Laporan Magang
Disusun Oleh:
CINTIA ANGGRAINI
106101003309
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Magang, April 2008
ABSTRAK
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang memberikan nikmat yang
berlimpah bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang
Instalasi Gizi RSUD Depati Hamzah Pangkal Pinang tahun 2010, tepat pada
SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaat dan pertolongannya nanti di Yaumil
qiyamah. Amiin.
Laporan magang ini penulis buat untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan salah satu
mata kuliah disemester 8 yaitu mata kuliah magang yang dilakukan untuk mengetahui
kegiatan tatalaksana anak gizi buruk di RSUD Depati Hamzah dari input, proses da
outputnya. Harapannya hasil laporan magang ini dapat dijadikan masukan dalam
penatalaksanaan gizi buruk di Rumah Sakit yang lebih baik dan bermutu.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. (Hc) dr. M.K Tadjudin, Sp. And, Dekan Fakultas Kedokteran
2. Bpk. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan para dosen program studi
3. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, sebagai dosen pembimbing magang yang telah
banyak membantu penulis dari awal sampaiakhir penulisan laporan magang ini.
4. Orang tua saya tercinta khususnya ibunda tersayang Salwati dan ayahanda
Azwar yang telah memberikan motivasi dan bantuan moril maupun materil.
5. Direktur Utama RSUD Depati Hamzah yang telah mengizinkan penulis untuk
magang.
dan hunting buku sama-sama. Thanks for All atas motivasi, semagat
9. Sahabat-sahabat setiaku tersayang erna, deuis, yeni, zume, aulia, eka, dan
semuanya atas kebersamaannya. Thanks wat cerita hidup dan curhat nya yah...
10. Sahabat-sahabat kostan yang ceria dan semuanya atas kebersamaan, semoga
Penulis Menyadari penulis laporan ini masih kurang dari sempurna, sehingga
sangat diharapkan saran dan masukannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penyusun
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang program
Studi kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Mengetahui
Penguji I
Penguji II
PERSONAL DATA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kerta Mukti Gang. H. Nipan. RT. 001/RW.08 No. 128
PENDIDIKAN FORMAL
ABSTRAK i
RIWAYAT HIDUP . iv
KATA PENGANTAR . v
DAFTAR SINGKATAN . . xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.2 Tujuan 6
1.3 Manfaat . 7
BAB IV HASIL 59
4.4 Pelaksanaan Kerja Asuhan Gizi Ranap Pasien Gizi Buruk .............. 108
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
9. Form Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Laki-Laki dan Perempuan
Menurut Berat Badan dan Panjang Badan (BB/TB-PB) Menurut WHO-NCHS,
1983
10. Form Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Laki-Laki dan Perempuan
Menurut Berat Badan dan Tinggi Badan / Panjang Badan (BB/TB-PB) Menurut
WHO-NCHS, 1983
11. Form Tabel Petunjuk pemberian F 75 Untuk Anak Gizi Buruk Tanpa Edema
12. Form Tabel Petunjuk pemberian F 75 Untuk Anak Gizi Buruk Edema Berat
13. Form Tabel Petunjuk pemberian F 100 Untuk Anak Gizi Buruk
DAFTAR SINGKATAN
KB = Keluarga Berencana
EKG = Elektrokardiography
USG = Ultrasonography
CTG = Cotophography
Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan dan Tindakan Pada Anak Gizi Buruk ............. 50
Tabel 4.3 Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUDDH Tahun 2009 ............... 72
Tabel 4.8 Bahan Makanan (Formula WHO) Dan Nilai Gizi Makanan Pada
Pasien Gizi Buruk ......................................................................... 102
Tabel 4.9 Pedoman Pemberian Formula Anak Gizi Buruk (Depkes RI, 2003)... 107
Tabel 4.10 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Diruang Rawat Inap ........................ 110
Tabel 4.11 Laporan Kasus Anak Gizi Buruk di RSUDDH ............................ 113
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk
tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam fungsi tubuhnya sendiri
makanan yang alami dan bergizi agar dapat mendorong peningkatan fungsi tubuh
Masalah gizi merupakan salah satu penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi yang tidak seimbang, baik berupa kekurangan maupun kelebihan akan
bahwa gangguan gizi kurang pada balita membawa dampak negatif terhadap
belajar. Akibat lainnya adalah penurunan daya tahan sehingga kejadian infeksi
meningkat (Depkes RI, 1998). Kekurangan gizi akan menyebabkan hilangnya masa
hidup sehat pada balita. Dampak yang lebih serius dari kekurangan gizi adalah
RI, 1998)
Tabel 1.1
Prevalensi Gizi Buruk di Indonesia
No Tahun Prevalensi
1. 2005 1.03%
2. 2006 2.10%
3. 2007 3.48%
Sumber: Depkes RI
Anak usia di bawah lima tahun merupakan golongan yang rentan terhadap
masalah kesehatan dan gizi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein (KEP)
yang merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Secara nasional prevalensi gizi
kurang dan gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Pada tahun 2005 tercatat 1.03%
dari jumlah penduduk mengidap gizi buruk,kemudian naik menjadi 2.10% pada
tahun 2006, dan kembali melonjak manjadi 3.48% pada tahun 2007. Selama tahun
2006 terjadi kasus gizi gizi buruk sebanyak 9.163 balita dan mengalami peningkatan
menjadi 15.980 balita pada tahun 2007 sehingga terjadi kenaikan sebanyak 6.817
Tabel 1.2
Prevalensi Gizi Buruk di Bangka Belitung
No. Tahun Prevalensi
1. 2005 8.7%
2. 2006 7.4%
3. 2007 4.6%
Sumber : Dinkes provinsi Bangka Belitung
Bangka Belitung tahun 2005 prevalensi gizi buruk sebesar 8,7 %, sedangkan pada
tahun 2006 prevalensi gizi buruk sebesar 7.4%, pada tahun 2007 terjadi kasus gizi
buruk sebesar 4,6%. Sedangkan pada tahun 2008 yang tersebar terjadi kasus gizi
buruk dan gizi kurang dibeberapa kabupaten antara lain di Bangka tercatat kasus gizi
buruk dan kurang 0.99%, Kota Pangkal Pinang 0.97%, Bangka Barat 2.93%, Bangka
Tengah 0.58%, Bangka Selatan 0.58%, Provinsi Babel 0.58%, Belitung tercatat
2.82% dan Belitung terjadi kasus gizi buruk dan kurang 3.21%. Kondisi ini akan
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Salah satu konsekuensi dari
kurang gizi adalah gangguan pertumbuhan. Pertumbuhan normal dapat tercapai bila
berat badan anak berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan bila di
plot dalam kartu menuju sehat (KMS) berada pada garis pertumbuhan normalnya
(Growth Trajectory).
Kekurangan energi protein (KEP) tidak terjadi secara tiba-tiba (akut), tetapi
merupakan kejadian kronis yang selalu ditandai dengan kenaikan berat badan yang
tidak cukup. Perubahan berat badan merupakan indikator yang dianggap sensitif
merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi di lebih dari 80 negara
yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan keadaan gizi anak
rangkaian kegiatan yang terdiri dari pengukuran fisik dan perkembangan individu di
kualitas hidup. Peningkatan berat badan merupakan indikator yang sensitif terhadap
pertumbuhan anak.
gangguan dalam prosesnya sejak intra uterin hingga dewasa. Penyimpangan dapat
memberikan manifestasi klinis baik kelainan dalam pertumbuhan dengan atau tanpa
kelainan perkembangan. Walaupun terdapat kombinasi pengaruh faktor biologik.
secara terpisah perlu diperhatikan. Kelainan pertumbuhan anak yang dijumpai adalah
antara lain perawakan pendek (short stature), perawakan gigi (tall stature), yang
diklasifikasi sebagai variasi normal dan patologis, malnutrisi dan obesitas, sehingga
diperlukan suatu kiat dalam pengukuran antropometri sebagai salah satu cara
Gizi yang disertai peran aktif masyarakat. Rumah sakit adalah suatu fasilitas
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan,
memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang terdiri dari
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme
tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses perjalanan penyakit
dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien
semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pengaruh tersebut bisa
berjalan timbal balik, seperti lingkaran setan. Hal tersebut diakibatkan karena tidak
tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh (Depkes RI,
2003).
paripurna rumah sakit dengan beberapaa kegiatan anatara lain pelayanan Gizi rawat
Inap, Rawat Jalan dan Penyelenggaraan Makanan. Pelayanan gizi rawat inap adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui
makanan sesuai dengan penyakit yang diderita selama pasien mendapat perawatan di
Rumah Sakit ( Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietsin Indonesia, 2005),
sedangkan pelayanan gizi rawat jalan adalah kegiatan pelayanan gizi yang
evaluasi rencana diet kepada klien/pasien rawat jalan (Departemen Kesehatan RI,
2003).
