A. PENGERTIAN
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker, (Corwin,
2000).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan.
Price&Wilson (2005).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan adalah hyperplasia (Sabiston, David
C,2004)
BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan
menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab
antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari
kelenjar prostat
Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinensia karena
penumpukan berlebih.
Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen)
dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar.
3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak
Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi
Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi
Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk
ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis,
hidronefrosis.
BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada
pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat
menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh
sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen berperan
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (b-FGF) dapat
menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien
dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. b-
FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus
saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran
prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor
menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor
ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih
awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat
yang membesar.
Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi
Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak
lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi)
jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi
involunter,
urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience
maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada
Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra
prostatik, sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya
terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal
ginjal.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap
berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.
Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu
ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula
Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat
E. PATHWAY
Pathway BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen,
eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain
seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi
perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu
biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density
(PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya
dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek
pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita
BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT,
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi.
Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume
residu urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran
ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari
keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat
dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter
berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat,
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan
radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada
hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya
dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi
kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin
beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati
prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan
membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis urin
2005)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi
pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat berkemih maka
kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam
dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih
Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah
mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat
dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak
terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan
colok dubur
Terapi medikamentosa
leher vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra
pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang.
Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu :
- Hematuri
tektomi
dimasukan secara langsung melalui uretra ke dalam prostat yang kemudian dapat dilihat
secara langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan loop pemotong listrik.
ejakulasi retrogard karena pengangkatan jaringan prostat pada kolum kandung kemih dapat
menyebabkan cairan seminal mengalir ke arah belakang ke dalam kandung kemih dan bukan
melalui uretra.
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatu insisi
yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih praktis
dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Lebih jauh lagi
inkontinensia, impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian lain
adalah kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta bidang operatif
terbatas.
c. Prostatektomi retropubik.
Adalah insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis
dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Keuntungannya adalah periode
pemulihan lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.
perdarahan, infeksi, retensi oleh karena pembentukan bekuan, obstruksi kateter dan disfungsi
prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf pudendal. Pada
kebanyakan kasus aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai 8 minggu
karena saat itu fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi maka cairan seminal mengalir
ke dalam kandung kemih dan diekskresikan bersama uin. Perubahan anatomis pada uretra
uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi
tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretral. Cara ini diindikasikan ketika
kelenjar prostat berukuran kecil ( 30 gram/kurang ) dan efektif dalam mengobati banyak
kasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di klinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkan
dengan arus listrik. Tindakan ini memerlukan pembiusan umum maupun spinal dan
merupakan tindakan invasive yang masih dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikan
terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami
pembesaran antara 30-60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakan secara
penyembuhan terjadi dengan granulasi dan reepitelisasi uretra pars prostatika (Anonim,FK
UI,2005).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi
balon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Irigasi
kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan darah lagi.
Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari
setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan lancar.
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala dari sedang
sampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk menjalani
operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia atau
retensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah striktura
mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10 tahun
kemudian.
Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum transuretral
1. Pre operasi
- Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
- Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. Sebelum pemeriksaan IVP
pasien diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan mengurangi
2. Post operasi
Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam kateter bening)
- Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairan serohemoragis <
50cc)
- Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila pasien
sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat oral.
- Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi
- Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin
- Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih,
merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretral sekitar
kateter. Medikasi yang dapat melemaskan otot polos dapat membantu mengilangkan spasme.
- Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidak duduk
- Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih. Latihan
- Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih hingga
- Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan
biasanya menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental.
Perdarahan vena diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yang menahan
A. PENGKAJIAN
1. Sebelum Operasi
a. Data Subyektif
- Sulit kencing
- Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
b. Data Obyektif
- Ekspresi wajah tampak menhan nyeri
- Terpasang kateter
2. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas
b. Data Obyektif
- Tampak lemah
3. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup, apakah masalah urinari yang dialami pasien.
4. Pengkajian fisik
- Sering berkemih
b. Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada
epigastrik
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
6. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan dan proses
- Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi proses bedah.
biologi
b. Post operasi
- Nyeri akut berhubungan agen injuri fisik (insisi sekunder pada TURP)
- Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan b.d kurangnya paparan
informasi.
Rencana keperawatan
PRE OPERASI
jaringan aktual atau potensial, muncul tiba-tiba atau Definisi : tindakan seseorang untuk mengontr
nyeri
- Muka topeng
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi Perubahan ukuran Pupil
pupil) Perspirasi
kesah)
Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari selama......x24 jam pasien menunjukan dapat :
respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak Definisi : Tindakan seseorang untuk menguran
disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal sumber yang tidak dapat diidentifikasi
konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai - Melaporkan kepada perawat penurunan lam
abuse, perubahan dalam: status peran, status - Melaporkan kepada perawat tidur cukup
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, - Melaporkan kepada perawat bahwa cemas tida
Perilaku cemas
- Produktivitas berkurang
- Ketakutan
- Distress
- Kekhawatiran, prihatin
- Cemas
Fisiologis :
- Suara gemetar
- Goyah
- Berkeringat banyak
- Wajah tegang
- Anorexia (simpatis)
- Diare (parasimpatis)
- Kelelahan (Simpatis)
- Mulut kering (simpatis)
- Kelemahan (simpatis)
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan 1. status nutrisi yang baik,
mengunyah makanan
makanan
- Miskonsepsi
inkontinensia
Kriteria =
POST OPERASI
nsori dan Definisi : tindakan seseorang untuk mengontrol nyeri - Kaji secara menyeluruh te
timbul dari melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan (dokter, - Tentukan dampak dari ek
muncul tiba- Definisi : tingkat keparahan dari nyeri yang dilaporkan atau - Berikan informasi tentang
hati
- Gangguan Intervensi :
- Terfokus
pada diri
sendiri
- Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi
waktu,
kerusakan
proses
berpikir,
penurunan
interaksi
dengan
orang dan
lingkungan)
- Tingkah
laku
distraksi,
contoh :
jalan-jalan,
menemui
orang lain
dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulang-
ulang)
- Respon
autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan
darah,
perubahan
nafas, nadi
dan dilatasi
pupil)
- Perubahan
autonomic
dalam tonus
otot
(mungkin
dalam
rentang dari
lemah ke
kaku)
- Tingkah
laku
ekspresif
(contoh :
gelisah,
merintih,
menangis,
Peningkatan Definisi : Tindakan untuk mengurangi ancaman kesehatan - Bersikan lingkungan seca
patogen Menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan - Anjurkan klien untuk cuc
faktor Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi - Cuci tangan sebelum dan
paparan - Mencari pembenaran resiko yang dirasakan - Ajarkan klien dan anggot
- Trauma - Berpartisipasi dalam screening pada interval waktu yang 2. Proteksi infeksi
- Ruptur - Menggunakan sarana pelayanan kesehatan sesuai - Cuci tangan setiap sebe
farmasi Definisi : Nutrisi cukup untuk memenuhi kebutuhan - Gunakan kateter interm
Imonu Drainase serousa pada luka berkurang - Pastikan diit tidak menyeb
supresi Drainase sanguinis pada luka berkurang - Berikan klien diit tinggi pro
sekunder
(penurunan
Hb,
Leukopenia,
penekanan
respon
inflamasi)
- Tidak
adekuat
pertahanan
tubuh primer
(kulit tidak
utuh, trauma
jaringan,
penurunan
kerja silia,
cairan tubuh
statis,
perubahan
sekresi pH,
perubahan
peristaltik)
- Penyakit
kronik
1. Pendidikan kesehatan:
3 Kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam
- Gali pengetahuan tentan
pengetahua pengetahuan klien dan keluarga meningkat tentang:
- Jelaskan patofisiologi pe
n tentang : 1. Proses penyakit
- Jelaskan tanda dan gejal
penyakit, Indikator:
- Terangkan proses penya
diet, - Mengenal nama penyakit
- Identifikasi proses kemu
pengobatan - Menjelaskan proses penyakit
- Menjelaskan penyebab/fakor yang berkontribusi - Berikan informasi tentan
kurangnya - Menjelaskan tentang komplikasi dan tanda gejalanya - Diskusikan pilihan terap
Batasan - Menyebutkan tujuan dari diet yang yang dianjurkan 2. Ajarkan : Diet
sasikan - Memilih makanan-makanan yang dianjurkan dalam diet - Informasikan berapa lama
tidak sesuai.
mengetahui
sumber-
sumber
informasi.
Sindroma
Defisit
4 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam, 1.Bantu dalam perawatan
Perawatan
Diri
klien mampu melakukan perawatan diri: Activities of Daily Definisi : membantu pasie
(kurang
Living (ADL), dengan indikator: Intervensi :
perawatan
- makan Monitor kemempuan klien
diri : mandi,
- berpakaian Monitor kebutuhan klien un
berpakaian,
- toileting Sediakan bantuan sampai k
makan, dan
- mandi Dorong klien untuk melaku
toileting)
- berhias Dorong untuk melakukan s
ADL pada
diri
Batasan
karakteristi
k:
ketidakmam
puan untuk
mandi,
ketidakmam
puan untuk
berpakaian,
ketidakmam
puan untuk
makan,
ketidakmam
puan untuk
toileting
Faktor yang
berhubunga
n:
kelemahan,
kerusakan
kognitif atau
perceptual,
kerusakan
neuromuskul
ar/ otot-otot
saraf.
5. Disfungsi Setelah dilakukan perawaatn selama 2-3 hari pasien mampu 1. Berikan keterbukaan pad
- pasien menyadari keadaaannya dan akan memulai lagi 4. Diskusikan ejakulasi ret
6. PK: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4-5 hari 1. Pantau tanda dan gejala
Perdarahan perawat menagtasi dan meminimalkan komplikasi vaskulair 2. Pantau balutan, kateter,
Kriteria = 3. Instruksikan klien meng
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby: Philadelphia
Mansjoer, A, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta
McCloskey, J dan Bulechek, G. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Philadelphia
Nanda (2000), Nursing Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2001-2002, Philadelphia, USA.
Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2, EGC, Jakarta