DASAR TEORI
1
2. Longsoran Rotasi
Longsoran Rotasi adalah bergeraknya massa tanah pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. *
2
4. Runtuhan Batuan
Runtuhan batuan terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain
begerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng
yang terjal hingga menggantung terutama didaerah pantai.
5. Rayapan Tanah
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hamper
tidak dapt diduga.
3
6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh
air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan
tekanan air, dan jenis materialnya.
4
Gambar 2.7 Tekanan Tanah Diam
Pada posisi ini, tekanan tanah pada dinding akan berupa tekanan tanah
saat diam (earth pressure at rest) dan tekanan tanah lateral (horisontal) pada
dinding, pada kedalaman tertentu (z) dinyatakan oleh persamaan :
. . .
(2.1)
Keterangan :
: koefisien tekanan tanah saat diam.
*
: berat volume tanah T .
5
Gambar 2.8 Tekanan Tanah Diam Menurut Lingkaran Mohr
Sumber : Hardiyatmo 2010
6
Gambar 2.9 Teakanan Tanah Aktif
7
Gambar 2.11 Orientasi Garis Keruntuhan Teori Rankine Pada Kedudukan Aktif
Sumber : Hardiyatmo, 2010
8
Kedudukan tegangan saat tanah pada kedudukan keseimbangan limit
pasif terjadi diwakili oleh lingkaran C yang menyinggung garis kegagalan OP
(Gambar 2.13). Jika tegangan vertikal di titik tertentu di dalam tanah
dinyatakan oleh .
, maka tekanan tanah lateral pada saat tanah runtuh
adalah:
. . .
(2.4)
Gambar 2.14 Orientasi Garis Keruntuhan Teori Rankine Pada Kedudukan Pasif
Sumber: Hardiyatmo 2011
9
2.3 Penulangan Tanah
Konsep perkuatan tanah atau tanah bertulang (reinforced earth) pertama
kali diperkenalkan oleh Vidal pada tahun 1969. Hingga saat ini, sistem
penulangan tanah banyak digunakan untuk pembangunan banyak tipe struktur,
seperti: dinding penahan tanah, pangkal jembatan, timbunan badan jalan, penahan
galian dan perbaikan stabilitas lereng alam. Penulangan tanah telah banyak
diaplikasikan dalam pembangunan tanggul, bendungan, fondasi rakit, bangunan-
bangunan pelengkap pelabuhan dan lain-lain (Hardiyatmo, 2010).
Keuntungan penggunaan struktur yang menggunakan sistem tanah
bertulang antara lain:
1. Fleksibel,
2. Tidak mempunyai resiko besar jika terjadi deformasi struktur;
3. Mudah dalam pelaksanaan pembangunan;
4. Lebih ekonomis jika dibandingkan dengan struktur konvensional.
10
Gambar 2.15 Dinding Tanah Bertulang Dengan Tulangan Lajur
Sumber : Hardiyatmo 2010
11
Gambar 2.17 Dinding Tanah Bertulang Dengan Tulangan Lembaran
Sumber : Hardiyatmo, 2010
12
2.4 Geosintetik
Istilah geosintetik terdiri dari dua bagian, yaitu geo yang berhubungan
dengan tanah dan sintetik yang berarti bahan buatan manusia. Berbagai jenis
geosintetik telah digunakan di Indonesia sejak tahun 1980an. Bahan dasar
geosintetik merupakan hasil polimerisasi dari industri-industri kimia/minyak
bumi (Suryolelono, 1988) dengan sifat-sifat yang tahan terhadap senyawa-
senyawa kimia, pelapukan, keausan, sinar ultra violet dan mikro organisme.
Polimer utama yang digunakan untuk pembuatan geosintetik adalah Polyester
(PS), Polyamide (PM), Polypropylene (PP) dan Polyethylene (PE). Jadi istilah
geosintetik secara umum didefinisikan sebagai bahan polimer yang
diaplikasikan di tanah (Departemen P. U., 2009).
Teknologi Geosinteik telah berkembang menjadi salah satu pionir
dalam hal perkuatan tanah maupun timbunan di belakang dinding penahan.
Karena dalam prateknya, dinding penahan tanah banyak mengalami kegagalan
seperti rendahnya daya dukung tanah dasar, penurunan yang terlalu besar
dalam jangka waktu lama, kelongsoran dan gelincir serta sampai permasalahan
akibat air tanah pada timbunan di belakang
* dinding. Material geosintetik telah
banyak digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Salah satu
kelebihannya adalah sifatnya yang fleksibel sehingga memberikan ketahanan
yang cukup terhadap beban-beban yang ditanggungnya.
13
Gambar 2.19 Contoh-contoh geosintetik
Sumber : (Geotextile Geomembrane Geogrid Center)
*
14
2.4.1.1 Geosintetik Berbentuk Tekstil
Berdasarkan sifat kelulusan air (permeabilitas), geosintetik berbentuk
tekstil dapat dibagi menjadi kedap air dan lolos air. Geotekstil adalah jenis
geosintetik yang lolos air yang berasal dari bahan tekstil. Geomembran dan
Geosynthetic Clay Liner (GCL) merupakan jenis geosintetik kedap air yang biasa
digunakan sebagai penghalang zat cair. Geotekstil kemudian dikelompokkan
berdasarkan proses pembuatannya. Jenis geotekstil yang utama adalah teranyam
(woven), tak-teranyam (non-woven) dan rajutan (knitted).
a. Tak Teranyam
b. Teranyam
c. Rajutan
Gambar 2.21 Geotekstil lulus air
Sumber : (Departemen P. U., 2009)
15
2.4.1.2 Geosintetik Berbentuk Jaring
Geosintetik berbentuk jaring (web) yang terdiri dari geosintetik dengan
jaring rapat dan jaring terbuka. Net dan matras merupakan salah satu jenis
geosintetik berbentuk jaring rapat. Geogrid merupakan suatu contoh dari jenis
geosintetik yang berbentuk jaring (web) terbuka. Fungsi geogrid yang utama
adalah sebagai perkuatan. Geogrid dibentuk oleh suatu jaring teratur dengan
elemen-elemen tarik dan mempunyai bukaan berukuran tertentu sehingga saling
mengunci (interlock) dengan bahan pengisi di sekelilingnya. Gambar 2.22 dan
Gambar 2.24 secara berturut-turut memperlihatkan contoh geotekstil kedap air,
dan geogrid.
a. Geomembran
16
Gambar 2.23 Geogrid
17
2. Perkuatan, yaitu sifat tarik bahan geosintetik dimanfaatkan untuk
menahan tegangan atau deformasi pada struktur tanah. Untuk fungsi ini,
geosintetik banyak digunakan untuk perkuatan timbunan di atas tanah
lunak, perkuatan lereng dan dinding tanah yang distabilisasi secara
mekanis (mechanically stabilized earth wall, MSEW).
18
4. Drainase, yaitu bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air dari
dalam tanah.
19
2.4.3 Pemilihan Jenis Geosintetik
Tabel 2.1 memperlihatkan fungsi utama atau fungsi primer yang dapat
diperoleh dari setiap jenis geosintetik. Akan tetapi, pada beberapa kasus
geosintetik dapat juga memberikan fungsi sekunder atau bahkan fungsi tersier.
Sebagai contoh, geosintetik untuk perkuatan timbunan di atas tanah lunak fungsi
primernya adalah perkuatan, tetapi juga mempunyai fungsi sekunder sebagai
separator dan fungsi tersier sebagai filter.
20
hidrolisis atau reaksi dengan air, serangan biologi dan kimia, paparan sinar
matahari dan sebagainya.
21
Tabel 2.3 Rentang Umum Sifat-sifat Geosintetik
22
Tabel 2.4 Sifat Penting Geosintetik Sesuai Fungsinya
2.5 Geotekstil
23
Table 2.5 Kelebihan dan kekurangan geotekstil
Kelebihan Kekurangan
Kekuatan tarik tinggi, Tidak tahan terhadap paparan
Aplikasi cepat dan mudah, sinar matahari,
Memungkinkan penggunaan Mudah rusak, terutama akibat
material sekitar, tusukan benda tajam,
Dapat dibangun lebih tinggi dan Peka terhadap naik turunnya
tegak, temperatur udara,
Tambahan PVC sebagai pelindung Mudah memuai sehingga dapat
terhadap ultraviolet, mengurangi kuat tarik,
Lebih murah dibandingkan beton, Mudah mengalami penurunan
Struktur fleksibel dan tahan tingkat kemampuan penahan
terhadap gaya gempa, gaya tarik, khususnya pada
struktur,
Tipe elemen penutup lapisan luar
dinding penahan dapat
dimodifikasi.
Biasanya perbaikan tanah dengan
perkuatan dilakukan secara
horisontal artinya digelar karena
lebih mudah pelaksanaannya
ketimbang arah tegak vertikal.
Perkuatan horizontal dapat
menerima beban tekan dari
permukaan atau tarik dari arah
horizontal. Sedangkan perbaikan
tanah arah vertikal lebih utama
menerima beban vertikal dari
permukaannya tanpa mampu
menerima beban horizontal.
Sumber : (Departemen P. U., 2009)
24
2.6 Perancangan perkuatan Tanah Dengan Geotekstil
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menciptakan desain sebuah dinding penahan tanah jenis MSE dengan
perkuatan geosintetik. Metode tersebut yaitu metode Rankine (Single
Wedge). Metode Rankine hanya berlaku untuk kemiringan tanah 90.
Panjang overlap geosintetik dapat divariasikan seperti ditunjukkan oleh
gambar berikut ini:
Keterangan gambar:
H : tinggi dinding penahan tanah
Sv : spasi antar lapisan perkuatan
LR : panjang nonacting
Lo : panjang overlap
LE : panjang penjangkaran
L : panjang penjangkaran + panjang nonacting
z : kedalaman titik yang ditinjau dari permukaan tanah
: sudut geser tanah
25
Gambar 2.30 Arah-arah Gaya Yang Bekerja
Keterangan gambar:
Pa : total tekanan tanah aktif
: tekanan lateral tanah pada kedalaman tertentu
Ka : koefisien tekanan tanah aktif
P : beban terpusat
q : beban merata
Q : gaya karena beban tanah sendiri yang runtuh
x : jarak horizontal beban dari dinding penahan tanah
R : jarak radial dari titik beban pada dinding penahan tanah dimana
tekanan
dihitung
! : sudut geser tanah
: berat jenis tanah
c : kohesi tanah
" : sudut friksi antara tanah dengan geosintetik
26
2.6.1 Menghitung Tegangan Izin (Tall)
1
Tall = Tult (2.6)
FS ID FS CR FS CD FS BD
Dimana :
Tult : tegangan tarik batas geosintetik
FSID : faktor parsial kerusakan instalasi saat konstruksi
FSCR : faktor parsial akibat rangkak (creep)
FSCD : faktor parsial akibat degradasi kimia
FSBD : faktor parsial akibat degradasi biologi
27
Menghitung Tegangan Lateral Tanah ( h' )
hs' = K a z (2.7)
Dimana :
Ka : tan 2 45 , koefisien tekanan tanah aktif
2
z : kedalaman titik yang ditinjau dari permukaan tanah (m)
Dimana :
28
D : ketinggian timbunan $%
x2 z
hl' = P (2.9)
R5
Dimana :
Dimana :
h' : tekanan lateral tanah pada kedalaman tertentu akibat berat
Dimana :
Sv : spasi antar lapisan geometrik (m)
Tall : tegangan izin
Dimana :
LE : embedment length / panjang penjangkaran
LR : nonacting lengths / panjang nonacting
29
LR = ( H z ) tan 45 (2.14)
2
Dimana :
H : tinggi dinding penahan tanah (m)
z : kedalaman titik yang ditinjau dari permukaan tanah (m)
: sudut geser tanah
S v h FS
LE = (2.15)
2(c a + .z tan )
Dimana :
Sv : Spasi Antar lapisan geotekstil (m)
: sudut friksi antara tanah dengan geosintetik (2/3)
Dimana :
Sv : spasi antar lapisan geosintetik (m)
30
Menghitung Tekanan Aktif Tanah (Pa)
( 0,5 .
. . + (2.17)
, . -. + (2.18)
. / + 0 (2.19)
( , . (2.20)
Dimana :
31
2.7 Kontrol Stabilitas Eksternal
(c a L) + (w tan )
FK geser = > 1,5 (2.22)
Pa cos
Dimana :
: sudut geser
( w..x)
FS guling = >2 (2.23)
Pa cos . y
32
Dimana :
w :gaya karena beban tanah sendiri ( w = L H )
H : tinggi dinding penahan tanah (m)
ar : 0,5 L
Table 2.7 Faktor-faktor daya dukung Meyerhoff (1963), Brinch Hansen (1961),
dan Vesic (1973)
Meyerhoff (1963) Hansen (1961) Vesic (1973)
()
Nc Nq N Nc Nq N Nc Nq N
0 5.14 1 0 5.14 1 0 5.14 1 0
1 5.38 1.09 0 5.38 1.09 0 5.38 1.09 0.07
2 5.63 1.2 0.01 5.63 1.2 0.01 5.63 1.2 0.15
3 5.9 1.31 0.02 5.9 1.31 0.02 5.9 1.31 0.24
4 6.19 1.43 0.04 6.19 1.43 0.05 6.19 1.43 0.34
5 6.49 1.57 0.07 6.49 1.57 0.07 6.49 1.57 0.45
6 6.81 1.72 0.11 6.81 1.72 0.11 6.81 1.72 0.57
33
7 7.16 1.88 0.15 7.16 1.88 0.16 7.16 1.88 0.71
8 7.53 2.06 0.21 7.53 2.06 0.22 7.53 2.06 0.86
9 7.92 2.25 0.28 7.92 2.25 0.3 7.92 2.25 1.03
10 8.34 2.47 0.37 8.34 2.47 0.39 8.34 2.47 1.22
11 8.8 2.71 0.47 8.8 2.71 0.5 8.8 2.71 1.44
12 9.28 2.97 0.6 9.28 2.97 0.63 9.28 2.97 1.69
13 9.81 3.26 0.74 9.81 3.26 0.78 9.81 3.26 1.97
14 10.37 3.59 0.92 10.37 3.59 0.97 10.37 3.59 2.29
15 10.98 3.94 1.13 10.98 3.94 1.18 10.98 3.94 2.65
16 11.63 4.34 1.37 11.63 4.34 1.43 11.63 4.34 3.06
17 12.34 4.77 1.66 12.34 4.77 1.73 12.34 4.77 3.53
18 13.1 5.26 2 13.1 5.26 2.08 13.1 5.26 4.07
19 13.93 5.8 2.4 13.93 5.8 2.48 13.93 5.8 4.68
20 14.83 6.4 2.87 14.83 6.4 2.95 14.83 6.4 5.39
21 15.81 7.07 3.42 15.81 7.07 3.5 15.81 7.07 6.2
22 16.88 7.82 4.07 16.88 7.82 4.13 16.88 7.82 7.13
23 18.05 8.66 4.82 18.05 8.66 4.88 18.05 8.66 8.2
24 19.32 9.6 5.72 19.32 9.6 5.75 19.32 9.6 9.44
25 20.72 10.66 6.77 20.72 10.66 6.76 20.72 10.66 10.88
26 22.25 11.85 8 22.25 11.85 7.94 22.25 11.85 12.54
27 23.94 13.2 9.46 23.94 13.2 9.32 23.94 13.2 14.47
28 25.8 14.72 11.19 25.8 14.72 10.94 25.8 14.72 16.72
29 27.86 16.44 13.24 27.86 16.44 12.84 27.86 16.44 19.34
30 30.14 18.4 15.67 30.14 18.4 15.07 30.14 18.4 22.4
31 32.67 20.63 18.56 32.67 20.63 17.69 32.67 20.63 25.99
32 35.49 23.18 22.02 35.49 23.18 20.79 35.49 23.18 30.21
33 38.34 26.09 26.17 38.34 26.09 24.44 38.34 26.09 35.19
34 42.16 29.44 31.15 42.16 29.44 28.77 42.16 29.44 41.06
35 42.12 33.3 37.15 42.12 33.3 33.92 42.12 33.3 48.03
36 50.59 37.75 44.43 50.59 37.75 40.05 50.59 37.75 56.31
37 55.63 42.92 53.27 55.63 42.92 47.38 55.63 42.92 66.19
38 61.35 48.93 64.07 61.35 48.93 56.17 61.35 48.93 78.02
39 67.87 55.96 77.33 67.87 55.96 66.76 67.87 55.96 92.25
40 75.31 64.2 93.69 75.31 64.2 79.54 75.31 64.2 109.41
41 83.86 73.9 113.99 83.86 73.9 95.05 83.86 73.9 130.21
42 93.71 85.37 139.32 93.71 85.37 113.96 93.71 85.37 155.54
43 105.11 99.01 171.14 105.11 99.01 137.1 105.11 99.01 186.53
44 118.37 115.31 211.41 118.37 115.31 165.58 118.37 115.31 224.63
45 133.87 134.87 262.74 133.87 134.87 200.81 133.87 134.87 271.75
46 152.1 158.5 328.73 152.1 158.5 244.65 152.1 158.5 330.34
47 173.64 187.21 414.33 173.64 187.21 299.52 173.64 187.21 403.65
48 199.26 222.3 526.45 199.26 222.3 368.67 199.26 222.3 496
49 229.92 265.5 674.92 229.92 265.5 456.4 229.92 265.5 613.14
34
50 266.88 319.06 873.86 266.88 319.06 568.57 266.88 319.06 762.86
Sumber : (Koerner, 2005)
=>?4
2345657 896:5;< AB (2.24)
=5@4
Dimana :
q ult :daya dukung tanah ( qult = c.N c + q.N q + 0,5. .B.N )
q : berat tanah
c : kohesi tanah
: berat volume tanah
B : lebar dasar pondasi yang kontak dengan tanah
Nc : koefisien daya dukung untuk kohesi
Nq : koefisien daya dukung untuk berat tanah (beban)
N : koefisien daya dukung untuk berat volume tanah
Daya dukung ultimit tanah dasar dapat dihitung dengan menggunakan
Metode Vesic. Vesic menyarankan penggunaan faktor-faktor kapasitas daya
dukung yang diperoleh dari beberapa peneliti yang telah dirangkum sesuai
dengan prinsip superposisi. Diperoleh persamaan daya dukung ultimate untuk
pondasi memanjang:
qu = cN c + p0 N q + 0,5 BN (2.25)
35
Stabilitas internal adalah stabilitas massa tanah bertulang pembentuk
dinding penahan tanah bertulang terhadap pengaruh gaya-gaya yang
bekerja. Analisis stabilitas internal struktur tanah bertulang meliputi resiko-
resiko sebagai berikut : putusnya perkuatan dan tercabutnya perkuatan dari zona
penahan.
Dimana :
Tall : tegangan yang dimiliki tiap geotekstil
Tpendorong i : tegangan tarik maksimum pada tiap geotekstil
36
hi : tekanan lateral pada kedalaman tertentu
Sv : spasi pemasangan geotekstil
2.8.2 Faktor Keamanan Terhadap Tercabutnya Perkuatan
Perkuatan-perkuatan harus cukup panjang, sehingga tanah pada zona
aktif yang akan longsor dapat ditahan oleh tahanan geser perkuatan yang
berada pada zona penahan. Gaya tahan perkuatan maksimum per meter lebar
yang dapat dihasilkan dari geser antara tanah dan perkuatan adalah:
T penahan i
FK PO = (2.28)
T pendorong i
Dimana :
Tpenahan i : tegangan penahan yang mencegah geotekstil tercabut dari
tanah yang menjepitnya
Tpendorong i : tegangan tarik maksimum pada tiap geotekstil
LE : panjang penjangkaran
h'
: tekanan lateral pada kedalaman tertentu
37
38