Pelayanan gizi dirumah sakit dalam tatalaksana balita gizi buruk yaitu suatu
kegiatan pelayanan gizi balita gizi buruk yang memberikan penanganan dan
perawatan dalam pemulihan balita gizi buruk dengan cara rawat inap dan rawat jalan
mulai pasien di rujuk/masuk ke rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit
merupakan rumah sakit rujukan di kawasan Bangka Belitung, menjadi badan layanan
umum, serta menjadi rumah sakit trauma centre, seiring ditetapkannya Pangkal
Pinang sebagai Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. RSUDDH ini adalah
rumah sakit rujukan juga yang menangani masalah kasus gizi buruk, yang
merupakan tempat perawatan dan pemulihan anak gizi buruk yang terjadi di Provinsi
Bangka Belitung. RSUDDH ini bekerja sama dengan program pemerintah dan
Dinas-Dinas kesehatan dalam perawatan dan pemulihan kasus anak gizi buruk hanya
rawat inap. Jumlah pasien gizi buruk di RSUDDH yang dirawat inap tahun 2007
terdapat 32 kasus, sedangkan pada tahun 2008 terdapat 25 kasus pasien gizi buruk
beberapa tatalaksana asuhan gizi bagi pasien gizi buruk di ruang perawatan RSUD
Depati Hamzah antara lain pengkajian status gizi , penentuan kebutuhan gizi,
penentuan macam diet, konseling gizi dan pemantauan/evaluasi terhadap pasien gizi
buruk
Untuk itu dengan adanya kasus gizi buruk di Bangka Belitung ini, saya
berminat untuk melakukan magang khususnya dalam tatalaksana asuhan gizi pasien
gizi buruk di Rumah Sakit Umum Depati Hamzah yang merupakan Rumah Sakit
1.2 Tujuan
ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang.
tatalaksana asuhan gizi pasien gizi buruk di ruang perawatan Rumah Sakit
buruk di ruang perawatan asuhan gizi Rumah Sakit Umum Daerah Depati
1.3. Manfaat
Magang diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi semua pihak yang
tempat magang
secara proporsional
perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang. Magang ini
memiliki bobot nilai 4 sks yang sebanding dengan 26 hari kerja dengan lama kerja 8
jam perhari. Mahasiswa masuk setiap hari sesuai dengan hari kerja di instansi terkait.
TINJAUAN PUSTAKA
orang dewasa pada umur 2 tahun, sedangkan jaringan lain seperti otot terus
tersebut dapat dilakukan dengan melihat kenaikan berat badan ibu pada saat
(Runawas, 1996).
2.1.2 Pengertian Status Gizi
Kekurangan gizi pada anak bukan saja disebabkan oleh kurangnya pangan dan
kemiskinan tetapi banyak faktor lain yang berpengaruh, baik secara langsung
Status gizi adalah merupakan suatu indicator status kesehatan. Status gizi
adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Sedangkan menurut Riyadi (2005), status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh
(absorbtion), dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Status gizi pun
juga didefinisikan lain oleh Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto dalam Supriasa
dkk (2002), mereka mendefinisikan status gizi adalah ekspresi dari keadaan
dalam bentuk variabel tertentu, merupakan indeks yang statis dan agregatif
sifatnya kurang peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam waktu pendek
atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat
bentuk malnutrisi:
2002).
hubungan antara tingkat hidup keluarga dengan status gizi masyarakat. Kedua,
menelaah tingkat gizi secara individu atau perseorangan. (Djiteng Roedjito D.,
1989). Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu penilaian
status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung :
2.1.3.1 Penilaian Status Gizi Secara langsung
1. Antropometri
dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
a. Umur
berat badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai
b. Berat badan
c. Tinggi badan
keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
e. Lingkar kepala
mikrosefalus.
f. Lingkar dada
tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada
umur 6 bulan.
2. Klinis
klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi(Depkes
RI, 2006a).
3. Biokimia
4. Biofisik
ekologi.
2. Statistik vital
3. Faktor ekologi
intervensi gizi.
Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan baku Harvard dan untuk
antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan dan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB).
badan maka indeks berat badan/umur digunakan sebagai salah satu cara
kecil, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah
Supariyasa, 2002).
terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (I
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas
Supariyasa, 2002).
Dari beberapa cara penilaian tersebut, status gizi yang pada saat
fisik anak balita berupa indicator yang paling luas digunakan (WHO,
1990).
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa,
dkk., 2002).
menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan
For Statistics (WHO NCHS). Adapun cara penilaian status gizi anak
dan mudah didapat, metodenya tepat dan akurat, dapat mendeteksi keadaan gizi
masa lalu, dapat mengevaluasi status gizi periode tertentu dan dapat digunakan
untuk screening. Sedangkan kelemahannya antara laina adalah metode ini tidak
sensitif, faktor non gizi seperti penyakit dapat menurunkan spesifisitas dan
Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu : makanan
yang dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan seorang
anak tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya
beli keluarga, ada tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan
terhadap status gizi anak yaitu konsumsi makanan dan status kesehatan.
makanan untuk anak. Penyediaan makanan untuk anak dipengaruhi oleh waktu
yang tersedia oleh ibu, pembagian makanan dalam keluarga dan tersedianya
makanan untuk keluarga. Penyediaan waktu oleh ibu dipengaruhi oleh status
STATUS GIZI
Penyebab
Asupan zat gizi penyakit infeksi Langsung
1. Keadaan gizi
2. Mal nutrisi
Berawal dari nutrisi ibu yang kurang saat sebelum dan sesudah
3. Kemiskinan
panganpun berkurang.
4. Pendidikan rendah
yang salah.
5. Lingkungan
MB., 2002).
berupa krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada suatu negara
pada saat ibu hamil ataupun balita serta adanya penyakit infeksi.
berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah dan fungsi tingkat sel,
organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram), ukuran
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup
faktor bawaan, jenis kelamin, obstetric dan ras. Sedangkan faktor eksternal anatara
lain gizi ibu pada saat hamil, mekanis, toksin/zat kimia, radiasi, infeksi, stress dan
dengan panjang seperti tinggi badan atau panjang badan. Ukuran massa tubuh
jaringan adalah berhubungan dengan massa tubuh seperti berat badan. Terdapat
empat masa pertumbuhan anak semenjak lahir, yaitu: (FK Universitas Indonesia,
1974).
1. Pertumbuhan yang cepat sekali sampai anak umur 1 tahun, kemudian berkurang
2. Pertumbuhan yang berjalan lambat dan teratur sampai anak berumur aqil baligh
(pubertas).
3. Pertumbuhan yang cepat, pada masa pubertas.
Anak yang normal pada umur enam bulan berat badannya mencapai dua kali
berat badan saat lahir, pada umur satu tahun berat badan anak menjadi tiga kali berat
KEP (Kurang Energi Protein), KVA (Kurang Vitamin A), Kurang Yodium
(gondok endemik) dan kurang zat besi (anemi gizi besi). Akibat dari kurang
Gizi kurang atau gizi buruk pada balita dapat berakibat terganggunya
pertumbuhan jasmani dan kecerdasan mereka. Kalau cukup banyak orang yang
Dengan demikian jelas masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua
keluarga harus bertindak atau berbuat sesuatu bagi perbaikan gizi (Sayogya,
1994).
Kondisi ini akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia.
Pertumbuhan normal dapat tercapai bila berat badan anak berdasarkan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan bila di plot dalam kartu menuju sehat
Kurang energi protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-
hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat
badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku
WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling
berat dan meluas terutama pada balita. Pada umumnya penderita KEP berasal
tetapi merupakan kejadian kronis yang selalu ditandai dengan kenaikan berat
badan yang tidak cukup. Perubahan berat badan merupakan indikator yang
keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya zat gizi terutama defisiensi protein
seluruh dunia dan mempengaruhi sekitar 800juta orang dewasa dan anak-anak.
Akan tetapi, dampak yang terburuk terjadi pada anak-anak karena dengan
dkk, 2002).
Ada beberapa cara untuk mengetahui seorang anak terkena gizi buruk
1. Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan. Bila
2. Dengan mengukur tinggi badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA). Bila
tidak sesuai dengan standar anak normal, waspadai anak tersebut terkena
busung lapar.
2. KEP sedang bila hasil pinimbangan berat badan pada KMS terletak
3. KEP berat/ gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median
WHO-NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/gizi buruk dan
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis berat/ gizi buruk secara garis besar dapat
mengukur BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP
1. Marasmus
ASI yang terlalu encer dan tidak higienis atau sering terkena infeksi
terutama gastroentritis. Penyakit ini sering terjadi pada sosial ekonomi yang
h. Perut cekung
i. Iga gambang
2. Kwarshiorkor
pertama diperkenalkan oleh Dr. Cecile Williams tahun 1933. Penyakit ini
lebih banyak diderita pada anak berumur 2-3 tahun, terjadi pada anak yang
g. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk
h. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
3. Marasmus-Kwarshiorkor
tanda-tanda adalah gejala dari keduanya, dengan BB/U <60% baku median
Masyarakat, 2008).
Proses terjadinya gizi buruk dimulai dari tahapan ketika seorang anak
gizi buruk tingkat sedang. Jika asupan zat gizinya tidak cepat terpenuhi maka berat
badan anak akan semakin turun. Hal ini akan menjadi lebih parah jika disertai
dengan penyakit infeksi yang disebabkan dari kondisi lingkungan yang tidak sehat.
Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya marasmus atau kwashiorkor atau juga
kedunya, dan itu artinya bahwa anak sudah masuk kedalam kategori gizi buruk
Purworejo. Pada tahun 2004 jumlah bayi dan balita gizi buruk sebanyak
309 anak sedangkan jumlah bayi dan balita gizi kurang sebanyak 1526
anak.
2004 ada tiga balita gizi buruk tanpa komplikasi di rawat di Rumah
keluarga.
Semua balita gizi buruk telah dilacak baik oleh Bidan Desa, Petugas
bayi dan balita gizi buruk sebanyak 150 anak mendapatkan PMT-P susu
kecamatan Bruno.
makanan saring/cair 2-3 jam sekali, atau larutan air gula dengan sendok bila
anak tidak dapat makan. Jika terdapat gangguan kesadaran diberikan infuse
mendekap anak di dada ibu/ orang dewasa lainnya dan ditutupi selimut atau
Pada masa ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur setiap setengah jam
sekali.
3. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan adalah dengan tetap
memberikan ASI setiap setengah jam sekali jika anak masih menyusui dan
memberikan minum 3 sendok makan setiap 30 menit, jika anak tidak dapat
perbandingan 1:1.
makanan tanpa garam/rendah garam dan bila balita bisa makan maka diberikan
5. Pengobatan dan pencegahan infeksi, yaitu pada KEP berat/gizi buruk, umunya
menunjukkan adanya infeksi seperti demam, oleh karena itu pada semua KEP
berat/ gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik, serta vaksinasi campak bila
6. Pemberian makanan balita KEP berat/gizi buruk dibagi atas tiga fase, yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Pada awal fase stabilisasi perlu
7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita yang meliputi dua fase, yaitu fase transisi
memberikan zat besi pada masa stabilisasi karena dapat memperburuk keadaan
infeksi, berikan pada saat anak sudah mau makan dan berat badannya sudah
10. Tindak lanjut perawatan dirumah dilakukan bila berat badan anak sudah berada
di garis warna kuning dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau
bidan desa. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
pemenuhan zat gizi pasien. Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga
dengan terapi gizi medik. Pelayanan kesehatan paripurna seorang pasien, baik
rawat inap maupun rawat jalan, secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan
(care) yang pada pelaksanaannya dikenal sebagi pelayan (service). Ketiga jenis
asuhan tersebut adalah : asuhan medik, asuhan keperawatan dan asuhan gizi
Tujuan utama asuhan gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat
maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsure terkait untuk
melaksanakan urutan kegiatan, yang dikelompokan menjadi lima (5) kegiatan,
yaitu :
tepat zat gizi (bahan makanan), tepat formula, tepat bentuk, tepat cara
oleh seorang dokter dengan anggota yang terdiri dari dokter, nutrionis
atau dietsien, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Tim asuahn gizi
koordinasi dan komunikasi antar anggota tim. Oleh karena itu rumah
sakit perlu dibentuk Tim Asuhan gizi sesuai dengan struktur organisasi
Gambar 2.2
Contoh Jalur koordinasi TIM Asuhan Gizi
Direktur
Komite Medik
a. Dokter
b. Nutrisionis/dietsien
keperluan terapi.
gizi.
c. Perawat
diberikan
d. Farmasi
laboratorium
3. Penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan penyakitnya dan cara
pemberian makanan
4. Konseling gizi
1. Antropometri
badan (TB), panjang badan (PB), berat badan (BB), tinggi lutut,
tebal lemak bawah kulit (Skin fold technic), lingkar lengan atas
2. Pemeriksaan fisik
2006a)
3. Laboratorium
c. Feses
makan sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan,
bentuk dan frekuensi makan, serta pantangan makan. Asupan zat gizi
bahan makanan atau daftar bahan makanan penukar (Depkes RI, 2006a)
Analisis asupan gizi memberikan informasi perbandingan antara
asupan dengan kebutuhan gizi dalam sehari. Setiap pasien rawat inap
yang meliputi: asupan zat gizi, pola makan, semua data antropometri,
klinis dan bio kimia yang didapat dicatat pada formulir pencatatan gizi.
angka kecukupan gizi (AKG), dan saran diet sesuai dengan kondisi
dasar status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu
konseling gizi membuat perubahn prilaku makan pada pasien. Hal ini
Pemantauan berat badan status gizi perlu dilakukan secara rutin, sesuai
Cara pemberian diet pada pasien gizi buruk terdiri dari 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Tiap fase dengan penjelasan sebagai
berikut :
karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar
dapat mencapai prinsip tersebut di atas dengan persyaratan diet sebagai berikut:
4. Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
a. Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
c. Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari.
setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4
jam.
2) Banyaknya muntah
Fase transisi merupakan fase peralihan dari fase stabilisasi yang cara
untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak
2. Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100
ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram
yang sama.
ml/kgbb/hari).
a. Frekwensi nafas
4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula
dan sering
4. Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan
menyeluruh.
Tabel 2.2
Tahap Pemberian Makanan
TAHAPAN PEMBERIAN DIET
Fase stabilisasi : Formula who 75 atau pengganti
Fase transisi : Formula who 75 formula who 100 atau
pengganti
Fase rehabilitasi : Formula who 135 (atau pengganti)
Makanan keluarga
Sumber: Depkes, RI, 2006
Tabel 2.3
Hasil Pemeriksaan dan Tindakan Pada Anak Gizi Buruk
Tabel 2.3
Hasil Pemeriksaan dan Tindakan Pada Anak Gizi Buruk (Lanjutan)
Gambar 3.1
Langkah-Langkah Kegiatan Magang
Setelah Magang
Presentasi Laporan magang
Sumber Data Primer Perbaikan laporan Magang
3.2 Jadwal Kegiatan Magang
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang
Hari/
No Hari ke Kegiatan Keterangan Hasil
Tanggal
1 1 Senin /1 Perkenalan. Melakukan perkenalan ke masing- Mengetahui letak ruang dan ketua
Pebruari masing pegawai bagian rumah sakit. masing-masing bagian rumah sakit
Fiksasi jadwal observasi masing-masing
Memberikan Fiksasi jadwal Diskusi dengan pembimbing
magang dengan lapangan
pembimbing lapangan.
2 2 Selasa /2 Mengamati dan mengikuti Melakukan kegiatan di Instalasi gizi Mengetahui langkah-langkah di Instalasi
Pebruari kegiatan di Instalasi Gizi. dari mulai pendaftaran, pengukuran Gizi
antropometrii, pemeriksaan klinis, Mengetahui kegiatan yang dilakukan di
penyuluhan, dan pemberian obat. Instalasi Gizi
Observasi pasien gizi buruk Mengetahui kondisi pasien gizi buruk Mendapatkan hasil pemantaun kondisi
dan Ikut serta dalam setelah dilakukan pemantauan pasien gizi buruk
pemantauan kondisi pasien
diruang perawatan
3 3 Rabu /3 Mengumpulkan data dan Mengumpukan data dan profil Mengetahui ruang lingkup kegiatan, mitra
Pebruari profil RSUDDH RSUDDH di bagian TU serta kerjasama, dan tenaga SDM KPP
membaca profil. Biokimia, serta mengetahui macam-
Observasi ke laboratorium Mendapat penjelasan dari kepala macam Lab.
Biokimia Biokimia serta observasi ke
Laboratorium
4 3 Kamis /4 Observasi cakupan pasien Mendapatkan data-data cakupan Mengetahui jumlah cakupan pasien gizi
Pebruari gizi buruk di instalasi gizi. pasien gizi buruk di Instalasi gizi. buruk yang dirawat inap di Instalasi gizi
Ikut serta dalam kegiatan Mendapatkan penjelasan langkah- RSUDDH.
asuhan gizi di ruang langkah kegiatan diruang asuhan Mengetahui kegiatan pelayanan gizi dan
perawatan. gizi. asuhan gizi dalam tatalaksana pasien gizi
Studi dokementasi dalam Mendapatkan penjelasan tentang buruk
pelayanan gizi tatalaksana jenis dokumentasi pelayanan gizi
gizi buruk tatalaksana gizi buruk
Sumber: Data Primer
53
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang (Lanjutan)
Hari
No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Hasil
ke
1 5 Jumat /5 Observasi cakupan pasien Mendapatkan data pasien gizi buruk Mengetahui cakupan status gizi balita gizi
Pebruari gizi buruk di rekam medik yang berobat jalan dan rawat inap di buruk rawat inap di rekam medik
rekam medis Mengetahui cara pengolahan bahan
Observasi dalam Mendapatkan pengetahuan dalam makanan pada pasien gizi buruk dan
pengolahan-pendistribusian proses pengolahan pendistribusian pendistribusiannya.
makanan pasien gizi buruk makanan pasien gizi buruk
2 6 Sabtu/6 Wawancara Melakukan wawancara dengan orang Mengetahui bagaimana cara orang tua
Pebruari tua dari balita yang mengikuti memantau antropometri balitanya di
pemulihan di Instalasi Gizi rumah
Ikut serta dalam kegiatan Melakukan penyuluhan kepada Mengetahui hasil kegiatan konseling gizi
konseling gizi diruang keluarga pasien mengenai asupan sebagai pemantauan kondisi
perawatan asuhan gizi makanan bagi pasien gizi buruk perkembangan anak.
3 7 Senin /8 Ikut serta kegiatan di Melakukan kegiatan yang dilakukan Mengetahui kegiatan rutin serta kegiatan
Pebruari Instalasi Gizi di instalasi Gizi dan ikut serta dalam lain yang dilaksanakan di Instalasi Gizi.
kegiatan.
Observasi ke Dinkes Mendapatkan data prevalensi gizi Mengetahui cakupan angka gizi buruk di
Pemprov. Bangka Belitung buruk Prov.Bangka Belitung Provinsi Bangka Belitung setiap tahun.
4 8 Selasa /9 Ikut serta dalam kegiatan Mendapatkan pengetahuan dan Mengetahui cara dan proses mulai
Pebruari persiapan bahan susu pengalaman dalam proses pengolahan dan pendistribusian makanan
formula serta pengolahan pengolahan makanan khusus pasien khusus untuk pasien gizi buruk
formula pasien anak gizi gizi buruk
buruk
5 9 Rabu/10 Studi dokumentasi Mendapatkan penjelasan tentang Mengetahui ukuran BB, TB/PB, LLA,
Pebruari antropometri jenis dokumentasi pengukuran LK, dan LD balita yang mengikuti
antropometri. pemulihan di Instalasi Gizi dan kegiatan
Ikut serta kegiatan di Mengetahui kegiatan dan dilaksanakan di Instalasi gizi
Instalasi gizi mendapatkan penjelasan melakukan
kegiatan di Instalasi gizi
Sumber: Data Primer
54
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang (Lanjutan)
Hari
No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Hasil
ke
1 10 Kamis/11 Wawancara. Melakukan wawancara dengan orang Mengetahui cara orang tua memantau
Pebruari tua dari balita yang mengikuti antropometri balitanya di rumah.
pemulihan di ruang Instalasi Gizi
55
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang (Lanjutan)
No Hari ke Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Hasil
1 14 Selasa /16 Telaah data antropometri Mendapatkan data pasien gizi Mengetahui cakupan status gizi balita gizi
Pebruari pasien gizi buruk yang buruk yang dirawat inap di buruk di Instalasi Gizi
konsultasi di Instalasi Gizi Instalasi gizi
56
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang (Lanjutan)
Wawancara Melakukan wawancara dengan ibu Mengetahui perawatan balita gizi buruk
balita gizi buruk selama rawat jalan di rumah
2 20 Selasa/23 Konsultasi dengan dosen Melakukan konsultasi dengan Mendapatkan saran dalam membuat
Pebruari pembimbing lapangan&dosen pembimbing lapangan. laporan magang
fakultas
Studi Literatur Mencari refrensi ke perpustakaan Mendapatkan rujukan atau teori untuk
Stikes setempat membahas hasil magang
3 21 Rabu /24 Mengamati dan mengikuti Melakukan pengamatan kegiatan Mendapatkan pengetahuan dan
Pebruari kegiatan di Instalasi Gizi yang dilakukan di nstalasi Gizi dan pengalaman dalam kegiatan penyuluhan
ikut serta dalam kegiatan tersebut dan pengukuran antropometri
4 22 Kamis /25 Analisa data Melakukan analisa data yang telah Mendapatkan informasi dari data-data
Pebruari diperoleh selama kegiatan magang. yang telah diperoleh untuk pembuatan
laporan magang.
Ikut serta dalam kegiatan Mengetahui kegiatan di Instalasi Mendapatkan penjelasan dan mengetahui
instalasi gizi gizi kegiatan di Instalasi gizi
5 23 Jumat/26 Observasi dan studi Mendapatkan penjelasan tentang Mengetahui ukuran BB, TB/PB, LLA,
Pebruari dokumentasi jenis dokumentasi pengukuran LK, dan LD balita yang ikut pemulihan di
antropometri Instalasi Gizi
Wawancara Melakukan wawancara dengan ibu Mengetahui perawatan balita gizi buruk
pasien balita ranap
Sumber: Data Primer
57
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang (Lanjutan)
58
59
BAB IV
menyediakan rawat inap dan rawat jalan, memberikan pelayanan kesehatan jangka
pendek dan jangka panjang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan
rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera dan melahirkan. Untuk
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pangkal Pinang yang berlokasi di Jalan
Pinang
menjadi kelas C dan sekarang sedang dipersiapkan untuk perubahan status menjadi
kelas B non pendidikan dan sebagai rumah sakit rujukan di kawasan Bangka
Belitung, menjadi badan layanan umum, serta menjadi rumah sakit trauma centre,
Belitung. Bertepatan dengan peringatan setengah abad Kota Pangkal Pinang sebagai
60
daerah otonom pada tanggal 14 November 2006 ditetapkanlah nama RSUD Pangkal
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit dan untuk persiapan
peningkatan statusnya dari tipe C ke tipe B non pendidikan. Perubahan status Rumah
Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang memang sangat diperlukan
yang beragam akan berinteraksi satu sama lain, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat, perlu diimbangi oleh tenaga
yang bermutu. Hal ini akan membuat permasalahan di semakin kompleks. Sebagai
RSUD Depati Hamzah Pangkal Pinang adalah Rumah Sakit milik Pemerintah
Kota Pangkal Pinang yang didirikan pada tahun 1981/1982 dari dana APBN
khususnya dibidang kesehatan maka Rumah sakit Umum Depati Hamzah pangkal
Pinang mengalami perubahan status dari kelas D menjadi kelas C berdasarkan surat
Pangkal Pinang, memiliki luas tanah sebesar 74.292 m2 dan luas bangunan sebesar
7.563 m2
RSUD Depati hamzah kota Pangkal pinang secara geografis berada pada
a. Bakti timah
b. Bhakti Wara
c. DKT
2. Puskesmas/ Kecamatan
a. Rangkui
b. Bukit intan
c. Pangkal balam
d. Gerunggang
e. Taman sari
6. Dokter Praktek
KB, poliklinik bedah, poliklinik umum, poliklinik saraf, unit rawat inap, unit
pelayanan medis, instalasi farmasi, gizi, laboratorium, radiologi, fisioterapi dan lain-
lain
63
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dan Ketenagaan Rumah Sakit Depati Hamzah Pangkal Pinang
DIREKTUR
KASI
KASI ETIKA&MUTU KASI PELAYANAN PERENCANAAN&P
KEPERAWATAN PENUNJANG MEDIK ROGRAM
64
4.1.3 Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkal Pinang
g. Ruang ICU
Dengan jumlah tempat tidur yang terbagi menjadi beberapa kelas perawatan
antara lain:
a. Kelas Pavilliun
b. Kelas Utama
c. Kelas 1
d. Kelas II
e. Kelas II
b. Poliklinik Anak
65
c. poliklinikGizi
e. Poliklinik Gigi
f. Poliklinik Umum
g. Bidan
a. Laboratorium
b. Apotek
d. Radiologi
e. Fisioterapi
f. Gizi
g. OK Central
h. Obs-Gyn
i. Rumah Dokter
j. Rumah Paramedis
l. Imunisasi dan KB
n. Kamar Jenazah
o. Ambulance 24 Jam
p. Laundry
q. Mushola
66
rawat inap maupun rawat jalan, RSUDDH memiliki beberapa sarana dan
24 jam, Pelayanan rawat inap yang mempunyai kapasitas 144 tempat tidur.
Poliklinik Gigi, Poliklinik Umum dan kebidanan dan memiliki pelayanan dan
gizi, ok central, obs-gyn, rumah dokter, rumah paramedic, usg, ekg, ctg,
Tabel 4.1
Ketenagaan RSUDDH Pangkal Pinang
No. KETENAGAAN JUMLAH
1 Direktur 1 Orang
2. Kepala Tata Usaha 1 Orang
3 Dokter Spesialis 18 Orang
4 Dokter Umum 15 Orang
5 Dokter Gigi 2 Orang
6 Staf di ruang rawat 194 Orang
7 Staf Keperawatan 7 Orang
8 Fisioterapi 3 Orang
10 Instalasi farmasi 14 Orang
11 Radiology 5 Orang
12 Laboratorium 12 Orang
13 Tranfusi darah 2 Orang
14 Loket 1 ( Poliklinik Rawat Jalan) 3 Orang
Sumber: Profil RSUDDH Pangkal Pinang
67
Tabel 4.1
Ketenagaan RSUDDH Pangkal Pinang (Lanjutan)
rumah sakit, tetapi menurut penulis ada beberapa bagian khusus yang kurang
tertangani karena minimnya tenaga yang ada seperti bagian gizi. Ketenagaan
yang ada saat ini berjumlah 426 orang baik tenaga medis maupun tenaga non
medis yang terdiri dari Direktur, Kepala Tata Usaha, dokter spesialis, dokter
umum, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, instalasi farmasi. Staf di ruang
operator, kasir, satpam, sopir, dapur (juru masak), CS (tenaga kebersihan) dan
laundry.
1. Peryataan Visi
Bangka Belitung
tidak perlu lagi di rujuk ke luar daerah karena dapat ditangani oleh
1. Pernyataan Misi
misi ini harus ditunjang dengan sarana dan prasarana gedung dan
yang dimilikinya.
Pinang
pembangunan kesehatan
dengan standar
standar
profesi kesehatan
Balitung
Tabel 4.2
72
Keterangan :
4. TOI : Turn Over Interval (rata-rata jumlah tempat tidur yang kosong
5. NDR : Neto Death Rate (rata-rata jumlah kematian lebih dari 48 jam)
oleh dokter-dokter yang bertugas pada poliklinik rawat jalan dan rawat inap, juga
dilakukan oleh petugas medis dan non medis. Peran serta masing-masing petugas
yang berperan aktif dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada konsumen dapat terlihat dari kinerja pelayanan kesehatan RSUDDH tahun
2009.
4.2 Gambaran Umum Ruang Perawatan dan Instalasi gizi RSUD Depati Hamzah
Pangkal Pinang
Instalasi di RSUD Depati Hamzah terdiri dari Instalasi Farmasi dan Instalasi
Gizi. Namun kegiatan magang ini berlangsung di Instalasi gizinya juga. Instalasi gizi
pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Instalasi gizi RSUD Depati Hamzah salah satu
inap dan menyelenggarakan makanan untuk pengaturan diet pasien yang sesuai
dengan kelas perawatan. Instalasi gizi dipimpin oleh kepala Instalasi yang
berkoordinasi langsung kepada direktur rumah sakit. Instalasi gizi RSUDDH terdiri
dari dapur pengelolaaan makanan. Namun selain di Instalasi Gizi untuk mengetahui
proses pengolahan makanan untuk pasien gizi buruk namun proses magang ini
sebagian besar berlangsung di ruang perawatan dan poliklinik gizi yang merupakan
bagian dari rumah sakit dengan tujuan untu k mengetahui proses penatalaksanaan
Di ruang perawatan RSUDDH terdapat tim asuhan gizi yang terdiri dari
dokter, tenaga gizi dan perawat, yang ketua tim adalah dokter. Kegiatan ini
(dua) kategori, yaitu: Pasien Rawat Inap dan pasien rawat jalan.
(2006 a). Alur kegiatan pelayanan gizi rawat inap Asuhan gizi RSUD Depati
Gambar 4.2
Alur Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Inap Asuhan gizi RSUDDH
Penentuan diet
Konseling gizi
Pencatatan gizi
Pasien pulang
a. Bila tidak memerlukan diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi
umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya
lingkungannya.
b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim ke klinik gizi untuk
berikut :
Gambar 4.3
Struktur Dan Tugas Pokok Instalasi gizi/Dapur RSUDDH Pangkal Pinang
Dari gambar 4.3 adapun tugas dan fungsi pokok untuk masing-masing
penyelenggaraan makanan
rumah sakit
Poliklinik gizi adalah tempat kegiatan penyuluhan gizi dan konsultasi kepada
pasien yang menjalani diet, baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap.
4.3 Kegiatan Asuhan Gizi Pasien Gizi Buruk di Ruang Perawatan Rumah Sakit
Umum Daerah Depati Hamzah
dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien diruang rawat inap.
Dengan tujuannya untuk memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar
memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat
proses penyembuhan (Depkes RI, 2006a). Pelayanan asuhan gizi rawat inap
7. Riwayat gizi
Kegiatan asuhan gizi bagi pasien gizi buruk di ruang perawatan RSUD
Kegiatan asuhan gizi pasien gizi buruk meliputi pengkajian status gizi pasien gizi
buruk, penentuan kebutuhan gizi pasien gizi buruk sesuai dengan status gizi dan
penyakit, sedangkan penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan kondisi anak,
penyakit serta cara pemberian makanan. Kemudian kegiatan terakhir yaitu evaluasi
preskripsi diet atau rencana diet, dan menu makanan yang harus diberikan
Pada kegiatan ini pengkajian status gizi bagi pasien gizi buruk, ahli gizi
RSUD Depati Hamzah tidak bekerja sendiri tetapi dibantu oleh tim asuhan gizi
yang terdiri dari dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. pada saat awal
balita masuk kerumah sakit dilakukan kegiatan pengkajian status gizi pada
1. Antropometri
(TB), panjang badan (PB), berat badan (BB), tinggi lutut, tebal lemak bawah
kulit (skin fold technic), lingkar lengan atas (LILA), dan lain-lain sesuai
antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola
81
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah
pasien gizi buruk. Pengukuran ini sering digunakan dalam penentuan status
mengikuti pemulihan dan perawatan. Dari penelitian status gizi inilah dapat
Gambar 4.4
Proses kegiatan pengukuran antropometri
Pengukuran Berat Badan, Tinggi
Badan/Panjang Badan, Lingkar Lengan
Atas, Lingkar Kepala, Lingkar Dada
82
Interpretasi Hasil
Pengolahan Data
jelliffe (1989) penilaian status gizi terbagi menjadi dua, yaitu pengukuran
pengukuran tidak langsung seperti survei konsumsi, statistic vital, dan faktor
ekologi.
83
pengukuran langsung dalam penilaian status gizi anak salah satu nya dengan
metode antropometri untuk menilai status gizi anak karena prosedurnya lebih
sampel yang diukur dan informasi yang ingin dihasilkan dari pengukuran
yaitu tujuan pengukuran, unit sample yang diukur, jenis informasi yang
antropometri.
4. Pita pengukur untuk mengukur lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan
lingkar dada
Alat yang digunakan oleh tim asuhan gizi pada tatalaksana asuhan
pasien gizi buruk untuk mengukur berat badan adalah Detecto dengan
ketelitian 0.01 kg. Menurut Depkes (1999) alat yang digunakan dalam ke
antara lain mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang
sebaiknya maksimal 0.1 kg. Skalanya mudah dibaca, dan cukup aman untuk
menimbang balita. Detecto yang digunakan oleh tim asuahan gizi di ruang
board dengan ketelitian 0.1 cm. alat ini telah disesuaikan dengan kondisi
pasien, karena sebagian besar pasien adalah balita yang belum dapat berdiri
atau sudah dapat berdiri namun tidak mampu untuk berdiri karena kondisi
fisiknya yang lemah. Menurut Puslitbang Gizi (1980), untuk bayi atau anak
85
yang belum dapat berdiri digunakan alat pengukur panjang bayi, sesuai
panjang badan.
balita yang sudah dapat berdiri dengan kondisi badan sudah tidak
length board untuk parameter panjang badan. Untuk itu, dalam penggunaan
alat Microtoise dan Length board harus disesuaikan dengan kondisi balita
yang akan diukur agar hasil pengukurannya tepat dan akurat. Hal ini telah
Parameter lingkar lengan atas, linhkar kepala, dan lingkar dada diukur
dada diukur dengan menggunakan alat yang sama yaitu pita pengukur yang
terbuat dari serat kaca (Fiberglass) dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel,
dan tidak mudah patah. Pengukuran lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan
lingkar dada dewasa ini menjadi salah satu pilihan untuk penentuan status
diperoleh dengan harga yang lebih murah. Menurut Supariasa (2002), ada
86
parameter lingkar lengan atas sebagai pilihan tunggal untuk indeks gizi .
LLA disatu pihak dengan berat badan menurut umur atau berat badan
dengan LLA.
mengingat batas anatara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA
dari pada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih
tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak
gizi tidak menggunakan parameter LLA untuk penilaian status gizi. Sesuai
pilihan untuk penilaian status gizi, maka diperlukan parameter lain untuk
penilaian status gizi sehingga penilaian yang dilakukan tepat dan akurat.
Gambar 4.5
Alat Pengukuran Antropometri
mengukur Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) atau Panjang Badan (PB),
Lingkar Lengan Atas (LLA), Lingkar Dada (LD), dan Lingkar Kepala
sedangkan parameter tinggi badan atau panjang badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala dan lingkar dada diukur pada hari pertama dirawat dan
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan
untuk mendiagnosis bayi normal atau Berat bayi lahir rendah (BBLR).
protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Cara pengukuran berat badan
digunakan alat ditera terlebih dahulu serta pakaian dan alas kaki dilepaskan
board yang telah disesuaikan untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri.
Cara mengukurnya adalah bayi diletakan di atas alat pengukur dalam posisi
tidur. Letak kepala menyinggung bagian atas alat pengukur dan kaki bayi
harus diluruskan hingga telapak kaki bayi menyinggung bagian alat ukur
sebelah bawah.
untuk balita yang sudah dapat berdiri dengan kondisi badan sudah tidak
ketelitian 0.1 cm. cara penggunaan Microtoise untuk parameter tinggi badan
sesuai dengan anjuran Depkes yaitu sewaktu pengukuran anak tidak boleh
memakai alas kaki (sepatu atau sandal) dan penutup kepala (topi atau
kerudung).
89
Cara pengukuran lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan lingkar dada
yang dilakukan di Asuhan gizi sesuai dengan pedoman Depkes, yakni untuk
lengan atas sebelah kiri, pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas
lengan dan kemudian dibagi dua. Lengan yang diukur dalam keadaan
bergantung bebas dan tidak tertutup pakaian. Pada saat pengukuran pita
pengukur tidak terlalau kuat atau terlalu longgar. Untuk parameter lingkar
kepala diukur dengan cara melingkarkan pita pada kepala, dan untuk
parameter lingkar dada pengukuran dilakukan pada garis putting susu dengan
Gambar 4.6
Cara Pengukuran Antropometri
Pengukuran PB
pemulihan yang akan diterima untuk pasien yang baru dan pasien yang masih
jumlah data relatif banyak. Program yang digunakan adalah NutriClin dan
RSUDDH khususnya oleh petugas asuhan gizi dilakukan dengan dua cara,
yaitu cara manual dan komputerisasi. Cara manual yang dilakukan untuk
dengan baku rujukan WHO-NCHS (National Centre for Health Statistic) dan
yang digunakan meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U. Pada tatalaksana asuhan
menanggulangi masalah gizi buruk atau kurang. Selain itu, informasi hasil
2. Pemeriksaan Fisik
subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan fisik
dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab akibat antara
92
status gizi dengan kesehatan serta menentukan terapi obat dan diet.
terhadap pasien gizi buruk sesuai dengan kriteria dari Depkes RI, (2006a).
antara status gizi dengan kesehatan pasien, serta menentukan terapi obat dan
diet untuk pasien gizi buruk jika disertai dengan penyakit penyerta. Tanda-
tanda yang dilihat dari pasien gizi buruk yaitu apakah tanda-tanda tersebut
s. Perut cekung
93
t. Iga gambang
kronis lainnya
p. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk
q. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
tanda-tanda adalah gejala dari keduanya, dengan BB/U <60% baku median
Masyarakat, 2008).
3. Pemeriksaan Laboratorium
94
darah (Hb, kolesterol total, HDL, LDL,gula darah, ureum, keratin, asam urat,
trigliserida, urin (glukosa, kadar gula, albumin dll), dan feses (Depkes dan
dengan bantuan unsur terkait yaitu oleh tim asuhan gizi Asuhan gizi RSUD
LDL, glukosa darah, ureum, creatinin, asam urat dan trigliserida serta
c. Feses: contoh feses (tinja), fungsi pencernaan, lemak, cacing (Depkes RI,
2006a)
pada pasien gizi buruk dapat dilhat pada tabel berikut ini yang merupakan
Tabel 4.4
95
sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi
makan, serta pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dengan menggunakan
model makanan (food model) dan selanjutnya dianalisis zat gizinya dengan
menggunakan daftar analisa bahan makanan atau daftar bahan makanan penukar
tatalaksana asuhan gizi dilakukan anamnesis riwayat gizi pada pasien gizi buruk
wawancara riwayat gizi kepada keluarga pasien gizi buruk yang dilakukan oleh
perawat dan ahli gizi ruamah sakit mengenai pola makan dan frekuensi makan,
berbagai pemeriksaan, dokter beserta ahli gizi akan menentukan diet pasien gizi
pemberian diet pasien gizi buruk ini disesuaikan juga dengan kondisi pasien pada
saat konseling, BB anak , dan pola makan (bentuk dan frekuensi makanan) serta
jaringan atau organ yang sedang sakit. Penghitungan ini dapat menggunakan
di ruang perawatan asuhan gizi RSUDDH yaitu setelah selesai pemeriksaan, jika
97
kondisi pasien gizi buruk mengalami kondisi diambang kilinis maka pasien akan
dirawat selam proses pemulihan kondisi anak, kemudian ahli gizi mengambil
data pasien untuk digunakan pada tahap selanjutnya yaitu penentuan kebutuhan
gizi pasien dan diet pasien yang akan diberikan sesuai dengan kondisi anak dan
jenis penyakit penyerta lainnya. Indikator pemberian makanan pada pasien gizi
buruk di Asuhan gizi RSUDDH, standar kebutuhan zat gizi beradasarkan fase
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Kebutuhan Zat Gizi Berdasarkan Fase Pemberian Makanan
Pada tabel 4.5 kebutuhan zat gizi pada gizi buruk berdasarkan fase
zat gizi yang lebih khususnya energi dan protein. Dengan penambahan energi
asuhan gizi di ruang perawatan Asuhan gizi RSUDDH , penentuan kebutuhan zat
gizi pasien gizi buruk berdasarkan kebutuhan zat gizi rujukan dari Depkes RI
(2003).
