacl

Post operasi hari 0 : 80 tetes/menit

Hari pertama post operasi : 60 tetes/menit

Hari ke 2 post operasi : 40 tetes/menit

Hari ke 3 post operasi : 20 tetes/menit

Hari ke 4 post operasi diklem

Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam kateter bening)

- Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairan serohemoragis <

50cc)

- Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila pasien

sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat oral.
- Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi

- Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin

- Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)

- DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi

- Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.

- Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi

- Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih,

merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretral sekitar

kateter. Medikasi yang dapat melemaskan otot polos dapat membantu mengilangkan spasme.

Kompres hangat pada pubis dapat membantu menghilangkan spasme.

- Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidak duduk

terlalu lama karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan

- Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih. Latihan

perineal harus dilanjutkan sampai passien mencapai kontrol berkemih.

- Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih hingga

sedikit merah muda dalam 24 jam setelah pembedahan.

- Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan

biasanya menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental.

Perdarahan vena diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yang menahan

kateter pada tempatnya memberikan tekannan pada fossa prostatik.


ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Sebelum Operasi

a. Data Subyektif

- Klien mengatakan nyeri saat berkemih

- Sulit kencing

- Frekuensi berkemih meningkat

- Sering terbangun pada malam hari untuk miksi

- Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda

- Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih

- Pancaran urin melemah

- Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik

- Kalau mau miksi harus menunggu lama

- Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih

- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus

- Urin terus menetes setelah berkemih

- Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah

- Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan

b. Data Obyektif
- Ekspresi wajah tampak menhan nyeri

- Terpasang kateter

2. Sesudah Operasi

a. Data Subyektif

- Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi

- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas

b. Data Obyektif

- Ekspresi tampak menahan nyeri

- Ada luka post operasi tertutup balutan

- Tampak lemah

- Terpasang selang irigasi, kateter, infus

3. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup, apakah masalah urinari yang dialami pasien.

4. Pengkajian fisik

a. Gangguan dalam berkemih seperti

- Sering berkemih

- Terbangun pada malam hari untuk berkemih

- Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak

- Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah

- Rasa tidak puas sehabis miksi


- Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat berkemih

- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah berkemih.

- Nyeri saat berkemih

- Ada darah dalam urin

- Kandung kemih terasa penuh

- Nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut.

- Urin tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih

b. Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada

epigastrik

c. Kaji status emosi : cemas, takut

d. Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau

e. Kaji tanda vital

5. Kaji pemeriksaan diagnostik

- Pemeriksaan radiografi

- Urinalisa

- Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin

6. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan dan proses

penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Pre operasi

- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

- Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi proses bedah.

- Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor

biologi

- Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan spasme kandung kemih.

b. Post operasi

- Nyeri akut berhubungan agen injuri fisik (insisi sekunder pada TURP)

- Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv pembedahan

- Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan b.d kurangnya paparan

informasi.

- Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi pasca operasi.

- Disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten dari TURP

Rencana keperawatan

PRE OPERASI

No Diagnosa keperawatan Tujuan

1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selam

Definisi : Sensori dan pengalaman emosional yang .x 24 jam, klien dapat:


tidak menyenangkan yang timbul dari kerusakan
1. Mengontol nyeri

jaringan aktual atau potensial, muncul tiba-tiba atau Definisi : tindakan seseorang untuk mengontr

lambat dengan intensitas ringan sampai berat nyeri

dengan akhir yang bisa diantisipasi atau diduga dan ndikator:

berlangsung kurang dari 6 bulan. Mengenal faktor-faktor penyebab

Mengenal onset/waktu kejadian nyeri

Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi, tindakan pertolongan non-analgetik

kimia, fisik, psikologis) Menggunakan analgetik

melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehat

Batasan karakteristik : (dokter, perawat)

