Untuk mendapatkan kadar selulosa yang cukup besar, batang pisang diberikan
hemiselulosa dan lignin yang terkandung dalam batang pisang. Pada proses
pretreatment ini, dilakukan pengecilan ukuran dengan blender selama 1 menit. Hasil
bahan baku yang lolos saringan diberikan pretreatment alkali dengan cara refluk.
Dimana proses ini menggunakan 3 variasi pelarut yaitu NH3OH, Ca(OH)2 dan NaOH.
Serta 4 variasi konsentrasi yakni 0,25%, 0,5%, 0,75% dan 1%. Proses pretreatment
alkali dilakukan dengan suhu dan juga waktu proses yang tetap yaitu masing-masing
50 OC dan 60 menit.
selama 15 menit yang setelahnya disaring dengan kain blacu. Setelah selesai dicuci dan
disaring bahan kemudian dioven dengan suhu 105 OC selama 5 jam. Bahan yang telah
NH3OH didapatkan pada konsentrasi 0,5% dengan kadar selulosa 46,06%. Sedangkan,
berdasarkan Tabel 4.1, kadar selulosa tertinggi didapatkan sebesar 41,21% dengan
menggunakan konsentrasi 0,25%. selulosa yang didapatkan dengan menggunakan
konsentrasi lebih dari 0,25% cenderung menurun walaupun pada konsentrasi 0,75%
selulosa yang didapatkan 38,93% namun pada konsentrasi 1% selulosa kembali turun
menjadi 31,02%.
yang lebih tinggi daripada menggunakan larutan lainnya. Berdasarkan data pada Tabel
4.1, kadar selulosa berbanding lurus dengan konsentrasi NaOH yang digunakan.
Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan maka semakin besar kadar selulosa
yang dihasilkan.
selulosa
NH3OH, Ca(OH)2, dan NaOH maka selulosa yang terlepas dari ikatan lignoselulosa
semakin besar konsentrasi larutan alkali yang digunakan maka semakin longgar ikatan
jenis larutan dan konsentrasi yang digunakan untuk dapat melihat larutan mana yang
15.5
15
14.5
0.25%
14 0.50%
0.75%
13.5 1%
13
12.5
NH3OH Ca(OH)2 NaOH
larutan dan juga berbeda-beda untuk tiap konsentrasi walau dengan jenis larutan yang
sama. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa berat yang paling banyak didapat dengan
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.3, proses pretreatment menggunakan pelarut
NH3OH kadar hemiselulosa, selulosa, dan lignin terdapat perbedaan. Apabila melihat
Tetapi jika melihat Tabel 4.3, berat yang didapatkan setelah proses pretreatment malah
Penggembungan ini membuat ikatan dalam lignoselulosa tidak sepenuhnya putus, atau
dengan kata lain hanya melonggarkan ikatan lignoselulosa tersebut. Dan juga
hemiselulosa yang terkandung dalam bahan tidak banyak hilang selama proses
menggunakan Ca(OH)2 memperlihat hasil yang tidak terlalu baik. Berdasarkan data
pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.3 kadar selulosa yang dihasilkan tidak terlalu besar.
Sedangkan, lignin dan hemiselulosa mengalami penurunan yang cukup besar. Hal ini,
Walau begitu, selulosa yang terdapat didalamnya ikut terdegradasi hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Chang et. Al (2001, dalam Amin, 2014) bahwa pada suhu tinggi serta
waktu pemasakkan yang lama membuat terbentuknya senyawa asam organik yang
Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.3 kadar selulosa yang didapatkan pada proses
pelarut lainnya. Kadar lignin dan hemiselulosa yang dihasilkan dengan larutan NaOH
pun cukup rendah. Hal ini menunjakkan bahwa tujuan dari pretreatment dengan
penggunaan larutan NaOH dapat merusak struktur lignin pada bagian kristalin maupun
amorf. Dimana suhu yang digunakan untuk merusak struktur lignin berada dibawah
O
180 C. Untuk ekstraksi hemiselulosa pelarut NaOH dapat memecah struktur
hemiselulosa pada bagian amorf. Komposisi kadar selulosa yang dihasilkan dengan
larutan NaOH berdasarkan Tabel 4.1 merupakan yang tertinggi dibanding pelarut
lainnya. Dan juga konsentrasi paling tinggi yang digunakan yang menghasilkan kadar
selulosa terbaik yakni 1%. Begitupun juga jika melihat data berdasarkan berat selulosa
pada Tabel 4.3, dengan menggunakan larutan NaOH 1% didapatkan berat selulosa
GRAFIK FTIR
batang pisang setelah pretreatment setelah bleaching setelah nano
80 O-H
60
40
20
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
PANJANG GELOMBANG
Setelah
Bahan Setelah Setelah R
Blender Gugus Fungsi
Baku Preatreatment Bleaching (Silverstein)
(Nano)
struktur utama dan perubahan kimia pada lignoselulosa dari biomassa selama
percobaan. Pada Gambar 4.3, terdapat perubahan puncak-puncak yang muncul antara
pisang setelah bleaching, dan batang pisang setelah diblender untuk dijadikan ukuran
nano. Berdasarkan data Tabel 4.4 puncak dengan intensitas kuat pada kisaran panjang
merupakan gugus utama pada selulosa, karena selulosa merupakan rantai panjang dari
glukosa (Lestari dkk, 2014). Puncak dengan intensitas panjang gelombang 3320,00
cm-1 yang terdapat pada batang ubi kayu sebelum pretreatment, 3322,90 cm-1 pada
batang ubi kayu sesudah pretreatment, 3335,73 cm-1 pada batang pisang setelah
delignifikasi, dan 3333,02 cm-1 pada batang pisang setelah dilakukan pengecilan
menjadi ukuran nano. Terlihat perbedaan puncak serapan gugus O-H pada batang
puncaknya lebih tajam daripada sebelum maupun sesudah pretreatment. Gugus C=C
disekitar 1500-1700 cm-1. Puncak gugus ini pada batang pisang sebelum pretreatment
penghilangan lignin selama proses pretreatment. Tetapi pada hasil setelah delignifikasi
puncak gugus C=C menjadi lebih kelihatan, hal ini terjadi karena adanya peningkatan
lignin selama proses delignifikasi. Puncak pada bilangan gelombang 1740 cm-1
kehadiran hemiselulosa dan terjadinya penurunan puncak ini pada hasil setelah
hemiselulosa.
Bahan baku SEM
NaOH 1%
Bleaching
Nano