Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERBICARA PADA ANAK KELOMPOK A


TAMAN KANAK-KANAK MUSLIMAT 01 PURWOASRI SINGOSARI

MUJAYANAH
PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI

Abstrak:Tujuan penelitian: 1) Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran


keterampilan berbicara melalui metode bermain peran.2) Mendeskripsikan hasil
belajar keterampilan berbicara pada anak kelompokA di Taman Kanak- Kanak
Muslimat 04 Singosari Malang melalui metode bermain peran.
Jenis penelitian yang di gunakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan
Kelas Penelitian berlangsung di Taman Kanak- KanakMuslimat 04 Singosari
Kabupaten Malang. Waktu penelitian diadakan pada bulan September sampai
dengan Nopember Tahun Pelajaran 2016/2017. Subjek Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yaitu anak-anak kelompok A Taman Kanak- KanakMuslimat 04
Singosari berjumlah 21 anak. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian siklus I pertemuan I keberanian anak belum muncul.
Mereka masih kebingunan ketika diajak untuk berbicara tentang pengalamannya.
Cerita anak juga masih monoton tentang berangkat sekolah. Kelancaran anak juga
masih kurang. Pada siklus I pertemuan II keberanian anak sudah mulai muncul
hanya kelancaran dan kevariatifan anak masih perlu pembenahan. Maka dapat
disimpulkan keberhasilan berbicara melalui metode bermain peran pada siklus
satu mencapai skor 71,43%.Sedangkan pada siklus II pertemuan I anak tampak
antusias mengikuti kegiatan. Mereka berbicara dengan lancar dan lebih variatif
daripada siklus II. Begitu pula pada pertemuan II anak-anak berbicara dengan
lebih variatif lagi dan lancar. Dan berdasarkan hasil observasi keberhasilan anak
pada siklus II mencapai skor 93 %.

Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Bermain peran


2

Keterampilan berbicara merupakan salah satu pemberian pengalaman


belajar bagi anak Taman Kanak-kanak melalui cerita yang disampaikan secara
lisan. berbicara adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan
atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan
pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dengan demikian berbicara
dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang
lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide). Sementara dalam
konteks pembelajaran anak usia dini berbicara dapat dikatakan sebagai upaya
untuk mengembangkan potensi keterampilan berbahasa anak melalui pendengaran
dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih anak dalam
bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Kegiatan berbicara
memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara keseluruhan
sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya sehingga anak akan memiliki
keterampilan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan
modal keterampilan berbahasa yang sudah baik.
Keterampilan guru Taman Kanak-kanak untuk mengembangkan keterampilan
berbahasa anak didiknya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya
melalui metode berbicara yang digunakan dalam pembelajaran di Taman Kanak-
kanak, namun pada kenyataannya dalam kegiatan berbicara terkadang anak
anak masih mengalami kesulitan dan kurang berani dalam mengungkapkan
pendapatnya. Hal itu terjadi karena anak anak belum memahami apa yang
terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Hasil observasi yang telah dilakukan sebelumnya ditemukan penerapan
metode berbicara yang dilakukan di TK Muslimat 04 Singosari masih kurang
menarik perhatian anak. Metode yang digunakan dalam keterampilan berbicara
belum maksimal membuat anak lebih antusias mengikuti kegiatan berbicara
,anak-anak yang belum mampu untuk berbicara secara utuh. Hal itu dapat
diketahui dari 21 siswa di kelompok A 53 % anak cukup berani berbicara, 9 %
anak lancar dalam berbicara, 22 % anak yang masih belum bisa untuk
menceritakan pengalaman sehari-hari, ketika anak diajak berbicara , bahasa yang
digunakan anak masih putus-putus. Selain itu guru kurang memberimotivasi dan
menstimulasi anak untuk berbicara .
3

Dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut peneliti ingin mencoba


pembelajaran yang menarik bagi anak yaitu dengan cara bermain bermain peran .
Seperti kita ketahui bersama, anak suka dengan kegiatan bermain. Mereka akan
betah dalam belajar manakala disertai dengan kegiatan bermain. Metode yang
peneliti rancang adalah metode bermain peran yang dibawa oleh guru atau
temannya dilakukan anak dengan berbicara. Dengan pembelajaran yang menarik
dan menantangakan lebih bermakna bagi anak.
Menurut Munandar (2012), masa pra sekolah merupakan masa-masa untuk
bermain dan mulai memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan
sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal
maupun informal. Pada tahap perkembangan anak usia pra sekolah ini, anak mulai
menguasai berbagai keterampilan fisik, bahasa dan anak pun mulai memiliki rasa
percaya untuk mengeksplorasi kemandiriannya (Hurlock, 1998).
Tujuan penelitian: 1) Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran
keterampilan berbicara melalui metode bermain peran. 2) Mendeskripsikan hasil
belajar keterampilan berbicara pada anak kelompokA di Taman Kanak- Kanak
Muslimat 04 Singosari Malang melalui metode bermain peran.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang di gunakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan
Kelas, model teori Kemis danMC. Taggart (2009:16).Pengumpulan data berupa
data kuantitatif dan data kualitatif digunakan untuk menggambarkan perubahan
yang terjadi baik perubahan aktivitas anak, kinerja guru, dan perubahan suasana
kinerja kelas. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik observasi juga dilakukan untuk mengamati dan merekam ucapan-
ucapan anak ketika berimajinasi, menjawab, menanggapi, dan berargumentasi
dalam bermain peran. Observasi dilakukan peneliti dan teman sejawat untuk
membantu peneliti dalam pelaksanaan tindakan sebagai observer dalam
penelitian.Wawancara dilakukan untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru
selama proses pembelajaran. Wawancara juga dilakukan untuk mengungkapkan
pendapat anak tentang pembelajaran. Agar wawancara dapat berlangsung efektif,
4

suasana yang kondusif harus diciptakan terlebih dahulu. Dokumentasi dilakukan


untuk mengumpulkan data tentang berbagai peristiwa dalam proses pembelajaran
melalui foto, dokumen yang berupa karya anak didik dan hasil pembelajaran.
Peneliti menggunakan lembar observasi/pengamatan sikap, dengan indikator
sebagai berikut ; 1) berani berimajinasi dan menjawab,2) berani Ekspresi ke
depan kelas , 3) dan berani berbicara. Kriteria penilaian yang digunakan sebagai
berikut.

Tabel 1. Kriteria Penilaian


Skala Kemampuan Deskripsi

Anak mampu dengan baik

Anak mampu

Anak mampu dengan bantuan

Anak belum mampu

(Depdiknas,2004)
Penilaian menggunakan tehnik skor yang diperoleh dari masing-masing
aspek dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor . Pada penilaian sikap ini
skor maksimal adalah 4. Selanjutnya dilakukan analisis nilai akhir (NA) dengan
rumus :
F
P 100%
N
Keterangan :
P : Angka prosentase anak yang dapat menyelesaikan tugas.
F : Frekuensi anak yang dapat menyelesaikan tugas.
N : Banyaknya individu / populasi. (Arikunto, 2006)

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas pembelajaran
keterampilan berbicara yang paling dominan adalah keberanian berimajinasi (
63.75%) berani ekspresi di depan kelas untuk berbicara mencapai ( 62.50%)
5

sedangkan keberanian berbicara mencapai (60%). Porsentase skor rata-rata


aktivitas pembelajaran pada siklus ini adalah 47.92 %. ditetapkan.Porsentase skor
rata-rata aktivitas pembelajaran pada siklus ini adalah 59,37%. Berdasarkan
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, keterlaksanaan pembelajaran guru
dengan persentase 59,37% termasuk dalam kategori tepat. Hal ini menunjukkan
aktivitas pembelajaran guru sudah sesuai dengan kriteria telah
ditetapkan.Indikator pada aktivitas pembelajaran yang mendapat skor 2 (kategori
tidak tepat ) perlu mendapat perhatian dan perbaikan pada siklus selanjutnya. Dari
hasil di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara anak pada siklus I
mencapai skor rata-rata sebesar 5,75. Sedangkan rata-rata prosentase mencapai
47.92%.
Tabel. 2 Hasil Pelaksanaan Siklus I

Keterampilan Berbicara
Nilai
Berimajinasi Ekspresi Bercerita Jumlah
3.10 4.00 0 0 0 0
2.10 3.00 10 9 7 26
1.10 2.00 10 11 13 34
0.00- 1.00 0 0 0 0

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pengamatan skala sikap keterampilan
anak dalam berbicara pada siklus I keberanian anak dalam Berimajinasi , Ekspresi
di depan kelas dan berbicara belum mencapai kriteria yang diharapkan .
Tabel 4.7 Lembar Penilaian Siklus 2
Keterampilan Berbicara
Nilai
Berimajinasi Ekspresi Bercerita Jumlah
3.10 4.00 4 2 3 0
2.10 3.00 10 14 15 39
1.10 2.00 6 5 3 14
0.00- 1.00 0 0 0 0
6

