Anda di halaman 1dari 121

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006).
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien (Aziz R, 2003).

B. Rentang respon
Respon adaptif respon maladaptif

Pikiran logis kadang-kadang proses gangguan proses pikir

Persepsi akurat pikir terganggu,emosi atau waham halusinasi

Emosi konsisten dengan berlebih,prilaku yang kesukaran proses

Segala pengalaman tidak bisa menarik diri, emosi prilaku tidak

Pengalaman corak ilusi terorganisir isolasi

Hubungan harmonis sosial

Rentang perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon sehingga


perawat dapat menilai apakah repson klien adaptif atau maladaptive. Perilaku yang
berhubungan dengan respon biologis maladaptif :
1. Delusi
a. Waham meruypakan pikiran ( pandangan yang tidak rasional )
b. Berwujud sipat kemegahan diri
c. Pandangan yang tidak berdasarkan kenyataan
d. Gangguan berpikir, daya ingat, disorientasi, afek labil
2. Halusinasi
a. Pengalaman indera tanpa perangsang pada alat indera yang bersangkutan
b. Perasaan ada sesuatu tanpa adanya reangsangan sensorik, misalnya penglihatan,
rasa, bau, atau sensorium yang sepenuhnya merupakan imajinasi
c. Mengalami dunia seperti dalam mimpi
3. Kerusakan proses emosi

1
a. Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat
b. Keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan
c. Marah, amuk, depresi, tidak berespon
4. Perilaku yang tidak terorganisir
a. Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan / lingkungan yang tidak
teratur
b. Kehilangan kendali terhadap impuls
5. Isolasi sosial
a. Menarik diri secara sosial
b. Menyendiri / mengasingkan diri dari kelompok

C. Jenis-Jenis Waham
1. Waham agama
Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih setiap
hari , atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan
mahkluk nya
2. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan
yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh : saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........
saya punya tambang emas !
3. Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau
mencederai diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya.

4. Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau terserang
penyakit, di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di
lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh nya.
5. Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai denga kenyataan
Contoh : ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.
6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke
dalam pikirannya.
7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
2
8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di
luar dirinya.

D. Kategori Waham
1. Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun
hanya secara teoritis.
2. Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak mungkin

E. Fase- Fase Tejadinya Waham


Proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human needm
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan,
tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super
ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong
5. Fase comforting

3
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

F. Penyebab
1. Factor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal
ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan
presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya
waham
c. Faktor psikologi
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan
d. Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak
atau perubahan pada sel kortikal dan lindik

2. Factor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di
asingkan dari kelompok
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenagkan.

G. Tanda dan Gejala

4
1. Data subbyektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan (Keliat, 2009).
2. Data obyektif
a. Menolak makan
b. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri
c. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.

H. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal. Tanda
dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-
kata yang didengar dan kontak mata yang kurang.
Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang
lain dan lingkungan. Tanda dan gejala:
1. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
3. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
4. Mata merah, wajah agak merah.
5. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
6. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
7. Merusak dan melempar barang-barang.

5
I. Psikopatologi

Faktor Predisposisi (biologis, Faktor presipitasi (biologis,


Psikodinamik, Stress lingkungan,
Psikososial) Pemicu gejala)

Koping yang tdk efektif/Mekanisme pertahanan diri (-)

Respon maladaptive (R)

Konsep diri (-)

Individu jatuh dlm frustasi yang mendalam

Isos HDR

Kronis

Skizofrenia

Waham Halusinasi GOR

a. Kerusakan komunikasi verbal


b. Defisit Perawatan Diri,
c. Resti PK, KKV dan
d. Resti Mencederai Diri dan lingkungan

J. Diagnosa Keperawatan Utama


Perubahan isi pikir : waham

K. Fokus Intervensi Keperawatan


Diagnosa I : Perubahan isi pikir : waham
Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat


Kriteria evaluasi :
klien dapat memperkenalkan diri dan menyebutkan nama
klien mau mengungkapkan perasaannya.
Tindakan :

6
- Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak
yang jelas topik, waktu, tempat).
- Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
- Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
- Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan
diri
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Kriteria evaluasi :
klien dapat mengetahui kemampuan yang dimilikinya

Tindakan :
- Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
- Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis.
- Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan
perawatan diri).
- Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan
memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien
dari pada hanya memikirkannya
c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Kriteria evaluasi :
klien dapat melakukan kebutuhannya yang harus dipenuhi
klien dapat melakukan kebutuhan dasarnya secara mandiri
Tindakan :
7
- Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
- Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
- Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
- Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
- Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat
dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan
kien tersebut sehungga klien merasa nyaman dan aman.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Kriteria evaluasi :
klien mampu menerima keadaannya secara realistis
Tindakan :
- Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu).
- Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
- Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih
benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan
waham yang ada
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Kriteria evaluasi :
Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping
obat.
Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.
Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
Tindakan :
- Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat.

8
- Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara dan waktu).
- Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
- Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi
proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat
f. Klien dapat dukungan dari keluarga
Kriteria evaluasi :
Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi.
Tindakan :
- Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
- Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
Rasional : dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu
proses penyembuhan klien

STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan


yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Orientasi :
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Sutarti, biasa dipanggil Tarti, saya
mahasiswa keperawatan dari Universitas Ngudi Waluyo yang akan praktek di
ruangan ini selama 2 minggu ke depan. Saya hari ini dinas pagi dari pukul 07.00-
14.00, saya yang akan merawat Bapak pagi ini.

9
Nama Bapak siapa? Senangnya dipanggil apa? bagaimana perasaan bapak saat
ini? Apa yang bapak keluhkan? Coba ceritakan kegiatan keseharian bapak dirumah
apa saja? Harapan bapak yang belum terpenuhi sampai saat ini apa?
Pak K, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang menjadi harapan bapak yang
belum terpenuhi sampai sekarang?
Berapa lama Pak K mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
Bapak mau kita berbincang-bincang di mana?

Kerja:
Saya mengerti Pak K merasa bahwa Pak K adalah seorang artis, tapi yang Bapak
rasakan tidak dirasakan oleh orang lain menurut data sebenarnya bapak bukan
seorang artis, namun bapak adalah seorang karyawan swasta. sebenarnya bapak
merasakan kebutuhan bapak yang belum terpenuhi apa? Ohh bapak merasa diatur-
atur oleh keluarga bapak ya? Terus bapak pinginnya bagimana? Ohh bagus, jadi
bapak punya keinginan untuk mempunyai kegiatan di luar ya? Apa kegatannya?
Bapak ingin mengaji? Bapak bisa mengaji tidak? Coba bapak praktikkan cara
mengaji! Waahh suara bapak bagus sekali! Kalau begitu kenapa bapak tidak mengaji
saja ketika ada waktu luang? Jadi bapak mau mengaji kalau ada waktu luang? Bagus
sekali bapak!

Terminasi :
Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya? jadi apa
saja yang tadi kita obrolkan? Bagus bapak! Bagaimana perasaan bapak setelah tadi
bapak mengaji? Bapak jadi lebih tenang kan? Baik pak sekarang kita membuat
jadwal latihan untuk mengaji. Kita jadwalkan minimal 3 kali sehari ya pak? Bapak
mau jam berapa saja? Baik, jadi bapak akan mengaji minimal 3 kal sehari di jam 9,
14, dan 16 y pak? Bagus bapak! Baik bapak bagaimana kalau besok kita bertemu
lagi untuk berbincang-bincang tentang hobi bapak, bapak maunya tempatnya
dimana, jam berapa? bagaimana kalau jam 9? berapa lama kita akan berlatih?
Baiklah pak terimakasih, sampai ketemu lagi besok ya pak.

10
` SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
Orientasi :
Selamat Pagi bapak K, masih ingat dengan saya ? saya perawat tarti, bagaimana
perasaan Bapak saat ini? Apa yang bapak keluhkan? Bagus!
Apakah bapak sudah melakukan cara untuk memenuhi kebutuhan bapak dengan
cara mengaji sesuai jadwal kemarin? coba bapak praktikkan! Bagus sekali!
Apakah Bapak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran Bapak?
Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi Bapak tersebut?
Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit
tentang hal tersebut?

Kerja :
Apa saja hobi bapak? Saya catat ya Pak, terus apa lagi?
Wah.., rupanya Bapak pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain
volley seperti itu lho Pak
Bisa Bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada Bapak, dimana?
Bisa Bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?
Wah..baik sekali permainannya
Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali sehari/seminggu
Bapak mau bermain volley?
Apa yang Bapak harapkan dari kemampuan bermain volley ini?
Ada tidak hobi atau kemampuan Bapak yang lain selain bermain volley?

Terminasi :
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan Bapak?. Jadi apa hobi bapak? Bagus!
Sekarang kita buat jadwal untuk mengaji, kita jadwalkan minimal 3 kali sehari sesuai
dengan jadwal kemarin. Selanjutnya cara mengembangkan hobi bapak yaitu volley,
Kita jadwalkan sehari sekali ya bapak, bapak maunya jam berapa pak? baik bapak
bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk berbincang-bincang tentang cara
minum obat, bapak maunya tempatnya dimana , jam berapa ? bagaimana kalau jam

11
9 lagi? berapa lama kita akan berlatih? Baiklah pak terimakasih, sampai ketemu lagi
besok ya pak.

SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar


Orientasi :
Selamat Pagi Pak K, masih ingat dengan saya? saya perawat tarti, bagaimana
perasaan bapak hari ini?. Apakah kemarin bapak sudah mengaji? coba praktikkan
mengaji! selanjutnya Apakah kemarin bapak sudah mempraktikan hobi bapak
bermain volly? Bagus!
Sesuai dengan janji kemarin, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang Bapak minum?
Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?
Berapa lama Bapak mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

Kerja :
Bapak berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat diminum?
Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang
Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu
ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti setelah minum obat
mulut Bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya abang bisa banyak minum
dan mengisap-isap es batu.
Sebelum minum obat ini Bapak dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah
benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar
Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Bapak tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter.

Terminasi :
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bapak K
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?

12
Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan Bapak.
Sekarang kita buat jadwal untuk mengaji, kita jadwalkan minmal 3 kali sehari sesuai
dengan jadwal kemarin. Selanjutnya cara mengembangkan hobi bapak yaitu volley.
Kita jadwalkan sehari sekali sesuai dengan jadwal kemarin ya pak? untuk jadwal
minum obat kita jadwalkan 3 kali sehari setelah makan selesai yaitu jam 7, 12, 17 ya
pak? baik bapak bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat jadwal yang
telah dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa jam 9 di tempat yang sama?
kalau begittu saya pamit dulu pak, selamat siang

Kolaboratif
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat
penting karena setelah mendapatkan perawatan di BPK RSJ Propinsi Bali dan klien
dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai
pengawas minum obat (Maramis,2005, hal 213-232)
a. Farmakoterapi
1) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan
psikomotorik yang meningkat.
2) Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizoprenia yang
menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit.

b. Terapi kejang listrik


Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang
pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang
listrik 4-5 joule/detik.
c. Psikoterapi dan Rehabilitasi
d. Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan
dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke masyarakat, selain
itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien
lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari :
e. Therapy aktivitas
a) Therapy music
Focus : mendengar,memainkan alat musik, bernyanyi.

13
Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai klien.
b) Therapy seni
Focus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.
c) Therapy menari
Focus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
d) Therapy relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : untuk koping / prilaku mal adaptif / deskriptif, meningkatkan partisipasi
dan kesenanga klien dalam kehidupan.
2) Therapy social
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain
3) Therapy kelompok
Group therapy (therapy kelompok)
a) Therapy group (kelompok terapiutik)
b) Adjunctive group activity therapy (therapy aktivitas kelompok)

DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. EGC : Jakarta
Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.Jakarta: EGC
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Nurjannah (2005), Buku Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa edisi 2 Moco Media
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Suliswati (2005), Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC ; Jakarta

14
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah utama
Resiko perilaku kekerasan
B. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan
frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasarkan keadaan emosi yang mendalam dari
setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat
diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau destruktif (Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasanatau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen,
2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan baik verbal maupun non verbal yang dapat membahayakan
diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang muncul akibat perasaan jengkel / kesal /
marah.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Keliat (2006) adalah:
1. Klien mengatakan benci / kesal dengan seseorang
2. Suka membentak
3. Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal
4. Mata merah dan wajah agak merah
5. Nada suara tinggi dan keras
6. Bicara menguasai
7. Pandangan tajam
8. Suka merampas barang milik orang lain
9. Ekspresi marah saat memnicarakan orang

D. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan
akibat dari instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh dua insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan
seksualitas ; dan kedua : insting kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.
b) Faktor Sosial Budaya
15
Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain.
Agresif dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi
seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Kultur dapat pula mempengaruhi
perilaku kekerasan, adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c) Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar
biologis, penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal
dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika seseorang merasa
terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber
kemarahannya. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor
eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan
adanya kritikan dari orang lain, sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal
dalam bekerja, merasa kehilangan seseorang yang dicintai, dan ketakutan terhadap
penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut pandang perawat-klien, maka faktor
yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua yaitu :
a) Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri.
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi
social.
E. Rentang Respon
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan
melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menetang
merupakan respon maladaptive, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan
mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu:
1. Asertif: mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega
2. Frustasi: merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis
3. Pasif: diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami
4. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
mengancam, memberi kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti

16
5. Kekerasan: sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain dengan menakutkan, memberi kata kata ancaman,
disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah merusak secara
serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

F. Psikopatologi
(Depkes, 2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan merah merupakan bagian
kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat
menyebabkan kecamasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan
terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan yang mengarah pada perilaku
kekerasan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal dapat barupa perilaku kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa
perilaku depresi dan penyakit fisik. Mengekspresiakan marah dengan perilaku konstruktif
dengan menggunakan kata- kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti
orang lain, akan memberi perasaan lega, menurunkan ketegangan, sehingga perasaan
marah dapat diatasi.

G. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

H. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b) Perilaku kekerasan/amuk
c) Perubahan persepsi sensori : halusinasi.
2. Data yang perlu dikaji
a) Data Subjektif

17
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
b) Data Objektif
1) Mata merah, wajah agak merah
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
4) Merusak dan melempar barang-barang

I. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
3. Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

J. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa : Perilaku Kekerasan
1. Tujuan Umum
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan baik kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
1) Klien mau membalas salam
2) Klien mau berjabat tangan
3) Kllien mau menyebut nama
4) Klien mau tersenyum
5) Klien ada kontak mata
6) Klien mau mengetahui nama perawat
7) Klien mau menyediakan waktu untuk perawat
Intervensi Keperawatan :
1) Beri salam dan panggil nama klien
2) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
3) Jelaskan maksud hubungan interaksi
4) Jelaskan kontrak yang akan dibuat
5) Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
6) Lakukan kontak singkat tetapi sering

18
Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan selanjutnya.
b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
1) Klien mengungkapkan perasaannya
2) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal
( diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
Intervensi keperawatan :
1) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya
2) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/
kesal
Rasionalisasi :
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu
mengurangi stress dan penyebab marah, jengkel/ kesal dapat diketahui.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
1) Klien dapt mengungkapkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal
2) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal yang
dialami
Intervensi keperawatan :
1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah, jengkel/
kesal.
2) Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
3) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami
klien.
Rasionalisasi :
1) Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel
2) Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/ kesal
3) Menarik kesimpulan bersama klien supaya kllien mengetahui secara
garis besar tanda- tanda marah / kesal.
d) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Kriteria evaluasi:

19
1) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
klien.
2) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
3) Klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah/ tidak
Intervensi:
1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien
2) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
3) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
Rasionalisasi:
1) Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
2) Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan dan
dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dengan
destruktif.
3) Dapat membantu klien, dapat menggunakan cara yang dapat
menyelesaikan masalah.
e) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi:
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi keperawatan:
1) Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien
2) Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
3) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
Rasionalisasi:
1) Membantu klien menilai perilaku kekerasan yang dilakukan.
2) Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien dapat
mengubah perilaku destruktidf menjadi konstruktif.
3) Agar klien dapat mempelajari perilaku konstruktif yang lain.

20
f) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Kriteria evaluasi:
Klien dapat melakukan cara berespon terhdap kemarahan secara
konstruktif.
Intervensi:
1) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
2) Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.
3) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
Secara fisik: tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/
bantal, olah raga, melakukan pekerjaan yang penuh tenaga.
Secara verbal: katakan pada perawat atau orang lain
Secara sosial: latihan asertif, manajemen PK.
Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa,/ ibadah
lain
Rasionalisasi:
1) Dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang baik
untuk mengurangi kekesalannya sehingga klien tidak stress lagi.
2) Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan harga
dirinya.
3) Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain dan sesuai
dengan kemampuan klien.
g) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi:
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Fisik: tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman.
Verbal: mengatakan langsung dengan tidak menyakiti.
Spiritual : sembahyang, berdoa, ibadah lain
Intervensi keperawatan:
1) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
3) Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).

21
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara
tersebut.
5) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
marah.
Rasionalisasi:
1) Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku
kekerasan secara tepat.
2) Membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang telah
dipilihnya dengan melihat manfaatnya.
3) Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif
4) Pujian dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien.
5) Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika sedang
kesal.
h) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi:
Keluarga klien dapat:
1) Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan
2) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
Intervensi keperawatan:
1) Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
2) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
3) Jelaskan cara-cara merawat klien.
4) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
5) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
Rasionalisasi:
1) Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan
keluarga untuk melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan
2) Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien
sehingga keluarga terlibat dalam perawatan klien.
3) Agar keluarga dapat klien dengan perilaku kekerasannya

22
4) Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi
yang dilihat keluarga secara langsung.
5) Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.
i) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
Kriteria evaluasi:
1) klien dapat menyebutkan obat- obatan yang diminum dan kegunaan
(jenis, waktu, dosis, dan efek)
2) klien dapat minum obat sesuai program terapi
Intervensi keperawatan:
1) Jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada klien dan
keluarga)
2) Diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti minum
obat tanpa seijin dokter
3) Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara minum).
4) Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
5) Anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan efek
yang tidak menyenangkan.
6) Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.
Rasionalisasi:
1) klien dan keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang diminum
oleh klien.
2) Klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang dikonsumsi
oleh klien.
3) Klien dan keluarga dapat mengetahui prinsip benar agartidak terjadi
kesalahan dalam mengkonsumsi obat.
4) Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan bersedia
minum obat dengan kesadaran sendiri.
5) Mengetahui efek samping obat sedini mungkin sehingga tindakan
dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi.
6) Reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien serta meningkatkan harga diri.

23
STRATEGI PELAKSANAAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

SP 1 RPK
Fase Orientasi:
Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Nur Ismi Safitri, senang dipanggil Ismi saya
mahasiswa Keperawatan dari UNW. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang
akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, bapak senang
dipanggil apa?
Bagaimana perasaan bapak hari ini?, apa keluhan bapak saat ini?
Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang mengontrol marah dengan cara
fisik , tarik nafas dalam dan pukul bantal .
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?

Fase Kerja :
Baiklah bapak tadi bapak mengatakan sering marah, kalau saya boleh tau, apa yang sering
menyebabkan bapak marah?, saat bapak ingin marah biasanya apa tanda-tandanya? Apakah
bapak tau apa akibatnya kalau bapak marah? Lalu apa yang bapak rasakan setelah marah?
Apakah bapak merasa menyesal?
Baiklah untuk mengontrol marah ada beberapa cara yaitu latihan fisik, tarik nafas dalam dan
pukul bantal/kasur, yang kedua latihan minum obat secara teratur, ketiga latihan berbicara
yang benar, keempat latihan melakukan kegiatan spiritual.
Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan cara tarik nafas dalam dan
memukul bantal/kasur.
caranya coba bapak tarik nafas melalui hiduung tahan sebentar kemudian keluarkan dari
mulut dilakukan shari 5 kali. Skarang saya akan mempraktekan bapak bisa melihat dulu
coba sekarang bapak praktekan cara tarik nafas dalam tersebut seperti yang saya contohkan
tadi bagus...
nah sekarang kita akan latihan pukul bantal/kasur, jadi kalau bapak lagi kesal ingin
memukul seseorang, luapkan marahnya pada bantal dan kasur yang ada diruangan ini,
caranya seperti ini, bapak perhatikan saya dulu baru bapak bisa melakukan, sekarang bapak
lakukan pukul bantal dan kasur ya, bagus...nah sekarang bapak kan sudah bisa, kita buat

24
jadwal kegiatannya ya, mau jam berapa saja bapak melakukan latihan fisik tarik nafas dalam
dan pukul bantal/kasur.

Fase Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol
perasaan marah dengan latihan fisik tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur?
coba bapak sebutkan kembali ada berapa cara mengontrol marah dengan latihan fisik.
Baguss bapak....
Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bapak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas
dalam?, jam berapa saja pak?
Ya, bapak bisa melakukan tarik nafas dalam dan pukul bantal 5 kali sehari, jangan lupa
laksanakan semua latihan dengan teratur sesuai dengan jadwal ya bapak
Baik pak, besok akan bertemu lagi dan kita latihan cara yang kedua yaitu dengan cara
minum obat yang benar dan teratur untuk mengontrol marah. Tempatnya mau dimana bapak?
Apa mau disini saja pak? Ohh baiklah pak, sampai jumpa besok ya pak, selamat istirahat.

25
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat

26
Fase Orientasi :
Selamat Pagi bapak bapak kelihatan rileks hari ini, masih ingat dengan saya pak? Saya
perawat ismi yang kemarin mengajarkan cara mengontrol marah dengan tarik nafas dan pukul
bantal, baik sekarang kita akan bicara tentang pentingnya minum obat untuk mengontrol rasa
marah atau jengkel yang bapak alami, berapa lama bapak ingin berbincang-bincang.
Bagaimana perasaan bapak saat ini, bagaimana dengan perasaan marah dan jengkel yang sering
bapak rasakan, apa yang bapak lakukan saat rasa jengkel/marah, lalu apa manfaat yang bapak
rasakan dengan melakukan mwmukul bantal/kasur.
adakah hal yang menyebabkan bapak marah?
bagaimana dengan latihan nafas dalam dan pukul bantal? Apa sudah dilakukan? Boleh saya
lihat jadwal latihannya, wah bagus bapak ternyata bapak telah melakukan apa yang sudah saya
ajarkan kemarin, nanti kegitan ini terus bapak lakukan ya.
sekarang kita akan diskusi tentang pentingnya minum obat dan latihan cara minum obat yang
benr untuk mengontrol rasa marah, saya akan menjelaskan tentang pentingnya minum obat dan
cara minum obat yang benar.

Fase Kerja :
bapak obat itu ada tiga macam ya yang warnanya orange itu CPZ, yang warna putih ini
namanya THP dan yang merah jambu ini namanya HLP, jadi sebelum minum obat bapak
lihat dulu label yang menempel dibungkus obat, apakah benar nama bapak tertulis disitu.
Selain itu bapak perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis yang diminum, jam
berapa saja obatnya harus diminum, misal diminum 3x sehari yaitu jam 07.00, 13.00 dan
jam 19.00. Cara minum obatnya juga harus benar tidak boleh pake kopi, soda, susu tapi
harus pakai air putih atau teh manis boleh.
bapak perlu minum obat ini secara teratur agar pikirannya jadi tenang dan tidurnya juga
menjadi nyenyak. Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bisa menghisap es batu, bila mata bapak terasa berkunang-kunang sebaiknya
istirahat dan jangan beraktifitas dulu dan jangan pernah berhenti minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter ya bapak.

Fase Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol perasaan
marah dengan cara minum obat yang benar?

27
coba bapak sebutkan kembali cara minum obat yang benar, ya bagus bapak, berarti bapak
sudah tau cara minum obat yang benar.
sudah ada berapa cara mengontrol pearasaan marah yang bapak pelajari? Selanjutnya bapak
harus tetap latihan nafas dalam dan pukul bantal 3x sehari, minum obat secara benar 3x sehari
jangan lupa laksanakan semua latihan dengan teratur sesuai jadwal ya pak.
baik bapak besok kita akan bertemu lagi, saya juga akan melatih cara mengontrol perasaan
marah dengan cara berikutnya yaitu berbicara yang baik. Bapak besok mau jam berapa?
Dimana? Baik pak, sampai jumpa besok dan selamat istirahat.

SP 3 : latihan bicara yang baik


Fase Orientasi :
Selamat Pagi bapak bapak kelihatan lebih segar hari ini, masih ingat dengan saya pak? Saya
perawat ismi yang kemarin mengajarkan cara mengontrol marah dengan tarik nafas dan minum
obat.
Bagaimana perasaan bapak saat ini, bagaimana dengan perasaan marah dan jengkel yang sering
bapak rasakan, apa yang bapak lakukan saat rasa jengkel/marah tersebut datang, lalu apa
manfaat yang bapak rasakan dengan melakukan hal tersebut.
bagaimana dengan latihan nafas dalam dan minum obat? Apa sudah dilakukan? Boleh saya
lihat jadwal latihannya, wah bagus...bapak, ternyata bapak telah melakukan apa yang sudah saya
ajarkan kemarin, nanti kegitan ini terus bapak lakukan ya.
sekarang kita akan diskusi tentang pentingnya berbicara yang baik untuk mengontrol rasa
marah yang bapak alami tujuannya agar bapak mampu mengungkapkan rasa marahnya dengan
cara yang benar, nanti ada 3 cara yaitu mengungkapkan marah, meminta dan menolak dimana
enaknya kita brbincang-bincang? Berapa lama bapak mau berbincang-bincang?

Fase kerja
baik bapak sekarang kita mulai ya...tadi kan ada 3 cara untuk mengontrol marah dengan bicara
yang baik. Yang pertama kita belajarmengungapkan rasa marah, contohnya bapak bisa
mengatakan saya tidak suka kamu bicara seperti itu atau bersikap atau bersikap seperti
itu...nanti saya bisa marah coba bapak praktekkan...iya bagus sekali pak. Cara yang kedua
meminta, contohnya saya minta jangan diambil buku itu, nanti saya bisa marah, coba bapak
praktekkan...iya bagus sekali pak. Nah yang terakhir denga menolak, jadi bapak kalau misalnya
tidak menyukai sesuatu bisa menolaknya tapi dengan bicara menolak yang baik, contohnya

28
saya menolak untuk dijadikan ketua dalam kelompok acara kerja bakti, nanti saya bisa marah,
coba bapak praktekkan...iya bagus sekali pak. Nah sekarang kita buat jadwal kegiatannya ya
pak, mau berapa kali dan jam berapa aja melakukan latihan bicara yang baik.
Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol perasaan
marah dengan latihan bicara yang baik?
coba bapak sebutkan kembali cara bicara yang baik?
Ya bagus pak...
sudah ada berapa cara mengontrol perasaan marah yang sudah bapak pelajari. Selanjutnya
bapak harus tetap latihan nafas dalam 5x/hari. Latihan pukul bantal/kasur 5x/hari. Minum obat
secara benar 3x/hari. Dan latihan bicara yang baik 3x/hari. Jangan lupa laksnakan semua latihan
dengan teratur sesuai jadwal ya pak.
baik pak...besok kita akan bertemu lagi, saya juga akan melatih cara mengontrol perasaan
marah dengan cara berikutnya yaitu spiritual. Bapak mau jam berapa? Dimana? Baik pak
sampai jumpa besok dan selamat istirahat.

Sp 4 Latihan Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Spiritual


Fase Orintasi
selamat pagi pak, masih ingat dengan saya pak? Saya perawat ismi yang kemarin merawat
bapak, sesuai dengan janji saya, hari ini saya datang lagi.
bagaimana perasaan bapak?
pak tujuan saya ngobrol dengan bapak adalah unutuk membantu menyelesaikan masalah bapak
kaitannya dengan perasaan marah yang bapak alami.
kemarin kita sudah belajar latihan mengontrol marah dengan cara tarik nafas dalam, memukul
kasur dan bantal, minum obat dan bicara baik-baik.
coba sekarang kita lakukan lagi apa yang sudah kita pelajari dahulu, apabila ada perasaan
marah atau ada orang yang membuat bapak marah maka kita: bagaimana menarik nafas dalam?
(klien mempraktekkan nafas dalam dan menarik nafas dari mulut dan menghembuskan dari
mulut) bagus pak...bagaimana dengan memukul bantal? (klien mempraktekan) ya bagus sekali
pak... apa yang harus diperhatikan dalam minum obat? (klien menjawab 5 benar minum obat
yaitu benar orang, obat, waktu, dosis dan cara) bagus pak...pintar...
Bagaimana kita bicara baik pada orang yang membuat marah kita. (klien mengatakan saya
tidak suka kamu bicara sepeti itu atau bersikap seperti itu...nanti saya bisa marah) bagus sekali
pak...
29
bapak ternyata masih ingat dengan apa yang sudah saya ajarkan. bagaimana pak, latihan apa
yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus
sekali...bagaimana rasa marahnya
bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang llatihan spiritual untuk mengontrol
marah/jengkel? Bagaimana kalau ditempat tadi?
berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Fase Kerja
coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan.
Bagus...baik yang mana yang mau dicoba?
nah...kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam dari hidung
sambil menghembuskan nafas dari mulut ucapkan astaghfirullahal adzim baik pak, saya akan
berikan contohnya terlebih dahulu. (perawat mempragakan duduk dan tarik nafas dalam dari
hidung sambil mengehembuskan nafas dari mulut ucapkan astaghfirullahal adzim sekali lagi
ya pak, (perawat mempragakan lagi)
sekarang coba bapak yang melakukan (klien mempragakan)...coba lagi pak.
nah sekarang coba lakukan sebanyak 3x (klien mempragakan sebanyak 3x)...bagus pak, bagus
sekali...
jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks, jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat.
bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan...coba bapak sebutkan
sholat 5 waktu? Bagus...mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim.

Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol perasaan
marah dengan latihan spiritual?
jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus...
mari kita masukkan kegiatan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik tari nafas dalam, pukul
batal 5x/hari , minum obat secara benar 3x/ hari, bicara yang baik setiap berbicara dengan orang
lain , istighfar dan sholat. Baik kita masukkan ke jadwal ya.... (sesuai kesepakatan pasien)
Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat lakukan bila bapak merasa marah
Setelah ini coba bapak lakukan jadwal sholat ssesuaai jadwal yang telah kita buat tadi
besok kita ketemu lagi ya pak nanti kita bicarakan keempat cara mengontrol rasa marah, tarik
nafas dalam, pukul bantak/kasur, minum obat secara benar , bicara baik, dan cara spiritual....
30
mau jam berapa pak.?
Nanti kita akan membicarakan empat cara untuk mengontrol rasa marah bapak, apakah bapak
setuju.? Sekarang saya persilahkan untuk melanjutkan bapak, sampai jumpa....

31
BAB III

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

A. MASALAH UTAMA
Resiko bunuh diri

B. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
Bunuh diri dilakukan dengan intensi
Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Tanda dan gejala :

Sedih
Marah
Putus asa
Tidak berdaya
Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal

C. Penyebab
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
Terbagi menjadi:

1. Faktor Genetik

2. Faktor Biologis lain

3. Faktor Psikososial & Lingkungan

32
Faktor genetik (berdasarkan penelitian):

1,5 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang
menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan
mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
Faktor Biologis lain:

Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:

Stroke
Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)
DiabetesPenyakit arteri koronaria
Kanker
HIV / AIDS
Faktor Psikososial & Lingkungan:

Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa


kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan
negatif thd diri, dan terakhir depresi.
Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri
Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan,
kurangnya sistem pendukung sosial
Akibat
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :

Keputusasaan
Menyalahkan diri sendiri
Perasaan gagal dan tidak berharga
Perasaan tertekan
Insomnia yang menetap
Penurunan berat badan
Berbicara lamban, keletihan
Menarik diri dari lingkungan social
Pikiran dan rencana bunuh diri

33
Percobaan atau ancaman verbal
POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang


lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri core problem

Harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan
masalah.
Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri /
penyalahgunaan zat.
Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai,
pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
Lain lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami
perilaku bunuh diri.
2. Masalah keperawatan
Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.

DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.

Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.

34
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:

Perkenalkan diri dengan klien


Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
Bersifat hangat dan bersahabat.
Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
Awasi klien secara ketat setiap saat.
Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
Dengarkan keluhan yang dirasakan.
Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.

35
Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif

Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:

36
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang
dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang
bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem
pendukung yang ada
Tindakan :
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

1. Diagnosa : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan


lingkungan
2. Tujuan umum :
- Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

37
3. Tujuan khusus :
- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
4. Tindakan :
- Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan
- Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
o Merencanakan yang dapat pasien lakukan
- Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara
penyelesian masalah
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik

F. RENCANA TINDAKAN KPERAWATAN


Ancaman atau percobaan bunuh diri
1. Intervensi pada pasien
Tujuan keperawatan
Pasien tetap aman dan selamat.

Tindakan keperawatan
Melindubgi pasien dengan cara:

Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat dipindahkan ke


tempat yang aman
Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas,
dan tali pinggang)
38
Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika pasien
mendapatkan obatnya.
Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan

STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI

A. Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun non verbal

B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri

C. Tujuan
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

D. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting

d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien

e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:


a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-
masing cara penyelesaian masalah

39
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalah yang lebih baik

E. Strategi Pelaksanaan
SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.

Orientasi :
Selamat pagi Pak, kenalkan saya Setiawan, biasa di pangil iwan, saya
mahasiswa Keperawatan Universitas ngudi waluyo yang bertugas di ruang ini,
saya dinas pagi dari jam 7 pagi 2 siang . siapa nama bapak , bapak senang
dipanggil apa?

Bagaimana perasaan A hari ini? . Apaah A merasakan keinginan untuk


meninggal?. Apakah A merasakan adanya isyarat untuk bunuh diri?.
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan selama ini.
Dimana dan berapa lama kita bicara?

Kerja :
Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A
paling merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan
kepercayaan diri? Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah
dari pada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri
sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A
berniat unutuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati?
Apakah A pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya?
Apa yang A rasakan?

Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada


keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A
ini untuk memastikan tidak ada benda benda yang membahayakan A)

40
Karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup A, saya tidak akan membiarkan A sendiri

Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?

Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus langsung


minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman
yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat,
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.

Saya percaya A dapat mengatasi masalah.

Terminasi :
Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?. Coba A sebutkan dan praktikkan lagi cara
yang sudah kita pelajari tadi dengan cara minta tolong kepada perawat
ruangan atau keluarga untuk menemani A!. Bagus sekali A. Sekarang kita
akan buat jadwal untuk lebih mengontrol keinginan untuk bunuh diri dengan
cara yang tadi yaitu dengan cara minta tolong kepada perawat atau keluarga
untuk menemani A ketika ada isyarat untuk bunuh diri. Cara ini dilakukan
minimal 3 kali sehari, A mau jam berapa saja? baik kalau begitu besok kita
ketemu lagi untuk membahas tentang rasa syukur atas pemberian yang
diberikan tuhan. tempatnya mau dimana? Mau jam berapa?.

SP 2 : Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri

Orientasi :
Selamat pagi A, masih ingat dengan saya? ya betul sekali, Bagaimana
perasaan A hari ini masih adakah dorongan untuk mengakhiri kehidupan?
apakah kemarin A sudah minta tolong perawat atau keluarga untuk menemani
A ketika ada isyarat bunuh diri sesuai jadwal kemarin? coba dipraktikkan
pak! bagus.. sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang
rasa syukur atas pemberian tuhan yang masih bapak miliki, mau berapa
lama? Bagaimana kalau 15 menit? dimana?

Kerja :
41
Apa saja dalam hidup A yang perlu di syukuri, siapa saja kira kira yang sedih
dan rugi jika A meningga? Coba A ceritakan hal-hal yang baik dalam
kehidupan A! keadaan yang bagaimana yang membuat A merasa puas?
Bagus! ternyata kehidupan A masih ada yang baik yang patut A syukuri. Coba
A sebutkan kegiatan apa yang masih dapat A lakukan selama ini? bagaimana
kalau A mencoba melakukan kegiatan tersebut? mari kita latihan bersama!

Terminasi :

bagaimana perasaan A sekarang? Bisa A sebutkan kembali apa saja yang


patut A syukuri dalam kehidupan A? ingat dan ucapkan hal-hal yang baik
dalam kehidupan A, jika terjadi dorongan untuk mengakhiri kehidupan .
bagus A sekarang kita buat jadwal kegiatan untuk minta tolong perawat atau
keluarga untuk menemani A jika ada isyarat untuk bunuh diri, jadwalnya
sesuai dengan kemarin ya dilakukan minimal 3 kali sehari. selanjutnya jadwal
untuk melakukan hal-hal yang baik yaitu mengaji kita jadwalkan minimal 3x
sehari, A mau jam berapa? Baik jadi jadwal megaji akan A lakukan minimal 3
kali sehari yaitu jam 10, 14 dan 16 ya? kalau begitu kita akan bertemu lagi
besok ya? untuk membahas kemampuan yang A miliki, kemampuan dalam
menyelesaikan masalah , A mau jam berapa ? bagaimana kalau jam 10 ?

SP 3 : Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan


masalah pada pasien isyarat bunuh diri .

Orientasi:
Selamat pagi A masih ingat dengan saya? saya perawat iwan, bagaimana
perasaan A saat ini ? masih adakah keinginan bunuh diri? ketika ada isyarat
bunuh diri apakah A sudah minta bantuan perawat dan keluarga untuk
menemani? coba praktikkan! Bagus sekali! selanjutnya apakah A sudah
mengaji ketika ada isyarat untuk bunuh diri? coba praktikkan! Bagus!
sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah A
selama ini. Tempat nya mau dimana ? mau berapa lama ..

Kerja :

42
Coba ceritakan situasi yang menyebabkan bapak A ingin bunuh diri . selain
bunu diri apalagi kira kira jalan keluarnya ? waw ... banyak juga ya bapak
A .. nah sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungkan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut. Masi kita pilih cara mengatasi cara
yang paling menguntungkan menurut bapa cara yang mana ? ya saya juga
setuju dengan pilihan bapak, sekarang kita buatrencana kegiatan untuk
mengatasi perasaan bapak ketika baak mau bunuh diri dengan cara tersebut.

Terminasi :
Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap? apa cara mengatasi
masalah yang A gunakan coba A latih dengan cara menyapu yang A pilih
tadi, bagus! sekarang kita buat jadwal untuk mengontrol isyarat bunuh diri.
Yang pertama untuk minta tolong perawat atau keluarga untuk menemani A
dilakukan minimal 3x sehari sesuai dengan jadwal kemarin, jadwal untuk
cara yang kedua yaitu mengaji, dilakukan minimal 3x sehari sesuai jadwal
kemarin, dan cara yang ketiga yaitu menyapu kita jadwalkan 2x sehari ya, A
mau jam berapa? baik, berarti A mau jadwalnya menyapu jam 9 pagi dan 3
sore ya? Baik, besok kita ketemu lagi ya untuk melihat jadwal yang kita buat,
tempatnya mau dimana? bagaimana kalau jam 10 saja? Sampai jumpa besok
ya.

43
44
Daftar Pustaka

Carpenito, L.J, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Jakarta:
EGC.

Keliat, B.A. 1997. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.

45
BAB IV
LAPORAN PENDAHULUAN DAN SP
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
Defisit Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia didalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Aziz R., 2003)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau BAK
(toileting) (Fitria, 2009).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

B. Jenis
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai
pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

C. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut :

1. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,memperoleh atau
mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau aliran air mandi,mendapatkan
perlengkapan mandi,mengeringkan tubuh,serta masuk dan keluar kamar mandi
2. Berpakaian/berhias

46
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian
,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar pakaian.Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian,mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,mempersiapkan
makanan,melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat,serta mencerna cukup makanan dengan aman
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi pakaian untuk
toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram toilet atau
kamar kecil

D. Penyebab
1. Factor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial

47
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia
harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

E. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang melakukan Tidak melakukan


diri seimbang
Keterangan : perawatan diri perawatan diri saat
kadang tidak stress
1. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri, klien menyatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan diri saat stres.

F. Akibat
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
48
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
3. Kurangnya kemampuan untuk mandi sendiri
a. Tidak dapat atau tidak ada keinginan untuk membasuh tubuh atau bagaian tubuh
b. Ketidakmampuan merasakan kebutuhan terhadap tindakan kebersihan
4. Kurangnya kemampuan untuk berdandan
a. Kegagalan kemampuan untuk memakai atau melepaskan pakaian
b. Ketidakmampuan untuk mengancingkan pakaian
c. Ketidakmampuan untuk berdandan diri yang memuaskan
d. Tidak dapat untuk memperoleh atau mengganti aksesori pakaian
5. Kurangnya kemampuan untuk makan sendiri
a. Tidak dapat memotong makanan atau membuka
b. Tidak dapat membawa makanan ke mulut
6. Kurangnya kemampuan untuk ke kamar mandi atau toiletting
a. Tidak dapat atau tidak ada keinginan untuk ke kamar mandi atau ke kamar kecil
b. Tidak dapat atau tidak ada keinginan untuk melaksanakan kebersihan yang benar
c. Tidak dapat menyiram toilet atau mengosongkan WC
d. Tidak dapat mengenakan pakaian sewaktu di kamar mandi

G. Psikopatologi
Banyak faktor yang mendukung timbulnya gangguan jiwa yang merupakan
perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi Biologis,
psikologis, sosial budaya. Tidak seperti pada penyakit jasmaniah, sebab- sebab gangguan
jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor
dan biasanya jarang berdiri sendiri. Melalui psikodinamika, akan dikaitkan beberapa
faktor baik internal maupun eksternal individu dengan menggunakan model stress
adaptasi Struart & Laraia, sedangkan psikopatologi pada defisit perawatan diri terdapat
pada konteks penilaian terhadap stressor sebagai tanda dan gejalanya (Stuart & Laraia,
2005).

H. Pathway

Predisposisi : Perkembangan, Presipitasi : Body Image, Praktik


Biologis, Kemampuan realitas Sosial, Status Sosial, Ekonomi,
kurang, Sosial. Pengetahuan, Budaya, Kebiasaan
49seseorang, Kondisi fisik atau psikis
Dampak Fisik Dampak Psikologis

Penurunan kemampuan dan motifasi merawat diri

Defisit Perawatan Diri


(mandi,toileting,
makan,berhias)

Akibat

G3 kebersihan diri Ketidakmampuan Ketidakmampuan Ketidakmampuan


berhias/berdandan makan secara BAB/BAK
Badan tidk terawat, mandiri
rambut kotor Wajah kusut, rambut
acak2kan
G3 penampilan Tergantung dgn orang
diri lain

I. Diagnose Keperawatan Utama


Defisit Perawatan Diri

J. Fokus Intervensi Keperawatan


Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) tindakan mandiri keperawatan pada
pasien dengan defisit perawatan diri yaitu:
a. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
b. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
c. Membantu pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.
d. Menjelaskan cara makan yang baik.
e. Membantu pasien mempraktikan cara makan yang baik.
f. Menjelaskan cara eliminasi yang baik.
g. Membantu pasien mempraktikan cara eliminasi yang baik.

50
h. Menjelaskan cara berdandan.
i. Membantu pasien mempraktikan cara berdandan.
j. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Fokus intervensi keperawatan dalam hal ini terdiri dari dua, yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pasien melakukan perawatan diri.
b. Membantu pasien dengan keterbatasan dan melakukan perawatan yang tidak dapat
dilakukan pasien.
c. Kemampuan perawatan diri pasien skizofrenia mengalami penurunan yang
disebabkan karena gangguan kemauan pada pasien. Pasien banyak mengalami
kelemahan kemauan dan tidak dapat mengambil keputusan perawatan diri.
d. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
e. Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Berhias
f. Melatih pasien makan secara mandiri
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
2) Menjelaskan cara makan yang tertib
3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
4) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
g. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

51
STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP1 Pasien:
Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri
Orientasi
Selamat pagi, kenalkan saya perawat A
Namanya ibuk siapa, senang dipanggil siapa?
Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang akan
merawat T?
Baik, apa yang terjadi dirumah sehingga T di bawa kesini?
apa yang sudah dilakukan T dirumah?
Dari tadi suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?
Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ,supaya T tahu apa penting dan manfaat
merawat diri secara mandiri
Bagai mana kalau kita berbincang bincang sealama 30 menit?,
dimana?disini saja?
Kerja
Apakah T sudah mandi hari ini? Berapa kali T mandi ? mandi dilakukan dua kali sehari pada saat
siang dan sore hari Menurut T apa kegunaannya mandi ? apa saja yang T lakukan ketika
mandi?Betul, mengosok gigi,keramas.nahh...berapa kali sehari kita harus melakukannya? Saat
mandi,mengosok gigi dan keramas ? menggosok gigi dilakukaan dua kali pagi dan malam hari,dan
keramas dlakukaan satu minggu sekali.
T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Yaa, betul sekali.. manfaat merawat diri bagi
diri sendiri adalah menambah kepercayaan diri,badan menjadi segar,terhindar dari penyakit.nahh,
manfaat untuk orang lain apa T ? manfaat untuk orang yaitu , orang lain akan merasa nyaman saat
dekat dengan kita, Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?,
badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa
menurut T yang bisa muncul ? Betul ada kudis, kutu,kuman...dsb.

Terminasi
apa yang T rasakan setelah kita bercakap cakap?

52
coba T jelaskan kembali apa manfaat dan pentingnya merawat dir?
apa akibat jika kita tidak merawat diri?
berapa kali sehari kita harus melakukan mandi,kapan kita harus menggosok gigi dan keramas?
baik T, bagamana kalau kita bertemu lagi besok, jam berapa? Baik, jam 09.00 wib ya? Dimana?
Disisni? Kita besok akan bercakap-cakap tentang cara mandi yang benar yaa.sampai bertemu besok T.

SP 2 Pasien : Percakapan cara menjaga kebersihan diri:


Orientasi
Selamat pagi T?
Masih ingat dengan saya?
saya perawat a yang kemarin menjelaskan manfaat mandi,
Bagaimana perasaan T hari ini? Bagaimana apakah masih ingat pentingnya mandin?
coba ,apa manfaat mandi ?yaa bagus, T masih mengingatnya yaa.
Hari ini kita akan berbicara tentang cara mandi yang baik dan benar, mau dimana kita mengobrolnya.
Bagaimana kalau di ruang tamu ? kurang lebih setengah jam.

Kerja
apa saja yang kita perlukan untuk mandi ? Ya benar sekali, sabun,handuk,sikat gigi sampho. Dan pakaian
ganti setelah mandi. Bagaimana cara T mandi? Coba T ceritakan cara mandi yang benar?.... ya
bagus...gosok gigi dimulai membersikan sikat gigi, kemudian menaruh pasta gigi kesikat gigi, berkumur,
kemudian digosokan secara merata di gigi. Mulai dari gigi depan, gigi samping, gigi dalam, gerahang
minimal 8 kali gosokan. Baik,, kalau keramas, bagaimana caranya?....bagus sekali....mulai dengan
membasuh rambut, meuangkan shampo secukupnya ketangan, menggosokan kerambut secara merata, jika
sudah dibilas dengan air bersih sapai bersih dan tidak terasa ada shamponya. Baik, kalau mandi
bagaimana?,....bagus sekali.... badan sudah dibasahi air, sabun dibasahi air, dan disabunkan keseluruh
tubuh secara merata, sesudah itu dibilas dengan air bersih sehingga tidak terasa sabunya. Sesudah itu
apalagi?...iya....pakai handuk sampai kering. Kemudian?...ya betul....ganti baju yang baru dan sesuai setelah
selesai mandi. Nah selanjutnya apa lagi ., yaa betul, jangan lua kita menyisir rambut supaya rapi.

Terminasi
apa yang T rasakan setelah kita berbicara tentang cara cara mandi yang baik dan benar ?
coba T mari kita ulang kembali pembicaraan kita tadi ,Apa saja alat alat yang harus siapkan
untuk mandi ?bagaimana langkah-langkah mandi? Bagus sekali semuua sudah disebutkan
dengan baik. Selanjutnya jangan lupa T untuk melakukan kegiatan yang kita lakukan sesuai

53
jadwal ya.mandinya 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali, dan gunting
kuku 1 kali semunggu. Nah dan tambahkan lagi untuk menyisir rambut 2 kali sehari.

Baiklah besok kita akan bertemu lagi yaa , saya akan membantu T untuk melakukan cara
mandi yang baik dan benar. Saya akan datang jam 09.00 wib pagi. Sekarang saya permisi
dulu, selama pagi!

SP 3 Pasien: melatih dan membantu cara membersihkan diri

Orientasi
Selamat pagi,
masih ingat denga saya?
saya perawat annisa yang T kemarin menjelaskan manfaat mandi dan cara cara mandi yang
baik dan benar. bagaimana perasaaan T hari ini ?
masih ingat kan T, manfaat mandi untuk kamu dan orang lain,coba ,apa manfaat mandi?benar
sekali. apakah hari ini T sudah mandi dan melakukan cara cara mandi yang baik dan benar
seperti yang sudah saya ajarkan kemarin ? , saya lihat T sudah bersih ya,bajunya juga cantik
tetapi rambutnya belum rapi,. Tapi sudah Bagus sekali, kalau gosok giginya bagaimana
apakah sudah bisa melakukan sendiri? ohh, gosok giginya hanya di bagian gigi depan saja
ya, yang saya ajarkan kemarin cara mengsok giginya lupa yaa... kermasnya belum dilakukaan
ya
kalau berpakaiannya bagaimana?dilakuakn sendiri, bagus sekali. Masih ingat apa yang mau
kita bicara kan hari ini?
Hari ini saya akan membantu T untuk merawat diri, berapa lama T? 30 menit ya T?
Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T melakukannya

Kerja
nahhh baiklah T, kalau kita mau mandi apa saja yang kita butuhkan ? Jadi harus ada sabun,shampoo,sikat
gigi,pasta gigi,handuk,dan pakaian ganti ya,coba T suster akan membantu cara membersihkan diri dengan benar,
Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala T sampai berbusa
lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu
siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah.
Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir
siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih lalu keringkan dengan handuk.
Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?ya benar,ganti baju?

54
sekarang, pilihlah pakaian yang bersih dan kering.ganti pakaian yang bersih 2x/hari.
Sekarang coba T ganti baju.. Ya, bagus seperti itu.
Apakah T menyisir rambut? Coba kita praktekkan, lihat ke cermin, ambil sisirnya T, sisirkan
ke rambut ,nahh bagussekali!
Apakah T biasa memakai bedak? Nah kalo iya, ayok sekarang kita lanjutkan dengan meriasa
muka. Iya bedaknya dipakai tipis saja dan rata yang kesemua muka. Nah kan cantik kalau
begitu. T kelihatan lebih berseri. Setelah memakai bedak, biasanya memakai apalagi? Oh iya
lipstik ya, coba suter mau lihat T memakai lipstik. caranya di poles tipis saja lipstiknya. Nah
sekarang coba lihat lagi diri T dikaca, cantikan? Mana lebih cantik dengan yang sebelum
mandi tadi?
Bagaimana rasanya setelah T mandi ? lebih bersih dan rapi ya...

Terminasi
bagaimana perasaan setelah kita belajar cara mandi.
Alat apa saja yang digunakan untuk mandi? Setelah mandi apa yang sebaiknya kita lakukan?coba sebutkan
cara mandi secara urut sesuai yang saya ajarkan tadi..
Bagus sekali, bisa mengingat dengan baik apa yang harus kita lakukan dan jangan lupa untuk melakukan
sesuai dengan yang sudah saya ajarkan tadi ya. Melakukan mandi, keramas, gosok gigi ,berganti pakaan setelah
mandi,menyisir rambut sesuai dengan mandi sehari 2 kali, sikat gigi 2 kali perhari, cuci rambut 2 kali
perminggu, berdandan dan mengganti pakaian 2 kali sehari sehabis mandi pagi dan sore harinya.
Bagaimana kalau hari Jumat saya datang lagi ya untuk membuat jadwal merawat diri, jamnya seperti biasanya
jam 09.00 wib saya disini lagi. Selamat pagi T.

SP 4 Pasien : Percakapan membantu membuat jadwal

Orientasi
Selamat siang T,
Wow...masih rapi dech T.
Masih ingat denga saya?
Saya perawat annisa yang mengajarkan T kemarin tentang perawatan diri, cara
mandi,mengosok gigi,keramas,berganti pakaian setelah mandi,dan menyisir rambut kepada
T

55
Bagaimana perasaaan T hari ini ?bagaimana masih ingat dengan apa yang telah saya ajarkan
kemarin? Coba sebutkan apa saja yang sudah saya ajarkan di pertemuan sebelumnya.
Yaa..bagus.. jadi T sudah ingat dengan apa yang sudah di ajarkan sebelumnya.
Bagaimana kalau T membuat jadwal, supaya mudah di ingat dan kegiatan nya terjadwaal..
Fase Kerja
Baik T , tuliskan jadwal di kertas ini yaa, , mandi sehari 2 kali T mau mandi saat pagi hari
jam berapa dan sore jam berapa ?baik, pagi jam 06.00 dan sore jam 16.00 yaa, sikat gigi 2
kali perhari dilakukan saat mandi ya dan malam hari T mau melakukan pada jam berapa,nah
tuliskan di kertas ini pada jam 20.30 sebelum tidur , cuci rambut 2 kali perminggu mau
keramas pada hari apa?,iya tuliskan di sni hari sabtu . tuliskan juga jadwal menyisir rambut
yaa, tuliskan menyisir rambut setiap setelah mandi .mengganti pakaian 2 kali sehari sehabis
mandi pagi dan sore.
Mari T, Jadwal yang di tulis ini di tempel di tembok dekat tempat tidur yaa. Nach... lakukan
ya T..., dan beri tanda kalau sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh,
B ( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukani?

Terminasi
Bagaimana perasaanya setelah kita membut jadwal untuk kegatan mandi kmu T? Lakukan
sesuai dengan jadal yang sudah di tulis , mandi sehari 2 kali, sikat gigi 2 kali perhari, cuci
rambut 2 kali perminggu, menyisir rambut dan mengganti pakaian 2 kali sehari sehabis mandi
pagi dan sore hari ya.. Bagaimana bisa dilakukaan dengan jadwal ,?
Baiklah T besok saya akan datang lagi untuk mengevaluasi semua kegiatan dan latihan
perawatan diri yang sudah kita diskusikan,untuk jam nya seperti biasa yaa, untuk jam nya
seperti biasa. Baiklah T sampai bertemu besok.

56
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri.
Edisi 7. Jakarta : EGC
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Stuart, GW and Laraia. 2005. Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed. Elsevier
Mosby : Philadelphia.

57
BAB V
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak
ada harapan dan putusasa (Maryam et.al, 2007).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan negative tentangdirisendiri yang
mungkin diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Kim, 2006).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berdaya, tidak berarti dan rendah diri
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (WHO
Perwakilan Indonesia, 2006).
Rentang respon
Respon perilaku klien harga diri rendah dapat diidentifikasikan sepanjang rentang
respon adaptif dan rentang inaladaptif yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
(rentangresponneurobiologik Stuart, 1998 )

B. Rentan Respon
Respon adaptif Respon maladapfif

1.A.Pikiran logis 1. Distorsi pikiran 1. Gangguan Pikir


2. Persepsi akurat 2. Ilusi
(waham / halusinasi)
3. Emosi konsisten 3. Reaksi emosi
2. Sulit berespon
B.dengan
Pathway
pengalaman berlebihan atau kurang 3. Perilaku disorganisasi
4. Perilaku sesuai 4. Perilaku aneh 4. Isolasi sosial
5. Berhubungan sosial 5. Menarik diri

C. Penyebab
Harga diri sering disebabkan karena koping individu yang tidak efektif akibat
kurang adanya umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemuduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negative, disfungsi system keluarga
serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, 2008).

Faktor factor yang mempengaruhi konseo diri adalah sebagai berikut :


1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis

58
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, keggalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang tua, dan ideal diri yang tidak
realistic.
b. Faktor sosial budaya
Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah streotipik peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c. Faktor psikologis
Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orangtua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial (Stuart, 2006).
d. Faktor Presipitasi
1) Ketegangan adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
2) Konflik peran adalah ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan
yang diinginkan.
3) Peran yang tidak jelas adalah kurangnya pengetahuan individu tentang peran
yang dilakukannya.
4) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
5) Transisi peran sehat-sakit sebagai pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
a) Kehilangan bagian tubuh
b) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
c) Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
d) Prosedur medis dan keperawatan.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Capernito (2008), tanda dan gejala perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah adalah:
1. Data subjektif

59
a) Mengkritik diri sendiri dan orang lain
b) Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c) Perasaan tidak mampu
d) Rasa bersalah
e) Sikap negatif pada diri sendiri
f) Sikap pesimis pada kehidupan
g) Keluhan sakit fisik
h) Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i) Menolak kemampuan diri sendiri
j) Pengurangan diri sendiri atau mengejek diri sendiri
k) Perasaan cemas dan takut
l) Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik positif
m) Mengungkapkan kegagalan pribadi
n) Ketidakmampuan menetukan tujuan
2. Data objektif
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku destruktif pada diri sendiri
c) Perilaku destruktif pada orang lain
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan bersalah
g) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h) Tampak mudah tersinggung atau mudah marah

E. Psikopatologi
Faktor predisposisi (biologis, Faktor presipitasi (lingkungan, Faktor perilaku
psikologis, sosiokultural) interaksi dengan orang lain)

60
Ketidak mampuan menyesuaikan
diri terhadap adaptif dan situasi

Koping individu tidak efektif (malu)

Merasa bersalah pada diri sendiri

Merasa tidak berguna/ketidakberdayaan

Mengasingkan diri

Kurang percaya diri

Sukar mengambil keputusan

Gangguan Gangguan identitas Gangguan peran Gangguan pada Gangguan pada


gambaran diri diri diri ideal diri Harga diri

Gangguan Konsep Diri

Harga Diri Rendah

F. Pengkajian Fokus
1. Isolasi sosial : menarik diri (Kusumawati, 2010)
a. Data Obyektif: Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di
kamar, banyak diam.

61
b. Data Subyektif: Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan
tidak jelas.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Data Subyektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri
b. Data Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
3. Gangguan citra tubuh
a. Data subyektif : Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, Mengungkapkan sedih
karena keadaan tubuhnya, Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain,
karena keadaan tubuhnya yang cacat
b. Data obyektif : Ekspresi wajah sedih, Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara,
Suara pelan dan tidak jelas, Tampak menangis

G. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah

H. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa : Harga diri rendah.
Tujuan umum : Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil : Klien dapat menjawab salam, kilen mau bersalaman, klien mau
menyebutkan nama, kontak mata tidak mudah teralih, klien kooperatif.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik :
- Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

62
Rasional : Komunikasi teraupetik akan memberikan kenyamanan pada klien,
sehingga klien dapat mengutarakan segala permasalahannya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Kriteria hasil : klien mengungkapkan aspek positif yang dimilikinya dan melakukan
kemampuan yang masih dapat digunakan.
Intervensi :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.
Rasional : Pengetahuan klien tentang kemampuan dan aspek positif yang klien miliki
dapat meningkatkan harga diri klien.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Kriteria hasil : adanya kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh klien serta
adanya kepercayaan klien atas kemampuan tersebut
Intervensi :
- Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
- Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan klien
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
Rasional : Mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh klien akan
memotivasi klien dalam melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria hasil : klien dapat beraktivitas sehari-hari sesuai kemampuan yang
dimilikinya.
Intervensi :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
Rasional : Perencanaan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki klien
dengan tujuan untuk membangkitkan harga diri klien kembali.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
Kriteria hasil : klien mencoba melakukan kegiatan yang telah direncanakan, kegiatan
dirumah sudah terencanakan.
63
Intervensi :
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
- Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien dalam melakukan aktivitas sesuai
kemampuan dan disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.
f. Keluarga : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria hasil : keluarga mampu merawat klien memberikan dukungan penuh untuk
klien.
Intervensi :
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
- Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Rasional : Memberi informasi kepada pasien tentang sistem pendukung agar klien
dapat memanfaatkannya.

STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Tindakan keperawatan untuk pasien


1. Kondisi Pasien

64
Ds : Pasien mengatakan tidak berguna
Do : Pasien tampak berbicara sendiri, tampak senang / sedih, menyendiri, tatapan
mata kosong

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Tujuan
a. Pasien dapat menilai aspek positf
b. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
c. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
e. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

4. Tindakan
a. Bina Hubungan Saling Percaya, salam terapeutik, perkenalkan diri dengan sopan,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang dan buat kontrak yang
jelas (waktu, tempat, topic).
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

B. Strategi Tindakan Pelaksanaan


SP 1 Klien
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian
Fase Orientasi :
Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Niky, saya biasa dipanggil Niky, saya mahasiswa
keperawattan UNW yang sedang praktik diruangan ini., Nama mbak siapa? Senang
dipanggil siapa? Bagaimana keadaan mbak A hari ini ?

65
Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah mbak
A lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat mbak A lakukan.
Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. Apa mbak bersedia untuk
mengikuti kegiatan ini? Baik, kalau mbak bersedia kita bisa melakukan kegiatannya dimana?
Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?

Fase Kerja :
Mbak A, bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang aspek positif dan kemampuan yang
mbak miliki selama ini? Baik, sebelumnya apa yang membuat mbak A bisa dirawat di rumah
sakit ini ? Siapa yang membuat mbak A bisa bertahan dirawat di rumah sakit ini? jadi kedua
orangtua mbak A yang menginginkan mbak A berobat dirumah sakit ini untuk kesembuhan
mbak A? Selama mbak A dirawat apa ada keluarga lain yang sering menjenguk mbak A
kesini? Selain orangtua dan keluarga siapa yang mendukung mbak A menjalani pengobatan
untuk kesembuhan mbak A? Baik, berarti semua keluarga dan tetangga mbak A sangat
mengharapkan mbak A untuk sembuh seperti sedia kala ya mbak A. Bagus sekali, mbak A
memiliki aspek positif yang sangat baik.Selanjutnya, apa saja kemampuan yang mbak A
miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya. Apa kegiatan rumah tangga yang biasa mbak
A lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Wah, bagus sekali ada lima
kemampuan dan kegiatan yang mbak A miliki .
Mbak A dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada
3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini.
Sekarang, coba mbak A pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapikan tempat tidur mbak A. Mari kita lihat tempat tidur mbak A Coba lihat,
sudah rapikah tempat tidurnya?
Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.
Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang
lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan
masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di
sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !
mbak A sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus Coba mbak A lakukan dan jangan lupa memberi tanda

66
M (mandiri) kalau mbak A lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa
melakukan, dan mbak A tulis T jika tidak melakukan.

Fase Terminasi :
Bagaimana perasaan mbak A setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat
tidur ? Yah, ternyata mbak A banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah
sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah mbak A praktekkan dengan baik
sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Mbak A mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat,
jam 16.00
Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. mbak A masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring..
kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok, mbak A maunya jam berapa? bagaimana
kalau jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa besok ya mbak A

67
SP 2 PASIEN:
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.

A. Orientasi :

Selamat pagi, masih ingat dengan saya? Saya perawat Niky yang kemarin merawat
mbak A. bagaimana perasaan mbak A pagi ini ? Wah, tampak cerah ya, apa hari ini
ada keluarga yang mau menjenguk mbak A? Kelihatan ya mbak A tampak senang
sekali.

Bagaimana mbak A, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pagi?
Bagus, coba saya lihat tempat tidurnya sudah rapi atau belum (kalau sudah dilakukan,
kalau belum bantu lagi). Sesuai janji kita kemarin, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu mbak A?

Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur

Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!

B. Kerja :
mbak A, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas., mbak A bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.

Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya

Setelah semuanya perlengkapan tersedia, mbak A ambil satu piring kotor, lalu buang
dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian mbak A
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan
sabun pencuci piring. Setelah selesai disabun, bilas dengan air bersih sampai tidak
ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu mbak A bisa mengeringkan
piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai

Sekarang coba mbak A yang melakukan

68
Bagus sekali, mbak A dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya

C. Terminasi :
Bagaimana perasaan mbak A setelah latihan cuci piring ?

Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan
sehari-hari

mbak A mau berapa kali untuk mencuci piring? Bagus sekali mbak A mencuci piring
tiga kali setelah makan.

Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel

mbak A besok mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa besok ya

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan


dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.

1. Tindakan keperawatan pada keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :

1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien

69
b. Tindakan keperawatan :

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien


2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan caramerawat
pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan
sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
SP 1 KELUARGA
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan
cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat.

A. Orientasi :
Selamat pagi ibu/bp!perkenalkan nama saya Niky yang merawat pasien mbak
A.Nama ibu/bp siapa ya?senang dipanggil siapa?

Bagaimana keadaan Bapak/Ibu hari ini ?

Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat mbak A? Berapa
lama untuk waktunya Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari kita duduk di ruangan wawancara!

B. Kerja :
Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah mbak A
Ya memang benar sekali Pak/Bu, mbak A itu memang terlihat tidak
percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada
mbak A, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang
paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki
masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan mbak A ini
terus menerus seperti itu, mbak A bisa mengalami masalah yang lebih berat
lagi, misalnya mbak A jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih

70
mengurung diri
Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?
Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti
Setelah kita mengerti bahwa masalah mbak A dapat menjadi masalah
serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk mbak A
Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki mbak A? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang
dikatakan mbak A)
mbak A itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu,
Bapak/Ibu dapat mengingatkan mbak A untuk melakukan kegiatan tersebut
sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan
jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak
pula memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya.
Selain itu, bila mbak A sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
tetap perlu memantau perkembangan mbak A. Jika masalah harga dirinya
kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa
mbak A ke puskesmas
Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan
pujian kepada mbak A
Temui mbak A dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali mbak A, kamu sudah semakin
terampil mencuci piring
Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus

C. Terminasi :
Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?
Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi mbak A
dan bagaimana cara merawatnya?
Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap
kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga
demikian.
Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk

71
latihan cara memberi pujian langsung kepada mbak A
Jam berapa Bp/Ibu datang? Baik saya tunggu.Sampai jumpa.

SP 2 Keluarga :Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan


masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

A. Orientasi:
Selamat pagi Pak/Bu
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?
Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti
yang kita pelajari dua hari yang lalu?
Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada mbak A.
Waktunya 20 menit.
Sekarang mari kita temui mbak A

B. Kerja:
Selamat pagi mbak A. Bagaimana perasaan mbak A hari ini?
Hari ini saya datang bersama orang tua mbak A. Seperti yang sudah
saya katakan sebelumnya, orang tua mbak A juga ingin merawat mbak A agar
mbak A cepat pulih.
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang
sudah kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian
terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
Bagaimana perasaan mbak A setelah berbincang-bincang dengan
Orang tua mbak A?
Baiklah, sekarang saya dan orang tua mbak A ke ruang perawat dulu
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga)
C. Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?

72
Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat
tadi kepada mbak A
Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan
pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita
pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu
Sampai jumpa

SP 3 KELUARGA : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

A. Orientasi:
Selamat pagi Pak/Bu
Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan
membicarakan jadwal mbak A selama di rumah
Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor
B. Kerja:
Pak/Bu ini jadwal kegiatan mbak A selama di rumah sakit. Coba
diperhatikan, apakah semua dapat dilaksanakan di
rumah?Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama mbak A dirawat
dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan
maupun jadwal minum obatnya
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku
yang ditampilkan oleh mbak A selama di rumah. Misalnya kalau mbak A terus
menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap
diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi lagi maka bawa
segera ke Rs untuk pengobatan lanjut
Selanjutnya perawat Niky tersebut yang akan memantau
perkembangan mbak A selama di rumah

C. Terminasi:
Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan
harian . Ini surat rujukan untuk perawat Niky di PKM Inderapuri.
Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala

73
yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!

74
DAFTAR PUSTAKA

Dalami e. suliswati, rochimah, suryati, KR danlestari W. (2009). Asuhan Keperawatan Klien


Dengan Gangguan Jiwa. Cetakan1. Jakarta : Tras Info Media

FKUI dan WHO (2006). Modul Praktek Keperawatan Professional Jiwa (MPKP Jiwa).
Cetakan 1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan WHO.

Hartono, y. (2010). Buku ajar keperawata njiwa.cetakan1. Jakarta : Salemba Medika

Kim et.al.(2006). Diagnose keperawatan (terjemahan). Edisi 7. Jakarta : EGC

Maryam et.al, (2007). Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Hierarki Maslow Dan
Penerapannya Dalam Keperawatan. Cetakan1. Jakarta : Semesta Medika

Stuart.G.W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa (terjemahan). Edisi 5. Jakarta : EGC

75
BAB VI
LAPORAN PENDAHULUAN
MENARIK DIRI (ISOLASI SOSIAL)

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu sikap di mana individu menghindari diri dari interaksi
dengan orang lain (Fitria, 2009). Sedangkan menurut Depkes RI (2000) dalam Direja
(2011) mengatakan kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal
yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
maladaftif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan
dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif
yang mengancam. Dengan karakteristik :tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau
ketidak matangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia.
Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain.
Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang
banyak. (MaryC. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252)
Isolasi social adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi
dengan orang lain individu merasa bahwa ia kehilangan akrab yang tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi
pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007).
B. Rentang respon
Respon adatif Respon maladatif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri

Otonomi Dependensi curiga Ketergantungan

Bekerjasama Manipulasi curiga

Interdependen

76
(Sumber : Townsend (1998))
C. Penyebab
Seseorang yang menarik diri pada mulanya berperilaku merasa dirinya tidak
berharga (harga diri rendah) sehingga merasa tidak nyaman untuk berhubungan dengan
orang lain. Individu tersebut kesulitan dalam menumbuhkan rasa percaya dirinya, tidak
mampu mempertahankan hubungan dalam masyarakat, diisolasi sosial dan
ketergantungan yang berlebihan pada orang lain(Stuart & Sundeen, 1995).
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila ada tugas-tugas dalam
perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan
sosial yang nantinya akan menimbulkan masalah. Tabel 3.1 tugas perkembangan
hubungan dengan pertumbuhan interpersonal.

Tahap Perkembangan Tugas

Masa bayi Menetapkan rasa percaya

Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri

Masa prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung jawab,


hati nurani

Masa sekolah Belajar berkopetensi, bekerjasama dan


berkomporomi

Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesame jenis


kelamin.

Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau


bergantung dengan orang tua.

Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dengan
teman, mencari pasangan, menikah dan mempunyai
anak.

Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui

Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan


perasaan keterkaitan dengan budaya.

77
Sumber : Stuart and Sunden (1995)

b) Faktor komunikasi dalam kelurga


Gangguan komunikasi dalam keluarga maupun faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk dalam masalah
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidak jelasanya itu suatu keadaan yang
mana seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam watu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
c) Faktor social budaya
Isolasi social atau mengasingkan diri dari lingkungan social merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan
oleh norma- norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota
keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, penyakit kronis, dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosial.
d) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan social adalah otak, misalnya pada pasien skizoprenia yang mengalami
masalah dalam hubungan social memiliki struktur yang abnormal pada otak
seperti atrofi otak, serta perubahan ukuran dalam be ntuk sel-sel dalam limbik dan
daerah kortika.
2. Faktor presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan social juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan
eksternal seseorang, faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh factor
social budaya seperti budaya.
b) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat ansietas
yang berkepanjangan yang terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya. ansietas ini dapat terjadi akibat tuntunan untuk
berpisah pada orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

D. Manifestasi Klinis
Perilaku yang biasa ditunjukkan oleh klien menarik diri adalah tidak napsu makan
atau makan berlebihan, berat badan menurun atau meningkat secara drastis, kemunduran
kesehatan fisik, tidur berlebihan, tinggal di tempat tidur berlebihan, tidak mempedulikan
lingkungan, tidak memperhatikan perawatan dirinya, penampilan kurang rapih, mondar

78
mandir atau sikap mematung, melakukan gerakan secara berulang ulang, dan keinginan
seksual yang menurun (Depkes RI, 1995). Menarik diri terjadi karena perasaan tidak
berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar belakang lingkungan yang penuh
dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan (Depkes RI, 1988).
Menurut WHO dan FKUI, 2006, tanda dan gejala menarik diri secara subyektif
diantaranya: klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain, klien merasa
tidak aman berada dengan orang lain, klien mengatakan hubungan tidak berarti dengan
orang lain, klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, klien tidak mampu
berkonsentrasi dan membuat keputusan, klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup,
klien merasa tidak berguna. Sedangkan secara obyektif: klien tidak memiliki teman dekat,
tidak komunikatif, melakukan tindakan berulang dan tidak bermakna, asyik dengan
pikirannya sendiri, tidak ada kontak mata, tampak sedih dan afek tumpul.Tanda gejala
isolasi sosial menurut Fitria (2009) yaitu :
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Menarik diri dari lingkungannya
4. Ekspresi wajah kurang berseri
5. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
6. Kuramg komunikasi verbal.
7. Asupan makanan dan minuman terganggu.
8. Aktivitas menurun.
9. Rendah diri.

E. Psikopatologi

Faktor Tumbang Bilogis Stressor Sosbud Psikologis LingkunganSos


ial

Individu memiliki Kelebihan Perceraian, Kecemasan yang


tugas pada dopamin, perpisahan dengan tinggi Diasingkan
setiap tahap MAO orang yang menurunkan lingkungan
tumbangnya menurun, LH dicintai, kehilangan kemampuan social budaya
yang harus rendah, pasangan, individu karena individu
dilalui dengan Hipotiroidis kesepian karena berhubungan mengalami
baik, jika tidak me. ditinggal jauh, dengan orang kegagalan.
akan dirawat di RS atau lain,
menghambat dipenjara. ketergantungan
masa berlebihan pada
perkembangan orang lain.
Merasa diri tidak berharga

Tidak nyaman berhubungan dengan orang lain Harga diri rendah

79 MenarikDiri
Tidak mampu beradaptasi terhadap stimulus dari dalam dan luar secara adekuat

Perubahan persepsi terhadap stimulus

Halusinasi

F. Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu,
berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan
dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan
kegiatan rutin.Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung.
Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson).
Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik,
agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek
samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.

80
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab
isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan,
dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam
kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang,
dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau
lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
(Purba, dkk. 2008)

3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2008), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi :
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun
tidur.
2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi
dan sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.
6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian,
badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh

81
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat
yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur.
Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan
karena sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa.
Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi
bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien
dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi :
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan
waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya
kesungguhan dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban
yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau
sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.

G. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Isolasi sosial
b. Harga diri rendah kronis
c. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

H. Data yang perlu dikaji

82
Masalah
Data Yang Perlu Dikaji
Keperawatan

Isolasi social Subjektif


1. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain.
2. Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan
meminta untuk sendirian.
3. Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain.
4. Tidak mau berkomunikasi.
5. Data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang
mengetahui keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau
teman terdekat).
Objektif
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurangberseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
5. Tidak atau kurang komunikasi verbal.
6. Mengisolasi diri.
7. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
8. Asupan makanan dan minuman terganggu.
9. Retensi urin dan feses.
10. Aktivitas menurun.
11. Kurang energi (tenaga)
12. Rendah diri.
13. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (kususnya
pada posisi tidur).

I. Intervensi
Dx1 : Perubahan persepsi sensori : halusinasi b/d menarik diri.
Tujuan umum : Tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi.

Tujuan khusus :

a. Dapat membina hubungan saling percaya


Kriteria evaluasi :

83
1. Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, adanya kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau
duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.
Intervensi Keperawatan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi teraupetik.

2. Sapa klien dengan ramah baik vebal maupun non verbal.

3. Perkenalkan diri dengan sopan

4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama kesukaan klien.

5. Jelaskan tujuan pertemuan.

6. Jujurdanmenepetijanji.

7. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

8. Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat.

9. Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak menjawab.

10. Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buru buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

Rasionalisasi :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi


selanjutnya

b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.


Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

Intervensi keperawatan :

1. Kaji pengetahuan klien tantang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.


2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan pearasaan penyebab
menarik diri tidak mau bergaul.
3. Diskusikan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda serta penyebab
yang muncul.

84
4. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan klien dalam
mengungkapkan perasaannya.
Rasionalisasi :

Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan factor presipitasi yang


dialami klien.

c. Klien dapat menyebabkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi :

Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian berhubungan dengan orang lain.

IntervensiKeperawatan :

1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat keuntungan berhubungan dengan


orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
berhubungan dengan orang lain
3. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian
bila tidak berhubungan denagn orang lain.
4. Diskusikan bersama tentan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
5. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan pearasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
Rasionalisasi :

a. Mengidentifikasi sejauh mana keuntungan yang klien rasakan bila


berhubungan dengan orang lain.
b. Mengidentifikasi kerugian yang klien rasakan bila tidak berhubungan dengan
orang lain.

85
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

MENARIK DIRI (ISOLASI SOSIAL)

A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi Klien
Data subjektif:
1. Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
2. Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya
3. Klien merasa orang lain tidak selevel.
Data objektif:
1. Klien tampak menyendiri
2. Klien terlihat mengurung diri
3. Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial

C. TUJUAN
1. Umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
2. Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyepakatkan penyebab isolasi sosial
c. Klien mampu menyepakatkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan
orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hupakngan social secara bertahap
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Membina hupakngan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang
lain dalam kegiatan harian

SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab


isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan

86
Orientasi (Perkenalan):
Selamat pagi
Saya maezul , Saya senang dipanggil zul, Saya mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo yang
akan merawat Ibu.
Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?
Apa keluhan ibu hari ini?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman ibu ? Mau dimana
kita bercakap-cakap?
Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, bu?
Bagaimana kalau 15 menit

Kerja:
Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini?
O.. ibu merasa sendirian?
:Siapa saja yang ibu kenal di ruangan ini ?
Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal ?
Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?
Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya bu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu maukah ibu belajar bergaul dengan orang lain ?
Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain
Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang dipanggil T. Asal
saya dari jawa, hobi memasak
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama
ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?
Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan saya!
Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali
Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang hal-
hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.

87
Terminasi:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali
Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Apakah mau dipraktekkan ke
pasien yang lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya.
Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan dengan teman
saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?
Baiklah, sampai jumpa.

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berbicara dengan melakukan kegiatan harian yang


biasa dilakukan (misalnya : gosok gigi)

Orientasi :
Selamat pagi bu!
masih ingat dengan saya ? betul bu....!
Bagaimana perasaan ibu hari ini?
Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan perawat !
Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajarkan ibu
melakukan kegiatan ke dua yaitu latihan berbicara dengan gosok gigi ya bu. Tidak lama kok,
sekitar 5 menit
baiklah bu, sesuai kesepakatan kita kemarin kita latihan berbicara dengan kegiatan yang
biasa ibu lakukan seperti gosok gigi. Sambil melakukan kegiatan itu ibu berbicara sampai
selesai ya bu.
Ayo kita temui perawat T disana

Kerja :
Baiklah bu, ibu bisa praktekkan latihan berbicara dengan melakukan kegiatan gosok gigi
sesuai kesepakatan kita kemarin ya bu. Contohnya seperti ini bu, ambil sikat gigi dan pasta
gigi, menuangkan pasta gigi ke sikat gigi, berkumur kumur, kemudian menggosok gigi,
setelah selesai berkumur lagi. Seperti itu bu.

88
Apa ibu bisa melakukannya ? baiklah coba dipraktekan yang saya ajarkan ke ibu ! bagus
banget bu, ibu bisa melakukan yang saya ajarkan.

Terminasi:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan baru seperti gosok gigi sambil
melatih berbicara ibu
ibu tampak bagus sekali saat melakukan kegiatan gosok gigi tadi
Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap
harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana
kalau 2 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10?
Sampai besok bu.

SP 3 Pasien : Melatih Pasien berbicara dengan kegiatan lain selain gosok gigi
(misalnya : menyapu)
Orientasi:
Selamat pagi bu!
Masih ingat kan dengan saya ?
Bagaimana perasaan ibu hari ini?
Apakah ibu bercakap-cakap dan berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi selalu
dilakukan ?
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat T dan berbicara sambil
melakukan kegiatan gosok gigi yang kita jadwalkan kemarin?
Bagus sekali ibu bisa melakukan apa yang kita jadwalkan kemarin
Kalau begitu ibu mau melatih berbicara dengan melakukan kegiatan yang lain seperti
menyapu ?
Bagaimana kalau sekarang kita coba peraktekan caranya bu ?
seperti biasa kira-kira 10 menit
Mari kita ke halaman yang akan kita sapu bu

Kerja:
"Baiklah bu, sebelum kita melakukan cara yang ketiga saya contohkan dulu ya bu. Caranya
seperti ini bu, pertama mengambil sapu lidi dan bak sampahnya, kemudian menyapu
sampahnya dikumpulkan jadi satu, lalu stelah dikumpulkan dimasukkan ke bak sampah,
kemudian setelah selesai menaruh sapu lidi dan bak sampah ditempat yang biasa. Seperti itu
89
caranya bu, tidak jauh beda dengan cara berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi,
selalu di ingat ya bu saat melakukan kegiatan tersebuat dibarengi dengan berbicara ya bu.
Apakah ibu bisa melakukan kegiatan kita yang ketiga ini ? ibu bisa mempraktekkan cara
yang saya ajarkan itu ya bu
Bagus bu, ibu melakukannya dengan baik sekali !

Terminasi:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan yang lain seperti menyapu sambil
melatih berbicara ibu
ibu tampak bagus sekali saat melakukan kegiatan menyapu tadi
Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap
harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana
kalau 1 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10?
Sampai besok bu.

SP 4 Pasien : Melatih Pasien berbicara saat melakukan kegiatan sosial (seperti :


berbelanja, senam dan gotong royong)

Orientasi:
Selamat pagi bu!
Masih ingat kan dengan saya ?
Bagaimana perasaan ibu hari ini?
Apakah ibu bercakap-cakap dan berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi dan
menyapu selalu dilakukan ?
Bagus sekali ibu bisa melakukan apa yang kita jadwalkan kemarin
Kalau begitu ibu mau melatih berbicara dengan melakukan kegiatan sosial seperti
berbelanja ?
Bagaimana kalau sekarang kita coba peraktekan caranya bu ?
seperti biasa kira-kira 5 menit
Mari kita ke halaman yang akan kita sapu bu

Kerja:
"Baiklah bu, sebelum kita melakukan cara yang keempat saya contohkan dulu ya bu. Caranya
seperti ini bu, misalnya kita mau beli minuman dingin, kita berbicara ke penjual seperti ini ya
90
bu. Ibu saya mau beli es teh, harganya berapa bu? Owh iya bu ini uangnya, terima kasih bu.
Nah seperti itu caranya bu, apakah ibu bisa mempraktekannya sekarang? Baiklah silahkan
dipraktekkan bu !
Bagus sekali bu, ibu bisa melakukannya dengan baik.

Terminasi:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan yang lain seperti bebelanja sambil
melatih jiwa sosial ibu
ibu tampak bagus sekali saat melakukan kegiatan sosial (bebelanja) tadi
Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap
harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana
kalau 1 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 11
? Sampai besok bu.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


1. Tujuan:
Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
2. Tindakan:
Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial. Keluarga merupakan sistem
pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah
isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien
sepanjang hari. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial
di rumah meliputi:
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Menjelaskan tentang :
1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
2) Penyebab isolasi sosial.
3) Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
a) Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap
peduli dan tidak ingkar janji.
b) Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela
kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.
c) Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
d) Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
4) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
5) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari,
mendiskusikan yang dihadapi.
6) Menjelaskan perawatan lanjutan

91
SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi
sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial
Peragakan kepada pasangan saudara komunikasi dibawah ini :
Orientasi:
Selamat pagi Pak
Perkenalkan saya perawat Yuli saya mahasiswa keperawatan dari STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran saya yang merawat, anak bapak
Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?
Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak sekarang?
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya
Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah
jam?

Kerja:
kira-kira bapak tahu apa yang terjadi dengan anak bapak? Apa yang sudah dilakukan?
Masalah yang dialami oleh anak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit
yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.
Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri, kalaupun
berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk
Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan
orangorang terdekat
Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami halusinasi,
yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.
Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus sabar
menghadapi anak bapak. Dan untuk merawat anak bapak, keluarga perlu melakukan beberapa
hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan anak bapak yang
caranya adalah bersikap peduli dengan anak bapak dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga
perlu memberikan semangat dan dorongan kepada anak bapak untuk bisa melakukan kegiatan
bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi
pasien.

92
"Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan anak
bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan
rumah tangga bersama.
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu
Begini contoh komunikasinya, Pak: anak bapak, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa
bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang sekali
melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain.
Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu
sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola
kampung. Bagiamana anak bapak, kamu mau coba kan, nak ?
Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan
Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali
Sampai sini ada yang ditanyakan Pak
Terminasi:
Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?
Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang
yang mengalami isolasi sosial"
"Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami
masalah isolasi sosial"
"Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut"
"Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga
agar mereka juga melakukan hal yang sama."
"Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ?"
"Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama"

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan


masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien

Orientasi:
Selamat pagi Pak/Bu
Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?
Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari
yang lalu?

93
Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30
menit.
Sekarang mari kita temui anak bapak

Kerja:
Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari ini?
Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba tunjukkan jadwal kegiatannya!
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari
lalu
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mba?
Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.
"Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak bapak"
"Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara
merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak"
"Sampai jumpa"

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

Orientasi:
Selamat pagi Pak/Bu
Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan lanjutan di
rumah.
Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja
Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?

Kerja:

94
Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan?
Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal
kegiatan maupun jadwal minum obatnya
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak
Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus tidak mau bergaul dengan
orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa anak bapak ke rumah sakit
Terminasi:
Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak. Jangan
lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan
selesaikan administrasinya!

95
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang (2007). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta.

DEPKES RI, (2000).PedomanPerawatanPsikiatrik, Ed I, DEPKES RI, Jakarta.

Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Selemba Medika. Jakarta

Keliat, B.A, dkk.,(2006). Modul Praktek Keperawatan Profesional Jiwa, FKUI dan WHO,
Jakarta.

Stuart, G.W, dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 1st
ed. St. Louis: Mosby Year Book.

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikitari
(terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

96
BAB VII
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra
(Isaacs, 2002). Sedangkan menurut Direja (2011) halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangasangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Kien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
Menurut Maramis (2005) halusinasi merupakan gangguan atau perubahan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarrya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
Menurut Stuart (2007) halusinasi adalah kesan respon dan pengalaman sensori yang
salah (Stuart, 2007).
Beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpukan bahwa halusinasi adalah
persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau
rangsangan yang nyata. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang
salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh
pasien.

B. Penyebab
Faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Faktor Predisposisi
a) Genetic
Setelah diketahui secara genetik bahwa halusinasi di turunkan melalui
kromoson-kromoson namun demikian yang beberapa yang menjadi faktor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak
gen halusinasi ada kromozom no 6 dengan kontribusi genetik tambahan no 4, 8,
15, dan 22 (Dan Carpenter, 2002) anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami halusinasi sebesar 50% jika salah satunya mengalami halusinasi
sementara dizigote peluangnya sebesar 15%, orang anak yang salah satunya orang
tua yang mengalami halusinasi, sementara bila kedua orang tuanya halusinasi
maka peluangnya mencapai 35% (Rasmun,2001).
b) Biologis

97
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut
(1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan halusinasi. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
(2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya halusinasi.
(3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
halusinasi kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
c) Neuraotransmiter
Halusinasi juga di sebabkan adanya kehidupan seimbang neurotransmitter
dopamine berlebihan tidak seimbang dengan kadar serolonine
d) Abnormal perkembangan saraf
e) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
f) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stres.
2. Faktor Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Menurut Stuart (2007). faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
a) Biologis (mekanisme penghantar listrik yang abnormal)
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

98
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b) Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber Koping (proses pengolahan informasi yang berlebih)
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.

C. Manifestasi Klinik
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu tersenyum atau berbicara sendiri, secara
tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang
dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala
klinis berdasarkan halusinasi:
1. Tahap 1 : Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan
Gejala klinis:
a) Data Subjektif
(1) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
(2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
(3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (jika
kecemasan dikontrol)
b) Data Objektif
(1) Menyeriangai, tersenyum sendiri/tertawa tidak sesuai
(2) Menggerakkan bibir tanpa bicara/tanpa suara
(3) Gerakan mata cepat
(4) Bicara lambat
(5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2 : Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi
menyebabkan rasa antipasti/ bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a) Data Subjektif
(1) Pengalaman sensori menakutkan
(2) Mulai merasa kehilangan kontrol
(3) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
(4) Menarik diri dari orang lain
(5) Non Psikotik
b) Data Objektif
(1) Cemas, peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah

99
(2) Konsentrasi menurun, rentang perhatian menyempit
(3) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita
3. Tahap 3 : Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak
lagi (halusinasi bersifat mengendalikan)
Gejala klinis:
a) Data Subjektif
(1) Pasien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.
(2) Isi halusinasi menjadi antraktif
(3) Kesepian bila sensori berakhir
(4) Psikotik
b) Data Objektif
(1) Cenderung mengikuti halusinasi
(2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
(3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
(4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4 : Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum diatur dan dipengaruhi
oleh waham (halusinasi bersifat menaklukkan)
Gejala klinis:
a) Data Subjektif
(1) Pengalaman sensori menjadi ancaman
(2) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika tidak
diintervensi)
(3) Psikotik
b) Data Objektif
(1) Perilaku panik
(2) Pasien mengikuti halusinasi
(3) Tidak mampu mengendalikan diri
(4) Tindakan kekerasan, agitasi menarik diri atau ketakutan
(5) Tidak mampu mengikuti perintah nyata dan perintah yang kompleks
(6) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
(7) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke
kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang
akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
100
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi
obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
klien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
klien atau orang lain yang dekat dengan klien.
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari
percakapan dengan klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-
laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak
membiarkan klien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.
Farmako:
1. Anti psikotik:
a. Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
b. Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
c. Stelazine
d. Clozapine (Clozaril)
e. Risperidone (Risperdal)
2. Anti parkinson:
a. Trihexyphenidile, Arthan

101
E. Psikopatologi
Etiologi

Idiopatik dan Faktor predisposisi : Faktor presipitasi :


fungsi otak
- Biologi : gangguan perkembangan dan - Bermusuhan
fungsi otak - Tekanan isolasi
- Psikologis: keluarga dan lingkunag, - Putus asa
penolakan /tindakan kekerasan - Tidak berdaya
- Sosio budaya : perang, kerusakan, - Perasaan tidak
bencana alam berguna
Keadaan terjaga normal Gangguan kepribadian dan rusaknya
daya menilai realitas
Otak dibombardir oleh aliran
stimulus eksternal/internal Adanya keinginan yang

Otak memproses input menggambarkan kenyamanan


Keinginan diproyeksikan keluar
Input akan menghibisi presepsi
Input
yang lebih dalam dan muncul ke
dilemahkan/tidak ada
alam bawah sadar Materi-materi yang ada
unconsicisus/preconscious dilepaskan
Gangguan Presepsi Sensori Halusinasi

F. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.
3. Isolasi sosial : Menarik diri

102
G. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I : Perubahan Sensori Persepsi Halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman
bicara.
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
1) Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2) Apa yang dikatakan halusinasinya
3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri
tidak mendengarnya.
4) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d. Diskusikan dengan klien :
1) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
1) Katakan saya tidak mau dengar

103
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum
obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

Diagnosa II : Isolasi Sosial Menarik Diri


Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas
tentang topik, tempat dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
104
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
Lain
3) Beri reinforcement positif terhadap
4) kemampuanmengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
b. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang
lain
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
1) K P
2) K P P lain
3) K P P lain K lain
4) K Kel/Klp/Masy
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
105
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
1) Salam, perkenalan diri
2) Jelaskan tujuan
3) Buat kontrak
4) Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku menarik diri
2) Penyebab perilaku menarik diri
3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
e. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Kriteria Evaluasi Intervensi


Setelah .x SP I
pertemuan, pasien Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya,
dapat menyebutkan : frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi.
- Isi, waktu, - Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
frekuensi, situasi - Tahapan tindakannya meliputi
pencetus, perasaan. - Jelaskan cara menghardik halusinasi.
- Mampu - Peragakan cara menghardik
memperagakan - Minta pasien memperagakan ulang.
cara dalam - Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
mengontrol - Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
halusinasi
Setelah .x SP 2
pertemuan, pasien - Evaluasi kegiatan yang lalu (cara mengontrol halusinasi
mampu : dengan menghardik)
- Menyebutkan - Latih pasien minum obat secara teratur untuk mengontrol
kegiatan yang halusinasi

106
sudah dilakukan. - Menjelaskan kepada pasien jenis obat yang di minum
- Mengetahui jenis - Menjelaskan kepada pasien kapan waktu minum obat
obat dan kapan - Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
waktu minum obat

Setelah .x pertemuan SP 3
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (cara menghardik dan minum
- Menyebutkan obat).
kegiatan yang - Latih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-
sudah dilakukan. cakap
- Memperagakan Tahapannya :
cara bercakap- - Jelaskan pentingnya bercakap-cakap untuk mengatasi
cakap kepada orang halusinasi.
lain ketika - Mencari teman untuk diajak bercakap-cakap
mendengar suara- - Latih pasien melakukan bercakap-cakap.
suara. - Susun jadwal bercakap-cakap (minimal 3x perhari)
- Masukkan kegiatan bercakap-cakap dalam jadwal kegiatan
pasien
Setelah .x SP 4
pertemuan, pasien - Evaluasi kegiatan yang lalu (cara menghardik, minum
mampu : obat dan bercakap-cakap)
- Menyebutkan - Latih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan
kegiatan yang aktivitas terjadwal
sudah dilakukan. Tahapannya:
- Jelaskan cara menghardik halusinasi.
- Jelaskan akibat bila putus obat.
- Jelaskan pengobatan (5B).
- Pentingnya bercakap-cakap untuk mengontrol halusinasi
- Masukkan dalam jadwal harian pasien
- Pantau pelaksanaan aktivitas yang sudah di jadwalkan.

Setelah .x pertemuan SP 1
keluarga - Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.

107
- Mampu - Jelaskan tentang halusinasi :
menjelaskan Pengertian halusinasi.
tentang halusinasi Jenis halusinasi yang dialami pasien.
Tanda dan gejala halusinasi.
Cara merawat pasien halusinasi (cara berkomunikasi,
pemberian obat & pemberian aktivitas kepada pasien).
Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa
dijangkau.
- Bermain peran cara merawat.
- Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Setelah .x pertemuan SP 2
keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
- Menyelesaikan - Latih keluarga merawat pasien.
kegiatan yang - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
sudah dilakukan
- Memperagakan
cara merawat
pasien
Setelah .x pertemuan SP 3
keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
- Menyebutkan - Latih keluarga merawat pasien.
kegiatan yang - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
sudah dilakukan.
- Memperagakan
cara merawat
pasien serta mampu
membuat RTL

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Halusinasi

108
Halusinasi Pasien Keluarga

SP I p SP I k

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang


pasien dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi isi halusinasi merawat pasien
pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi dan gejala halusinasi, dan jenis
pasien halusinasi yang dialami pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi beserta proses terjadinya
halusinasi pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat
5. Mengidentifikasi situasi yang pasien halusinasi
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien
terhadap halusinasi
7. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan menghardik
8. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

SP II p SP II k

1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga

latihan sebelumnya. mempraktekkan cara merawat

2. Melatih pasien cara kontrol pasien dengan halusinasi

halusinasi dengan berbincang 2. Melatih keluarga melakukan

dengan orang lain cara merawat langsung kepada

3. Membimbing pasien pasien halusinasi

memasukkan dalam jadwal


kegiatan harian.

SP III p SP III k

1. Memvalidasi masalah dan latihan

109
sebelumnya. 1. Membantu keluarga membuat
2. Melatih pasien cara kontrol jadwal aktivitas di rumah
halusinasi dengan kegiatan (yang termasuk minum obat
biasa dilakukan pasien). (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien
3. Membimbing pasien memasukkan
setelah pulang
dalam jadwal kegiatan harian.

SP IV p

1. Memvalidasi masalah dan latihan


sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi
dengan teratur minum obat (prinsip 5
benar minum obat).
4. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama : Halusinasi Pendengaran

A. PROSES KEPERAWATAN
110
1. Kondisi klien:
a. Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
b. Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
c. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak
jelas serta melihat setan-setan.
2. Diagnosa keperawatan:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Klien dapat mengontrol halusinasi
b. Tujuan khusus
1) Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya
2) Klien dapat menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi
3) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara pertama :
menghardik, dan sp seterusnya
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya


2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
C. Intervensi Keperawtan
1. Membantu pasien mengenal halusinasi
2. Menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi
3. Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara :
a. Menghardik halusinasi
b. Menggunakan obat secara teratur
c. Bercakap-cakap dengan orang lain
d. Melakukan aktifitas yang terjadwal.
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi

ORIENTASI:

Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan Universitas Ngudi Waluyo yang akan
merawat bapak Nama Saya Sujatmiko, senang dipanggil Jatmiko. Nama bapak siapa?Bapak
Senang dipanggil apa

111
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini

Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di teras? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit

KERJA:

Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?

Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak D
dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?

Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?

Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?

bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara-suara tersebut. Kedua, dengan cara minum obat secara teratur. Ketiga,
bercakap-cakap dengan orang lain. Keempat, melakukan kegiatan yang sudah terjadwa

Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.

Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya
tidak mau dengar, Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang

sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, bagus! Coba
lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa

TERMINASI:
Bagaimana perasaan bapak D setelah melakukan cara menghardik halusinasi? Kalau
suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya minimal 1 hari 3x? Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan
kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana
kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara

112
yang kedua, yaitu dengan minum obat. Jam berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi?
Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya
Baiklah, sampai jumpa.

SP 2 Pasien: Melatih pasien minum obat secara teratur

Orientasi:
Selamat pagi bapak masih ingat dengan saya pak? Saya jatmiko mahasiswa dari UNW. Bagaimana
perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah cara menghardik
halusinasi kemarin sudah di laksanakan? Coba bapak praktekkan. Bagus (jika benar). Baik hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?

Kerja:
bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ?
Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini
tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini
yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan
tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran
biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak
juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang
lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari

Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang
kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba praktekkan 2 cara menggontrol halusinasi, dengan

113
menghardik pak,! Iya bagus pak betul. Sekarang coba sebutkan berapa kali bapak minum obat dan
kapan waktunya ?, iya benar pak,!. Mari kita masukkan jadwal menghardik dan minum obatnya
pada jadwal kegiatan bapak kita jadwalkan 3x sehari setelah selesai makan. Jangan lupa pada
waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah
datang. Besok kita ketemu lagi untuk berlatih cara yang ketiga yaitu dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


Bercakap-Cakap Dengan Orang Lain
Orientasi:

Selamat pagi bapak masih ingat dengan saya? Saya jatmiko mahasiswa dari UNW.
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah
dipakai cara yang telah kita latih yaitu dengan menghardik, coba di praktekkan pak. Yang
kedua dengan cara apa pak? Coba praktekkan, bagus pak. Sesuai janji kita tadi saya akan
latih cara ketiga untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana pak? Di sini saja?

Kerja:

Cara ketiga untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja
cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya
begini; tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada
orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang
dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!

Terminasi:

Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah ketiga cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Coba praktekkan bercakap-cakap yang tadi sudah kita pelajari
pak, ! bagus betul begitu pak,! Nah sekarang praktikkan dan sebutkan cara menghardik dan
minum obat pak, iya benar sekali bagus pak,! Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Kalau 3x sehari

114
bagaimana pak? Mari kita masukkan juga menghardik 3x sehari ya pak, lalu minum obat
juga 3x sehari pak, Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul!
Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang keempat yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di
mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi

SP 4 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara keempat:


Melaksanakan Aktivitas Terjadwal
Orientasi: Selamat pagi bapak masih ingat dengan saya? Saya jatmiko mahasiswa dari
UNW. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah
sudah dipakai ketiga cara yang telah kita latih kemarin? Coba bapak praktekan cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik? Bagus pak! Coba sebutkan cara yang kedua
minum obat.benar pak. Bagus! Dan yang cara ketiga bercakap-cakap dengan orang lain
bagaimana pak? Bagus! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang keempat untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik
kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.

Kerja: Apa saja kegiatan yang biasa bapak lakukan? Bapak, apabila suara-suara itu mulai
muncul bapak bisa mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa bapak
lakukan. Misalnya bapak biasa berjalan-jalan ditaman atau dengan bersih-bersih taman.
Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya
sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih
kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi
sampai malam ada kegiatan.

Terminasi: Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi tentang mengontrol


hasusinasi dengan aktivitas terjadwal? Coba sebutkan pak aktivitas apa yang bisa bapak
lakukan saat suara-suara itu muncul, iyaap betul pak.! Sekarang praktikkan cara pertama
yang menghardik pak, iyaa benar sekali bapak, lalu cobat sebutkan berapa kali sehari bapak
minum obat dan kapan waktunya,? Iya betul lagi pak,! Sekarang praktikkan cara bercakap-
cakap pak, iyap bener pak.!. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang

115
makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.

2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga


a. Tujuan:
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit
maupun di rumah

2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

b.Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama
pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi
untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit
(dirawat di rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan
membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal.
Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh
bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi
pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit
maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi
adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien

116
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan
cara-cara merawat pasien halusinasi.

Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.

ORIENTASI:
Selamat pagi Bapak/Ibu!Saya jatmiko saya mahasiswa keperawatan dari Universitas
Ngudi Waluyo perawat yang merawat Bapak
Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?
Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang
Ibu bisa berikan.
Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu?
Bagaimana kalau 30 menit

KERJA:
Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?
Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab
Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu
tidak ada.
Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak
ada.
Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara
untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain:
Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan
saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan,
tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya.
Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan
muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak
untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan
berikan pujian jika dia lakukan!

117
Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara
teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange
namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X
sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya
membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum
untuk mencegah kekambuhan
Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan
cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut.
Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi.
Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak,
katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-
suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
saya tidak mau dengar. Ucapkan berulang-ulang, pak
Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan
Bagus Bu

TERMINASI:
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi
Bapak?
Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?
Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?
Jam berapa kita bertemu?
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.

ORIENTASI:
Selamat pagi
Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?

118
Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang sedang
mengalami halusinasi?Bagus!
Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak.
mari kita datangi bapak

KERJA:
Selamat pagi pak pak, istribapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan suara-
suara yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau sedang
dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan
seperti ini Sekarang, coba ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang bapak
alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak
mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut (saudara
mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak?
Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien
memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan
istri bapak ke ruang perawat dulu (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk
melakukan terminasi dengan keluarga)

TERMINASI:
Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan Bapak?
Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila Bapak
mengalami halusinas.
bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan
harian Bapak. Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

ORIENTASI
Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarindan sekarang ketemu untuk
membicarakan jadual bapak selama dirumah

119
Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu!
Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?

KERJA
Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat
mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan? Bu
jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum
obatnya
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak
selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di
berikan tindakan

TERMINASI
Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat bapak
Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa

120
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Direja, 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 2006. Jakarta : Prima

Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

121

Anda mungkin juga menyukai