mempelajari menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan
menterjemahkan kedalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan akan
cair, dsb) sesuai dengan kebutuhan memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan
serta macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan. Apabila dari rencana
Setelah kebutuhan gizi diketahui maka dokter beserta ahli gizi akan
menentukan diet pasien tersebut, ahli gizi akan mempelajari pemberian makanan
dan menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan
meterjemahkan kedalam menu, porsi makanan dan frekuensi makanan yang akan
diberikan kepada pasien gizi buruk. Tahap pemberian makanan, jenis diet ,
99
jumlah dan jadwal makanan pada pasien gizi buruk pada tatalaksana asuhan gizi
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tahap Pemberian Makanan
Pemberian makanan atau diet pada pasien gizi buruk dalam tatalaksana
asuhan gizi diruang perawatan RSUD Depati Hamzah berdasarkan tahapan fase
makanan rujukan dari Depkes RI (2003) yang terdiri dari fase stabilisasi, fase
transisi dan fase rehabilitasi yaitu makanannya berupa formula WHO ( F 75, F
100, F 135). Pemberian Formula F 75 diberikan pada saat fase stabilisasi (1-7
dan kondisi anak . sedangkan pemberian Formula F 100 diberikan pada fase
transisi artinya pemberian Formula F 100 ke pasien sesuai dengan tabel petunjuk
dan kondisi anak. Dan pemberian Formula F 135 diberikan pada saat fase
perkembangan. Pemberian Formula ini sangat diterapkan jika ada pasien gizi
mengetahui pasien cocok dengan pemberian formula ini, jika hasil pemantauan
101
ada pasien yang mengalami diare setiap pemberian formula, maka oleh ahli gizi
disesuaikan dengan kondisi anak, maka pemberian diet bagi pasien yang
mengalami diare yaitu tetap pemberian formula kepada pasien tetapi bahan
formula dikurangi pada saat pengolahan artinya pengolahan formula ini bahan
kebutuhan zat gizi energi dan protein lebih sedikit dikurangi untuk bisa
dan pengolahan formula WHO oleh Instalasi gizi RSUDDH yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4.8
Bahan Formula WHO
FORMULA WHO
Bahan Per 1000 ml F 75 F 100 F 135
Makanan
Formula WHO
Susu skim G 25 85 90
bubuk
Gula pasir G 100 50 65
Minyak G 30 60 75
sayur
Mineral Bungkus 3 bungkus 3 bungkus 3 bungkus
mix
Larutan Ml 20 20 27
elektrolit
Tambahan Ml 1000 1000 1000
air s/d
Sumber: Instalasi gizi RSUDDH
102
(2003) yang bahan makanannya berupa susu skim bubuk, gula pasir, minyak
sayur, mineral mix, larutan elektrolit dan cairan. Bahan makanan ini di takar
sesuai standar masing-masing formula dengan kebutuhan gizi, berat badan pasien
dan kondisi pasien . Formula WHO ini mengandung berbagai macam zat gizi
seperti energi, protein, laktosa, kalium, magnesium, seng, tembaga (Cu), dan
Setiap kandungan zat gizi di atas sudah diketahui nilai gizinya tiap masing
masing formula.
Gambar 4.6
Bahan Formula
Proses pembuatan formula WHO untuk pasien gizi buruk ini dibuat oleh
tenaga pemasak yang sudah dilatih oleh ahli gizi. Proses pengolahan formula ini
Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan
larutan mineral mix, kemudian masukan susu skim sedikit demi sedikit, aduk
sampai kalis dan berbentuk gel. Encerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit
sambil diaduk sampai homegen dan volume menjadi 1000 ml. larutan ini bisa
langsung diminum. Masak selama 4 menit, bagi anak yang disentri atau diare
persisten.
Gambar 4.7
buruk ini dibuat oleh tenaga pemasak yang sudah dilatih oleh ahli gizi. Proses
104
dan ahli gizi. Proses pengolahannya sebagai berikut untuk masing masing
formula
Modifikasi
Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan
larutan mineral mix, kemudian masukan susu skim/full cream/susu segar dan
tepung sedikit demi sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel. Encerkan
dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homegen dan
volume menjadi 1000 ml dan didihkan sambil diaduk-aduk hingga larut selama
5-7 menit
pemulihan gizi akan semakin cepat dengan pertambahan zat gizi lebih.
WHO.
metode, penilaian, dan tindak lanjut, tujuan dari konseling gizi membuat
perubahn prilaku makan pada pasien. Hal ini akan terwujud melalui:. penjelasan
diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang diperlukan untuk proses
terapi gizi pasien gizi buruk yang didapatkan dari berbagai pemeriksaan.
penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut mencakup antara lain
evaluasi pelayanan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan
mengubah preskripsi diet sesuai dengan kondisi pasien. Apabila perlu, dilakukan
kunjungan ulang atau kunjungan rumah. Untuk pasien yang dirawat walaupun
tidak memerlukan diet khusus tetapi tetap perlu mendapatkan perhatian agar
asuhan gizi RSUDDH yaitu Pemantauan berat badan, status gizi pada pasien
gizi buruk yang dirawat di ruang perawatan Asuhan gizi RSUDDH dilakukan
secara rutin oleh tim asuhan gizi sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Pada
kenaikan berat badan maka terjadi perubahan asupan makanan dan bentuk
Tabel 4.9
Pedoman Pemberian Formula Pada Anak Gizi Buruk
Asuhan gizi RSUDDH. Jenis makanan yang diberikan oleh ahli gizi kepada pasien
gizi buruk biasanya Formula tempe, formula ikan, formula kacang hijau, formula
kacang hijau dan susu, formula tempe wortel, formula tim hati ayam. Formula
tambahan ini biasanya di berikan berdasarkan berat badan anak, kondisi anak dan
usia anak diatas satu tahun. Bentuk makanan (cair, saring, lunak/lembik dan padat)
4.4 Pelaksanaan Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap Pasien Gizi Buruk
dan evaluasi. Tim ini dipimpin oleh seorang dokter dengan anggota yang terdiri
dari dokter, nutrionis atau dietsien, perawat dan tenaga kesehatan lainnya (Depkes
RI, 2006a).
tatalaksana asuhan gizi pasien gizi buruk berjumlah 52 orang dengan spesifikasi
pendidikan Dokter untuk tanaga ahli penyakit yaitu 2 orang dokter, S1 SKM (ahli
kesehatan masyarakat) & DIII Gizi yaitu 2 orang ahli gizi sebagai koordinator
pelayanan gizi Rumah Sakit, DIII Keperawatan yaitu 19 orang perawat yang
fisioterapi yaitu 3 orang fisioterapi serta untuk non ahli berpendidikan SD-SMU
yang terdiri dari 12 orang tenaga pemasak, tapi yang berperan dalam membantu
orang.
Sistem kerja ahli gizi sesuai dengan kerja pegawai kantor yaitu hari
Senin-Sabtu dari jam 08.00- 14.00. sedangkan untuk tenaga dokter, perawat dan
shift. Adapun tugas pokok masing-masing ketenagaan tim asuhan gizi dalam
Berdasarkan tabel 4.10 prosedur asuhan gizi rawat inap sesuai dengan
prosedur di atas yang merupakan rujukan Depkes RI. Prosedur diatas sangat efektif
Tim asuhan gizi antara lain ahli gizi serta tenaga-tenaga kesehatan
lainnya yang berperan dalam tatalaksana asuhan gizi cukup efektif dalam
pelaksanaan tugas masing-masing. Untuk tenaga gizi di Asuhan gizi ini masih
kurang karena belum ada rekrutmen tenaga baru oleh pihak rumah sakit namun
pihak rumah sakit mengusahakan akan menerima tenaga baru untuk meringankan
tugas ahli gizi sebelumnya. Namun demikian hal ini bisa diatasi dibantu oleh
tenaga kesehatan lainnya baik tenaga kesehatan lainnya sudah mengerti tugas
Prosedur kerja asuhan gizi rawat inap di Asuhan gizi RSUDDH sebagi
berikut :
Tabel 4.10
Prosedur Kerja Asuhan Gizi Diruang Rawat Inap
No. Kegiatan Mekanisme Unsur terkait Pen. Jawab
1 Penentuan Status Gizi
a. Klinis Dilakukan untuk setiap pasien Dokter Dokter
baru dan dimonitor setiap hari
e. Anamnesis riwayat
Gizi Wawancara Dietesien/nutritionis Dietesien/nutritionis
2. Intervensi
a. Klinis Mengatasi segala penyakit Dokter/perawat Dokter
(hipoglikemia,
a. K hipotermia,
dehidrasi, infeksi
l dll)
i
b. Diet Menentukan diet Dokter/Dietesien/Nutrit Dietesien
Pemantauan ionis/Perawat
Konsumsi makanan
Status Gizi
Penyuluhan Gizi
Pemberian diet
Persiapan pulang
Pencatatan Gizi
Anak gizi buruk yang dirawat inap di ruang perawatan akan dipantau
pemantauan BB anak, pemantauan obat yang diberikan oleh dokter serta konsutasi
diet oleh keluarga pasien. Dari pematauan yang dilakukan untuk mengoptimalkan
kondisi pasien gizi buruk harus ada prasarana ruangan khusus bagi pasien gizi
buruk, namun saat ini masalah yang diketahui dalam tatalaksana asuhan gizi yaitu
belum terdapat prasarana ruangan khusus untuk perawatan pasien gizi buruk.
Ruangan khusus ini sangat penting untuk mengoptimalkan kondisi anak karena
anak gizi buruk. Oleh karena itu, kepala gizi , tim asuhan gizi, serta dinas
kesehatan akan mengajukan ruangan khusus pemulihan anak gizi buruk kepada
pihak rumah sakit dalam waktu dekat menuju BLU agar proses penatalaksanaan
4.5. Tindakan Perawatan Pasien Gizi Buruk di Ruang Perawatan Rumah Sakit
Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang
111
Adapun tindakan perawatan pasien gizi buruk yang dirawat di ruang perawatan
Gambar 4.8
Dari kegiatan magang yang dilakukan didapatkan beberapa kasus pasien gizi
buruk yang dirawat di ruang perawatan RSUDDH Pangkal Pinang yang datanya
sebagai berikut:
Tabel 4.11
Laporan Kasus Anak Gizi Buruk
Di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang
Januari 2010
Tabel 4.11
Laporan Kasus Anak Gizi Buruk
Di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang
Januari 2010 (lanjutan)
N
Nama L P Umur BB TB Dignosa Keterangan Pemantauan
o
Ranap : 27/1/10
Lama perawatan: 1
Ekonomi : kurang
bulan
Terapi:F75
Kenaikan BB/bln:
BB lahir : 2,7 kg
Marasmus 1.2 kg
Dinar Anak ke 3
4 57 Hipotermia Perubahan terapi
(Bangka P 5 bln 2,9 kg Pendidikan ibu SD
. cm /hipoglike gizi: F 135 dan
Tengah) Pekerjaan : tidak
mia makanan lunak
bekerja
Kondisi:+
Umur ibu : 35
BB : naik
bulan Februari 2010 ada 5 kasus pasien gizi buruk yang dirawat yaitu datanya pada
tabel 4.11. Tindakan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh tim asuhan gizi pada
utama tatalaksana pengobatan pasien gizi buruk. Tindakan yang dilakukan dari studi
kasus pasien gizi buruk yang pernah dirawat ruang perawatan asuhan gizi RSUDDH
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hipoglikemia ini oleh tim asuhan
gizi yaitu memberikan larutan Glukosa 10 % atau larutan gula pasir 10% secara
oral dan NGT sebanyak 50 ml. Biasanya jadwal pengobatan ini dilakukan pada
fase stabilisasi. Sangat diperlukan ruang perawatan khusus untuk pasien gizi
ruang perawatan khusus untuk pasien gizi buruk, jadi anak yang mengalami
hipotermia (suhu < 36.50C) hanya meletakkan lampu 50 cm dari tubuh anak,
kontak langsung kulit ibu dengan kulit anak, memonitor suhu setiap 30 menit
agar suhu dalam keadaan normal dan tidak terlalu tinggi dan menghentikan bila
4. Mengatasi dehidrasi
115
tandanya seperti anak letargis, anak gelisah dan rewel, tidak ada air mata, mata
cekung, mulut dan lidah kering, haus kembali cubitan/ turgor kulit lambat.
6. Mengobati infeksi
Dari kasus yang dirawat, pasien gizi buruk yang diikuti dengan
Tindakan yang dilakukan oleh tim asuhan gizi yaitu memberikan obat-obatan
pasien dirawat dari fase stabilisasi sampai fase rehabilitasi/fase tindak lanjut.
7. Pemberian makan
Dari kasus yang dirawat, pasien gizi buruk akan diberikan makanan
perawatan yang disesuaikan dengan BB anak dan kondisi anak. formula yang
sering diberikan oleh tim asuhan gizi kepada pasien gizi buruk misalnya F 75,
F 100, F 135 dan modifikasi makanan seperti formula tempe, formula tahu,susu
full cream, formula ikan, formula kacang hijau. Pemberian modifikasi makanan
ini jika kondisi pasien dalam keadaan baik dan sudah melewati fase yang kritis.
tim asuhan gizi di ruang perawatan RSUDDH ini memberikan cairan dan
makanan untuk tumbuh kejar anak dan memberikan stimulasi untuk tumbuh
Dari pasien yang dirawat, tindak lanjut bagi anak gizi buruk yang
diberikan oleh tim asuhan gizi khususnya sosialisasi kepada keluarga dengan
pemberian pola makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
Dokumen terkait :
e. Nutri Clien/NutriSurvey
f. NCP
Rujukan :
Pangkal Pinang menerapkan kriteria dari Depkes RI. Tatalaksana ini sangat efektif
117
jika dilihat dari hasil pemantauan yang dilakukan. Kondisi pasien gizi buruk
selama perawatan 1 bulan sudah memasuki fase rehabilitasi berat badan anak
tatalaksana asuhan gizi pada pasien gizi buruk ini diRSUDDH ini jika selama
yang indikator nya 500 gram-2000 gram berat badan dalam perbulan, hal ini sesuai
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ketenagaan yang ada saat ini berjumlah 426 orang baik tenaga medis maupun
tenaga non medis.RSUDDH adalah salah satu rumah sakit rujukan provinsi
Bangka Belitung dalam penanganan pasien gizi buruk yang letak tempatnya
sangat strategis.
2. Gambaran umum ruang perawatan RSUDDH terdapat tim asuhan gizi yang
terdiri dari dokter, tenaga gizi dan perawat, yang ketua tim adalah dokter.
Kegiatan ini dilakukan secara terpadu antara ketiga unsur di atas. Kegiatan di
3. Tatalaksana asuhan gizi pasien gizi buruk diruang perawatan RSUD Depati
Hamzah dilakukan oleh tim asuhan gizi yang terdiri dokter, ahli gizi, perawat
dan tenaga kesehatan lainnya yang memberikan tindakan asuhan gizi dan
pemulihan kepada pasien gizi buruk yang kegiatannya seperti pengkajian status
gizi , penentuan kebutuhan gizi, penentuan macam diet, konseling gizi dan
4. Tindakan perawatan dan pengobatan pada pasien gizi buruk di ruang perawatan
asuhan gizi Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal
belum adanya ruang perawatan khusus bagi pasien gizi buruk dengan fungsi
untuk membantu pemulihan kondisi pasien. Dari studi kasus pasien gizi buruk
yang dirawat di RSUDDH Pangkal Pianag, kondisi pasien gizi buruk selama
perawatan 1 bulan sudah memasuki fase rehabilitasi berat badan anak mengalami
5.2 Saran
peningkatan tatalaksana kegiatan pelayanan gizi buruk rawat inap di instalasi gizi
1. Untuk meningkatkan kegiatan asuhan gizi pasien gizi buruk sangat diperlukan
koordinasi antara pihak rumah sakit dan pihak Dinas kesehatan dalam hal
manajemen rumah sakit menambah tenaga ahli gizi agar proses kegiatan
3. Disarankan kepada tenaga yang ada di perwtn asuhan gizi memantau kegiatan
asuhan gizi buruk di ruang perawatan lebih intensif khususny pemantauan berat
badan anak setiap hari dan pemantauan pemberian susu formula serta jenis
4. Untuk meningkatkan kegiatan asuhan gizi pasien gizi buruk diruang perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Depkes RI. 2009. Petunjuk Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Dirjen
Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat.
Johari A. B, dkk. 2000. Status Gizi Balita di Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis
(Analisis Data Antropometri Susenas 1989-1999). Prosiding Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta : Depkes RI.
Kodyat, B. 1997. Penuntasan Masalah Gizi Utama. Risalah pada Semiloka PraWKNPG
VI. Jakarta : Depkes RI.
Mulyati, Sri, dkk. 2006. Pencapaian pertumbuhan pada Balita Gizi Buruk selama
Mengikuti Pemulihan di Klinik Gizi Bogor. Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan
Litbang Kes Depkes RI.
Muninjaya, A.A Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
RSUD Depati Hamzah.2009. Profil Rumah Sakit Umum Daerah tahun 2009. Jakarta.