- Laporan secara verbal atau non verbal adanya nyeri terkontrol

nyeri

- Fakta dari observasi

- Posisi untuk menghindari nyeri 2. Menunjukkan tingkat nyeri

- Gerakan melindungi Definisi : tingkat keparahan dari nyeri yan

- Tingkah laku berhati-hati dilaporkan atau ditunjukan

- Muka topeng

- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit Indikator:

atau gerakan kacau, menyeringai) Melaporkan nyeri

- Terfokus pada diri sendiri Frekuensi nyeri


- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, Lamanya episode nyeri

kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi Ekspresi nyeri: wajah

dengan orang dan lingkungan) Posisi melindungi tubuh

- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, Kegelisahan

menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas Perubahan Respirasirate

berulang-ulang) Perubahan Heart Rate

- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan Perubahan tekanan Darah

tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi Perubahan ukuran Pupil

pupil) Perspirasi

- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin Kehilangan nafsu makan

dalam rentang dari lemah ke kaku)

- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,

menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh

kesah)

- Perubahan dalam nafsu makan dan minum


2. Cemas Setelah dilakukan asuhan keperawatan

Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari selama......x24 jam pasien menunjukan dapat :

ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai 1. Mengontrol cemas:

respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak Definisi : Tindakan seseorang untuk menguran

diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan perasaan tertekan/terbebani dan ketegangan da

disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal sumber yang tidak dapat diidentifikasi

ini merupakan peringatan adanya ancaman yang Indikator :


akan datang dan memungkinkan individu untuk- Monitor intensitas cemas

mengambil langkah untuk menyetujui terhadap- Meghilangkan penyebab cemas

tindakan. - Menurunkan stimulus lingkungan ketika cemas

- Mencari informasi untuk menurunkan cemas

Faktor yang berhubungan : terpapar racun, - Gunakan strategi koping efektif

konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai - Melaporkan kepada perawat penurunan lam

utama/tujuan hidup, berhubungan dengan cemas

keturunan/herediter, kebutuhan tidak terpenuhi, - Menggunakan teknik relaksasi untu

transmisi iterpersonal, krisis menurunkan cemas

situasional/maturasional, ancaman kematian, - Mempertrahankan hubungan sosial

ancaman terhadap konsep diri, stress, substans - Mempertahankan konsentrasi

abuse, perubahan dalam: status peran, status - Melaporkan kepada perawat tidur cukup

kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, - Melaporkan kepada perawat bahwa cemas tida

status ekonomi. mempengatruhi keadaan fisik

Batasan karaktersistik : - Tidak adanya tingkahlaku yang menunjuka

Perilaku cemas

- Produktivitas berkurang

- Scanning dan kewaspadaan 2. Koping yang baik

- Kontak mata yang buruk Definisi : Tindakan untuk mengelola stressor

- Gelisah yang menggunakan sumber individu


- Pandangan sekilas Indikator :

- Pergerakan yang tidak berhubungan, (misal : - Mengenal koping efektif

berjalan dengan menyeret kaki, pergelangan - Mengenal koping tak efektif

tangan/lengan - Memverbalkan kemampuan kontrol

- Menunjukkan perhatian seharusnya dalam - Melaporkan menurunnya stress

kejadian hidup - Memverbalkan penerimaan terhadap situasi

- Insomnia - Mencari informasi yang berkaitan dengan

- Resah penyakit dan pengobatannya

Affektive - Modifikasi gaya hidup sesuai kebutuhan

- Penyesalan - Beradaptasi dengan perubahan perkembangan

- Irritable - Menggunakan support sosial yang

- Kesedihan yang mendalam memungkinkan

- Ketakutan - Mengerjakan sesuatu yang menurunkan stress

- Gelisah, gugup - Mengenal strategi koping multipel

- Mudah tersinggung - Menggunakan strategi koping efektif

- Rasa nyeri hebat dan menetap - Menghindari situasi penuh stress

- Ketidakberdayaan meningkat - Memverbalkan kebutuhan akan bantuan

- Membingungkan - Mencari pertolongan professional yang sesuai

- Ketidaktentuan - Melaporkan menurunnya keluhan fisik

- Peningkatan kewaspadaan - Melaporkan menurunnya perasaan negatif


- Fokus pada diri - Melaporkan kenyamanan psikologis yang

- Perasaan tidak adekuat meningkat

- Ketakutan

- Distress

- Kekhawatiran, prihatin

- Cemas

Fisiologis :