Hasil kegiatan pembelajaran siklus II dengan tujuan meningkatkan


keterampilan berbicara menggunakan metode bermain peran di TK Muslimat 04
Purwoasri Singosari diperoleh sejumlah data. Data berupa keberhasilan
keterampilan anak dalam berbicara dan aspek yang dinilai adalah keberanian
Berimajinasi mencapai rata- rata 73.17, Ekspresi untuk berbicara mencapai rata-
rata 73.17 dan berani bercerita 78.05 .Selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik
nilai hasil tindakan siklus II.

PEMBAHASAN
Bercerita merupakan kebutuhan universal manusia, dari anak-anak hingga
orang dewasa. Bagi anak-anak, cerita tidak sekedar memberi manfaat emotif tetapi
juga membantu pertumbuhan mereka dalam berbagai aspek. Oleh karena itu perlu
diyakini bahwa berbicara merupakan aktifitas penting dan tidak terpisahkan
dalam program pendidikan untuk anak usia dini. Menurut M. Nur Mustakim
(2005:20) berbicara adalah upaya untuk mengembangkan potensi keterampilan
berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali
dengan tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk
menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
Proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode bermain
peran berjalan dengan lancar. Pada siklus I pertemuan I keberanian anak belum
muncul. Mereka masih kebingunan ketika diajak untuk berbicara tentang
pengalamannya. Cerita anak juga masih monoton tentang berangkat sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara anak pada siklus I mencapai
skor rata-rata sebesar 5.75 dan mengalami peningkatan pada siklus II yang
mencapai 74.80. Sedangkan rata-rata prosentase mencapai 59.37%. pada siklus 1
dan pada siklus II meningkat menjadi 91.22%.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan anak dalam
berimajinasi pada siklus I (63.75%) dan siklus II (73.17%) mengalami
peningkatan pada tiap siklus Sedangkan rata-rata prosentase peningkatan
mencapai 6,4%. Keterampilan anak dalam berkespresi pada siklus I (62.50%) dan
siklus II (73.17%) mengalami peningkatan pada tiap siklus Sedangkan rata-rata
prosentase peningkatan mencapai 4,7%.Keterampilan anak dalam berbicara siklus
7

I (60) dan siklus II (78.05%) mengalami peningkatan pada tiap siklus Sedangkan
rata-rata prosentase peningkatan mencapai 11. 4%.
Kelancaran anak juga masih kurang. Pada siklus I pertemuan II keberanian
anak sudah mulai muncul hanya kelancaran dan kevariatifan anak masih perlu
pembenahan. Maka dapat disimpulkan keberhasilan berbicara melalui metode
bermain peran pada siklus satu mencapai skor 59.37%.Sedangkan pada siklus II
pertemuan I anak tampak antusias mengikuti metode tersebut. Mereka berbicara
dengan lancar dan lebih variatif daripada siklus II. Begitu pula pada pertemuan II
anak-anak berbicara dengan lebih variatif lagi dan lancar. Dan berdasarkan hasil
observasi keberhasilan anak pada siklus II mencapai skor 91.22 %.
SIMPULAN
Proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode bermain peran
berjalan dengan lancar. Anak-anak berbicara dengan lancar dan lebih variatif,
hasil observasi keberhasilan anak pada mencapai 93 %.
SARAN
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis
mengajukan saran sebagai berikut :
1. Bagi guru TK hendaknya selalu kreatif dan inovatif dalam membantu
mengembangkan keterampilan bahasa terutama keterampilan berbicara anak
melalui berbagai inovasi pembelajaran.
2. Proses pembelajaran hendaknya semua komponen dapat terlibat secara aktif
baik itu siswa maupun guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara
anak.
3. Bagi sekolah, selalu mendukung program guru dalam meningkatkan
keterampilan berbicara anak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta: Bumi Aksara

Dhieni, Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:Universitas


Terbuka.
8

Kardi, S., (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori


Pembelajaran MIPA. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri
Surabaya PSMS Pascasarjana.

Kemmis, Stephen. & Mc. Taggart, Robin. (1992). The Action Research Planner.
Victoria: Deakin University Press.

Masitoh, dkk. 2005. Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:


Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi.

Rahmad, Moeslichatoen. 2011. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak.


Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai