prostaglandin untuk mematangkan serviks pada induksi persalinan. Hal yang harus
diperhatikan adalah tidak boleh memasang balon kateter pada ibu dengan perdarahan.
ketuban pecah dini, pertumbuhan janin terhambat, atau adanya infeksi vagina maupun
infeksi saluran kemih (ISK)
2. Bishop score adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan responsnya
terhadap suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks bishop score
rendah artinya serviks belum matang dan memberikan angka kegagalan yang lebih
tinggi dibanding servik yang matang. Lima kondisi yang dinilai dari serviks adalah :
Bishop Score
0 1 2 3
Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6
Penurunan kepala dari Hodge
-3 -2 -1, 0 +1, +2
III
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Searah sumbu
Posisi serviks Posterior Anterior
jalan lahir
Bila nilai pelvis (PS) > 8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan
berhasil.
Bila PS > 5, dapat dilakukan drip oksitosin.
Bila PS < 5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian
lakukan pengukuran PS lagi.
Perbedaan antara serviks yang belum matang (kiri) dengan skor Bishop yang
rendah dan serviks yang matang (kanan) dengan skor Bishop yang tinggi.
3. Laminaria adalah dilator osmotik alamiah yang terbuat dari batang rumput laut
Laminaria digitata atau L. japonica yang telah dikeringkan. Cara kerjanya
hampir sama dengan dilator hygroskopik sintetik. Sewaktu laminaria ditempatkan
pada endoserviks selama 6-12 jam, diameter laminaria bertambah menjadi 3-4
kali lebih besar dari ukuran semula yakni dari diameter 2 mm menjadi 6 mm
dengan cara menyerap air dari jaringan serviks, secara bertahap laminaria
membesar dan memperlebar kanalis serviks,
3. Amniotomi
Amniotomi adalah pemecahan selaput amnion secara manual. Amniotomi
bertujun untuk menginduksi persalinan, akselerasi persalinan dengan
mempercepat penurunan kepala bayi, mempermudah proses persalinan
pervaginam yang menggunakan alat, serta memberikan akses untuk menilai
cairan ketuban dan mengestimasi kondisi bayi.
Amniotomi dilakukan dengan prasyarat sebagai berikut:
a) Serviks ibu dinilai telah cukup matang (favorable).
b) Presentasi janin adalah bagian vertex dari kepala dan telah masuk ke dalam
pintu panggul (well engaged)
c) Pada pemeriksaan dalam vagina, tidak teraba tali pusat atau bagian kecil
lain dari janin. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya prolapsus
tali pusat yang merupakan indikasi darurat untuk dilakukan pembedahan
seksio sesaria.
d) Denyut jantung janin harus dipantau dengan ketat sebelum dan sesudah
prosedur amniotomi.
Etiologi:
Ciri khas RDS adalah hipoksemia yang tidak dapat diatasi selama bernapas spontan.
Frekuensi pernapasan sering kali meningkat secara bermakna dengan ventilasi menit
tinggi. Sianosis dapat atau tidak terjadi. Hal ini harus diingat bahwa sianosis adalah
tanda dini dari hipoksemia.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah
2. Pemeriksaan Rontgent Dada :
Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
3. Tes Fungsi paru :
Penatalaksanaan
1. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan
agar tetap dalam batas normal (36,5 - 37) dengan cara meletakkan bayi dalam
inkubator.
2. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena
berpengaruh kompleks pada bayi premature. pemberian oksigen yang terlalu
banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti fobrosis paru,dan kerusakan retina.
Untuk mencegah timbulnya komplikasi pemberian oksigen sebaiknya diikuti
dengan pemeriksaan analisa gas darah arteri. Bila fasilitas untuk pemeriksaan
analisis gas darah arteri tidak ada, maka oksigen diberikan dengan konsentrasi
tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang.
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan
homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-
10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125
ml/kgBB/hari.
4. Pemberian antibiotic. bayi perlu mendapat antibiotic untuk mencegah infeksi
sekunder. dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 U/kgBB/hari atau
ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan
eksogen (surfaktan dari luar). Obat ini sangat efektif tapi biayanya sangat mahal.
6. Penatalaksanaan Kehamilan Postterm dengan Oligohidramnion
7. Penyebab yang pasti belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal
agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang
baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban
pecah dini ( premature rupture of the membrane = PROM ).