Anda di halaman 1dari 140

GAMBARAN TATALAKSANA ASUHAN GIZI BAGI PASIEN GIZI BURUK DI

RUANG PERAWATAN INSTALASI GIZI RSUD DEPATI HAMZAH PANGKAL


PINANG TAHUN 2010

Laporan Magang

Disusun Oleh:

CINTIA ANGGRAINI

106101003309

PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Magang, April 2008

Cintia Anggraini, NIM : 106101003309

GAMBARAN TATALAKSANA ASUHAN GIZI BAGI PASIEN GIZI BURUK DI


RUANG PERAWATAN INSTALASI GIZI RSUD DEPATI HAMZAH PANGKAL
PINANG

Xi + 117halaman, 16 tabel, 12 gambar

ABSTRAK

Kegiatan magang ini dilaksanakan di ruang perawatan Instalasi Gizi Rumah


Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang yang bertempat di jalan Soekarno
Hatta Pangkal Pinang. Waktu pelaksanaan magang ini dimulai dari 1 Februari sampai 2
Maret 2010 . Bertujuan untuk mendapatkan pengalaman kerja di Institusi tempat
magang dan mengetahui gambaran tatalaksana asuhan gizi bagi pasien gizi buruk di
ruang perawatan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal
Pinang.
Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah ini merupakan rumah sakit rujukan
yang menangani masalah kasus gizi buruk, yang merupakan tempat perawatan dan
pemulihan anak gizi buruk yang terjadi di Provinsi Bangka Belitung.
Tatalaksana asuhan gizi pasien gizi buruk di ruang perawatan Instalasi Gizi
RSUD Depati Hamzah dilakukan oleh tim asuhan gizi yang terdiri dokter, ahli gizi,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya, yang memberikan tindakan asuhan gizi dan
pemulihan kepada pasien gizi buruk di ruang asuhan gizi rawat inap yang kegiatannya
seperti pengkajian status gizi, penentuan kebutuhan gizi, penentuan macam diet,
konseling gizi dan pemantauan/evaluasi terhadap pasien gizi buruk dapat dilaksanakan
sesuai dengan sistematis yang berdasarkan rujukan dari Depkes RI.
Tindakan perawatan dan pengobatan pada pasien gizi buruk di ruang perawatan
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang menerapkan
10 langkah tatalaksana pengobatan anak gizi buruk yang merupakan rujukan dari
Depkes RI. Kegiatan ini semuanya dilaksanakan sangat efektif di Instalasi Gizi
RSUDDH Pangkal Pinang. Saran untuk pemantauan yaitu meningkatkan pemantauan
asupan makanan, pola makan dan pemantauan berat badan anak, disarankan tersedianya
ruang perawatan khusus bagi pasien gizi buruk agar bisa memulihkan kondisi pasien
yang mengalami gizi buruk.

Daftar bacaan : 13 (1997-2009)


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang memberikan nikmat yang

berlimpah bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang

berjudul Gambaran Tatalaksana Kegiatan Pelayanan Gizi Buruk Rawat Inap di

Instalasi Gizi RSUD Depati Hamzah Pangkal Pinang tahun 2010, tepat pada

waktunya. Sholawat beserta salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammmad

SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaat dan pertolongannya nanti di Yaumil

qiyamah. Amiin.

Laporan magang ini penulis buat untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan salah satu

mata kuliah disemester 8 yaitu mata kuliah magang yang dilakukan untuk mengetahui

kegiatan tatalaksana anak gizi buruk di RSUD Depati Hamzah dari input, proses da

outputnya. Harapannya hasil laporan magang ini dapat dijadikan masukan dalam

penatalaksanaan gizi buruk di Rumah Sakit yang lebih baik dan bermutu.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. (Hc) dr. M.K Tadjudin, Sp. And, Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bpk. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan para dosen program studi

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, sebagai dosen pembimbing magang yang telah

banyak membantu penulis dari awal sampaiakhir penulisan laporan magang ini.
4. Orang tua saya tercinta khususnya ibunda tersayang Salwati dan ayahanda

Azwar yang telah memberikan motivasi dan bantuan moril maupun materil.

5. Direktur Utama RSUD Depati Hamzah yang telah mengizinkan penulis untuk

magang di RSUD Depati Hamzah.

6. Bpk. Warsono, SKM sebagai pembimbing lapangan di RSUDDH yang telah

banyak membantu penulis dari awal sampai akhir magang.

7. Rekan-rekan di RSUD Depati Hamzah Ibu Ratmawati, Pak Apan, K tuti, K

arul, K Yuli yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan

magang.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah telah membuat hidupku lebih berwarna

dan hunting buku sama-sama. Thanks for All atas motivasi, semagat

kebersamaan. Kekeluargaan, semoga tetap menjadi sahabat sejati.

9. Sahabat-sahabat setiaku tersayang erna, deuis, yeni, zume, aulia, eka, dan

semuanya atas kebersamaannya. Thanks wat cerita hidup dan curhat nya yah...

10. Sahabat-sahabat kostan yang ceria dan semuanya atas kebersamaan, semoga

tetap menjadi sahabat sejati.

Penulis Menyadari penulis laporan ini masih kurang dari sempurna, sehingga

sangat diharapkan saran dan masukannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Ciputat, April 2010

Penyusun
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Magang dengan judul

GAMBARAN TATALAKSANA ASUHAN GIZI BAGI PASIEN GIZI BURUK DI


RUANG PERAWATAN INSTALASI GIZI RSUD DEPATI HAMZAH PANGKAL
PINANG TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang program
Studi kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 5 April 2010

Mengetahui

Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan

Minsarnawati, SKM, M.Kes Warsono, SKM


PANITIA SIDANG UJIAN LAPORAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 5 April 2010

Penguji I

Yuli Prapanca Satar, MARS

Penguji II

Minsarnawati, SKM, MKM


RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Cintia Anggraini

Tempat/Tgl Lahir : Penyak, 12 Februari 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Menikah : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kerta Mukti Gang. H. Nipan. RT. 001/RW.08 No. 128

D, Kel. Pisangan Ciputat Tangerang 15419

Nomor Telp/HP : 081381244516

PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri 11 Koba (1994-2000)

2. SLTP Negeri 1 Koba (2000-2003)

3. SMA Negeri 1 Koba (2003-2006)

4. S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-sekarang)


DAFTAR ISI

ABSTRAK i

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI .. iii

RIWAYAT HIDUP . iv

KATA PENGANTAR . v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR .. xii

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR SINGKATAN . . xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang .. 1

1.2 Tujuan 6

1.2.1 Tujuan Umum 6

1.2.2 Tujuan Khusus .. 6

1.3 Manfaat . 7

1.3.1 Bagi Mahasiswa 7

1.3.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 8

1.3.3 Bagi Instansi Terkait.. 8

1.4 Ruang Lingkup .. 9


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 Gizi dan Tumbuh Kembang Anak . 10

2.1.1 Pengertian Gizi ............ 10

2.1.2 Pengertian Status Gizi ..... ....... 11

2.1.3 Penilaian Status Gizi ... ...... 12

2.1.3.1 Penilaian Status Gizi Secara langsung . 13

2.1.3.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak langsung .. 16

2.1.4 Indeks Antropometri 17

2.1.4.1 Berat Badan Menurut Umur ........................................ 17

2.1.4.2 Tinggi Badan Menurut Umur ...................................... 18

2.1.4.3 Berat Badan Menurut Tinggi Badan .......................... 18

2.1.4.4 Lingkar Lengan Atas Menurut Umur ......................... 18

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gizi 20

2.1.5.1 Penyebab Langsung ..................................................... 23

2.1.5.2 Penyebab Secara Tidak Langsung ............................... 23

2.2 Tumbuh Kembang Anak .................................................................. 25

2.3 Masalah Gizi 26

2.3.1 Masalah Gizi Secara Umum .. 26

2.3.2 Masalah Kurang Energi Protein (KEP) ................................. 27

2.4 Masalah Gizi Buruk ........................................................................ 28

2.4.1 Pengertian Gizi Buruk ......................................................... 28

2.4.2. Tanda-Tanda Penderita Gizi Buruk ..................................... 28


2.4.3. Klasifikasi KEP/Gizi Buruk .............................................. 28

2.4.4. Gejala Klinis balita KEP Berat/Gizi buruk ........................... 29

2.5 Proses Terjadinya Gizi Buruk ........................................................... 31

2.5.1 Penanggulangan Balita Gizi Buruk ... 32

2.5.1.1 Penjaringan kasus balita gizi buruk .... 32

2.5.1.2 Pelayanan Balita Gizi Buruk di Puskesmas .... 32

2.5.1.3 Pelacakan Balita Gizi Buruk dengan Investigasi..... 32

2.5.1.4 Pelayanan Balita Gizi Buruk di Rumah Tangga...... 33

2.5.1.5 Koordinasi Lintas Sektor ........ 33

2.6 Tatalaksana Anak Gizi Buruk ..... 33

2.7 Proses Kegiatan Pelayanan Gizi 35

2.7.1 Asuhan Gizi 35

2.7.2 Pelaksanaan Asuhan Gizi Di Rumah Sakit 36

2.7.2.1 Tim Asuhan Gizi ....... 36

2.7.2.2 Jalur Koordinasi Tim Asuhan Gizi 37

2.7.3 Asuhan Gizi Rawat Inap 40

2.7.3.1 Pengkajian Status Gizi 41

2.7.3.2 Riwayat Gizi . 42

2.7.3.3 Penentuan Kebutuhan Gizi .. 43

2.7.3.4 Penetuan Macam Dan Jenis Diet .. ... 43

2.7.3.5 Konseling Dan Penyuluhan Gizi ....... 44

2.7.3.6 Pemantauan, Evaluasi Dan Tindak Lanjut ..... 44


2.8. Terapi Gizi Pasien Gizi Buruk .. 45

2.8.1 Fase Stabilisasi .......................................................... 45

2.8.2 Fase Transisi ............... 47

2.8.3 Fase Rehabilitasi ............................................................ 49

BAB III LANGKAH DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG................ 52

3.1 Bentuk dan Langkah-Langkah Kegiatan magang ............................. 52

3.2 Jadwal Kegiatan Magang ................................................................. 53

BAB IV HASIL 59

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Depati Hamzah ........... 59

4.1.1 Fasilitas Kesehatan .. 61

4.1.2 Struktur Organisasi RSUDDH Pangkal Pinang .. 63

4.1.3 Sarana dan Prasarana RSUDDH Pangkal Pinang ... 64

4.1.4 Ketenagaan RSUDDH Pangkal Pinang ... 66

4.1.5 Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran ... 68

4.1.5.1 Visi RSUDDH Pangkal Pinang ........... 68

4.1.5.2 Misi RSUDDH Pangkal Pinang ............ 68

4.1.5.2 Motto RSUDDH Pangkal Pinang ............ 69

4.1.6 Kinerja Kegiatan RSUDDH Pangkal Pinang ... 72

4.2 Gambaran Umum Ruang Perawatan&Instalasi Gizi RSUDDH


Pangkal Pinang ................................................................................. 73

4.2.1 Gambaran Ruang Perawatan .. 74

4.2.2 Gambaran Ruangan Dapur Pengelolaan Makanan . 76

4.2.3 Gambaran Ruangan Poliklinik Gizi 79


4.3 Kegiatan Asuhan Gizi Pasien Gizi Buruk di Ruang Perawatan
Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah .................................. 79

4.3.1 Pengkajian Status Gizi bagi Pasien Gizi Buruk ...................... 80

4.3.2 Riwayat Gizi pasien gizi buruk ... 96

4.3.3 Penentuan Kebutuhan Gizi pasien gizi buruk .. 97

4.3.4 Penentuan Macam diet pasien gizi buruk . 99

4.3.5 Konseling Gizi Pasien Gizi buruk 105

4.3.6 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak lanjut .. 106

4.4 Pelaksanaan Kerja Asuhan Gizi Ranap Pasien Gizi Buruk .............. 108

4.5. Tindakan Perawatan Pasien Gizi Buruk Di Ruang Perawatan


Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang ......... 112

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 119

5.1 Simpulan ............................................................................................. 119

5.2 Saran ................................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 122

LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Magang

2. Surat Terima Magang

3. Surat Keterangan Selesai Magang

4. Form Catatan Perawatan Harian Anak Gizi Buruk

5. Kartu Monitoring Berat Badan

6. Formulir Penyelidikan Kasus Gizi Buruk

7. Form Laporan Kasus Gizi Buruk di Rumah Sakit

8. Formulir Pemeriksaan Klinis

9. Form Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Laki-Laki dan Perempuan
Menurut Berat Badan dan Panjang Badan (BB/TB-PB) Menurut WHO-NCHS,
1983

10. Form Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Laki-Laki dan Perempuan
Menurut Berat Badan dan Tinggi Badan / Panjang Badan (BB/TB-PB) Menurut
WHO-NCHS, 1983

11. Form Tabel Petunjuk pemberian F 75 Untuk Anak Gizi Buruk Tanpa Edema

12. Form Tabel Petunjuk pemberian F 75 Untuk Anak Gizi Buruk Edema Berat

13. Form Tabel Petunjuk pemberian F 100 Untuk Anak Gizi Buruk
DAFTAR SINGKATAN

RSUDDH = Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah

PGRS = Pelayanan Gizi Rumah Sakit

KB = Keluarga Berencana

UGD = Unit Gawat Darurat

EKG = Elektrokardiography

USG = Ultrasonography

CTG = Cotophography

IPSRS = Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

SOP = Standard Operational Procedure


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Prevalensi Gizi Buruk di Indonesia ............................................... .2

Tabel 1.2 Prevalensi Gizi Buruk di Bangka Belitung ................................... 2

Tabel 2.1 Baku Antropometri (NCHS).......................................................... 20

Tabel 2.2 Tahap Pemberian Diet ................................................................... 49

Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan dan Tindakan Pada Anak Gizi Buruk ............. 50

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang .............................................................. 53

Tabel 4.1 Ketenagaan RSUDDH Pangkal Pinang ......................................... 67

Tabel 4.2 Indikator Kegiatan Kinerja RSUDDH Tahun 2008&2009............ 72

Tabel 4.3 Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUDDH Tahun 2009 ............... 72

Tabel 4.4. Kadar Albumin .............................................................................. 95

Tabel 4.5 Kebutuhan Zat Gizi ........................................................................ 98

Tabel 4.6 Jadwal, Jenis dan Pemberian Makanan ......................................... 100

Tabel 4.7 Tahap Pemberian Diet .................................................................. 100

Tabel 4.8 Bahan Makanan (Formula WHO) Dan Nilai Gizi Makanan Pada
Pasien Gizi Buruk ......................................................................... 102

Tabel 4.9 Pedoman Pemberian Formula Anak Gizi Buruk (Depkes RI, 2003)... 107

Tabel 4.10 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Diruang Rawat Inap ........................ 110

Tabel 4.11 Laporan Kasus Anak Gizi Buruk di RSUDDH ............................ 113
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk

menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan

tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam fungsi tubuhnya sendiri

(Almatsier, 2004). Dalam mengkonsumsi makanan, dianjurkan memilih bahan

makanan yang alami dan bergizi agar dapat mendorong peningkatan fungsi tubuh

baik ketika sehat maupun sakit.

Masalah gizi merupakan salah satu penentu utama kualitas sumber daya

manusia. Gizi yang tidak seimbang, baik berupa kekurangan maupun kelebihan akan

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Berbagai penelitian menunjukan

bahwa gangguan gizi kurang pada balita membawa dampak negatif terhadap

pertumbuhan fisik maupun mental yang selanjutnya akan menghambat prestasi

belajar. Akibat lainnya adalah penurunan daya tahan sehingga kejadian infeksi

meningkat (Depkes RI, 1998). Kekurangan gizi akan menyebabkan hilangnya masa

hidup sehat pada balita. Dampak yang lebih serius dari kekurangan gizi adalah

timbulnya kecacatan, tingginya angka kesakitan, dan percepatan kematian (Depkes

RI, 1998)

Tabel 1.1
Prevalensi Gizi Buruk di Indonesia

No Tahun Prevalensi
1. 2005 1.03%
2. 2006 2.10%
3. 2007 3.48%

Sumber: Depkes RI

Anak usia di bawah lima tahun merupakan golongan yang rentan terhadap

masalah kesehatan dan gizi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein (KEP)

yang merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Secara nasional prevalensi gizi

kurang dan gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Pada tahun 2005 tercatat 1.03%

dari jumlah penduduk mengidap gizi buruk,kemudian naik menjadi 2.10% pada

tahun 2006, dan kembali melonjak manjadi 3.48% pada tahun 2007. Selama tahun

2006 terjadi kasus gizi gizi buruk sebanyak 9.163 balita dan mengalami peningkatan

menjadi 15.980 balita pada tahun 2007 sehingga terjadi kenaikan sebanyak 6.817

penderita gizi buruk dari tahun sebelumnya (Republika Online, 2008)

Tabel 1.2
Prevalensi Gizi Buruk di Bangka Belitung
No. Tahun Prevalensi
1. 2005 8.7%
2. 2006 7.4%
3. 2007 4.6%
Sumber : Dinkes provinsi Bangka Belitung

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi

Bangka Belitung tahun 2005 prevalensi gizi buruk sebesar 8,7 %, sedangkan pada

tahun 2006 prevalensi gizi buruk sebesar 7.4%, pada tahun 2007 terjadi kasus gizi

buruk sebesar 4,6%. Sedangkan pada tahun 2008 yang tersebar terjadi kasus gizi
buruk dan gizi kurang dibeberapa kabupaten antara lain di Bangka tercatat kasus gizi

buruk dan kurang 0.99%, Kota Pangkal Pinang 0.97%, Bangka Barat 2.93%, Bangka

Tengah 0.58%, Bangka Selatan 0.58%, Provinsi Babel 0.58%, Belitung tercatat

2.82% dan Belitung terjadi kasus gizi buruk dan kurang 3.21%. Kondisi ini akan

berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Salah satu konsekuensi dari

kurang gizi adalah gangguan pertumbuhan. Pertumbuhan normal dapat tercapai bila

berat badan anak berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan bila di

plot dalam kartu menuju sehat (KMS) berada pada garis pertumbuhan normalnya

(Growth Trajectory).

Kekurangan energi protein (KEP) tidak terjadi secara tiba-tiba (akut), tetapi

merupakan kejadian kronis yang selalu ditandai dengan kenaikan berat badan yang

tidak cukup. Perubahan berat badan merupakan indikator yang dianggap sensitif

untuk mendeteksi perubahan keadaan gizi masyarakat. Pemantauan pertumbuhan

merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi di lebih dari 80 negara

yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan keadaan gizi anak

(Minarto, 2006). Menurut Rohde (1984), pemantauan pertumbuhan merupakan suatu

rangkaian kegiatan yang terdiri dari pengukuran fisik dan perkembangan individu di

masyarakat dengan tujuan meningkatkan status kesehatan anak, perkembangan, dan

kualitas hidup. Peningkatan berat badan merupakan indikator yang sensitif terhadap

pertumbuhan anak.

Penyimpangan tumbuh kembang dapat terjadi apabila terdapat hambatan atau

gangguan dalam prosesnya sejak intra uterin hingga dewasa. Penyimpangan dapat

memberikan manifestasi klinis baik kelainan dalam pertumbuhan dengan atau tanpa
kelainan perkembangan. Walaupun terdapat kombinasi pengaruh faktor biologik.

Psikologik dan sosial pada perkembangan anak, pengaruh masing-masing faktor

secara terpisah perlu diperhatikan. Kelainan pertumbuhan anak yang dijumpai adalah

antara lain perawakan pendek (short stature), perawakan gigi (tall stature), yang

diklasifikasi sebagai variasi normal dan patologis, malnutrisi dan obesitas, sehingga

diperlukan suatu kiat dalam pengukuran antropometri sebagai salah satu cara

penilaiannya (Robert, 2004).

Untuk mengantisipasi masalah tersebut, diperlukan upaya pencegahan dan

penanggulangan secara terpadu di setiap tingkat pelayanan kesehatan, termasuk pada

sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas Perawatan, Puskesmas, Balai

pengobatan, Puskesmas Pembantu, Pos Pelayanan Terpadu, dan Pusat Pemulihan

Gizi yang disertai peran aktif masyarakat. Rumah sakit adalah suatu fasilitas

pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan,

memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang terdiri dari

observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita

sakit, cidera dan melahirkan.

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan

keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme

tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses perjalanan penyakit

dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien

semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pengaruh tersebut bisa

berjalan timbal balik, seperti lingkaran setan. Hal tersebut diakibatkan karena tidak
tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh (Depkes RI,

2003).

Pelayanan gizi rumah sakit bagian integral dari pelayanan kesehatan

paripurna rumah sakit dengan beberapaa kegiatan anatara lain pelayanan Gizi rawat

Inap, Rawat Jalan dan Penyelenggaraan Makanan. Pelayanan gizi rawat inap adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui

makanan sesuai dengan penyakit yang diderita selama pasien mendapat perawatan di

Rumah Sakit ( Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietsin Indonesia, 2005),

sedangkan pelayanan gizi rawat jalan adalah kegiatan pelayanan gizi yang

berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling gizi hingga

evaluasi rencana diet kepada klien/pasien rawat jalan (Departemen Kesehatan RI,

2003).

Pelayanan gizi dirumah sakit dalam tatalaksana balita gizi buruk yaitu suatu

kegiatan pelayanan gizi balita gizi buruk yang memberikan penanganan dan

perawatan dalam pemulihan balita gizi buruk dengan cara rawat inap dan rawat jalan

mulai pasien di rujuk/masuk ke rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit

dengan kondisi yang cukup membaik.

Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah (RSUDDH) Pangkal Pinang

merupakan rumah sakit rujukan di kawasan Bangka Belitung, menjadi badan layanan

umum, serta menjadi rumah sakit trauma centre, seiring ditetapkannya Pangkal

Pinang sebagai Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. RSUDDH ini adalah

rumah sakit rujukan juga yang menangani masalah kasus gizi buruk, yang

merupakan tempat perawatan dan pemulihan anak gizi buruk yang terjadi di Provinsi
Bangka Belitung. RSUDDH ini bekerja sama dengan program pemerintah dan

Dinas-Dinas kesehatan dalam perawatan dan pemulihan kasus anak gizi buruk hanya

rawat inap. Jumlah pasien gizi buruk di RSUDDH yang dirawat inap tahun 2007

terdapat 32 kasus, sedangkan pada tahun 2008 terdapat 25 kasus pasien gizi buruk

dan pada tahun 2009 berjumlah 23 kasus pasien gizi buruk.

Kegiatan pelayanan gizi di RSUDDH ini terdapat di ruangan perawatan. Ada

beberapa tatalaksana asuhan gizi bagi pasien gizi buruk di ruang perawatan RSUD

Depati Hamzah antara lain pengkajian status gizi , penentuan kebutuhan gizi,

penentuan macam diet, konseling gizi dan pemantauan/evaluasi terhadap pasien gizi

buruk

Untuk itu dengan adanya kasus gizi buruk di Bangka Belitung ini, saya

berminat untuk melakukan magang khususnya dalam tatalaksana asuhan gizi pasien

gizi buruk di Rumah Sakit Umum Depati Hamzah yang merupakan Rumah Sakit

rujukan perawatan anak gizi buruk di Provinsi Bangka Belitung.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran tatalaksana asuhan gizi bagi pasien gizi buruk di

ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang.

1.2.2 Tujuan Khusus.

1. Diketahuinya informasi tentang gambaran umum meliputi (struktur

organisasi, sarana dan prasarana, ketenagaan, dan kinerja) kegiatan Rumah

Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang?


2. Diketahuinya gambaran umum ruang perawatan dan Instalasi Gizi Rumah

Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang?

3. Diketahuinya gambaran kegiatan dan ketenagaan asuhan gizi pada

tatalaksana asuhan gizi pasien gizi buruk di ruang perawatan Rumah Sakit

Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang?

4. Diketahuinya gambaran tindakan perawatan dan pengobatan pasien gizi

buruk di ruang perawatan asuhan gizi Rumah Sakit Umum Daerah Depati

Hamzah Pangkal Pinang?

1.3. Manfaat

Magang diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi semua pihak yang

terlibat didalamnya, yaitu mahasiswa, institusi magang, dosen, maupun Program

Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3.1. Bagi Mahasiswa

1. Mendapatkan pengalaman bekerja dalam tim (team work) untuk

memecahkan berbagai masalah kesehatan sesuai bidang institusi kerja

tempat magang

2. Mengerti dan memahami berbagai masalah kesehatan masyarakat secara

nyata di institusi kerja sebagai bagian dari kesiapan mahasiswa dalam

memasuki dunia kerja

3. Mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan berbagai teori yang

didapat selama kuliah


4. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi diri serta

adaptasi dunia kerja

5. Mahasiswa mengetahui dan mendapatkan untuk mengetahui gambaran

tatalaksana asuhan gizi bagi pasien gizi buruk di ruang perawatan

RSUDDH Pangkal Pinang

1.3.2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

1. Terbinanya suatu jaringan kerja sama dengan instansi tempat magang

dalam upaya meningkatkan ketertarikan dan kesepadanan antara substansi

akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia

yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

2. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan menghasilkan

peserta didik yang terampil dan berpengalaman.

1.3.3. Bagi Instansi Terkait

1. Dapat memanfaatkan pengetahuan mahasiswa, baik dalam kegiatan

manajemen maupun kegiatan operasional.

2. Hasil analisa magang dapat menjadi pertimbangan untuk mengetahui

gambaran tatalaksana asuhan gizi bagi pasien gizi buruk di ruang

perawatan RSUDDH guna memberikan kontribusi bagi institusi magang,

khususnya dalam menemukan solusi dari masalah kesehatan masyarakat

secara proporsional

1.4. Ruang Lingkup

Kegiatan magang ini dilaksanakan oleh Mahasiswa Peminatan Gizi

Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan untuk


mengetahui gambaran tatalaksana asuhan gizi bagi pasien gizi buruk di ruang

perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang. Magang ini

memiliki bobot nilai 4 sks yang sebanding dengan 26 hari kerja dengan lama kerja 8

jam perhari. Mahasiswa masuk setiap hari sesuai dengan hari kerja di instansi terkait.

Waktu pelaksanaan magang ini dimulai pada tanggal 1 Februari 2010.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi dan Tumbuh Kembang Anak

2.1.1 Pengertian Gizi

Gizi dapat diartikan sebagai makanan yang diperlukan oleh tubuh

manusia untuk dapat tumbuh dan berkembang guna menunjang kesehatan

sesuai dengan periode kehidupannya. Pertumbuhan diartikan sebagai

peningkatan ukuran fisik dari tubuh secara keseluruhan atau peningkatan

beberapa bagian yang berhubungan dengan peningkatan jumlah atau ukuran

sel. Masing-masing organ dan sistem organ mempunyai periode percepatan

pertumbuhan sendiri-sendiri, beberapa organ seperti otak mencapai ukuran

orang dewasa pada umur 2 tahun, sedangkan jaringan lain seperti otot terus

meningkat sepenjang usia remaja (Pipes & Christine, 1993).

Perkembangan organ otak yang utuh dan sempurna akan menunjang

kualitas sumberdaya manusia sehingga pemantauan pertumbuhan dan

perkembangannya dimulai dari dalam rahim dan sesudah lahir. Pemantauan

tersebut dapat dilakukan dengan melihat kenaikan berat badan ibu pada saat

hamil dan pertumbuhan dan perkembangan kepala anak setelah lahir

(Runawas, 1996).
2.1.2 Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan hasil akhir dari interaksi keseluruhan aspek

ekologi, seperti faktor-faktor fisik, biologis, dan budaya dalam lingkungan

hidup manusia. Ekologi manusia diartikan sebagi ilmu yang mempelajari

hubungan timbale balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya.

Kekurangan gizi pada anak bukan saja disebabkan oleh kurangnya pangan dan

kemiskinan tetapi banyak faktor lain yang berpengaruh, baik secara langsung

maupun tidak langsung (Supariasa, dkk., 2002).

Status gizi adalah merupakan suatu indicator status kesehatan. Status gizi

adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau

perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu.

Sunita Almatsier (2004) menyatakan bahwa status gizi merupakan

keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Sedangkan menurut Riyadi (2005), status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh

seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan

(absorbtion), dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Status gizi pun

juga didefinisikan lain oleh Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto dalam Supriasa

dkk (2002), mereka mendefinisikan status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrture

dalam bentuk variabel tertentu, merupakan indeks yang statis dan agregatif

sifatnya kurang peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam waktu pendek

misalnya bulanan. Status gizi dibedakan menjadi 4, yaitu:


1. Status gizi buruk

2. Status gizi kurang

3. Status gizi baik, dan

4. Status gizi lebih

Malnutrisi atau gizi salah adalah keadaan patologis akibat kekurangan

atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat

bentuk malnutrisi:

1. Under nutrition: kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut

untuk periode tertentu.

2. Specific deficiency: kekurangan zat gizi tertentu, misalnnya kekurangan

vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.

3. Over nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

4. Imbalance: karena disproporsi zat gizi, misalnya: cholesterol terjadi karena

tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density

Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) (Supariasa, dkk.,

2002).

2.1.3 Penilaian Status Gizi

Penilaian keadaan gizi dari suatu kelompok individu atau masyarakat

perlu memperhatikan 2 masalah dasar yaitu : pertama, memeriksa bagaimana

hubungan antara tingkat hidup keluarga dengan status gizi masyarakat. Kedua,

menelaah tingkat gizi secara individu atau perseorangan. (Djiteng Roedjito D.,

1989). Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu penilaian

status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung :
2.1.3.1 Penilaian Status Gizi Secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4

penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

1. Antropometri

Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan

untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

Penilaian Antropometri. Antropometri berasal dari kata antropos

dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi

antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian ini bersifat

sangat umum sekali. Pengertian dari sudut pandang gizi telah

banyak diungkapkan oleh para ahli Jelliffe (1966) mengungkapkan

bahwa : Nutritional Anthropometry is measurement of the

Variations of the Physical Dimensions and the Gross Composition

of the Human Body at Different age levels and Degree of

Nutrition. Berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan,

tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

Jenis parameter antropometri sebagai indikator status gizi

dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter


adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat

badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar

dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.

a. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi

status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan

berat badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai

dengan penentuan umur yang tepat.

b. Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang

terpenting dan paling sering digunakan pada bayi. Pada masa

bayi balita berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju

pertumbuhan fisik maupun status gizi.

c. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak

diketahui dengan tepat. Di samping itu tinggi badan merupakan

ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan

berat badan terhadap tinggi badan.

d. Lingkar lengan atas

Lingkar lengan atas dewasa ini memang merupakan

salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah


dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh

dengan harga lebih murah.

e. Lingkar kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu

kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa

keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran

kepala. Contoh yang sering digunakan adalah hidrosefalus dan

mikrosefalus.

f. Lingkar dada

Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3

tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada

umur 6 bulan.

2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Umumnya untuk survei klinis secara cepat.

Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda

klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi(Depkes

RI, 2006a).

3. Biokimia

Yaitu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris

yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Digunakan


untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan

malnutrisi yang lebih parah lagi (Depkes RI, 2006a).

4. Biofisik

Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat

kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dan jaringan.

Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta

senja epidemik (Depkes RI, 2006a).

2.1.3.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3

penilaian yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor

ekologi.

1. Survei konsumsi makanan

Yaitu metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan

jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaannya dapat untuk

mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2. Statistik vital

Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan

seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan lain-

lain. Penggunaan dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak

langsung pengukuran status gizi masyarakat.

3. Faktor ekologi

Penilaian yang didasarkan pada hasil interaksi beberapa faktor

fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Untuk mengetahui penyebab


malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program

intervensi gizi.

2.1.4 Indeks antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.

Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di

Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk

berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan baku Harvard dan untuk

lingkar lengan atas (LILA) digunakan baku Wolanski. Beberapa indeks

antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan dan menurut umur

(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB).

2.1.4.1 Berat badan menurut umur

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter

antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, berat badan

berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan

abnormal, terdapat 2 kemungkinan yaitu dapat berkembang cepat atau

lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat

badan maka indeks berat badan/umur digunakan sebagai salah satu cara

mengukur status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil

maka berat badan/umur lebih menggambarkan status gizi seseorang.

BB/U dapat dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak


pada semua kelompok umur. BB sensitif terhadap perubahan perubahan

kecil, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah

dan tidak memerlukan banyak waktu dan tenaga (I Dewa Nyoman

Supariyasa, 2002).

2.1.4.2 Tinggi badan menurut umur

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan

tubuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan

tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah

kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh definisi gizi

terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (I

Dewa Nyoman Supariasa, 2002).

2.1.4.3 Berat badan menurut Tinggi badan

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.

Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan

pertumbuhan tinggi badan dengan kecapatan tertentu. indeks BB/TB

merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini

(sekarang) (I Dewa Nyoman Supariyasa, 2002).

2.1.4.4 Lingkar lengan atas menurut umur

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan

jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas

berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas

merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana dan mudah


dilakukan oleh tenaga yang bukan profesional (I Dewa Nyoman

Supariyasa, 2002).

Dari beberapa cara penilaian tersebut, status gizi yang pada saat

ini sering digunakan adalah dengan cara antropometri. Penilaian

antropometri untuk memperkirakan pertumbuhan dan perkembangan

fisik anak balita berupa indicator yang paling luas digunakan (WHO,

1990).

Pengertian dari antropometri secara singkat adalah ukuran dari

tubuh. Sedangkan pengertian antropometri menurut Jellife, 1986 adalah

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa,

dkk., 2002).

Dalam penentuan status gizi indeks antropometri yang sering

digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan

menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan

lingkar lengan atas menurut umur (LILA/U).

Saat ini pengukuran status gizi anak Menggunakan standar baku

dari World Health Organization United States National Health Centre

For Statistics (WHO NCHS). Adapun cara penilaian status gizi anak

dapat dilihat menurut tabel dibawah ini.


Tabel 2.1
Baku Antropometri (NCHS)
Indeks Status Gizi Z-Score
BB/U Gizi Lebih >+2 SD
Gizi Baik >-2 SD sampai + 2 SD
Gizi Kurang <-2 SD sampai >3 SD
Gizi Buruk <-3 SD
TB/U Normal >2 SD
PB/U Pendek <-2 SD
BB/TB Gemuk >+2 SD
BB/PB Normal >-2 SD sampai +2 SD
Kurus (wasted) <-2 SD sampai >-3 SD
Kurus sekali <-3 SD
(KepMenKes RI, Nomor: 902/Menkes/SK/VIII/2000, tentang klasifikasi status gizi anak
bawah lima tahun)

Antropometri sebagai salah satu cara menilai status gizi mempunyai

keunggulan dan kelemahan. Keunggulan metode antropometri adalah

prosedurnya sederhana, relative tidak membutuhkan tenaga ahli, alatnya murah

dan mudah didapat, metodenya tepat dan akurat, dapat mendeteksi keadaan gizi

masa lalu, dapat mengevaluasi status gizi periode tertentu dan dapat digunakan

untuk screening. Sedangkan kelemahannya antara laina adalah metode ini tidak

sensitif, faktor non gizi seperti penyakit dapat menurunkan spesifisitas dan

sensitifitas, kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran yang biasanya

berhubungan dengan latihan petugas, kesalahan alat dan kesulitan pengukuran

(Supariasa, dkk. 2002).

2.1.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Gizi

Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu : makanan

yang dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan seorang
anak tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya

pemberian makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik

ibu tentang makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan anak juga

berhubungan dengan karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan, daya

beli keluarga, ada tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan

kesehatan. (I Dewa Nyoman, 2001).

Levinson (1974) mengemukakan dua faktor yang langsung berpengaruh

terhadap status gizi anak yaitu konsumsi makanan dan status kesehatan.

Konsumsi makanan dipengaruhi oleh nafsu makan anak dan penyediaan

makanan untuk anak. Penyediaan makanan untuk anak dipengaruhi oleh waktu

yang tersedia oleh ibu, pembagian makanan dalam keluarga dan tersedianya

makanan untuk keluarga. Penyediaan waktu oleh ibu dipengaruhi oleh status

kesehatan ibu, tingkat pendidikan ibu, kebiasaan dan tradisi pemberian

makanan, beban kerja ibu, status ekonomi dan lain-lain


Gambar 2.1

Faktor Mempengaruhi Status Gizi

STATUS GIZI

Penyebab
Asupan zat gizi penyakit infeksi Langsung

Ketersediaan Perawatan anak Pelayanan/fasilitas Penyebab


pangan RT dan ibu hamil kesehatan Tidak
Langsung

Kemiskinan,Tkt Pendidikan Rendah,Ketersediaan Pangan Di Masyarakat


Masalah
Menurun, Dan Sempitnya Lapangan Kerja Utama

Krisis Ekonomi Dan Politik Akar


Masalah

Sumber: Unicef (1988) dengan penyesuaian

Berdasarkan dari banyak data yang didapat, peneliti menyimpulkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk yaitu penyebab

langsung dan tidak langsung.


2.1.5.1 Penyebab langsung, yaitu:

1. Keadaan gizi

Dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan makanan dan penyakit

infeksi yang ditimbulkan seperti penyakit diare, campak dan infeksi

saluran nafas yang kerap menimbulkan berkurangnya nafsu makan.

2. Mal nutrisi

Berawal dari nutrisi ibu yang kurang saat sebelum dan sesudah

hamil, dan penyakit infeksi, maka pada gilirannya nanti akan

mengakibatkan terlahirnya bayi dengan berat badan rendah yang

kemudian akan mengakibatkan gizi buruk pada anak tersebut.

Penyebab secara tidak langsung, yaitu:

1. Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga yang rendah

2. Ketersediaan pelayanan kesehatan yang tidak memadai

3. Kemiskinan

Merupakan akibat dari krisis ekonomi dan politik yang

mengakibatkan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang kemudian

berakibat pada minimnya pendapatan seseorang dan ketersediaan

panganpun berkurang.

4. Pendidikan rendah

Berakibat pada sedikitnya pengetahuan khususnya dibidang

kesehatan mengnai makanan apa saja yang mengandung gizi yang

tinggi dan yang dibutuhkan oleh anak dalam tumbuh kembangnya.


Hal ini juga diakibatkan karena pola asuh orang tua terhadap anak

yang salah.

5. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak sehat dan tempat tinggal yang

berjejalan menyebabkan infeksi akan sering terjadi. Dan kemudian

penykit infeksi itu akan berpotensi sebagai penyokong atau

pembangkit gizi buruk ( Gizi Dalam daur Kehidupan. Arisman,

MB., 2002).

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi.

Oleh Unicef diidentifikasi bahwa penyebab permasalahan gizi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah penyebab dasar (akar masalah)

berupa krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada suatu negara

atau daerah yang dapat mencetus terjadinya kemiskinan, tingkat

pendidikan yang rendah, ketersediaan pangan dimasyarakat

menurun atau sempitnya lapangan pekerjaan (disebut juga sebagai

permasalahan utama). Adapun penyebab secara langsung

memepengaruhi terjadinya maslah gizi adalah rendahnya asupan zat

pada saat ibu hamil ataupun balita serta adanya penyakit infeksi.

Selain itu faktor budaya yang lebih mendahulukan bapak dalam

pemenuhan kebutuhan makanan juga masih ada di beberapa

golongan masyarakat tertentu.


2.2 Tumbuh Kembang Anak

Pengertian pertumbuhan dan perkembangan mencakup dua peristiwa yang

statusnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan

berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah dan fungsi tingkat sel,

organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram), ukuran

panjang (meter) dan lain-lain. Perkembangannya adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

dan dapat diramalkan sebagai proses pematangan.

Berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, tetapi pada dasarnya dapat

dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup

faktor bawaan, jenis kelamin, obstetric dan ras. Sedangkan faktor eksternal anatara

lain gizi ibu pada saat hamil, mekanis, toksin/zat kimia, radiasi, infeksi, stress dan

afoksia (Supariasa, dkk., 2002).

Jenis pertumbuhan meliputi pertumbuhan yang bersifat linear dasn

pertumbuhan massa jaringan. Ukuran linear adalah ukuran yang berhubungan

dengan panjang seperti tinggi badan atau panjang badan. Ukuran massa tubuh

jaringan adalah berhubungan dengan massa tubuh seperti berat badan. Terdapat

empat masa pertumbuhan anak semenjak lahir, yaitu: (FK Universitas Indonesia,

1974).

1. Pertumbuhan yang cepat sekali sampai anak umur 1 tahun, kemudian berkurang

secara berangsur-angsur sampai anak berumur 5 tahun.

2. Pertumbuhan yang berjalan lambat dan teratur sampai anak berumur aqil baligh

(pubertas).
3. Pertumbuhan yang cepat, pada masa pubertas.

4. Pertumbuhan berkurang secara berangsur-angsur sampai berhenti sewaktu

berumur kira-kira 18 tahun.

Anak yang normal pada umur enam bulan berat badannya mencapai dua kali

berat badan saat lahir, pada umur satu tahun berat badan anak menjadi tiga kali berat

badan lahir (King,M, et all, 1983).

2.3 Masalah Gizi

2.3.1 Masalah Gizi Secara Umum

Secara umum terdapat 4 masalah gizi utama di Indonesia yakni

KEP (Kurang Energi Protein), KVA (Kurang Vitamin A), Kurang Yodium

(gondok endemik) dan kurang zat besi (anemi gizi besi). Akibat dari kurang

gizi ini adalah kerentanan terhadap penyakit-penyakit infeksi dan dapat

menyebabkan meningkatnya angka kematian (Suhardjo, 2003).

Gizi kurang atau gizi buruk pada balita dapat berakibat terganggunya

pertumbuhan jasmani dan kecerdasan mereka. Kalau cukup banyak orang yang

termasuk golongan ini masyarakat yang bersangkutan sulit sekali berkembang.

Dengan demikian jelas masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua

keluarga harus bertindak atau berbuat sesuatu bagi perbaikan gizi (Sayogya,

1994).
Kondisi ini akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia.

Salah satu konsekuensi dari kurang gizi adalah gangguan pertumbuhan.

Pertumbuhan normal dapat tercapai bila berat badan anak berdasarkan berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan bila di plot dalam kartu menuju sehat

(KMS) berada pada garis pertumbuhan normalnya (Growth Trajectory).

2.3.2 Masalah Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang energi protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-

hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat

badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku

WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling

berat dan meluas terutama pada balita. Pada umumnya penderita KEP berasal

dari keluarga miskin.

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya

konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak

memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Depkes RI, 1999).

Kekurangan energi protein (KEP) tidak terjadi secara tiba-tiba (akut),

tetapi merupakan kejadian kronis yang selalu ditandai dengan kenaikan berat

badan yang tidak cukup. Perubahan berat badan merupakan indikator yang

dianggap sensitif untuk mendeteksi perubahan keadaan gizi masyarakat.

Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program

perbaikan gizi di lebih dari 80 negara yang menitikberatkan pada upaya

pencegahan dan peningkatan keadaan gizi anak (Minarto, 200


2.4.1 Pengertian Gizi Buruk

Gizi buruk merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya zat gizi terutama defisiensi protein

dan energi. Orang-orang kesehatan biasa menyebutnya dengan istilah

kekurangan energi dan protein(KEP). Keadaan ini sangat umum terjadi di

seluruh dunia dan mempengaruhi sekitar 800juta orang dewasa dan anak-anak.

Akan tetapi, dampak yang terburuk terjadi pada anak-anak karena dengan

menderita gizi buruk mereka mengalami kegagalan pertumbuhan (Supariasa,

dkk, 2002).

2.4.2. Tanda-Tanda Penderita Gizi Buruk

Ada beberapa cara untuk mengetahui seorang anak terkena gizi buruk

(busung lapar), yaitu :

1. Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan. Bila

perbandingan berat badan dengan umurnya dibawah 60% standar WHO-

NCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut terkena busung lapar.

2. Dengan mengukur tinggi badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA). Bila

tidak sesuai dengan standar anak normal, waspadai anak tersebut terkena

busung lapar.

2.4.3. Klasifikasi KEP/Gizi Buruk

Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan

menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan Menggunakan KMS dan

tabel BB/U baku median WHO-NCHS (Depkes RI, 1999).


1. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada

pita warna kuning.

2. KEP sedang bila hasil pinimbangan berat badan pada KMS terletak

dibawah garis merah (BGM).

3. KEP berat/ gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median

WHO-NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/gizi buruk dan

KEP sedang, sehingga menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan tabel

BB/U median WHO-NCHS.

2.4.4. Gejala Klinis balita KEP Berat/Gizi buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak

tampak kurus. Gejala klinis berat/ gizi buruk secara garis besar dapat

dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa

mengukur BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP

berat gizi buruk tipe kwashiorkor (Depkes RI, 1999).

1. Marasmus

Kata marasmus berasal dari bahsa Yunani yang artinya kurus

kering. Marasmus merupakan defisiensi intake energi yang umumnya

terjadi pada anak-anak sebelum 18 bulan karena terlambat di beri makanan

tambahan. Hal ini terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti

ASI yang terlalu encer dan tidak higienis atau sering terkena infeksi

terutama gastroentritis. Penyakit ini sering terjadi pada sosial ekonomi yang

relatif rendah. Adapun gejala yang ditimbulkan adalah:

a. Keterlambatan pertumbuhan yang parah


b. Kurus sehingga hampir tidak ada lemak dibawah kulit

c. Otot-otot berkurang dan melemah

d. Rambut jarang dan tipis

e. Kulit tidak elastis dan keriput

f. Wajah seperti orang tua

g. Cengeng dan rewel

h. Perut cekung

i. Iga gambang

j. Sering terjadi dehidrasi, ISPA, tuberkulosis, cacingan berat dan

penyakit kronis lainnya

k. Sering disertai defisiensi vitamin A dan D

2. Kwarshiorkor

Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana yang artinya

penyakit yang terjadi ketika bayi berikutnya lahir. Istilah kwarshiorkor

pertama diperkenalkan oleh Dr. Cecile Williams tahun 1933. Penyakit ini

lebih banyak diderita pada anak berumur 2-3 tahun, terjadi pada anak yang

terlambat pada masa penyapihan. Hal ini menyebabkan komposisi makanan

terutama makanan yang mengandung protein kurang dikonsumsi. Adapun

gejala yang ditimbulkan adalah:

a. Oedema (pembengkakan), moonface dan gangguan psikomotor

b. Anak menjadi apatis, tidak mau makan, suka merengek

c. Kulit dan rambut mengalami depigmentas, kulit bersisi

d. Hati membesar dan berlemak


e. Sering disertai anemia dan xeroftamia.

f. Pandangan mata sayu

g. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri atau

duduk

h. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah

warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.

i. Sering disertai: penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare.

3. Marasmus-Kwarshiorkor

Marasmus-kwarshiorkor merupakan gabungan dari keduanya dan

tanda-tanda adalah gejala dari keduanya, dengan BB/U <60% baku median

WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok (Modul Gizi Ksehatan

Masyarakat, 2008).

2.5. Proses Terjadinya Gizi Buruk

Proses terjadinya gizi buruk dimulai dari tahapan ketika seorang anak

mengalami gizi kurang (undernutrition). Keadaan ini mengkibatkan anak

menglami kegagalan pertumbuhan yang kemudian ia termasuk kedalam tahapan

gizi buruk tingkat sedang. Jika asupan zat gizinya tidak cepat terpenuhi maka berat

badan anak akan semakin turun. Hal ini akan menjadi lebih parah jika disertai

dengan penyakit infeksi yang disebabkan dari kondisi lingkungan yang tidak sehat.

Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya marasmus atau kwashiorkor atau juga

kedunya, dan itu artinya bahwa anak sudah masuk kedalam kategori gizi buruk

tingkat berat (Supariyasa, dkk, 2002)


2.5.1 Penanggulangan Balita Gizi Buruk

Dengan dibuatnya prosedur penanggulangan balita gizi buruk oleh

(Depkes RI, 2006) dari tingkat Rumah Tangga, tingkat Kecamatan

(Puskesmas) sampai tingkat Kabupaten didapatkan hasil sebagai berikut:

2.5.1.1 Penjaringan kasus balita gizi buruk

Diketahui jumlah kasus balita gizi buruk dan gizi kurang

masing-masing desa di 25 wilayah kerja puskesmas se-Kabupaten

Purworejo. Pada tahun 2004 jumlah bayi dan balita gizi buruk sebanyak

309 anak sedangkan jumlah bayi dan balita gizi kurang sebanyak 1526

anak.

2.5.1.2 Pelayanan Balita Gizi Buruk di Puskesmas

Semua kasus gizi buruk yang dirujuk mendapatkan pelayanan di

puskesmas ( baik puskesmas dengan rawat inap ataupun tanpa rawat

inap maupun rujukan perawatan di Rumah Sakit Umum). Pada tahun

2004 ada tiga balita gizi buruk tanpa komplikasi di rawat di Rumah

Sakit Umum Purworejo dan mendapatkan bantuan terapi gizi pasca

perawatan serta satu balita mendapatkan bantuan untuk pemberdayaan

keluarga.

2.5.1.3 Pelacakan Balita Gizi Buruk dengan Cara Investigasi

Diketahui identitas responden ( data penderita ), keluarga, status

kesehatan, kebiasaan makan dan lingkungan tempat tinggal ( rumah ).

Semua balita gizi buruk telah dilacak baik oleh Bidan Desa, Petugas

Gizi Puskesmas maupun Petugas Gizi Kabupaten


2.5.1.4 Pelayanan Balita Gizi Buruk di Rumah Tangga

Semua balita gizi buruk di rumah tangga mendapatkan pelayanan

gizi (Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan / PMT-P ) . Dari 309

bayi dan balita gizi buruk sebanyak 150 anak mendapatkan PMT-P susu

dan sisanya mendapatkan MP-ASI bubur dan MP-ASI biskuit.

2.5.1.5 Koordinasi Lintas Sektor

Diperoleh dukungan / kesepakatan dengan sektor terkait dalam

penanggulangan balita gizi buruk. Pada tahun 2004 bekerjasama

dengan Dinas Pertanian dalam penanggulangan balita gizi buruk

dengan memberikan bantuan pangan kepada keluarga miskin di

kecamatan Bruno.

2.6 Tatalaksana Anak Gizi Buruk

10 langkah utama tatalaksana gizi buruk, yaitu (Depkes RI, 1999):

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglekimia adalah bila anak sadar berikan

makanan saring/cair 2-3 jam sekali, atau larutan air gula dengan sendok bila

anak tidak dapat makan. Jika terdapat gangguan kesadaran diberikan infuse

cairan glukosa dan segera dirujuk ke RSU kabupaten.

2. Pengobatanh dan pencegahan hypothermia adalah menghangatkan anak dengan

mendekap anak di dada ibu/ orang dewasa lainnya dan ditutupi selimut atau

membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkna lampu di dekatnya.

Pada masa ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur setiap setengah jam

sekali.
3. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan adalah dengan tetap

memberikan ASI setiap setengah jam sekali jika anak masih menyusui dan

memberikan minum 3 sendok makan setiap 30 menit, jika anak tidak dapat

minum diberikan infuse cairan ringer lactate/glukosa 5% NaCl dengan

perbandingan 1:1.

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit dengan memberikan

makanan tanpa garam/rendah garam dan bila balita bisa makan maka diberikan

makanan banyak mengandung mineral dalam bentuk lunak.

5. Pengobatan dan pencegahan infeksi, yaitu pada KEP berat/gizi buruk, umunya

menunjukkan adanya infeksi seperti demam, oleh karena itu pada semua KEP

berat/ gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik, serta vaksinasi campak bila

anak belum di imunisasi dan umur sudah mencapai > 9 bulan.

6. Pemberian makanan balita KEP berat/gizi buruk dibagi atas tiga fase, yaitu fase

stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Pada awal fase stabilisasi perlu

dilakukan pendekatan yang sangat hati-hati, disebabkan keadaan faal anak

sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita yang meliputi dua fase, yaitu fase transisi

dan fase rehabilitasi.

8. Penanggulangan kekurangan zat gizi mikro dilakukan dengan hati-hati, jangan

memberikan zat besi pada masa stabilisasi karena dapat memperburuk keadaan

infeksi, berikan pada saat anak sudah mau makan dan berat badannya sudah

mulai naik (biasanya pada minggu ke 2).


9. Memberikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional, yaitu berupa kasih

sayang, ciptakan lingkungan yang menyenangkan, berikan terapi bermain

terstruktur selama 15-30 menit/hari, rencanakan aktifitas fisik segera setelah

sembuh meningkatkan keterlibatan ibu.

10. Tindak lanjut perawatan dirumah dilakukan bila berat badan anak sudah berada

di garis warna kuning dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau

bidan desa. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap

dilanjutkan di rumah setelah pasien dipulangkan.

2.7 Proses Kegiatan Pelayanan Gizi

2.7.1 Asuhan Gizi

Asuhan gizi merupakan sarana dalam pemenuhan dalam upaya

pemenuhan zat gizi pasien. Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga

dengan terapi gizi medik. Pelayanan kesehatan paripurna seorang pasien, baik

rawat inap maupun rawat jalan, secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan

(care) yang pada pelaksanaannya dikenal sebagi pelayan (service). Ketiga jenis

asuhan tersebut adalah : asuhan medik, asuhan keperawatan dan asuhan gizi

(Depkes RI, 2006a)

Tujuan utama asuhan gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien

secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat

maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan. Untuk mencapai tujuan

tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsure terkait untuk
melaksanakan urutan kegiatan, yang dikelompokan menjadi lima (5) kegiatan,

yaitu :

1. Membuat diagnosis masalah gizi

2. Menentukan kebutuhan terapi gizi. Dalam pelaksanaan asuhan gizi,

penentuan terapi gizi pasien perlu mempertibangkan tiga (3) macam

kebutuhan yaitu a) penggantian( replacement), b) pemeliharaan

(maintenance), dan c) penambahn akibat kehilangan (loss) yang

berkelanjutan dan untuk pemulihan jaringan dengan berpedoman kepada :

tepat zat gizi (bahan makanan), tepat formula, tepat bentuk, tepat cara

pemberian, serta tepat dosis dan waktu.

3. Memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus ( oral, enteral

dan parenteral) sesuai kebutuhan.

4. Melaksanakan pemberian makanan

5. Evaluasi/pengkajian gizi dan pemantauan

2.7.2 Pelaksanaan Asuhan Gizi Di Rumah Sakit

2.7.2.1 Tim Asuhan Gizi

Tim asuhan gizi merupakan tim fungsional yang

mengkoordinasikan penyelenggaraan asuhan gizi mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Tim ini dipimpin

oleh seorang dokter dengan anggota yang terdiri dari dokter, nutrionis

atau dietsien, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Tim asuahn gizi

bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi paripurna kepada


klien/pasien, terutama yang membutuhkan terapi gizi pada pasien rawat

jalan (Depkes RI, 2006a).

2.7.2.2 Jalur Koordinasi Tim Asuhan Gizi

Agar kegiatan asuhan gizi berjalan dengan optimal, maka perlu

dukungan pimpinan rumah sakit, komite dan staf serta adanya

koordinasi dan komunikasi antar anggota tim. Oleh karena itu rumah

sakit perlu dibentuk Tim Asuhan gizi sesuai dengan struktur organisasi

masing-masing rumah sakit

Gambar 2.2
Contoh Jalur koordinasi TIM Asuhan Gizi
Direktur

Komite Medik

Panitia Asuhan Gizi

Tim Tim Tim Tim


Dukungan Dukungan Dukungan Dukungan
Gizi Gizi Gizi Gizi

Sumber: Depkes, RI 2003

1. Peran anggota tim asuhan gizi

a. Dokter

1) Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan

keadaaan klinis diagnosa masalah gizi klien/pasien


2) Menentukan diet/pasien bersama nutrisionis/ dietsien

3) Memberikan penjelasan kepada klien/p[asien dan

keluarganya tentang pewranan terapi diet

4) Merujuk klien/pasien untuk konseling dan terapi gizi

5) Melakukan pemantauan dan evaluasio berkala bersama

anggota tim selama klien/pasien dalam masa perawatan

b. Nutrisionis/dietsien

1) Mengkaji status gizi/pasien berdasarkan rujukan

2) Melakukan anamnesis riwayat diet ke dalam bentuk

makanan yang disesuaikan dengan kebiasaan makan serta

keperluan terapi.

3) Memberikan saran kepada dokter berdasarkan hasil

pemantauan/evaluasi terapi gizi.

4) Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi

kepada klien/pasien, bersama dengan perawat ruangan.

5) Memberikan penyuluhan, motivasi dan konseling gizi pada

klien/pasien dan keluarganya.

6) Melakukan kunjungan keliling (visite) baik sendiri maupun

bersama dengan Tim Asuhan Gizi kepada pasien.

7) Mengevaluasi status gizi klien/pasien secar berkala asupan

makanan, dan bila perlu melakukan perubahan diet pasien

berdasarkan hasil diskusi dengan tim Asuhan Gizi.


8) Mengkomunikasikan hasil terapi gizi kepada semua anggota

Tim Asuhan Gizi.

9) Berpartisipasi aktif dalam pertemuan/diskusi dengan dokter,

perawat, anggota Tim Asuhan Gizi lain, klien/pasien dan

keluarganya dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan

gizi.

10) Menentukan rencan diet awal/sementara bilamana belum

ada penentuan diet dari dokter.

11) Melakukan pemantauan interaksi obat dan makanan bersama

dengan Tim Asuhan Gizi lainnya.

c. Perawat

1) Melakukan kerjasama dengan dokter dan nutrisionis/dietsien

dalam memberikan pelayanan gizi kepada klien/pasien

2) Membantu klien/pasien pada waktu makan

3) Melakukan pengukuran antropometri untuk menentukan dan

mengevaluasi status gizi klien/pasien

4) Bersama dengan notrisionis memantau masalah-masalah

yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada klien/pasien

5) Melakukan pemantauan, mencatat dan melaporkan asupan

makanan dan respon klinis/pasien terhadap diet yang

diberikan
d. Farmasi

1) Melaksanakan permintaan obat dan cairan parenteral

berdasarkan resep dokter.

2) Mendiskusikan keadaan atau hal-hal yang dianggap perlu

dengan tim, termasuk interaksi obat dan kesehatan.

3) Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat

dan cairan parenteral oleh klien/pasien bersama perawat.

4) Jika perlu, menggantikan obat dari jenis yang sama sesuai

dengan persetujuan dokter.

5) Bersama dengan nutrisionis/deitsien`melakukan pemantauan

interaksi obar dan makanan

e. Tenaga kesehatan lainnya (misalnya rontgen dan laboratorium)

1) Melakukan pemeriksaan roentgen dan laboratorium sesuai

dengan permintaan dokter.

2) Bekerja sama dengan dokterdan perawat untuk pemeriksaan

roentgen dan laboratorium.

3) Bertanggung jawab pada hasil pemeriksaan roentgen dan

laboratorium

2.7.3 Asuhan Gizi Rawat Inap

Yaitu serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang

berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet

pasien di ruang rawat inap (Depkes RI, 2006a)).Tujuannya untuk memberikan


pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai dengan

kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat proses penyembuhan.

Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama

perawatan yang meliputi :

1. Pengkajian status gizi

2. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya

3. Penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan penyakitnya dan cara

pemberian makanan

4. Konseling gizi

5. Evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi

2.7.3.1 Pengkajian Status Gizi

1. Antropometri

Setiap pasien akan diukur data antropometri, berupa tinggi

badan (TB), panjang badan (PB), berat badan (BB), tinggi lutut,

tebal lemak bawah kulit (Skin fold technic), lingkar lengan atas

(LILA), dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2006a)

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan,

lemak subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya.

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan

klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk

menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dengan

kesehatan serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan fisik


meliputi: : tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus, pucat atau

bengkak) atau gizi lebih (gemuk/sangat gemuk/obesitas) : sistem

kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem gastrointestinal, sistem

metabolic/endokrin dan sistem neurologik/ psikiatrik (Depkes RI,

2006a)

3. Laboratorium

Pemerikrsaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi

adanya kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa

penyakit serta menegakkan masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan

ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan

memonitor/mengevaluasi terapi gizi (Depkes RI, 2006a).

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain :

a. Pemeriksaan darah (Hb, kolesterol total, HDL, LDL,gula darah,

ureum, keratin, asam urat, trigliserida dll).

b. Urin (glukosa, kadar gula, albumin dll), dan

c. Feses

2.7.3.2 Riwayat Gizi

Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan

makan sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan,

bentuk dan frekuensi makan, serta pantangan makan. Asupan zat gizi

diukur dengan menggunakan model makanan (food model) dan

selanjutnya dianalisis zat gizinya dengan menggunakan daftar analisa

bahan makanan atau daftar bahan makanan penukar (Depkes RI, 2006a)
Analisis asupan gizi memberikan informasi perbandingan antara

asupan dengan kebutuhan gizi dalam sehari. Setiap pasien rawat inap

akan dianamnesis untuk mengetahui asupan makanan sebelum dirawat

yang meliputi: asupan zat gizi, pola makan, semua data antropometri,

klinis dan bio kimia yang didapat dicatat pada formulir pencatatan gizi.

Kajian data gizi dapat juga dilakukan melalui penggunaan perangkat

lunak (software), contohnya NutriClin yang dapat memberi

informasi tentang status gizi, hasil anamnesis dibandingkan dengan

angka kecukupan gizi (AKG), dan saran diet sesuai dengan kondisi

pada saat melakukan konseling (Depkes RI, 2006a).

2.7.3.3 Penentuan Kebutuhan Gizi

Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas

dasar status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu

juga memperhatikan kebutuhan untuk penggantian status gizi

(replacement), kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena

kehilangan (loss) serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ

yang sedang sakit. Penghitungan ini dapat menggunakan software

seperti NutriClin (Depkes RI, 2006a).

2.7.3.4 Penetuan Macam Dan Jenis Diet

Setelah dokter menentukan diet pasien tersebut, dietesien akan

mempelajari menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya

akan menterjemahkan kedalam menu dan porsi makanan serta frekuensi


makan akan diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai

bentuk/konsistensi, (biasa, lunak, cair, dsb) sesuai dengan kebutuhan

memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah

bahan makanan yang digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut

diperlukan penyesuaian maka dietesien akan menkonsultasikan kepada

dokter (Depkes RI, 2006a).

2.7.3.5 Konseling dan Penyuluhan Gizi

Sebelum melaksankan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu

dibuat rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran,

strategi, materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut, tujuan dari

konseling gizi membuat perubahn prilaku makan pada pasien. Hal ini

akan terwujud melalui; a. penjelasan diet yang perlu dijalankan oleh

pasien, yang diperlukan untuk proses penyembuhan. b. kepatuhan

pasien untuk melaksanakan yang telah ditentukan dan c. pemecahan

masalah yang timbul dalam melaksanakan diet tersebut. Untuk

meningkatkan efisiensi, pelaksanaan konseling terutama pada saat

anamnesis dan penentuan diet, dapat dilakukan dengan memanfaatkan

software tertentu seperti food processor (FP2), worlldfood, EbisPro,

atau NutriClin. Penyuluhan dan konsultasi gizi dapat diberikan secara

perorangan maupun secara kelompok, berdasrkan kesamaan terapi diet

pasien (Depkes RI, 2006a).


2.7.3.5 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut

Aktivitas utama dari proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah

memantau pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai

proses penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut

mencakup antara lain perubahan diet,bentuk makanan, asupan

makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah,

keadaan klinis difekasi, hasil laboratorium dll.tindak lanjut yang

dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi

pelayanan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan

mengubah preskripsi diet sesuai dengan kondisi pasien. Apabila perlu,

dilakukan kunjungan ulang atau kunjungan rumah. Untuk pasien yang

dirawat walaupun tidak memerlukan diet khusus tetapi tetap perlu

mendapatkan perhatian agar tidak terjadi Hospital Malnutrition

terutama pada pasien-pasien yang mempunyai masalah dalam asupan

makanannya seperti adnya mual, muntah, nafsu makan rendah dsb.

Pemantauan berat badan status gizi perlu dilakukan secara rutin, sesuai

dengan kebutuhan dan kondisinya. Pada pasien anak pemantauan berat

badan sebaiknya dilakukan setiap hari (Depkes RI, 2006a).


2.8. Terapi Gizi Pasien Gizi Buruk

Cara pemberian diet pada pasien gizi buruk terdiri dari 3 fase yaitu fase

stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Tiap fase dengan penjelasan sebagai

berikut :

2.8.1 Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati,

karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang

sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi

metabolisma basal saja.

Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco yang

dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar

dapat mencapai prinsip tersebut di atas dengan persyaratan diet sebagai berikut:

1. Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

2. Energi : 100 kkal/kg/hari

3. Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari

4. Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)

5. Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO

75/pengganti/Modisco dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak

terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet

6. Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco atau pengganti dan

jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak


Keterangan:

a. Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan

pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)

b. Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO

75/pengganti/Modisco dalam sehari, maka berikan sisa formula

tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas )

c. Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari.

d. Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi

setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4

jam.

e. Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

Pantau dan catat :

1) Jumlah yang diberikan dan sisanya

2) Banyaknya muntah

3) Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja

4) Berat badan (harian)

5) Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita

dengan edema , mula-mula berat badannya akan berkurang

kemudian berat badan naik

6) Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)

2.8.2 Fase Transisi (minggu ke 2)

Fase transisi merupakan fase peralihan dari fase stabilisasi yang cara

pemberian makanan sebagai berikut:


1. Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan

untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak

mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

2. Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100

ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram

per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan

keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein

yang sama.

3. Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula

tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200

ml/kgbb/hari).

Pemantauan pada fase transisi:

a. Frekwensi nafas

b. Frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut

nadi > 25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan,

kurangi volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi

menaikkan volume seperti di atas.

c. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

1) Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak

terbatas dan sering.

2) Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari.


3) Protein 4-6 gram/kg bb/hari

4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula

WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI

tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

2.8.3 Fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

1. Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas

dan sering

2. Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari

3. Protein 4-6 g/kgbb/hari

4. Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan

Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan

mencukupi untuk tumbuh-kejar.

5. Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi:

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan:

a. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

b. Setiap minggu kenaikan bb dihitung jika:

1) Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu.

2) Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi

menyeluruh.
Tabel 2.2
Tahap Pemberian Makanan
TAHAPAN PEMBERIAN DIET
Fase stabilisasi : Formula who 75 atau pengganti
Fase transisi : Formula who 75 formula who 100 atau
pengganti
Fase rehabilitasi : Formula who 135 (atau pengganti)
Makanan keluarga
Sumber: Depkes, RI, 2006

Tabel 2.3
Hasil Pemeriksaan dan Tindakan Pada Anak Gizi Buruk

(A) Tanda Bahaya dan Tanda Penting


Tanfa Bahaya&Tanda Kondisi
Penting L Ll Lll lV V
Renjatan (syok) Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Letargis (tidak sa Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada
Muntah/Diare/Dehidrasi Ada Ada Ada Tidak ada Tidak Ada
Sumber: Depkes RI, 2003

(B) Perawatan Awal Pada Fase Stabilisasi


Pemeriksaan + + + + +
Berat badan + + + + +
Suhu badan
Tindakan
Memberikan oksigen + - - - -
Menghangatkan tubuh + + + + +
Pemberian cairan dan makanan sesuai
Antibiotika sesuai umur + + + + +
Sumber: Depkes RI, 2003
Tabel 2.3
Hasil Pemeriksaan dan Tindakan Pada Anak Gizi Buruk (Lanjutan)

(C) Perawatan Lanjutan Pada Fase Stabilisasi


Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Tindakan
lanjutan Umum Khusus Laboratorium
Konfirmasi Panjang Pemeriksaan Kadar gula Vitamin A
kejadian badan/tin mata Hemoglobin Asam folat
campak dan ggi Pemeriksaan Multivitamin
TB paru badan kulit folat
Dada Pemeriksaan Multivitamin
(thorak) telinga, tanpa Fe
Perut hidung, Pengobatan
(abdome) tenggorokan penyakit
Otot (THT) penyulit
Jaringan Stimulasi
lemak
(D) Perawatan Lanjutan Pada Fase Transisi
Pemeriksaan Tindakan
Berat badan naik Makanan tumbuh kejar
Multivitamin tanpa Fe
Stimulasi
Pengobatan penyakit penyulit
Persiapan/ keterlibatan ibu

Sumber: Depkes RI, 2003

Tabel 2.3
Hasil Pemeriksaan dan Tindakan Pada Anak Gizi Buruk (Lanjutan)

(E) Perawatan Lanjutan Pada Fase Rehabilitasi


Pemeriksaan Tindakan
Monitoring Makanan tumbuh kejar
Multivitamin tanpa Fe
Stimulasi
Pengobatan penyakit penyulit
Persiapan/ keterlibatan ibu
Sumber: Depkes RI, 2003
BAB III

LANGKAH DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG

3.1. Langkah Kegiatan Magang

Berikut ini merupakan langkah-langkah kegiatan magang Instalasi Gizi

RSUD Depati Hamzah Pangkal Pinang

Gambar 3.1
Langkah-Langkah Kegiatan Magang

Sebelum Kegiatan Magang Output


1. Pengajuan surat magang 1. Profil RSUD
2. Konfirmasi tempat magang a. Sejarah
3. Pembuatan proposal b. Visi dan misi
4. Konsultasi proposal c. Tugas dan fungsi
d. Struktur organisasi
e. SDM
f. Kerja sama penelitian
Saat Kegiatan Magang g. Kemampuan pemasyarakat hasil
1. Studi observasi dan wawancara mengenai kegiatan penelitian
pelayanan gizi dalam tatalaksana gizi buruk di Instalasi h. Sarana ilmiah
Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah 2. Profil pelayanan gizi pada balita gizi
Pangkal Pinang buruk
2. Pengamatan dan ikut serta dalam kegiatan di Instalasi a. Ruang lingkup
Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah b. Kegiatan pelayanan gizi
Pangkal Pinang c. Tugas dan peran
3. Studi dokumentasi : 3. Gambaran kegiatan pengukuran
Mempelajari data pasien gizi buruk rawat inap di antropometri :
Poli Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Depati a. Data BB, TB/PB, LLA, LK, dan
Hamzah Pangkal Pinang LD pasien gizi buruk yang berobat
Telaah data antropometri pasien gizi buruk yang jalan di Poli Gizi
berobat jalan di Poli Gizi Rumah Sakit Umum b. Alat untuk pengukuran
Sumber:
Daerah DataHamzah
Depati Primer Pangkal Pinang antropometri
Obsevasi kegiatan pengukuran antropometri c. Metode dan cara pengukuran
4. Studi literatur antropometri
5. Evaluasi kegiatan magang d. Cara pencatatan dan pengolahan
6. Penyusunan laporan magang data hasil pengukuran antropometri
7. Konsultasi laporan magang serta penggunaan informasi hasil
pengolahan data.

Setelah Magang
Presentasi Laporan magang
Sumber Data Primer Perbaikan laporan Magang
3.2 Jadwal Kegiatan Magang

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang
Hari/
No Hari ke Kegiatan Keterangan Hasil
Tanggal
1 1 Senin /1 Perkenalan. Melakukan perkenalan ke masing- Mengetahui letak ruang dan ketua
Pebruari masing pegawai bagian rumah sakit. masing-masing bagian rumah sakit
Fiksasi jadwal observasi masing-masing
Memberikan Fiksasi jadwal Diskusi dengan pembimbing
magang dengan lapangan
pembimbing lapangan.
2 2 Selasa /2 Mengamati dan mengikuti Melakukan kegiatan di Instalasi gizi Mengetahui langkah-langkah di Instalasi
Pebruari kegiatan di Instalasi Gizi. dari mulai pendaftaran, pengukuran Gizi
antropometrii, pemeriksaan klinis, Mengetahui kegiatan yang dilakukan di
penyuluhan, dan pemberian obat. Instalasi Gizi
Observasi pasien gizi buruk Mengetahui kondisi pasien gizi buruk Mendapatkan hasil pemantaun kondisi
dan Ikut serta dalam setelah dilakukan pemantauan pasien gizi buruk
pemantauan kondisi pasien
diruang perawatan
3 3 Rabu /3 Mengumpulkan data dan Mengumpukan data dan profil Mengetahui ruang lingkup kegiatan, mitra
Pebruari profil RSUDDH RSUDDH di bagian TU serta kerjasama, dan tenaga SDM KPP
membaca profil. Biokimia, serta mengetahui macam-
Observasi ke laboratorium Mendapat penjelasan dari kepala macam Lab.
Biokimia Biokimia serta observasi ke
Laboratorium
4 3 Kamis /4 Observasi cakupan pasien Mendapatkan data-data cakupan Mengetahui jumlah cakupan pasien gizi
Pebruari gizi buruk di instalasi gizi. pasien gizi buruk di Instalasi gizi. buruk yang dirawat inap di Instalasi gizi
Ikut serta dalam kegiatan Mendapatkan penjelasan langkah- RSUDDH.
asuhan gizi di ruang langkah kegiatan diruang asuhan Mengetahui kegiatan pelayanan gizi dan
perawatan. gizi. asuhan gizi dalam tatalaksana pasien gizi
Studi dokementasi dalam Mendapatkan penjelasan tentang buruk
pelayanan gizi tatalaksana jenis dokumentasi pelayanan gizi
gizi buruk tatalaksana gizi buruk
Sumber: Data Primer

53
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang (Lanjutan)
Hari
No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Hasil
ke
1 5 Jumat /5 Observasi cakupan pasien Mendapatkan data pasien gizi buruk Mengetahui cakupan status gizi balita gizi
Pebruari gizi buruk di rekam medik yang berobat jalan dan rawat inap di buruk rawat inap di rekam medik
rekam medis Mengetahui cara pengolahan bahan
Observasi dalam Mendapatkan pengetahuan dalam makanan pada pasien gizi buruk dan
pengolahan-pendistribusian proses pengolahan pendistribusian pendistribusiannya.
makanan pasien gizi buruk makanan pasien gizi buruk
2 6 Sabtu/6 Wawancara Melakukan wawancara dengan orang Mengetahui bagaimana cara orang tua
Pebruari tua dari balita yang mengikuti memantau antropometri balitanya di
pemulihan di Instalasi Gizi rumah
Ikut serta dalam kegiatan Melakukan penyuluhan kepada Mengetahui hasil kegiatan konseling gizi
konseling gizi diruang keluarga pasien mengenai asupan sebagai pemantauan kondisi
perawatan asuhan gizi makanan bagi pasien gizi buruk perkembangan anak.
3 7 Senin /8 Ikut serta kegiatan di Melakukan kegiatan yang dilakukan Mengetahui kegiatan rutin serta kegiatan
Pebruari Instalasi Gizi di instalasi Gizi dan ikut serta dalam lain yang dilaksanakan di Instalasi Gizi.
kegiatan.
Observasi ke Dinkes Mendapatkan data prevalensi gizi Mengetahui cakupan angka gizi buruk di
Pemprov. Bangka Belitung buruk Prov.Bangka Belitung Provinsi Bangka Belitung setiap tahun.
4 8 Selasa /9 Ikut serta dalam kegiatan Mendapatkan pengetahuan dan Mengetahui cara dan proses mulai
Pebruari persiapan bahan susu pengalaman dalam proses pengolahan dan pendistribusian makanan
formula serta pengolahan pengolahan makanan khusus pasien khusus untuk pasien gizi buruk
formula pasien anak gizi gizi buruk
buruk
5 9 Rabu/10 Studi dokumentasi Mendapatkan penjelasan tentang Mengetahui ukuran BB, TB/PB, LLA,
Pebruari antropometri jenis dokumentasi pengukuran LK, dan LD balita yang mengikuti
antropometri. pemulihan di Instalasi Gizi dan kegiatan
Ikut serta kegiatan di Mengetahui kegiatan dan dilaksanakan di Instalasi gizi
Instalasi gizi mendapatkan penjelasan melakukan
kegiatan di Instalasi gizi
Sumber: Data Primer

54
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang (Lanjutan)

Hari
No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Hasil
ke
1 10 Kamis/11 Wawancara. Melakukan wawancara dengan orang Mengetahui cara orang tua memantau
Pebruari tua dari balita yang mengikuti antropometri balitanya di rumah.
pemulihan di ruang Instalasi Gizi

Ikut serta dalam Melakukan kegiatan pengukuran Mendapatkan pencatatan hasil


penimbangan berat badan antropometri pada pasien gizi buruk. penimbangan berat badan pasien.
pasien gizi buruk
2 11 Jumat /12 Ikut serta kegiatan di Melakukan kegiatan yang dilakukan Mendapatkan pengetahuan dan
Pebruari Instalasi Gizi di ruang Instalasi Gizi dan ikut serta pengalaman dalam kegiatan penyuluhan
dalam kegiatan tersebut dan pengukuran antropometri
Studi dokumentasi Melndapatkan hasil dokumentasi
cara pengukuran antropometri di
ruang perawatan.
3 12 Sabtu /13 Wawancara Melakukan wawancara dengan staff Mengetahui kendala/kesulitan dalam
Pebruari pegawai diruang Instalasi Gizi yang pengukuran antropometri
melakukan pengukuran antropometri Mengetahui cara mengatasi kendala
tersebut
Ikut serta dalam kegiatan Melakukan kegiatan asuhan gizi Mendapatkan penjelasan cara kegiatan
asuhan gizi diruang yaitu mengenai pengkajian status gizi pengkajian status gizi
perawatan
4 13 Senin/15 Konsultasi dengan Melakukan konsultasi dengan Mendapatkan saran dalam membuat
Pebruari pembimbing lapangan pembimbing lapangan laporan magang
Mendapatkan rujukan atau teori untuk
Studi literature Mengumpulkan berbagai referensi membahas hasil magang
mengenai teori gizi di ruang ahli gizi
Sumber: Data Primer

55
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang (Lanjutan)
No Hari ke Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Hasil
1 14 Selasa /16 Telaah data antropometri Mendapatkan data pasien gizi Mengetahui cakupan status gizi balita gizi
Pebruari pasien gizi buruk yang buruk yang dirawat inap di buruk di Instalasi Gizi
konsultasi di Instalasi Gizi Instalasi gizi

Studi dokumentasi Mendapatkan penjelasan tentang Mengetahui bahan-bahan yang digunakan


jenis bahan makanan (formula untuk proses pembuatan susu formula
khusus) yang diberikan kepada
pasien.
2 15 Rabu/17 Studi dokumentasi Mendapatkan penjelasan tentang Mengetahui ukuran BB, TB/PB, LLA,
Pebruari Ikut serta dalam kegiatan jenis dokumentasi pengukuran LK, dan LD balita yang mengikuti
pengukuran antropometri. antropometri pemulihan di Instalasi Gizi
Observasi cakupan kenaikab
berat badan anak di KMS
3 16 Kamis /18 Ikut serta kegiatan di Melakukan pengamatan kegiatan Mendapatkan pengetahuan dan
Pebruari Poli/Instalasi Gizi yang dilakukan di Instalasi Gizi pengalaman dalam kegiatan penyuluhan
dan ikut serta dalam kegiatan dan pengukuran antropometri.
tersebut
Studi wawancara Wawancara dengan orang tua Mendapatkan penjelasan dari orang tua
pasien mengenai pola asuh anak. pasien mengenai pola asuh
4 17 Jumat /19 Observasi ke Laboratorium Melakukan pengamatan Mengetahui cara pemeriksaan spesimen
Pebruari pemeriksaan biokimia pada pasien gizi buruk secara biokimia
spesimen pasien gizi buruk
5 18 Sabtu/20 Ikut dalam kegiatan Mengikuti kegiatan pengukuran Mendapatkan pengetahuan dan
Pebruari antropometri antropometri pada pasien gizi pengalaman pada pengukuran
buruk antropometri pada pasien gizi buruk serta
Konsultasi dengan Mendapatkan penjelasan penulisan cara penulisan laporan magang
pembimbing lapangan laporan magang
Sumber: Data Primer

56
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang (Lanjutan)

No Hari ke Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Hasil


1 19 Senin/22 Studi dokumentasi Mendapatkan penjelasan tentang Mengetahui ukuran BB, TB/PB, LLA,
Pebruari jenis dokumentasi pengukuran LK, dan LD balita yang mengikuti
antropometri. pemulihan di Instalasi Gizi

Wawancara Melakukan wawancara dengan ibu Mengetahui perawatan balita gizi buruk
balita gizi buruk selama rawat jalan di rumah
2 20 Selasa/23 Konsultasi dengan dosen Melakukan konsultasi dengan Mendapatkan saran dalam membuat
Pebruari pembimbing lapangan&dosen pembimbing lapangan. laporan magang
fakultas
Studi Literatur Mencari refrensi ke perpustakaan Mendapatkan rujukan atau teori untuk
Stikes setempat membahas hasil magang

3 21 Rabu /24 Mengamati dan mengikuti Melakukan pengamatan kegiatan Mendapatkan pengetahuan dan
Pebruari kegiatan di Instalasi Gizi yang dilakukan di nstalasi Gizi dan pengalaman dalam kegiatan penyuluhan
ikut serta dalam kegiatan tersebut dan pengukuran antropometri

4 22 Kamis /25 Analisa data Melakukan analisa data yang telah Mendapatkan informasi dari data-data
Pebruari diperoleh selama kegiatan magang. yang telah diperoleh untuk pembuatan
laporan magang.
Ikut serta dalam kegiatan Mengetahui kegiatan di Instalasi Mendapatkan penjelasan dan mengetahui
instalasi gizi gizi kegiatan di Instalasi gizi
5 23 Jumat/26 Observasi dan studi Mendapatkan penjelasan tentang Mengetahui ukuran BB, TB/PB, LLA,
Pebruari dokumentasi jenis dokumentasi pengukuran LK, dan LD balita yang ikut pemulihan di
antropometri Instalasi Gizi
Wawancara Melakukan wawancara dengan ibu Mengetahui perawatan balita gizi buruk
pasien balita ranap
Sumber: Data Primer

57
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang (Lanjutan)

No Hari ke Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Hasil


1 24 Sabtu/27 Penyusunan laporan magang Melakukan penyusunan laporan Laporan magang 75%
Pebruari hasil kegiatan magang

Studi Dokumentasi dan Mendapatkan Mendapatkan Mengetahui cara pembuatan pengolahan


observasi penjelasan tentang jenis susu formula WHO
dokumentasi pengolahan susu
formula WHO di Dapur
2 25 Senin/1 Maret Evaluasi kegiatan magang Melakukan evaluasi guna Mengetahui data-data yang masih kurang
secara keseluruhan melengkapi data-data yang lengkap dan berusaha untuk
dibutuhkan dalam pembuatan melengkapinya.
laporan magang
3 26 Selasa/2 Maret Mengumpulkan laporan Mengumpulkan laporan magang Mengumpulkan laporan dan persiapan
magang dan menyerahkannya. sidang magang .

Perpisahan Pamitan dengan pembimbing Perpisahan dengan pembimbing lapangan


lapangan dan staff pegawai rumah dan staff pegawai rumah sakit
sakit
Sumber: Data Primer

58
59

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Depati Hamzah

Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang

menyediakan rawat inap dan rawat jalan, memberikan pelayanan kesehatan jangka

pendek dan jangka panjang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan

rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera dan melahirkan. Untuk

penyediaan pelayanan kesehatan di Kota Pangkalpinang maka pada tahun anggaran

1981/1982 dengan menggunakan dana APBN mulailah dibangun secara bertahap

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pangkal Pinang yang berlokasi di Jalan

Soekarno Hatta, berbatasan dengan kompleks perkuburan Cina Sentosa Pangkal

Pinang

RSUD Pangkal Pinang yang semula berstatus kelas D meningkat statusnya

menjadi kelas C dan sekarang sedang dipersiapkan untuk perubahan status menjadi

kelas B non pendidikan dan sebagai rumah sakit rujukan di kawasan Bangka

Belitung, menjadi badan layanan umum, serta menjadi rumah sakit trauma centre,

seiring ditetapkannya Pangkal Pinang sebagai Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. Bertepatan dengan peringatan setengah abad Kota Pangkal Pinang sebagai
60

daerah otonom pada tanggal 14 November 2006 ditetapkanlah nama RSUD Pangkal

Pinang dengan nama RSUD Depati Hamzah.

Sebagai Rumah Sakit Umum Daerah, RSUD Depati Hamzah memberikan

pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit dan untuk persiapan

peningkatan statusnya dari tipe C ke tipe B non pendidikan. Perubahan status Rumah

Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang memang sangat diperlukan

seiring dengan perkembangan Kota Pangkal Pinang sebagai Ibukota Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

Berbagai jenis pelayanan, personal tenaga kesehatan dan perangkat keilmuan

yang beragam akan berinteraksi satu sama lain, serta ilmu pengetahuan dan

teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat, perlu diimbangi oleh tenaga

kesehatan yang memadai dalam rangka memberikan pelayanan standar kesehaan

yang bermutu. Hal ini akan membuat permasalahan di semakin kompleks. Sebagai

tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, Rumah Sakit Umum

Depati Hamzah Pangkal Pinang adalah tanggung jawab pemerintah dalam

meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.

RSUD Depati Hamzah Pangkal Pinang adalah Rumah Sakit milik Pemerintah

Kota Pangkal Pinang yang didirikan pada tahun 1981/1982 dari dana APBN

Departemen Kesehatan RI, sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pembangunan,

khususnya dibidang kesehatan maka Rumah sakit Umum Depati Hamzah pangkal

Pinang mengalami perubahan status dari kelas D menjadi kelas C berdasarkan surat

Menteri Kesehatan RI No 197/Menkes/sk/11/1993 tanggal 26 Februari serta surat


61

keputusan Walikota madya KDH Tk II Pangkal Pinang No 069/SK/HUK/1993

tanggal 30 juni 1993

RSUD Depati Hamzah Pangkal Pinang beralokasi di Jalan Soekarno Hatta

Pangkal Pinang, memiliki luas tanah sebesar 74.292 m2 dan luas bangunan sebesar

7.563 m2

4.1.1 Fasilitas Kesehatan

RSUD Depati hamzah kota Pangkal pinang secara geografis berada pada

kondisi strategis, karena disamping bisa memberikan pelayanan kesehatan

kepada 178.199 penduduk yang tersebar pada 5 (lima) kecamatan, juga

melayani masyarakat di Kecamatan (Kabupaten) tetangga. Fasilitas kesehatan

di Kota pangkalpinang sebagai pendukung maupun Competitor rumah sakit

Umum Depati hamzah pangkalpinang terlihat sebagai berikut.

1. Rumah sakit Swasta

a. Bakti timah

b. Bhakti Wara

c. DKT

2. Puskesmas/ Kecamatan

a. Rangkui

b. Bukit intan

c. Pangkal balam

d. Gerunggang

e. Taman sari

3. Puskesmas Pembantu (19 buah)


62

4. Polindes (17 buah)

5. Bidan praktek (19 buah)

6. Dokter Praktek

a. umum (35 Orang)

b. Spesialis (24 Orang)

c. Gigi (11 Orang)

d. Klinik Bersalin (5 buah)

RSUDDH ini memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup lengkap

untuk menanggulangi masalah berbagai penyakit seperti poliklinik kebidanan dan

kandungan, poliklinik anak, polikoinik gizi, poliklinik penyakit dalam, poliklinik

KB, poliklinik bedah, poliklinik umum, poliklinik saraf, unit rawat inap, unit

pelayanan medis, instalasi farmasi, gizi, laboratorium, radiologi, fisioterapi dan lain-

lain
63

4.1.2 Struktur Organisasi RSUDDH Pangkal Pinang

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dan Ketenagaan Rumah Sakit Depati Hamzah Pangkal Pinang

DIREKTUR

KABAG. TATA USAHA

KASUBAG KASUBAG REKAM KASUBAG


UMUM&KEPEGAWAIAN MEDIK KEUANGAN

KABID KEPERAWATAN KABID PELAYANAN KABID


DIKLAT&PERENCANAAN

KASI PELAYANAN KASI


KASI MEDIK DIKLAT&PENGEM
PELAYANAN&ASKEP BANGAN SDM

KASI
KASI ETIKA&MUTU KASI PELAYANAN PERENCANAAN&P
KEPERAWATAN PENUNJANG MEDIK ROGRAM
64

4.1.3 Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkal Pinang

Fasilitas sarana dan prasarana pelayanan RSUDDH Pangkal Pinang terdiri:

1. Pelayanan Gawat Darurat (UGD) 24 jam

2. Pelayanan Rawat Inap terdiri ruang perawatan sebagai berikut :

a. Ruang Perawatan nusa Indah

b. Ruang Perawatan Asoka

c. Ruang Perawatan Melati

d. Ruang Pera watan Anggrek

e. Ruang Perawatan kelas 1

f. Ruang Perawatan kelas utama

g. Ruang ICU

h. Ruang Perawatan Paviliun

i. Ruang Luka bakar

Dengan jumlah tempat tidur yang terbagi menjadi beberapa kelas perawatan

antara lain:

a. Kelas Pavilliun

b. Kelas Utama

c. Kelas 1

d. Kelas II

e. Kelas II

3. Pelayanan Rawat jalan, terdiri dari pelayanan Poliklinik meliputi :

a. Poliklinik Kandungan dan Kebidanan

b. Poliklinik Anak
65

c. poliklinikGizi

d. Poliklinik Penyakit Dalam

e. Poliklinik Gigi

f. Poliklinik Umum

g. Bidan

4. Pelayanan Dan Fasilitas lain meliputi :

a. Laboratorium

b. Apotek

c. Ruang Rekam medis

d. Radiologi

e. Fisioterapi

f. Gizi

g. OK Central

h. Obs-Gyn

i. Rumah Dokter

j. Rumah Paramedis

k. USG, EKG, CTG

l. Imunisasi dan KB

m. Pembuatan Akte Kelahiran

n. Kamar Jenazah

o. Ambulance 24 Jam

p. Laundry

q. Mushola
66

Dalam menunjang segala kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit baik

rawat inap maupun rawat jalan, RSUDDH memiliki beberapa sarana dan

prasarana kesehatan cukup lengkap seperti Pelayanan Gawat Darurat (UGD)

24 jam, Pelayanan rawat inap yang mempunyai kapasitas 144 tempat tidur.

Pelayanan Rawat jalan terdiri dari pelayanan Poliklinik meliputi: Poliklinik

Kandungan dan Kebidanan, Poliklinik Anak, Poliklinik Penyakit Dalam,

Poliklinik Gigi, Poliklinik Umum dan kebidanan dan memiliki pelayanan dan

fasilitas lain meliputi: Laboratorium, apotek, ruang rekam medis, radiology,

gizi, ok central, obs-gyn, rumah dokter, rumah paramedic, usg, ekg, ctg,

imunisasi dan KB, pembuatan akte kelahiran, kamar jenazah, ambulance 24

jam, laundry, parker dan mushola.

4.1.4 Ketenagaan RSUDDH Pangkal Pinang

Adapun jumlah ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah

Pangkal Pinang sebagai berikut:

Tabel 4.1
Ketenagaan RSUDDH Pangkal Pinang
No. KETENAGAAN JUMLAH
1 Direktur 1 Orang
2. Kepala Tata Usaha 1 Orang
3 Dokter Spesialis 18 Orang
4 Dokter Umum 15 Orang
5 Dokter Gigi 2 Orang
6 Staf di ruang rawat 194 Orang
7 Staf Keperawatan 7 Orang
8 Fisioterapi 3 Orang
10 Instalasi farmasi 14 Orang
11 Radiology 5 Orang
12 Laboratorium 12 Orang
13 Tranfusi darah 2 Orang
14 Loket 1 ( Poliklinik Rawat Jalan) 3 Orang
Sumber: Profil RSUDDH Pangkal Pinang
67

Tabel 4.1
Ketenagaan RSUDDH Pangkal Pinang (Lanjutan)

No. KETENAGAAN JUMLAH


15 Loket II 6 Orang
16 Loket Rawat Inap 3 Orang
17 Staf Penunjang medik 1 Orang
18 Rekam Medik 7 Orang
19 Kepegawaian 5 Orang
20 Komite Medik 2 Orang
21 Pelayanan 1 Orang
21 Umum / kepegawaian 4 Orang
22 IPSRS 12 Orang
23 Askes 2 Orang
24 Satpam 11 Orang
25 Jenazah+sopir 5 Orang
26 Tenaga dapur 12 Orang
27 Jamkesda & jamkesmas 5 Orang
28 Perlengkapan 5 Orang
29 Diklat & Perencanaan Program 4 Orang
30 Akuntansi 3 Orang
31 Penerimaan keuangan 3 Orang
32 Keuangan 9 Orang
33 R.Informasi 3 Orang
34 Secretariat BLUD 3 Orang
35 Petugas kebersihan (CS) 43 Orang
Jumlah 426 Orang
Sumber: Profil RSUDDH Pangkal Pinang

Untuk menjalankan kegiatan pelayanan kesehatan, RSUDDH memiliki

ketenagaan yang cukup terpenuhi untuk menangani setiap pelayanan kesehatan

rumah sakit, tetapi menurut penulis ada beberapa bagian khusus yang kurang

tertangani karena minimnya tenaga yang ada seperti bagian gizi. Ketenagaan

yang ada saat ini berjumlah 426 orang baik tenaga medis maupun tenaga non

medis yang terdiri dari Direktur, Kepala Tata Usaha, dokter spesialis, dokter

umum, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, instalasi farmasi. Staf di ruang

rawat, fisioterapi, tenaga radiologi, tenaga laboratorium, staf penunjang medik,


68

staf kepegawaian, komite medik, tenaga IPSRS, tenaga Askes, administrasi

keuangan, administarsi umum, Jamkesda/Jamkesmas, perlengkapan,

Diklat/perencanaan program, petugas ruang informasi, sekretariat BLUD

operator, kasir, satpam, sopir, dapur (juru masak), CS (tenaga kebersihan) dan

laundry.

4.1.5 Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

4.1.5.1 Visi RSUDH Pangkal Pinang

1. Peryataan Visi

Menjadi Rumah Sakit terpercaya dan Mitra Rujukan Terbaik di

Bangka Belitung

2. Penjelasan Makna Visi

Rumah Sakit Umum Kota Pangkalpinang merupakan Rumah Sakit

yang terletak di ibu Kota Propinsi sudah sewajarnya mempunyai

sarana dan prasarana yang lebih lengkap di bandingkan dengan rumah

sakit daerah lainnya sehingga dapat menjadi rumah Sakit pusat

rujukan yang dapat memberikan pelayanan secara paripurna kepada

pasien, baik pasien dari Kabupaten Bangka dan Belitung sehingga

tidak perlu lagi di rujuk ke luar daerah karena dapat ditangani oleh

dokter-dokter yang ada di RSUDH Pangkalpinang dan dapat

menghemat biaya transport dan lain-lain.

4.1.5.2 Misi RSUDDH Pangkal Pinang


69

1. Pernyataan Misi

a. Melengkapi sarana dan prasarana rumah sakit

b. meningkatkan Profesionalisme dan Motivasi Kerja karyawan

2. Penjelasan Makna Misi

Peningkatan mutu sumber daya manusia RSUDH Pangkal

Pinang dapat dicapai melalui pendidikan dan latihan maupun

pendidikan formal lainnya baik untuk tenaga perawat yang

mendapat pendidikan tambahn dibidang tekhnis medis fungsional

maupun pendidikan dibidang manajemen administrasi. Pelaksanaan

misi ini harus ditunjang dengan sarana dan prasarana gedung dan

peralatan yang memadai . Sehingga semua Dokter Spesialis dapat

bekerja secara maksimal sesuai dengan kemampuan dan keahlian

yang dimilikinya.

Hal ini tentu saja akan berdampak secara langsung terhadap

peningkatan mutu pelayanan di Rumah sakit yang diharapkan dapat

memberikan pelayanan prima kepada pasien dirawat

4.1.5.3 Motto RSUDDH Pangkal Pinang

IKAK SEHAT KAMI SENENG

(Kesembuhan Anda kebahagiaan Kami)

1. Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkal

Pinang

Dalam penjabaran Visi dan Misi Rumah Sakit Umum

Depati Hamzah Pangkal Pinang perlu menetapkan tujuan yang


70

menggambarkan hasil akhir yang akan dicapai dalam penetapan

tujuan tersebut pada umumnya didasarkan pada faktor kunci

keberhasilan sebagai mana telah diuraikan dalam visi dan misi

tersebut, berdasarkan hal diatas, maka telah ditetapkan tujuan dan

sasaran yang harus dicapai dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditetapkan dan diupayakan untuk dicapai rumah sakit umum

Depati Hamzah Pangkal Pinang adalah sebagai berikut :

a. Terwujudnya pelayanan rumah sakit umum depati Hamzah

Pangkal Pinang yang paripurna dengan kompetensi Sumber

Daya Manusia (SDM) yang Profesional secara keseluruhan,

bermutu dan terjangkau.

Sasaran dari tujuan kesatu sebagai berikut :

1) Meningkatnya klasifikasi rumah sakit

2) Pelayanan kesehatan yang mudah di akses dan terjangkau

3) Peningkatan jumlah kunjungan pasien kerumah sakit

4) Pengembangan citra rumah sakit sebagai stakeholder

pembangunan kesehatan

5) Menciptakan suasana kerja yang kondusif, aman dan

nyaman yang berbasis kepada kinerja

6) Membangun dan mengembangkan jejaring pelayanan

kepada seluruh stake holder pelayanan kesehatan


71

7) Pengembangan rumah sakit sebagai pusat pendidikan dan

penelitian bagi praktek keperawatan, kebidanan,

kedokteran dan lain-lain

8) Meningkatnya kinerja keuangan rumah sakit sesuai

dengan standar

9) Terpenuhinya kuantitas SDM rumah sakit sesuai dengan

standar

10) Peningkatan kualitas/mutu sdm rumah sakit sesuai dengan

profesi kesehatan

11) Masyarakat pengguna pelayanan mendapatkan pelayanan

dari tenaga yang kompeten

12) Meningkatnya kinerja pelayanan

13) Tertib administrasi seluruh pelaporan yang dibutuhkan

14) Meningkatnya kinerja sdm sesuai dengan kompetensinya

b. Terwujudnya rumah Sakit Umum Depati Hamzah Pangkal

Pinang menjadi pusat rujukan di Propinsi Kepulauan Bangka

Balitung

Sasaran dari tujuan kedua sebagai berikut: Setiap satuan

pelayanan memiliki sarana, prasarana dan peralatan dan peralatan

yang memadai dan sesuai dengan standar pelayanan minimal

4.1.6 Kinerja Kegiatan RSUDDH Pangkal Pinang

Tabel 4.2
72

Indikator Kegiatan Kinerja RSUD Depati Hamzah Tahun 2008&2009

No. Uraian Tahun 2008 Tahun 2009


1. Jumlah hari rawat 31.594 hari 34.904 hari
2. Rata-rata kunjungan Rajal/hari 119 orang/hari 138 orang/hari
3. Jumlah pasien keluar hidup 8.155 orang 9335 orang
4. Jumlah pasien mati < 48 jam 309 orang 321 orang
5. Jumlah pasien mati > 48 jam 259 orang 288 orang
6. Jumlah pasien keluar hidup+mati 8.723 orang 9944 orang
7. BOR 61.66% 66.40%
8. AVLOS 3 hari 4 hari
9. TOI 3 kali 2 kali
10. BTO 64.06 kali 69.05 kali
11. NDR 30.3/mill 28.96/ mill
12 GDR 63.33/mil 61.24/ mill
Sumber: Rekam Medis RSUDDH Pangkal Pinang
Tabel 4.3
Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang
Tahun 2009

No. Jenis indicator Tahun 2009 Standar Depkes


1. BOR 66.40% 60-80
2. AVLOS 4 hari 4 7 hari
3. BTO 69.05 kali 40 50 kali
4. TOI 2 kali 1-3 kali
5. NDR 28.96/mill 25/mill
6. GDR 61.24/mill 45/mill
Sumber : Rekam Medis RSUD Depati Hamzah Pangkal Pinang

Keterangan :

1. BOR : Bed Ocupancy Rate (rata-rata penggunaan tempat tidur)

2. AVLOS : Average Length Of Stay (rata-rata lamanya pasien dirawat)

3. BTO : Bed Turn Over (rata-rata produktivitas tempat tidur/ perputaran

pergantian orang dalam kurun waktu 1 tahun/lebih

4. TOI : Turn Over Interval (rata-rata jumlah tempat tidur yang kosong

5. NDR : Neto Death Rate (rata-rata jumlah kematian lebih dari 48 jam)

6. GDR : Gross Date Rate (rata-rata semua pasien meninggal)


73

Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan di RSUDDH, selain dilakukan

oleh dokter-dokter yang bertugas pada poliklinik rawat jalan dan rawat inap, juga

dilakukan oleh petugas medis dan non medis. Peran serta masing-masing petugas

yang berperan aktif dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada konsumen dapat terlihat dari kinerja pelayanan kesehatan RSUDDH tahun

2009.

4.2 Gambaran Umum Ruang Perawatan dan Instalasi gizi RSUD Depati Hamzah
Pangkal Pinang

Instalasi di RSUD Depati Hamzah terdiri dari Instalasi Farmasi dan Instalasi

Gizi. Namun kegiatan magang ini berlangsung di Instalasi gizinya juga. Instalasi gizi

RSUDDH merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang merupakan

pelayanan penunjang medis yang dibentuk dalam upaya mendukung fasilitas

pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Instalasi gizi RSUD Depati Hamzah salah satu

unit pelayanan fungsional yang bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi rawat

inap dan menyelenggarakan makanan untuk pengaturan diet pasien yang sesuai

dengan kelas perawatan. Instalasi gizi dipimpin oleh kepala Instalasi yang

berkoordinasi langsung kepada direktur rumah sakit. Instalasi gizi RSUDDH terdiri

dari dapur pengelolaaan makanan. Namun selain di Instalasi Gizi untuk mengetahui

proses pengolahan makanan untuk pasien gizi buruk namun proses magang ini

sebagian besar berlangsung di ruang perawatan dan poliklinik gizi yang merupakan

bagian dari rumah sakit dengan tujuan untu k mengetahui proses penatalaksanaan

pasien gizi buruk.

4.2.1 Gambaran Ruang Perawatan RSUDDH


74

Di ruang perawatan RSUDDH terdapat tim asuhan gizi yang terdiri dari

dokter, tenaga gizi dan perawat, yang ketua tim adalah dokter. Kegiatan ini

dilakukan secara terpadu antara ketiga unsur di atas. Kegiatan di ruang

perawatan yaitu pengkajian status gizi, perencanaan/penentuan diet, penyajian

makanan ke pasien, penyuluhan/penilaian, pecatatan dan pelaporan kegiatan-

kegiatan gizi di ruangan.

Berdasarkan pasien masuk kerumah sakit dapat dibedakan dalam 2

(dua) kategori, yaitu: Pasien Rawat Inap dan pasien rawat jalan.

Pada pasien rawat inap dilakukan tahap penapisan dan pengkajian

berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan

pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan apakah pasien memerlukan

terapi diet atau tidak (Depkes RI, 2006).

Pelayanan gizi rawat inap yang terdapat di ruang perawatan RSUD

Depati Hamzah sesuai dengan rujukan yang dikemukakan oleh Depkes RI

(2006 a). Alur kegiatan pelayanan gizi rawat inap Asuhan gizi RSUD Depati

Hamzah dapat digambarkan kegiatannya seperti dibawah ini

Gambar 4.2
Alur Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Inap Asuhan gizi RSUDDH

Pasien masuk ruang rawat inap


Pengkajian status gizi
75

Pengadaan makanan pasien

Penentuan diet

Konseling gizi

Pencatatan gizi

Monitoring dan evaluasi

Pasien pulang

Sumber: Asuhan gizi RSUD Depati Hamzah Pangkal Pinang

Sedangkan pada pasien rawat jalan hanya dilakukan pemeriksaan fisik,

antropometri, laboratorium dan pemeriksaan dokter lainnya, kemudian

menentukan perlu pasien terapi diet. Seperti uraian berikut:

a. Bila tidak memerlukan diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi

umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya

mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan dirinya dan

lingkungannya.

b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim ke klinik gizi untuk

memperoleh penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan

dokter. Proses selanjutnya mengikuti prosedur dari klinik tersebut

(Depkes RI, 2006)

4.2.2 Gambaran Ruangan Dapur Pengelolaan Makanan


76

Dapur pengelolaan makanan Instalasi gizi RSUDDH terdapat tim

tenaga pemasak, tenaga gizi yang melakukan kegiatan penyelenggaraan

makanan yang dimulai dari pengadaan bahan makanan, perencanaan menu

sampai pendistribusian makanan ke pasien. Kegiatan perencanaan menu dan

penyusunan menu disesuaikan dengan taksiran kebutuhan bahan makanan,

pemesan bahan makanan, penyiapan bahan makanan serta pendistribusian

makanan ke pasien. Adapun struktur dapur Instalasi gizi RSUDDH sebagai

berikut :

Gambar 4.3
Struktur Dan Tugas Pokok Instalasi gizi/Dapur RSUDDH Pangkal Pinang

Ka. Asuhan gizi/dapur

Administrasi Bag.Persiapan Bag. Pengolahan Bag. Distribusi Bag.


Kebersihan

Sumber: Asuhan gizi RSUD Depati Hamzah.

Dari gambar 4.3 adapun tugas dan fungsi pokok untuk masing-masing

instalasi gizi RSUDDH sebagai berikut:

1. Tupoksi Ka Asuhan gizi/Dapur


77

a. Mengawasi & mengendalikan proses kegiatan penyelenggaraan

makanan di rumah sakit

b. Bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan gizi di rumah sakit

c. Memberikan pelayanan konsultasi gizi

d. Bertanggungjawab dalam evaluasi & pencatatan pelaporan kegiatan

2. Tupoksi Bagian Administrasi

a. Membantu mengatur kebutuhan bahan makanan pasien & karyawan

b. Mengatur penyimpanan bahan makanan basah & kering

c. Memperhatikan kualitas bahan makanan

d. Membuat laporan kegiatan harian & bulanan

3. Tupoksi Bagian Persiapan

a. Melakukan penerimaan bahan makanan basah

b. Mengecek kualitas & kuantitas bahan makanan

c. Mempersiapkan bahan makanan sesuai standar menu

d. Melakukan penyimpanan bahan makanan sesuai kebutuhan

4. Tupoksi Bagian Pengolahan

a. Melakukan pengolahan bahan makanan sesuai dengan standar menu

b. Mempersiapkan peralatan, bumbu dan bahan makanan untuk diolah

c. Mengolah bahan makanan sesuai dengan standar diet yang ada

d. Mempersiapkan makanan pasien untuk proses distribusi

5. Tupoksi Bagian Distribusi

a. Melakukan proses distribusi makanan bagi pasien rawat inap


78

b. Mengatur pemberian makanan sesuai dengan standar diet

c. Membantu memenuhi kebutuhan makan pasien

d. Mengisi data jumlah pasien dan standar diet pasien

6. Tupoksi Bagian Kebersihan

a. Melakukan kegiatan hygiene & sanitasi ruangan dan peralatan

b. Menjaga kebersihan & keamanan peralatan makan pasien

c. Mempersiapkan peralatan makan & memasak

d. Mengatur pembuangan sampah basah & kering

7. Uraian Tugas Kepala Asuhan gizi Secara Umum

a. Mengawasi dan mengendalikan proses kegiatan penyelenggaraan

makanan di rumah sakit

b. Mempersiapkan bahan dan peralatan untuk mendukung proses

penyelenggaraan makanan

c. Membuat perencanaan standart porsi dan standart menu

d. Analisa anggaran makan pasien dan karyawan rumah sakit

e. Membuat pesanan kebutuhan bahan makanan pasien dan karyawan

rumah sakit

f. Mengontrol distribusi kebutuhan pasien dan karyawan

g. Evaluasi kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima

4.2.3 Gambaran Ruangan Poliklinik Gizi


79

Di ruang poliklinik RSUDDH terdapat tenaga gizi, perawat dan dokter.

Poliklinik gizi adalah tempat kegiatan penyuluhan gizi dan konsultasi kepada

pasien yang menjalani diet, baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap.

Dalam melaksanakan penyuluhan gizi dan rujukan gizi di Polikilinik gizi

pasien akan dianamnesis gizi dan penentuan diet pasien.

4.3 Kegiatan Asuhan Gizi Pasien Gizi Buruk di Ruang Perawatan Rumah Sakit
Umum Daerah Depati Hamzah

Rangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai

dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien diruang rawat inap.

Dengan tujuannya untuk memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar

memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat

proses penyembuhan (Depkes RI, 2006a). Pelayanan asuhan gizi rawat inap

merupakan serangkaian kegiatan selama perawatan yang meliputi:

6. Pengkajian status gizi

7. Riwayat gizi

8. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya

9. Penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan penyakitnya dan

cara pemberian makanan

10. Konseling gizi

11. Evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi

Kegiatan asuhan gizi bagi pasien gizi buruk di ruang perawatan RSUD

Depati Hamzah dilaksanakan secara sistematis berdasarkan Kriteria Depkes (2006a).


80

Kegiatan asuhan gizi pasien gizi buruk meliputi pengkajian status gizi pasien gizi

buruk, penentuan kebutuhan gizi pasien gizi buruk sesuai dengan status gizi dan

penyakit, sedangkan penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan kondisi anak,

penyakit serta cara pemberian makanan. Kemudian kegiatan terakhir yaitu evaluasi

dan tindak terhadap pelayanan pasien gizi buruk.

4.3.1 Pengkajian Status Gizi Bagi Pasien Gizi Buruk

Pengkajian status gizi adalah proses yang digunakan untuk menentukan

status gizi pasien, mengidentifikasi gizi(kurang atau lebih), untuk menentukan

preskripsi diet atau rencana diet, dan menu makanan yang harus diberikan

kepada pasien (Depkes RI, 2006a).

Pada kegiatan ini pengkajian status gizi bagi pasien gizi buruk, ahli gizi

RSUD Depati Hamzah tidak bekerja sendiri tetapi dibantu oleh tim asuhan gizi

yang terdiri dari dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. pada saat awal

balita masuk kerumah sakit dilakukan kegiatan pengkajian status gizi pada

pasien gizi buruk, mekanisme yang dilakukan dengan cara:

1. Antropometri

Setiap pasien akan diukur data antropometri, berupa tinggi badan

(TB), panjang badan (PB), berat badan (BB), tinggi lutut, tebal lemak bawah

kulit (skin fold technic), lingkar lengan atas (LILA), dan lain-lain sesuai

dengan kebutuhan (Depkes RI, 2006a). Antropometri sangat umum

digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan

antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola
81

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah

air dalam tubuh (Supariasa, dkk, 2001).

Tatalaksana asuhan gizi buruk di Ruang Perawatan RSUDDH pada

tahap pengkajian status gizi berdasarkan dengan pedoman dari Depkes

(2006a) yaitu adanya pengukuran antropometri terlebih dahulu terhadap

pasien gizi buruk. Pengukuran ini sering digunakan dalam penentuan status

gizi anak dan rutin pengukurannya yaitu dengan metode pengukuran

antropometri yang mempertimbangkan faktor-faktor yang harus

dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan suatu metode

pengukuran, sehingga intervensi yang diberikan diharapkan tepat sasaran.

Kegiatan pengukuran antropometri adalah salah satu kegiatan

pelayanan gizi dalam tatalaksana pasien gizi buruk di ruang perawatan

RSUDDH. Kegiatan in bertujuan untuk mengetahui status gizi balita yang

mengikuti pemulihan dan perawatan. Dari penelitian status gizi inilah dapat

diketahui intervensi apa yang akan diberikan. Secara keseluruhan kegiatan

pengukuran antropometri dapat digambarkan dengan gambar berikut ini.

Gambar 4.4
Proses kegiatan pengukuran antropometri
Pengukuran Berat Badan, Tinggi
Badan/Panjang Badan, Lingkar Lengan
Atas, Lingkar Kepala, Lingkar Dada
82

Pencatatan Data Hasil


Pengukuran

Pengolahan Data Hasil


Pengukuran

Penggunaan Informasi Hasil


Pengolahan Data

Interpretasi Hasil
Pengolahan Data

Sumber: Data Primer

Dari gambar akan dapat diketahui bahwa proses kegiatan

antropometri dimulai dari pengukuran BB, TB/PB, LLA, LK dan LD.

Kemudian data tersebut diolah sehingga menghasilkan sebuah informasi

yang dapat digunakn untuk pengambilan keputusan atau tindakan dalam

menaggulangi masalah gizi buruk atau kurang.

Metode yang digunakan untuk penilaian status gizi adalah metode

penilaian status gizi secara langsung yaitu pengukuran antropometri. Menurut

jelliffe (1989) penilaian status gizi terbagi menjadi dua, yaitu pengukuran

langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung seperti

pengukuran antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Sedangkan

pengukuran tidak langsung seperti survei konsumsi, statistic vital, dan faktor

ekologi.
83

Kegiatan asuhan gizi di ruang perawatan RSUDDH memilih metode

pengukuran langsung dalam penilaian status gizi anak salah satu nya dengan

metode antropometri untuk menilai status gizi anak karena prosedurnya lebih

mudah dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Metode pengukuran

antropometri mempertimbangkan faktor tenaga, waktu, dana, peralatan,

sampel yang diukur dan informasi yang ingin dihasilkan dari pengukuran

tersebut. menurut Supariasa (2002) beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan suatu metode pengukuran

yaitu tujuan pengukuran, unit sample yang diukur, jenis informasi yang

dibutuhkan, tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan. Fasilitas dan

peralatan. Tenaga, waktu, dan dana. Sesuai dengan pedoman yang

dikemukakan oleh Supariasa (2002). Untuk SDM atau tenaga yang

melakukan pengukuran antropometri adalah tim asuhan gizi seperti perawat

dan nutrisionis yang mendapatkan pelatihan metode dan cara pengukuran

antropometri.

Tenaga atau sumber daya yang melakukan pengukuran antropometri

adalah Tim Asuhan Gizi di ruang perawatan yang telah mendapatkan

pelatihan mengeanai metode dan cara pengukuran antropometri. Menurut

Gibson (1990) penilaian status gizi secara antropometri tidak memerlukan

tenaga ahli, tetapi tenaga tersebut cukup dilatih.

Alat pengukuran Antropometri yang digunakan oleh tim asuhan gizi

di ruang perawatan RSUDDH untuk menilai status gizi pasien dalam


84

melaksanakan kegiatan pengukuran antropometri, tim asuhan gizi

menggunakan alat-alat sebagai berikut :

1. Detecto dengan ketelitian 0.01 kg untuk mengukur berat badan. Sebelum

penggunaan alat tersebut ditera terlebih dahulu.

2. Length Board untuk mengukur panjang badan

3. Microtoise untuk mengukur tinggi badan dengan ketelitian 0.1 cm

4. Pita pengukur untuk mengukur lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan

lingkar dada

Alat yang digunakan oleh tim asuhan gizi pada tatalaksana asuhan

pasien gizi buruk untuk mengukur berat badan adalah Detecto dengan

ketelitian 0.01 kg. Menurut Depkes (1999) alat yang digunakan dalam ke

tempat yang menimbang berat badan harus memenuhi beberapa persyaratan

antara lain mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang

lain, mudah diperoleh dan relative murah harganya, ketelitian penimbangan

sebaiknya maksimal 0.1 kg. Skalanya mudah dibaca, dan cukup aman untuk

menimbang balita. Detecto yang digunakan oleh tim asuahan gizi di ruang

perawatan telah memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Depkes, sehingga

akurasi dan ketepatan hasil pengukuran dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk mengukur panjang badan di Asuhan gizi menggunakan length

board dengan ketelitian 0.1 cm. alat ini telah disesuaikan dengan kondisi

pasien, karena sebagian besar pasien adalah balita yang belum dapat berdiri

atau sudah dapat berdiri namun tidak mampu untuk berdiri karena kondisi

fisiknya yang lemah. Menurut Puslitbang Gizi (1980), untuk bayi atau anak
85

yang belum dapat berdiri digunakan alat pengukur panjang bayi, sesuai

dengan pernyataan tersebut. Tim Asuhan gizi telah menerapkan penggunaan

alat pengukur panjang bayi (length board) untuk mengukur parameter

panjang badan.

Sedangkan untuk mengukur parameter tinggi badan dilakukan untuk

balita yang sudah dapat berdiri dengan kondisi badan sudah tidak

memungkinkan lagi menggunakn Length board. Maka Asuhan gizi

menggunakan microtoise sebagai alat pengukur tinggi badan dengan

ketelitian 0.1 cm. penggunaan Microtoise untuk parameter tinggi badan

sesuai dengan anjuran Depkes sebab hasil pengukuran dengan Microtoise

untuk parameter tinggi badan berbeda dengan hasil pengukuran dengan

length board untuk parameter panjang badan. Untuk itu, dalam penggunaan

alat Microtoise dan Length board harus disesuaikan dengan kondisi balita

yang akan diukur agar hasil pengukurannya tepat dan akurat. Hal ini telah

diterapkan oleh Asuhan gizi dalam kegiatan pengukuran antropometri.

Parameter lingkar lengan atas, linhkar kepala, dan lingkar dada diukur

dada diukur dengan menggunakan alat yang sama yaitu pita pengukur yang

terbuat dari serat kaca (Fiberglass) dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel,

dan tidak mudah patah. Pengukuran lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan

lingkar dada dewasa ini menjadi salah satu pilihan untuk penentuan status

gizi. Karena mudah dilakukan dan tidakmemerlukan alat-alat yang sulit

diperoleh dengan harga yang lebih murah. Menurut Supariasa (2002), ada
86

beberapa hal yang perlu mendapat perhatian terutama jika menggunkan

parameter lingkar lengan atas sebagai pilihan tunggal untuk indeks gizi .

1. Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapatkan

pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini

didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukan

perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antara penggunaan

LLA disatu pihak dengan berat badan menurut umur atau berat badan

menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pifak lain, sekalipun

terdapat korelasi statistic yang berarti antara indeks-indeks tersebut

dengan LLA.

2. Kesalahan pengukuran pada LLA ( pada berbagai tingkat keterampilan

pengukuran) relative lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan,

mengingat batas anatara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA

dari pada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih

berarti pada LLA dibandingkan dengan tinggi badan.

3. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah),

tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak

demikian halnya dengan berat badan.

Dalam menjalankan kegiatan tatalaksana anak gizi buruk, tim asuhan

gizi tidak menggunakan parameter LLA untuk penilaian status gizi. Sesuai

dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Supariasa (2002) bahwa banyak

hal yang perlu diperhatikan untuk menggunakan parameter LLA sebagai


87

pilihan untuk penilaian status gizi, maka diperlukan parameter lain untuk

penilaian status gizi sehingga penilaian yang dilakukan tepat dan akurat.

Gambar 4.5
Alat Pengukuran Antropometri

Microtoise Pengukur Lengan

Length Board Detecto

Cara pengukuran Antropometri yang dilakukan oleh tim asuhan gizi

dalam mengukur antropometri anak yang mengikuti pemulihan adalah

mengukur Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) atau Panjang Badan (PB),

Lingkar Lengan Atas (LLA), Lingkar Dada (LD), dan Lingkar Kepala

(LK).Untuk parameter berat badan diukur setiap hari selama perawatan

sedangkan parameter tinggi badan atau panjang badan, lingkar lengan atas,

lingkar kepala dan lingkar dada diukur pada hari pertama dirawat dan

rutinnya setiap 1 kali per minggu.


88

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling

sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan

untuk mendiagnosis bayi normal atau Berat bayi lahir rendah (BBLR).

Menurut Soetjiningsih (1998), berat badan menggambarkan jumlah dari

protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Cara pengukuran berat badan

pada kegiatan tatalaksana gizi di ruang perawatan RSUDDH ini

menggunakan Detecto yang mempunyai ketelitian 0.01 kg. Sebelum

digunakan alat ditera terlebih dahulu serta pakaian dan alas kaki dilepaskan

pada saat penimbangan sehingga hasil pengukuran tepat dan akurat.

Pengukuran panjang badan dilakukan dengan menggunakan length

board yang telah disesuaikan untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri.

Cara mengukurnya adalah bayi diletakan di atas alat pengukur dalam posisi

tidur. Letak kepala menyinggung bagian atas alat pengukur dan kaki bayi

harus diluruskan hingga telapak kaki bayi menyinggung bagian alat ukur

sebelah bawah.

Sedangkan untuk mengukur parameter tinggi badan yang dilakukan

untuk balita yang sudah dapat berdiri dengan kondisi badan sudah tidak

memungkinkan lagi menggunakan Length board, maka di Asuhan gizi

menggunakan Microtoise sebagai alat pengukur tinggi badan dengan

ketelitian 0.1 cm. cara penggunaan Microtoise untuk parameter tinggi badan

sesuai dengan anjuran Depkes yaitu sewaktu pengukuran anak tidak boleh

memakai alas kaki (sepatu atau sandal) dan penutup kepala (topi atau

kerudung).
89

Cara pengukuran lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan lingkar dada

yang dilakukan di Asuhan gizi sesuai dengan pedoman Depkes, yakni untuk

parameter lingkar lengan ats diukur dengan cara mengukur pertengahan

lengan atas sebelah kiri, pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas

lengan dan kemudian dibagi dua. Lengan yang diukur dalam keadaan

bergantung bebas dan tidak tertutup pakaian. Pada saat pengukuran pita

pengukur tidak terlalau kuat atau terlalu longgar. Untuk parameter lingkar

kepala diukur dengan cara melingkarkan pita pada kepala, dan untuk

parameter lingkar dada pengukuran dilakukan pada garis putting susu dengan

cara melingkarkan pita pada dada.

Gambar 4.6
Cara Pengukuran Antropometri

Pengukuran LLA Pengukuran BB


90

Pengukuran PB

Sumber : Dokumentasi Penulis

Hasil pengukuran antropometri pada kegiatan tatalaksana asuhan Gizi

buruk di ruang perawatan RSUDDH langsung dicatat ke dalam formulir

pengukuran antropometri yang terdapat dalam formulir pemeriksaan klinis.

Pembacaan hasil atau interpretasinya dilakukan oleh petugas asuhan gizi

untuk menilai status gizinya sehingga dapat ditentukan perawatan dan

pemulihan yang akan diterima untuk pasien yang baru dan pasien yang masih

dirawat di ruang perawatan RSUDDH.

Pengolahan data hasil pengukuran antropometri di ruang perawatan

asuhan gizi ini bertujuan untuk menentukan status gizi dan

penatalaksanaannya. Pengolahan data dilakukan dengan dua cara, yaitu cara

manual dan komputerisasi. Penentuan status gizi secara manual dengan

menggunakan tabel baku WHO-NCHS (National Centre for Health Statistic)

dan indeks yang digunakan adalah BB/TB. Sedangkan untuk penentuan

status gizi secara komputerisasi dilakukan untuk tujuan penelitian dengan

jumlah data relatif banyak. Program yang digunakan adalah NutriClin dan

Nutrisoft, indikator yang digunakan meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U.


91

Pengolahan data hasil pengukuran antropometri di ruang perawatan

RSUDDH khususnya oleh petugas asuhan gizi dilakukan dengan dua cara,

yaitu cara manual dan komputerisasi. Cara manual yang dilakukan untuk

menentukan status gizi pasien menggunakan standar deviasi unit (SD)

dengan baku rujukan WHO-NCHS (National Centre for Health Statistic) dan

indeks yang digunakan adalah BB/TB.

Sedangkan cara komputerisasi untuk pengolahan dat hasil pengukuran

antropometri digunakan untuk penelitian dengan jumlah dta relative banyak.

Program computer yang digunakan adalah NutriClin dan Nurisoft, indicator

yang digunakan meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U. Pada tatalaksana asuhan

gizi pasien gizi buruk di ruang perawatan RSUDDH menggunakan baku

rujukan WHO-NCHS dalam melakukan penilaian status gizi.

Informasi hasil pengukuran antropometri digunakan untuk mendeteksi

status gizi balita yang mengikuti pemulihan di ruang perawatan RSUDDH

dan sebagai rujukan dalam pengambilan keputusan atau tindakan untuk

menanggulangi masalah gizi buruk atau kurang. Selain itu, informasi hasil

pengukuran antropometri juga digunakan oleh para peneliti untuk

menganalisis masalah-masalah gizi yang terkait dengan antropometri.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan, lemak

subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan fisik

dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan

dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab akibat antara
92

status gizi dengan kesehatan serta menentukan terapi obat dan diet.

Pemeriksaan fisik meliputi: tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus,

pucat atau bengkak) atau gizi lebih (gemuk/sangat gemuk/obesitas): sistem

kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem gastrointestinal, sistem

metabolic/endokrin dan sistem neurologik/ psikiatrik (Depkes RI, 2006a)

Di ruang perawatan asuhan gizi RSUDDH dilakukan pemeriksaan fisik

terhadap pasien gizi buruk sesuai dengan kriteria dari Depkes RI, (2006a).

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang

berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan sebab akibat

antara status gizi dengan kesehatan pasien, serta menentukan terapi obat dan

diet untuk pasien gizi buruk jika disertai dengan penyakit penyerta. Tanda-

tanda yang dilihat dari pasien gizi buruk yaitu apakah tanda-tanda tersebut

mengalami marasmus kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.

Jika pasien mengalami marasmus dapat diketahui tanda klinis adan

gejala yang ditimbulkan sebagi berikut:

l. Keterlambatan pertumbuhan yang parah

m. Kurus sehingga hampir tidak ada lemak dibawah kulit

n. Otot-otot berkurang dan melemah

o. Rambut jarang dan tipis

p. Kulit tidak elastis dan keriput

q. Wajah seperti orang tua

r. Cengeng dan rewel

s. Perut cekung
93

t. Iga gambang

u. Sering terjadi dehidrasi, ISPA, tuberkulosis, cacingan berat dan penyakit

kronis lainnya

v. Sering disertai defisiensi vitamin A dan D

Bila pasien gizi buruk mengalami kwashiorkor dapat diketahuinya

tanda klinis dan gejala yang ditimbulkannya sebagai berikut:

j. Oedema (pembengkakan), moonface dan gangguan psikomotor

k. Anak menjadi apatis, tidak mau makan, suka merengek

l. Kulit dan rambut mengalami depigmentas, kulit bersisi

m. Hati membesar dan berlemak

n. Sering disertai anemia dan xeroftamia.

o. Pandangan mata sayu

p. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri atau

duduk

q. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah

warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.

r. Sering disertai: penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare

Marasmus-Kwarshiorkor merupakan gabungan dari keduanya dan

tanda-tanda adalah gejala dari keduanya, dengan BB/U <60% baku median

WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok (Modul Gizi Ksehatan

Masyarakat, 2008).

3. Pemeriksaan Laboratorium
94

Pemerikrsaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya

kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta

menegakkan masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk

menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi.

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain : Pemeriksaan

darah (Hb, kolesterol total, HDL, LDL,gula darah, ureum, keratin, asam urat,

trigliserida, urin (glukosa, kadar gula, albumin dll), dan feses (Depkes dan

Asuhan gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietsien Indonesia, 2006)

Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan pada saat pasien gizi masuk

dengan bantuan unsur terkait yaitu oleh tim asuhan gizi Asuhan gizi RSUD

Depati Hamzah dalam pengkaijian status gizi untuk mendeteksi mendiagnosa

penyakit dan untu menentukan terapi gizi antara lain:

a. Pemeriksaan darah: contoh darah lengkap, HB, kolesterol darah, HDL,

LDL, glukosa darah, ureum, creatinin, asam urat dan trigliserida serta

kadar vitamin dan mineral lain.

b. Urin: contoh urin lengkap, glukosa/kadar gula, albumin.

c. Feses: contoh feses (tinja), fungsi pencernaan, lemak, cacing (Depkes RI,

2006a)

Pada pemeriksaan laboratorium ini dapat diketahui oleh analis

kesehatan di Asuhan gizi RSUD Depati Hamzah kadar albumin, prealbumin

pada pasien gizi buruk dapat dilhat pada tabel berikut ini yang merupakan

rujukan dari Depkes RI, (2006a).

Tabel 4.4
95

Kadar Albumin pada Urin

Albumin Serum(g/dl) Transferin serum (g/dl)

Malnutrisi ringan 3.0-3.5 150-200

Malnutrisi sedang 2.1-3.0 100-150

Malnutrisi berat < 2.1 < 100

Sumber: Depkes RI, 2003

Nilai prealbumin dalam kaitannya daya status gizi dapat diketahui

sebagai berikut (Depkes RI, 2003).

a. Baik : 23.8 +/- 0.9 g/dl

b. Gizi sedang : 16.6 +/- -0.8 g/dl

c. Gizi kurang marasmus : 12.4 +/- 10 g/dl

d. Gizi buruk marasmus kwashiorkor : 7.6 +/- 0.6 g/dl

e. Gizi buruk kwashiorkor : 3.2 +/- 0.4 g/dl

4.3.2 Riwayat Gizi Pasien Gizi Buruk

Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan makan

sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi

makan, serta pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dengan menggunakan

model makanan (food model) dan selanjutnya dianalisis zat gizinya dengan

menggunakan daftar analisa bahan makanan atau daftar bahan makanan penukar

(Depkes RI, 2006a).


96

Di ruang perawatan Asuhan gizi RSUD Depati Hamzah dalam

tatalaksana asuhan gizi dilakukan anamnesis riwayat gizi pada pasien gizi buruk

sesuai dengan rujukan dari Depkes RI (2006a), yaitu dengan melakukan

wawancara riwayat gizi kepada keluarga pasien gizi buruk yang dilakukan oleh

perawat dan ahli gizi ruamah sakit mengenai pola makan dan frekuensi makan,

sikap terhadap makanan, alegi terhadap makanan penggunaan obat secara

kuantitatif (food recall) dan kualitatif, dengan menggunakan nutriclin(software)

dapat diketahui informasi tentang status gizi pasien, hasil anamnesis

dbandingkan dengan angka kecukupak gizi (AKG). Setelah diketahui hasil

berbagai pemeriksaan, dokter beserta ahli gizi akan menentukan diet pasien gizi

buruk berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut. Ahli gizi akan menentukan

pemberian diet pasien gizi buruk ini disesuaikan juga dengan kondisi pasien pada

saat konseling, BB anak , dan pola makan (bentuk dan frekuensi makanan) serta

asupan zat gizi sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG) .

4.3.3 Penentuan Kebutuhan Gizi Pasien Gizi Buruk

Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas dasar status

gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu memperhatikan

kebutuhan untuk penggantian status gizi (replacement), kebutuhan harian,

kebutuhan tambahan karena kehilangan (loss) serta tambahan untuk pemulihan

jaringan atau organ yang sedang sakit. Penghitungan ini dapat menggunakan

software seperti NutriClin (Depkes, 2006a).

Proses kegiatan penentuan kebutuhan gizi dalam tatalaksana asuhan gizi

di ruang perawatan asuhan gizi RSUDDH yaitu setelah selesai pemeriksaan, jika
97

kondisi pasien gizi buruk mengalami kondisi diambang kilinis maka pasien akan

dirawat selam proses pemulihan kondisi anak, kemudian ahli gizi mengambil

data pasien untuk digunakan pada tahap selanjutnya yaitu penentuan kebutuhan

gizi pasien dan diet pasien yang akan diberikan sesuai dengan kondisi anak dan

jenis penyakit penyerta lainnya. Indikator pemberian makanan pada pasien gizi

buruk di Asuhan gizi RSUDDH, standar kebutuhan zat gizi beradasarkan fase

pemberian makanan yang merupakan rujukan dari Depkes RI (2003) yaitu

sebagai berikut:

Tabel 4.5
Kebutuhan Zat Gizi Berdasarkan Fase Pemberian Makanan

ZAT STABILISASI TRANSISI REHABILITASI


GIZI ( hari ke 1-7) ( hari ke 8-14) (minggu ke 3-6)
Energi 80- 100-150 150-220
100kkal/kgBB/hr kkal/kgBB/hr kkal/kgBB/hr
Protein 1-1,5 2-3 gram/kgBB/hr 3-4 gram/kgBB/hr
gram/kgBB/hr
Cairan 130 ml/kgBB/hr 150 ml/kgBB/hr 150-200 ml/kgBB/hr
atau
100 ml/kgBB/hr
bila ada adema
berat
Sumber: Depkes RI, 2003

Kebutuhan energi : 80-220 kkal/kgBB/hr

Kebutuhan protein : 1-4 gram/kgBB/hr

Cairan : 130-200 ml/kgBB/hr bila edema berat cairan harus

diberikan 100 ml/kg/BB/hr

+ : edema pada tangan dan kaki


98

++ : edema pada tungkai dan lengan

+++: edema pada seluruh tubuh (wajah dan perut)

Pada tabel 4.5 kebutuhan zat gizi pada gizi buruk berdasarkan fase

pemberian makanan. Setiap fase pemberian makanan memerlukan penambahan

zat gizi yang lebih khususnya energi dan protein. Dengan penambahan energi

dan protein bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Tatalaksana

asuhan gizi di ruang perawatan Asuhan gizi RSUDDH , penentuan kebutuhan zat

gizi pasien gizi buruk berdasarkan kebutuhan zat gizi rujukan dari Depkes RI

(2003).

4.3.4 Penentuan Macam diet pasien gizi buruk

Setelah dokter menentukan diet pasien tersebut, dietesien akan

mempelajari menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan

menterjemahkan kedalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan akan

diberikan.makanan diberikan dalam berbagai bentuk/konsistensi, (biasa, lunak,

cair, dsb) sesuai dengan kebutuhan memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan

serta macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan. Apabila dari rencana

diet tersebut diperlukan penyesuaian maka dietesien akan mengkonsultasikan

kepada dokter (Depkes RI. 2006a).

Setelah kebutuhan gizi diketahui maka dokter beserta ahli gizi akan

menentukan diet pasien tersebut, ahli gizi akan mempelajari pemberian makanan

dan menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan

meterjemahkan kedalam menu, porsi makanan dan frekuensi makanan yang akan

diberikan kepada pasien gizi buruk. Tahap pemberian makanan, jenis diet ,
99

jumlah dan jadwal makanan pada pasien gizi buruk pada tatalaksana asuhan gizi

di ruang perawatan asuhan gizi RSUDDH berdasarkan rujukan dari Depkes RI

(2003) yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.6

Jadwal, Jenis, Dan Jumlah Makanan Yang Diberikan

Jumlah cairan (ml) setiap


minum menurut bb anak
Fase Waktu Jenis makanan Frekwensi 4 Kg 6 Kg 8 Kg 10 Kg
pemberian
Stabilisasi Hari 1-2 F75/modifikasi 12 x (dg ASI) 45 65 - -
Hari 3-4 F75/Modisco 12 x (tanpa 45 65 90 110
F75/modifikasi ASI) 65 100 - -
Hari 3-7 F75/Modisco 8 x (dg ASI) 65 100 130 160
F75/modifikasi 8 x (tanpa 90 130 - -
F75/Modisco ASI) 90 130 175 220
6 x (dg ASI)
6 x (tanpa
ASI)
Transisi Minggu 2-3 F100/modifikasi 4 x (dg ASI ) 130 195 - -
F100/Modisco I 6 x (tanpa 90 130 175 220
/modisco II ASI)
Rehabilitasi Minggu 3-6 F135/modifikasi 3 x (dg/tanpa 90 100 150 175
F135/Modisco III, ASI)
ditambah
BB < 7 Kg 3 x 1 porsi - - - -
Makanan lumat makan
lembik 1x 100 100 100 100
Sari buah
BB >7 Kg Makanan lunak makan 3 x 1 porsi - - - -
biasa 1 2 x 1 buah - - - -
Buah

Sumber: Depkes RI, 2003


100

Tabel 4.7
Tahap Pemberian Makanan

TAHAPAN PEMBERIAN DIET

Fase stabilisasi : Formula who 75 atau pengganti


Fase transisi : Formula who 75 formula who 100 atau
pengganti
Fase rehabilitasi : Formula who 135 (atau pengganti)
Makanan keluarga
Sumber: Depkes RI, 2003

Pemberian makanan atau diet pada pasien gizi buruk dalam tatalaksana

asuhan gizi diruang perawatan RSUD Depati Hamzah berdasarkan tahapan fase

makanan rujukan dari Depkes RI (2003) yang terdiri dari fase stabilisasi, fase

transisi dan fase rehabilitasi yaitu makanannya berupa formula WHO ( F 75, F

100, F 135). Pemberian Formula F 75 diberikan pada saat fase stabilisasi (1-7

hari) artinya pemberian Formula F 75 ke pasien sesuai dengan tabel petunjuk

pemberian F 75 (terlampir) yaitu pemberiannya sesuai dengan berat badan anak

dan kondisi anak . sedangkan pemberian Formula F 100 diberikan pada fase

transisi artinya pemberian Formula F 100 ke pasien sesuai dengan tabel petunjuk

pemberian F 75 (terlampir) yaitu pemberiannya sesuai dengan berata badan anak

dan kondisi anak. Dan pemberian Formula F 135 diberikan pada saat fase

rehabilitasi artinya pemberian F 135 ke pasien sesuai dengan tabel petunjuk

pemberian F 135 (terlampir) yaitu pemberiannya kondisi anak menagalami

perkembangan. Pemberian Formula ini sangat diterapkan jika ada pasien gizi

buruk baru masuk, selama perawatan akan dipantau pemberiannya untuk

mengetahui pasien cocok dengan pemberian formula ini, jika hasil pemantauan
101

ada pasien yang mengalami diare setiap pemberian formula, maka oleh ahli gizi

pemberian formula fleksibel artinya dalam pemberian makanan pada pasien

disesuaikan dengan kondisi anak, maka pemberian diet bagi pasien yang

mengalami diare yaitu tetap pemberian formula kepada pasien tetapi bahan

formula dikurangi pada saat pengolahan artinya pengolahan formula ini bahan

formulanya tidak sesuai dengan takaran rujukan dari Depkes, sehingga

kebutuhan zat gizi energi dan protein lebih sedikit dikurangi untuk bisa

mengimbangi kondisi anak.

Bahan makanan dan takaran bahan yang digunakan untuk pembuatan

dan pengolahan formula WHO oleh Instalasi gizi RSUDDH yaitu sebagai

berikut:

Tabel 4.8
Bahan Formula WHO

FORMULA WHO
Bahan Per 1000 ml F 75 F 100 F 135
Makanan
Formula WHO
Susu skim G 25 85 90
bubuk
Gula pasir G 100 50 65
Minyak G 30 60 75
sayur
Mineral Bungkus 3 bungkus 3 bungkus 3 bungkus
mix
Larutan Ml 20 20 27
elektrolit
Tambahan Ml 1000 1000 1000
air s/d
Sumber: Instalasi gizi RSUDDH
102

Tabel 4.8 adalah Bahan makanan yang digunakan pembuatan formula

WHO oleh Instalasi gizi RSUDDH berdasarkan standar rujukan Depkes RI

(2003) yang bahan makanannya berupa susu skim bubuk, gula pasir, minyak

sayur, mineral mix, larutan elektrolit dan cairan. Bahan makanan ini di takar

sesuai standar masing-masing formula dengan kebutuhan gizi, berat badan pasien

dan kondisi pasien . Formula WHO ini mengandung berbagai macam zat gizi

seperti energi, protein, laktosa, kalium, magnesium, seng, tembaga (Cu), dan

dapat juga diketahui % energi protein, % energi lemak dan osmolaritasnya.

Setiap kandungan zat gizi di atas sudah diketahui nilai gizinya tiap masing

masing formula.

Gambar 4.6
Bahan Formula

Bahan Formula Bahan Formula

Proses pembuatan formula WHO untuk pasien gizi buruk ini dibuat oleh

tenaga pemasak yang sudah dilatih oleh ahli gizi. Proses pengolahan formula ini

berdasarkan permintaan pasien dan ahli gizi. Proses pengolahannya sebagai

berikut untuk masing masing formula.

1. Formula WHO F 75, F 100, F 135


103

Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan

larutan mineral mix, kemudian masukan susu skim sedikit demi sedikit, aduk

sampai kalis dan berbentuk gel. Encerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit

sambil diaduk sampai homegen dan volume menjadi 1000 ml. larutan ini bisa

langsung diminum. Masak selama 4 menit, bagi anak yang disentri atau diare

persisten.

Gambar 4.7

Pengolahan Bahan Formula

Penimbangan Bahan Formula Bahan Formula

Hasil Olahan Formula Hasil Olahan Formula

Proses pembuatan modifikasi makanan (formula WHO) untuk pasien gizi

buruk ini dibuat oleh tenaga pemasak yang sudah dilatih oleh ahli gizi. Proses
104

pengolahan modifikasi makanan (formula WHO) berdasarkan permintaan pasien

dan ahli gizi. Proses pengolahannya sebagai berikut untuk masing masing

formula

2. Formula WHO F 75 Modifikasi (I, II, III), F 100 Modifikasi, F 135

Modifikasi

Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan tambahkan

larutan mineral mix, kemudian masukan susu skim/full cream/susu segar dan

tepung sedikit demi sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel. Encerkan

dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homegen dan

volume menjadi 1000 ml dan didihkan sambil diaduk-aduk hingga larut selama

5-7 menit

Jika kondisi anak mengalami perkembangan yang baik dan berat

badannya pun meningkat, pemberian makanan akan di modifikasika agar proses

pemulihan gizi akan semakin cepat dengan pertambahan zat gizi lebih.

Modifikasi makanan ini berupa makanan khusus mengikuti standar formula

WHO.

4.3.5 Konseling Gizi Pasien Gizi buruk

Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat

rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi,

metode, penilaian, dan tindak lanjut, tujuan dari konseling gizi membuat

perubahn prilaku makan pada pasien. Hal ini akan terwujud melalui:. penjelasan

diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang diperlukan untuk proses

penyembuhan, kepatuhan pasien untuk melaksanakan yang telah ditentukan dan

pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan diet tersebut. Untuk


105

meningkatkan efisiensi, pelaksanaan konseling terutama pada saat anamnesis dan

penentuan diet, dapat dilakukan dengan memanfaatkan software tertentu seperti

food processor (FP2), worlldfood, EbisPro, atau NutriClin. Penyuluhan dan

konsultasi gizi dapat diberikan secara perorangan maupun secara kelompok,

berdasarkan kesamaan terapi diet pasien (Depkes RI, 2006a).

Pelaksanaan konseling gizi di ruang perawatan Asuhan gizi RSUDDH

dilaksanakan sesuai dengan kriteria dari Depkes RI (2006a) yaitu kegiatannya

memberikan penyuluhan kepada keluarga balita mengenai penentuan diet dan

terapi gizi pasien gizi buruk yang didapatkan dari berbagai pemeriksaan.

4.3.6 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak lanjut

Aktivitas utama dari proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah

memantau pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai proses

penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut mencakup antara lain

perubahan diet,bentuk makanan, asupan makanan, toleransi terhadap makanan

yang diberikan, mual, muntah, keadaan klinis difekasi, hasil laboratorium

dll.tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil

evaluasi pelayanan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan

mengubah preskripsi diet sesuai dengan kondisi pasien. Apabila perlu, dilakukan

kunjungan ulang atau kunjungan rumah. Untuk pasien yang dirawat walaupun

tidak memerlukan diet khusus tetapi tetap perlu mendapatkan perhatian agar

tidak terjadi Hospital Malnutrition terutama pada pasien-pasien yang

mempunyai masalah dalam asupan makanannya seperti adnya mual, muntah,

nafsu makan rendah dsb (Depkes RI, 2006a).


106

Tahap pemantauan dalam tatalaksana asuhan gizi di ruang perawatan

asuhan gizi RSUDDH yaitu Pemantauan berat badan, status gizi pada pasien

gizi buruk yang dirawat di ruang perawatan Asuhan gizi RSUDDH dilakukan

secara rutin oleh tim asuhan gizi sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Pada

pasien anak pemantauan berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari.

Pemantauan lainnya yaitu mengenai perubahan diet jika anak mengalami

kenaikan berat badan maka terjadi perubahan asupan makanan dan bentuk

makanan yang dikonsumsi. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan penilaian

masalah pemberian formula dan makanan ke pasien, pemberiannya cocok atau

tidak dengan kondisi anak.

Terdapat pedoman pemberian formula atau makanan tambahan pada anak

gizi buruk seperti berikut ini:

Tabel 4.9
Pedoman Pemberian Formula Pada Anak Gizi Buruk

Jumlah Makanan Formula yang harus


diberikan sesuai BB anak dalam sehari
Karakteristik BB < 7 kg BB 7-8 BB 9-10 kg BB 11-
kg 13 kg
A. Jenis Makanan
Formula tempe 1 resep 2 resep
Formula ikan 1 resep 1 resep
Formula kacang hijau 1 resep 2 resep
Formula kacang hijau dan kuning 1 resep 2 resep
telur
Formula kacang hijau dan susu 1 resep 2 resep
Formula tahu ayam 1 resep 1 resep
Formula kentang 1 resep 2 resep
Formula tempe wortel 1 resep 2 resep
Formula Tim hati ayam 3 resep 3 resep
Formula jagung pipil dan ikan 3 resep
Formula jagung segar dan ikan 4 resep
B. Bentuk Makanan Cair Saring Lunak/ Padat
Lembik
C. Frekuensi pemberian 8 kali 6 kali 5 kali 5 kali
makanan dalam sehari
107

Sumber: Depkes RI, 2003

Berdasarkan tabel 4.9 Pedoman Pemberian Formula anak gizi buruk

berdasarkan rujukan Depkes RI (2003) dibedakan beberapa karakteristik jenis

makanan, jumlah makanan formula yang harus diberikan sesuai BB anak. Di

Asuhan gizi RSUDDH. Jenis makanan yang diberikan oleh ahli gizi kepada pasien

gizi buruk biasanya Formula tempe, formula ikan, formula kacang hijau, formula

kacang hijau dan susu, formula tempe wortel, formula tim hati ayam. Formula

tambahan ini biasanya di berikan berdasarkan berat badan anak, kondisi anak dan

usia anak diatas satu tahun. Bentuk makanan (cair, saring, lunak/lembik dan padat)

dan frekuensi pemberian formula tambahan dalam sehari pemberiannya sesuai

dengan tabel di atas.

4.4 Pelaksanaan Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap Pasien Gizi Buruk

Tim asuhan gizi merupakan tim fungsional yang mengkoordinasikan

penyelenggaraan asuhan gizi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan

dan evaluasi. Tim ini dipimpin oleh seorang dokter dengan anggota yang terdiri

dari dokter, nutrionis atau dietsien, perawat dan tenaga kesehatan lainnya (Depkes

RI, 2006a).

Di ruang perawatan asuhan gizi RSUDDH ketenagaan khusus dalam

tatalaksana asuhan gizi pasien gizi buruk berjumlah 52 orang dengan spesifikasi

pendidikan Dokter untuk tanaga ahli penyakit yaitu 2 orang dokter, S1 SKM (ahli

kesehatan masyarakat) & DIII Gizi yaitu 2 orang ahli gizi sebagai koordinator

pelayanan gizi Rumah Sakit, DIII Keperawatan yaitu 19 orang perawat yang

membantu dalam perawatan&pemeriksaan , Analis Kesehatan yaitu 10 orang


108

analis dalam pemeriksaan laboratorium, Radiologi yaitu 4 orang Radiografer,

fisioterapi yaitu 3 orang fisioterapi serta untuk non ahli berpendidikan SD-SMU

yang terdiri dari 12 orang tenaga pemasak, tapi yang berperan dalam membantu

pembuatan formula WHO&formula tambahan untuk anak Gizi buruk terdiri 3

orang.

Sistem kerja ahli gizi sesuai dengan kerja pegawai kantor yaitu hari

Senin-Sabtu dari jam 08.00- 14.00. sedangkan untuk tenaga dokter, perawat dan

tenaga pemasak sistem kerjanya dibagi menjadi 2 shift dengan masing-masing

shift. Adapun tugas pokok masing-masing ketenagaan tim asuhan gizi dalam

tatalaksana pasien gizi buruk di ruang perawatan Asuhan gizi RSUDDH.

Berdasarkan tabel 4.10 prosedur asuhan gizi rawat inap sesuai dengan

prosedur di atas yang merupakan rujukan Depkes RI. Prosedur diatas sangat efektif

dilaksanakan sesuai dengan tugas masing-masing.

Tim asuhan gizi antara lain ahli gizi serta tenaga-tenaga kesehatan

lainnya yang berperan dalam tatalaksana asuhan gizi cukup efektif dalam

pelaksanaan tugas masing-masing. Untuk tenaga gizi di Asuhan gizi ini masih

kurang karena belum ada rekrutmen tenaga baru oleh pihak rumah sakit namun

pihak rumah sakit mengusahakan akan menerima tenaga baru untuk meringankan

tugas ahli gizi sebelumnya. Namun demikian hal ini bisa diatasi dibantu oleh

tenaga kesehatan lainnya baik tenaga kesehatan lainnya sudah mengerti tugas

tugas serta tindakan dalam pelaksanaan perintah tugas masing-masing.


109

Prosedur kerja asuhan gizi rawat inap di Asuhan gizi RSUDDH sebagi

berikut :

Tabel 4.10
Prosedur Kerja Asuhan Gizi Diruang Rawat Inap
No. Kegiatan Mekanisme Unsur terkait Pen. Jawab
1 Penentuan Status Gizi
a. Klinis Dilakukan untuk setiap pasien Dokter Dokter
baru dan dimonitor setiap hari

b. Deteksi Dilakukan pada saat pasien Dokter Dokter&kep. Ruangan


baru masuk

c. Antropometri diukur Penimbangan dilakukan Perawat/deitesien/nutrit Kep. Ruangan


BB dan TB/PB seminggu sekali ionis
d. laboratorium
Glukosa darah, Hb, urin Dokter/analis Dokter/analis
lengkap, feses

e. Anamnesis riwayat
Gizi Wawancara Dietesien/nutritionis Dietesien/nutritionis

2. Intervensi
a. Klinis Mengatasi segala penyakit Dokter/perawat Dokter
(hipoglikemia,
a. K hipotermia,
dehidrasi, infeksi
l dll)
i
b. Diet Menentukan diet Dokter/Dietesien/Nutrit Dietesien
Pemantauan ionis/Perawat
Konsumsi makanan
Status Gizi
Penyuluhan Gizi
Pemberian diet
Persiapan pulang
Pencatatan Gizi

3. Pelaporan Berdasarkan rekam medik : Dokter/Dietesien/ Dokter/dietesien/kep.


Ruang rawat jalan Nutritionis/Perawat Ruangan
Ruang rawat inap

Sumber: Depkes RI, 2003


110

Anak gizi buruk yang dirawat inap di ruang perawatan akan dipantau

terus kondisi perkembangannya seperti pemantauan makanan yang diberikan,

pemantauan BB anak, pemantauan obat yang diberikan oleh dokter serta konsutasi

diet oleh keluarga pasien. Dari pematauan yang dilakukan untuk mengoptimalkan

kondisi pasien gizi buruk harus ada prasarana ruangan khusus bagi pasien gizi

buruk, namun saat ini masalah yang diketahui dalam tatalaksana asuhan gizi yaitu

belum terdapat prasarana ruangan khusus untuk perawatan pasien gizi buruk.

Ruangan khusus ini sangat penting untuk mengoptimalkan kondisi anak karena

desain ruangannya seperti suhu, penerangan sudah dikondisikan dengan kondisi

anak gizi buruk. Oleh karena itu, kepala gizi , tim asuhan gizi, serta dinas

kesehatan akan mengajukan ruangan khusus pemulihan anak gizi buruk kepada

pihak rumah sakit dalam waktu dekat menuju BLU agar proses penatalaksanaan

gizi buruk akan semakin optimal.

4.5. Tindakan Perawatan Pasien Gizi Buruk di Ruang Perawatan Rumah Sakit
Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang
111

Adapun tindakan perawatan pasien gizi buruk yang dirawat di ruang perawatan

RSUDDH yaitu pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.8

Hasil Pemeriksaan dan Tindakan Pada Pasien Gizi Buruk

Tanda Bahaya dan Tanda Penting (A)

Perawatan Awal pada Fase


Stabilisasi(B)

Perawatan Lanjutan pada Fase


Stabilisasi(C)

Perawatan pada Fase Transisi(D)

Perawatan pada Fase Rehabilitasi (E)

Sumber: Depkes RI, 2006


112

Dari kegiatan magang yang dilakukan didapatkan beberapa kasus pasien gizi

buruk yang dirawat di ruang perawatan RSUDDH Pangkal Pinang yang datanya

sebagai berikut:

Tabel 4.11
Laporan Kasus Anak Gizi Buruk
Di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang
Januari 2010

No Nama L P Umur BB TB Dignosa Keterangan Pemantauan


Ranap : 9/1/10-
Ekonomi : Baik
Terapi: F75 Lama perawatan: 1
BB lahir : 1,9 kg bulan
PB : 39 cm Kenaikan BB/bln:
Fathir
4,4 64 Marasmus Anak ke 4 800 gram
1. (Bangka L 8 bln
kg cm Pneumoni Pendidikan ibu: Perubahan terapi
Selatan)
SMA gizi: F 135
Pekerjaan : Kondisi:+
bekerja
Umur ibu : 35
BB : naik
Ranap :18/1/10
Lama perawatan: 1
Eknomi:Kurang
bulan
Terapi: F75
Kenaikan BB/bln:
Pendidikan ibu :
Dina 1 kg
57 Marasmus SD
2. (Bangka P 5 bln 3 kg Perubahan terapi
cm BB lahir : 3,2 kg
Barat) gizi: F 135
Pekerjaan : tidak
Kondisi:+
Umur ibu : 28
Anak ke 2 dr 3
BB : naik
Ranap : 26/1/10
Ekonomi : Baik
Terapi:F75 Lama perawatan: 1
BB lahir : 2,7 kg bulan
Anak ke 5 Kenaikan BB/bln:
Elga Marasmus
58 Pendidikan ibu 500 gram
3. (Bangka P 2 thn 8 kg Ascites &
cm SD Perubahan terapi
Barat) GE
Pekerjaan : gizi: F 135
bekerja Kondisi:+
Umur ibu : 37
BB : naik

Sumber: RSUDDH Pangkal Pinang


113

Tabel 4.11
Laporan Kasus Anak Gizi Buruk
Di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal Pinang
Januari 2010 (lanjutan)

N
Nama L P Umur BB TB Dignosa Keterangan Pemantauan
o
Ranap : 27/1/10
Lama perawatan: 1
Ekonomi : kurang
bulan
Terapi:F75
Kenaikan BB/bln:
BB lahir : 2,7 kg
Marasmus 1.2 kg
Dinar Anak ke 3
4 57 Hipotermia Perubahan terapi
(Bangka P 5 bln 2,9 kg Pendidikan ibu SD
. cm /hipoglike gizi: F 135 dan
Tengah) Pekerjaan : tidak
mia makanan lunak
bekerja
Kondisi:+
Umur ibu : 35
BB : naik

Ranap:27/1/10 Lama perawatan: 1


Eknomi:Kurang bulan
Terapi : F75 Kenaikan BB/bln:
Anak ke 1 800 gram
Aryo
Marasmus Pendidikan ibu : Perubahan terapi
5 Saputra 58
L 6 bln 2,9 kg & Infeksi SD gizi: F 135 dan
. (Bangka cm
Kulit Pekerjaan : tidak makanan
Barat)
bekerja tambahan(lunak)
Umur ibu : 19 thn Kondisi: +
BB : naik

Sumber: RSUDDH Pangkal Pinang


Dari hasil observasi yang dilakukan diruangan perawatan Asuhan gizi RSUDDH

bulan Februari 2010 ada 5 kasus pasien gizi buruk yang dirawat yaitu datanya pada

tabel 4.11. Tindakan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh tim asuhan gizi pada

pasien gizi buruk berdasarkan rujukan Depkes RI (2009) mengenai 10 langkah

utama tatalaksana pengobatan pasien gizi buruk. Tindakan yang dilakukan dari studi

kasus pasien gizi buruk yang pernah dirawat ruang perawatan asuhan gizi RSUDDH

yaitu sebagai berikut:


114

1. Identifikasi balita gizi buruk

Yaitu melakukan anamnesis dengan mengenali tanda-tanda gizi-gizi

buruk dan pemeriksaan fisik pada pasien gizi buruk.

2. Pengukuran antropometri dan pemeriksaan klinis

Bertujuan untuk mengetahui status gizi anak dengan penimbangan BB,

pengukuran TB, LILA anak dan mengamati tanda-tanda klinis seperti

hipoglikemia, dehidrasi, diare, hipotermia dsb)

3. Mengatasi hipoglikemia dan hipotermia

Diruang perawatan pasien gizi buruk yang mengalami hipoglikemia

tanda tandanya mengalami letargis, tidak letargis, dan renjatan (syok).

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hipoglikemia ini oleh tim asuhan

gizi yaitu memberikan larutan Glukosa 10 % atau larutan gula pasir 10% secara

oral dan NGT sebanyak 50 ml. Biasanya jadwal pengobatan ini dilakukan pada

fase stabilisasi. Sangat diperlukan ruang perawatan khusus untuk pasien gizi

buruk yang mengalami hipotermia, dikarenakan di Asuhan gizi belum ada

ruang perawatan khusus untuk pasien gizi buruk, jadi anak yang mengalami

hipotermia (suhu < 36.50C) hanya meletakkan lampu 50 cm dari tubuh anak,

kontak langsung kulit ibu dengan kulit anak, memonitor suhu setiap 30 menit

agar suhu dalam keadaan normal dan tidak terlalu tinggi dan menghentikan bila

suhu tubuh tubuh sudah mencapai 37 0C

4. Mengatasi dehidrasi
115

Diruang perawatan pasien gizi buruk yang mengalami dehidrasi, tanda-

tandanya seperti anak letargis, anak gelisah dan rewel, tidak ada air mata, mata

cekung, mulut dan lidah kering, haus kembali cubitan/ turgor kulit lambat.

Biasanya jadwal pengobatan ini dilakukan pada fase stabilisasi.

5. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Tindakan yang dilakukan oleh tim asuhan gizi yaitu dengan

memberikan cairan agar bisa memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit

6. Mengobati infeksi

Dari kasus yang dirawat, pasien gizi buruk yang diikuti dengan

penyakit penyerta seperti plumonia, infeksi kulit (dermatosis), TBC, anemia.

Tindakan yang dilakukan oleh tim asuhan gizi yaitu memberikan obat-obatan

seperti Isoniasid, Rifampisin, ranitidin, cefotaxime, cefadroxil, suplemen Fe,

antibiotik. Pengobatan seperti ini berlangsung diberikan secara berkala mulai

pasien dirawat dari fase stabilisasi sampai fase rehabilitasi/fase tindak lanjut.

7. Pemberian makan

Dari kasus yang dirawat, pasien gizi buruk akan diberikan makanan

khusus seperti Formula WHO. Pemberian makanan ini berdasarkan fase

perawatan yang disesuaikan dengan BB anak dan kondisi anak. formula yang

sering diberikan oleh tim asuhan gizi kepada pasien gizi buruk misalnya F 75,

F 100, F 135 dan modifikasi makanan seperti formula tempe, formula tahu,susu

full cream, formula ikan, formula kacang hijau. Pemberian modifikasi makanan

ini jika kondisi pasien dalam keadaan baik dan sudah melewati fase yang kritis.

8. Pengamatan tumbuh kejar kembang


116

Dari kasus yang dirawat, pasien gizi buruk akan dipantau

perkembangan anak selama perawatan, biasanya tindakan yang dilakukan oleh

tim asuhan gizi di ruang perawatan RSUDDH ini memberikan cairan dan

makanan untuk tumbuh kejar anak dan memberikan stimulasi untuk tumbuh

kembang anak. tindakan berlangsung jika kondisi anak semakin membaik

berlangsung pada saat fase rehabiltasi dan fase tindak lanjut.

9. Tindak lanjut setelah sembuh

Dari pasien yang dirawat, tindak lanjut bagi anak gizi buruk yang

diberikan oleh tim asuhan gizi khususnya sosialisasi kepada keluarga dengan

pemberian pola makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah

setelah penderita dipulangkan.

Dokumen terkait :

a. Laporan bulanan kasus balita gizi buruk

b. Leatlet gizi buruk

c. Diit balita gizi buruk

d. DPBM ( Daftar Penukar Bahan Makanan )

e. Nutri Clien/NutriSurvey

f. NCP

Rujukan :

a. Buku Tatalaksana Gizi Buruk Anak di Rumah Tangga dan Puskesmas

b. Penuntun Diet Anak

Dalam tatalaksana pasien gizi buruk di ruang perawatan RSUDDH

Pangkal Pinang menerapkan kriteria dari Depkes RI. Tatalaksana ini sangat efektif
117

jika dilihat dari hasil pemantauan yang dilakukan. Kondisi pasien gizi buruk

selama perawatan 1 bulan sudah memasuki fase rehabilitasi berat badan anak

mengalami kenaikan dan terjadi perubahan terapi gizi. Dikatakan efektif

tatalaksana asuhan gizi pada pasien gizi buruk ini diRSUDDH ini jika selama

perawatan 1 bulan mengalami perubahan berat badan yaitu mengalami kenaikan

yang indikator nya 500 gram-2000 gram berat badan dalam perbulan, hal ini sesuai

dengan Acuan dari Depkes RI.


118

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil kegiatan magang selanjutnya dilakukan pembahasan, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah merupakan tempat pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan satu atau lebih pelayanan medis spesialistik

atau pelayanan penunjang medis yang menjadi program pemerintah dalam

bentuk pemulihan & perawatan berbagai penyakit. RSUDDH ini memiliki

fasilitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang cukup lengkap.

Ketenagaan yang ada saat ini berjumlah 426 orang baik tenaga medis maupun

tenaga non medis.RSUDDH adalah salah satu rumah sakit rujukan provinsi

Bangka Belitung dalam penanganan pasien gizi buruk yang letak tempatnya

sangat strategis.

2. Gambaran umum ruang perawatan RSUDDH terdapat tim asuhan gizi yang

terdiri dari dokter, tenaga gizi dan perawat, yang ketua tim adalah dokter.

Kegiatan ini dilakukan secara terpadu antara ketiga unsur di atas. Kegiatan di

ruang perawatan yaitu pengkajian status gizi, perencanaan/penentuan diet,

penyajian makanan ke pasien, penyuluhan/penilaian, pecatatan dan pelaporan

kegiatan-kegiatan gizi di ruangan sedangkan Instalasi gizi terdiri dari dapur

pengelolaaan makanan salah satu unit pelayanan fungsional yang bertugas


119

menyelenggarakan pelayanan gizi rawat inap dan menyelenggarakan makanan

untuk pengaturan diet pasien yang sesuai dengan kelas perawatan

3. Tatalaksana asuhan gizi pasien gizi buruk diruang perawatan RSUD Depati

Hamzah dilakukan oleh tim asuhan gizi yang terdiri dokter, ahli gizi, perawat

dan tenaga kesehatan lainnya yang memberikan tindakan asuhan gizi dan

pemulihan kepada pasien gizi buruk yang kegiatannya seperti pengkajian status

gizi , penentuan kebutuhan gizi, penentuan macam diet, konseling gizi dan

pemantauan/evaluasi terhadap pasien gizi buruk dapat dilaksanakan sesuai

dengan sistematis yang berdasarkan kriteria dari Depkes RI, (2006).

4. Tindakan perawatan dan pengobatan pada pasien gizi buruk di ruang perawatan

asuhan gizi Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkal

Pinang telah menerapkan 10 langkah tatalaksana pengobatan anak gizi buruk

yang berdasarkan kriteria dari Depkes RI (1999). Kegiatan ini semuanya

dilaksanakan sangat efektif di RSUDDH Pangkal Pinang. Namun di RSUDDH

belum adanya ruang perawatan khusus bagi pasien gizi buruk dengan fungsi

untuk membantu pemulihan kondisi pasien. Dari studi kasus pasien gizi buruk

yang dirawat di RSUDDH Pangkal Pianag, kondisi pasien gizi buruk selama

perawatan 1 bulan sudah memasuki fase rehabilitasi berat badan anak mengalami

kenaikan dan terjadi perubahan terapi gizi.

5.2 Saran

Setelah meninjau hasil magang, maka dirumuskan beberapa saran untuk

peningkatan tatalaksana kegiatan pelayanan gizi buruk rawat inap di instalasi gizi

RSUD Depati Hamzah Pangkal Pinang sebagai berikut:


120

1. Untuk meningkatkan kegiatan asuhan gizi pasien gizi buruk sangat diperlukan

koordinasi antara pihak rumah sakit dan pihak Dinas kesehatan dalam hal

rujukan kasus gizi buruk untuk perawatan dan pemulihannya.

2. Untuk meningkatkan kegiatan pelayanan gizi di RSUDDH disarankan kpd pihak

manajemen rumah sakit menambah tenaga ahli gizi agar proses kegiatan

pelayanan gizi semakin efektif.

3. Disarankan kepada tenaga yang ada di perwtn asuhan gizi memantau kegiatan

asuhan gizi buruk di ruang perawatan lebih intensif khususny pemantauan berat

badan anak setiap hari dan pemantauan pemberian susu formula serta jenis

makanan yang diberikan.

4. Untuk meningkatkan kegiatan asuhan gizi pasien gizi buruk diruang perawatan

disarankan kepada pihak rumah sakit untuk menambah fasilitas di ruang

perawatan yaitu ruang perawatan khusus gizi buruk..


121

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.

Budiyanto, Agus Krisno, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : Universitas


Muhammad Malang.

Depkes RI. 2009. Petunjuk Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Dirjen
Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat.

________2006. Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Dirjen Binkesmas Direktorat


Gizi Masyarakat

________2002. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta : Dirjen Binkesmas Direktorat


Gizi Masyarakat

Johari A. B, dkk. 2000. Status Gizi Balita di Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis
(Analisis Data Antropometri Susenas 1989-1999). Prosiding Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta : Depkes RI.

Kodyat, B. 1997. Penuntasan Masalah Gizi Utama. Risalah pada Semiloka PraWKNPG
VI. Jakarta : Depkes RI.

Mulyati, Sri, dkk. 2006. Pencapaian pertumbuhan pada Balita Gizi Buruk selama
Mengikuti Pemulihan di Klinik Gizi Bogor. Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan
Litbang Kes Depkes RI.

Muninjaya, A.A Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

RSUD Depati Hamzah.2009. Profil Rumah Sakit Umum Daerah tahun 2009. Jakarta.

__________________.2009. laporan Hasil Kegiatan Kesehatan Rumah Sakit Umum


Daerah tahun 2009. Jakarta.

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak.Jakarta : EGC.

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.


122
123
124
125

Anda mungkin juga menyukai