- Suara gemetar

- Gemetar, tangan tremor

- Goyah

- Respirasi meningkat (simpatis)

- Keinginan kencing (parasimpatis)

- Nadi meningkat (simpatis)

- Berkeringat banyak

- Wajah tegang

- Anorexia (simpatis)

- Jantung berdetak kuat (simpatis)

- Diare (parasimpatis)

- Keragu-raguan dalam berkemih (parasimpatis)

- Kelelahan (Simpatis)
- Mulut kering (simpatis)

- Kelemahan (simpatis)

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

kebutuhan tubuh X 24 jam klien dapat menunjukkan

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan 1. status nutrisi yang baik,

metabolisme tubuh Definisi : Nutrisi cukup untuk memenuhi

Batasan karakteristik : kebutuhan metabolisme tubuh

- Berat badan 20 % di bawah ideal Indikator :

- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang- Masukan nutrisi

dari RDA (Recomended Daily Allowance) - Masukan makanan dan cairan

- Membran mukosa dan konjungtiva pucat - Tingkat energi cukup

- Kelemahan otot yang digunakan untuk - Berat badan stabil

menelan/mengunyah - Nilai laboratorium

- Luka, peradangan pada rongga mulut

- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah

mengunyah makanan

- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan

makanan

- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah


makanan

- Miskonsepsi

- Kehilangan BB dengan makanan cukup

- Keengganan untuk makan

- Kram pada abdomen

- Tonus otot jelek

- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

- Kurang berminat terhadap makanan

- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

- Diare dan atau steatorrhea

- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)

- Suara usus hiperaktif

- Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan

pemasukan atau mencerna makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan

faktor biologis, psikologis atau ekonomi.


4. Perubahan Pola eliminasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 5-7 hari pasien tidak mengalami

inkontinensia

Kriteria =

- pasien dapat buang air kecil teratur

- bebas dari distensi kandung kemih

POST OPERASI

1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Manajemen Nyeri


.x 24 jam, klien dapat: Definisi : perubahan atau p

Definisi : Se1. Mengontol nyeri Intervensi:

nsori dan Definisi : tindakan seseorang untuk mengontrol nyeri - Kaji secara menyeluruh te

pengalaman ndikator: nyeri, dan faktor-faktor pe

emosional Mengenal faktor-faktor penyebab - Observasi isyarat-isyarat n

yang tidak Mengenal onset/waktu kejadian nyeri - Berikan analgetik sesuai d

menyenangk tindakan pertolongan non-analgetik - Gunakan komunkasi terap

an yang Menggunakan analgetik - Kaji latar belakang budaya

timbul dari melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan (dokter, - Tentukan dampak dari ek

kerusakan perawat) tanggungjawab peran

jaringan nyeri terkontrol - Kaji pengalaman individu

aktual atau - Evaluasi tentang keefektif

potensial, 2. Menunjukkan tingkat nyeri - Berikan dukungan terhada

muncul tiba- Definisi : tingkat keparahan dari nyeri yang dilaporkan atau - Berikan informasi tentang

tiba atau ditunjukan - Kontrol faktor-faktor lingk

lambat penyinaran, dll)

dengan Indikator: - Anjurkan klien untuk mem

intensitas Melaporkan nyeri - Ajarkan penggunaan tekni

ringan Frekuensi nyeri - (ex: relaksasi, guided imag

sampai berat Lamanya episode nyeri - Evaluasi keefektifan dari t


dengan akhir Ekspresi nyeri: wajah - Berikan dukungan terhada

yang bisa Posisi melindungi tubuh - Berikan informasi tentang

diantisipasi Kegelisahan - Kontrol faktor-faktor lingk

atau diduga Perubahan Respirasirate penyinaran, dll)

dan Perubahan Heart Rate - Anjurkan klien untuk mem

berlangsung Perubahan tekanan Darah - Ajarkan penggunaan tekni

kurang dari Perubahan ukuran Pupil - (ex: relaksasi, guided imag

6 bulan. Perspirasi - Evaluasi keefektifan dari t

Kehilangan nafsu makan - Modifikasi tindakan meng

Batasan - Tingkatkan tidur/istirahat

karakteristi - Anjurkan klien untuk berd

k: - Beritahu dokter jika tindak

- Laporan - Informasikan kepada tim k

secara verbal - monitor kenyamanan klien

atau non 2. Pemberian Analgetik

verbal Definisi : penggunaan age

adanya nyeri Intervensi:

- Fakta dari - Tentukan lokasi nyeri, kar

observasi - Berikan obat dengan prins

- Posisi - Cek riwayat alergi obat


untuk - Libatkan klien dalam pem

menghindari - Pilih analgetik secara tepa

nyeri - Tentukan pilihan analgetik

- Gerakan - Monitor tanda-tanda vital,

melindungi - Monitor reaksi obat dan ef

- Tingkah - Dokumentasikan respon d

laku berhati- - Lakukan tindakan-tindaka

hati

- Muka 3. Manajemen lingkungan

topeng Definisi : memanipulasi lin

- Gangguan Intervensi :

tidur (mata - Pilihlah ruangan dengan li

sayu, - Batasi pengunjung

tampak - Tentukan hal-hal yang me

capek, sulit - Sediakan tempat tidur yan

atau gerakan - Tentukan temperatur ruan

kacau, - Sediakan lingkungan yang

menyeringai - Perhatikan hygiene pasien

) - Atur posisi pasien yang m

- Terfokus
pada diri

sendiri

- Fokus

menyempit

(penurunan

persepsi

waktu,

kerusakan

proses

berpikir,

penurunan

interaksi

dengan

orang dan

lingkungan)

- Tingkah

laku

distraksi,

contoh :

jalan-jalan,
menemui

orang lain

dan/atau

aktivitas,

aktivitas

berulang-

ulang)

- Respon

autonom

(seperti

diaphoresis,

perubahan

tekanan

darah,

perubahan

nafas, nadi

dan dilatasi

pupil)

- Perubahan

autonomic
dalam tonus

otot

(mungkin

dalam

rentang dari

lemah ke

kaku)

- Tingkah

laku

ekspresif

(contoh :

gelisah,

merintih,

menangis,

2 Resiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam,1. Kontrol Infeksi

infeksi klien menunjukan Definisi : Meminimalkan m

Definisi : 1. Pengetahuan klien tentang kontrol infeksi meningkat Itervensi :

Peningkatan Definisi : Tindakan untuk mengurangi ancaman kesehatan - Bersikan lingkungan seca

resiko secara aktual dan potensial - Ganti peralatan klien seti

masuknya Indikator: - Batasi jumlah pengunjun


organisme Menerangkan cara-cara penyebaran - Ajarkan cuci tangan untu

patogen Menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan - Anjurkan klien untuk cuc

penyebaran - Gunakan sabun antimikro

Faktor- Menjelaskan tanda-tanda dan gejala - Anjurkan pengunjung un

faktor Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi - Cuci tangan sebelum dan

resiko : terhadap infeksi - Lakukan universal preca

- Prosedur - Gunakan sarung tangan s

Invasif - Lakukan perawatan asept

- 2. pengetahuan tentang deteksi resiko meningkat - Lakukan teknik perawata

Ketida Definisi : Tindakan untuk mengidentifikasi ancaman - Tingkatkan asupan nutris

kcukupan kesehatan - Anjurkan asupan cairan

pengetahuan Indikator : - Anjurkan istirahat

untuk - Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasikan- resiko


Berikan terapi antibiotik

menghindari - Mengidentifikasi resiko kesehatan potensial - Ajarkan klien dan keluarg

paparan - Mencari pembenaran resiko yang dirasakan - Ajarkan klien dan anggot

patogen - Memeriksakan diri pada interval waktu yang ditentukan

- Trauma - Berpartisipasi dalam screening pada interval waktu yang 2. Proteksi infeksi

- ditentukan Definisi : Meminimalkan m

Kerus - Mengetahui keadaan kesehatan keluarga saat ini Intervensi :

akan - Selalu mengetahui / memonitor keadaan kesehatan - Bersihkan lingkungan s


jaringan dan keluarga - Pertahankan teknik isol

peningkatan - Selalu mengetahui / memonitor kesehatan diri - Batasi pengunjung bila

paparan - Menggunakan sumber-sumber informasi untuk tetap - Instruksikan pada peng

lingkungan mendapatkan informasi tentang resiko potensial - Gunakan sabun antimik

- Ruptur - Menggunakan sarana pelayanan kesehatan sesuai - Cuci tangan setiap sebe

membran kebutuhan - Gunakan baju, sarung t

amnion - Pertahankan lingkungan

- Agen 3. Status nutrisi yang baik, - Ganti letak IV perifer d

farmasi Definisi : Nutrisi cukup untuk memenuhi kebutuhan - Gunakan kateter interm

(imunosupre metabolisme tubuh - Tingktkan intake nutris

san) Indikator : - Berikan terapi antibioti

- - Masukan nutrisi 3. Manajemen Nutrisi

Malnu - Masukan makanan dan cairan Definisi : membantu denga

trisi - Tingkat energi cukup Tindakan :

- - Berat badan stabil - Tanyakan pada klien tentan

Penin - Nilai laboratorium - Tanyakan makanan kesuka

gkatan - Kolaborasi dengan ahli giz

paparan - Anjurkan masukan kalori y

lingkungan 4. Luka sembuh, dengan indikator: - Anjurkan peningkatan mas

patogen Kulit utuh - Anjurkan peningkatan mas


- Berkurangnya drainase purulen - Anjurkan untuk banyak ma

Imonu Drainase serousa pada luka berkurang - Pastikan diit tidak menyeb

supresi Drainase sanguinis pada luka berkurang - Berikan klien diit tinggi pro

- Drainase serosa sangunis pada luka berkurang

Ketida Drainase sangunis pada drain berkurang

kadekuatan Drainase serosasanguinis pada drain berkurang

imum buatan Eritema disekitar kulit berkurang

- Tidak Edema sekitar luka berkurang

adekuat Suhu kulit tidak meningkat

pertahanan Luka tidak berbau

sekunder

(penurunan

Hb,

Leukopenia,

penekanan

respon

inflamasi)

- Tidak

adekuat

pertahanan
tubuh primer

(kulit tidak

utuh, trauma

jaringan,

penurunan

kerja silia,

cairan tubuh

statis,

perubahan

sekresi pH,

perubahan

peristaltik)

- Penyakit

kronik
1. Pendidikan kesehatan:
3 Kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam
- Gali pengetahuan tentan
pengetahua pengetahuan klien dan keluarga meningkat tentang:
- Jelaskan patofisiologi pe
n tentang : 1. Proses penyakit
- Jelaskan tanda dan gejal
penyakit, Indikator:
- Terangkan proses penya
diet, - Mengenal nama penyakit
- Identifikasi proses kemu
pengobatan - Menjelaskan proses penyakit
- Menjelaskan penyebab/fakor yang berkontribusi - Berikan informasi tentan

Definisi : - Menjelaskan factor-faktor resiko - Hindari memberi harapa

tidak adanya- Menjelaskan efek dari penyakit - Berikan informasi kondi

atau - Menjelaskan tanda-tanda dan gejala - Diskusikan perubahan g

kurangnya - Menjelaskan tentang komplikasi dan tanda gejalanya - Diskusikan pilihan terap

informasi - Menjelaskan tentang perawatan dirumah - Terangkan rasional tinda

kognitif - Terangkan komplikasi k

sehubungan 2. Diet, dengan indikator: - Terangkan tanda dan gej

dengan topik - Menggambarkan diet yang dianjurkan - Jelaskan cara mencegah

spesifik - Menyebutkan keuntungan dari mengikuti anjuran diet

Batasan - Menyebutkan tujuan dari diet yang yang dianjurkan 2. Ajarkan : Diet

karakteristi - Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan - Kaji pengetahuan klien ten

k dalam diet - Tentukan sikap keluarga k

:memverbali - Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang - Jelaskan tujuan diet

sasikan - Memilih makanan-makanan yang dianjurkan dalam diet - Informasikan berapa lama

adanya - Anjarkan klien tentang ma

masalah, 3. Pengobatan, dengan indikator: - Bantu klien untuk mencata

ketidakakura - Menggambarkan metode pengobatan yang tepat - Observasi pilihan makana

tan - Menggambarkan tindakan-tindakan dalam pengobatan - Anjurkan membuat rencan

mengikuti - Menggambarkan efek samping dalam pengobatan - Dorong untuk mengikuti i


instruksi, - Menyebutkan interakasi obat dengan agen yang lainnya - Konsul ahli gizi

perilaku - Menyebutkan rute pemberian obat yang tepat - Libatkan keluarga

tidak sesuai.

Faktor yang 2. Ajarkan : pengobatan

berhubunga - Jelaskan klien utk mengen

n: - Informasikan nama generi

keterbatasan - Jelaskan tujuan dan kerja o

kognitif, - Jelaskan dosis, rute dan du

interpretasi - Evaluasi kemampuan klien

terhadap - Ajarkan klien untuk melak

informasi - Informasikan apa yang dil

yang salah, - Informasikan akibat tidak

kurangnya - Informasikan efek sampin

keinginan - Jelaskan tanda dan gejala

untuk - Jelaskan cara menyimpan

mencari - Jelaskan interaksi obat

informasi, - Jelaskan cara mencegah at

tidak - Berikan informasi tertulis

mengetahui

sumber-
sumber

informasi.
Sindroma
Defisit
4 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam, 1.Bantu dalam perawatan
Perawatan
Diri
klien mampu melakukan perawatan diri: Activities of Daily Definisi : membantu pasie
(kurang
Living (ADL), dengan indikator: Intervensi :
perawatan
- makan Monitor kemempuan klien
diri : mandi,
- berpakaian Monitor kebutuhan klien un
berpakaian,
- toileting Sediakan bantuan sampai k
makan, dan
- mandi Dorong klien untuk melaku
toileting)
- berhias Dorong untuk melakukan s

- hygiene Ajarkan klien/ keluarga u


Definisi :
- oral hygiene melakukannya.
Gangguan
- ambulasi: berjalan Berikan aktivitas rutin seha
kemampuan
- ambulasi: wheelchair Pertimbangkan usia klien ji
untuk
- transfer performance
melakukan

ADL pada

diri

Batasan
karakteristi

k:

ketidakmam

puan untuk

mandi,

ketidakmam

puan untuk

berpakaian,

ketidakmam

puan untuk

makan,

ketidakmam

puan untuk

toileting

Faktor yang

berhubunga

n:

kelemahan,
kerusakan

kognitif atau

perceptual,

kerusakan

neuromuskul

ar/ otot-otot

saraf.

5. Disfungsi Setelah dilakukan perawaatn selama 2-3 hari pasien mampu 1. Berikan keterbukaan pad

seksual mempertahankan fungsi seksualnya 2. Berikan informasi akura

Kriteria = 3. Diskusikan dasar anatom

- pasien menyadari keadaaannya dan akan memulai lagi 4. Diskusikan ejakulasi ret

interaksi seksual dan aktivitas secara optimal 5. Rujuk ke penasehat seks

- pasien memahami situasi individual

- menunjukan ketrampilan pemecahan masalah

6. PK: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4-5 hari 1. Pantau tanda dan gejala

Perdarahan perawat menagtasi dan meminimalkan komplikasi vaskulair 2. Pantau balutan, kateter,
Kriteria = 3. Instruksikan klien meng

- tidak terjadi perdarahan 4. Lakukan irigasi kandung

- tidak pasien syok hemoragik 5. Pastikan asupan cairan y

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby: Philadelphia
Mansjoer, A, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta
McCloskey, J dan Bulechek, G. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Philadelphia
Nanda (2000), Nursing Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2001-2002, Philadelphia, USA.
Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai