Anda di halaman 1dari 6

Masyarakat harus bersikap positif dalam menunjukkan bentuk penerimaan terhadap

arus modernisasi dan globalisasi, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama
dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan
membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan
akan lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan zaman.

2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif, sikap ini merupakan kelanjutan dari
sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya
adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau
sedang terjadi. Kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap
antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan
modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus
mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang
tidak baik bagi kita

3) Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap
adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan
modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat
selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku.

4) Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah


perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan
menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat
kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun dampak
modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-unsur budaya asli
sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu negara yang modern dan maju,
namun tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat
Latar Belakang

Budaya konsumen dan cara hidup masyarakat kita sudah jauh mengalami perubahan, menuju
budaya dan prilaku kehidupan yang konsumtif. Prilaku konsumstif ternyata bukan hanya milik
orang kaya atau orang kota, melainkan juga ditiru oleh kelompok kelas bawah dan masyarakat
desa. Perubahan pola konsumtif tersebut tidak bisa tidak sebagai akibat langsung dari
perkembangan teknologi komunikasi dan media, seperti TV dan media cetak lainnya. Iklan
dan advertising telah memainkan peran yang tidak sedikit dengan bujukan dan rayuannya
yang dilancarkannya secara terus menerus guna men-stimuli budaya konsumsi masyarakat.

Konsumerisme memang adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dicegah karena ia tumbuh
dan berkembang dalam sebuah sistem ekonomi pasar bebas dan globalisasi seperti yang terjadi
saat ini. Hanya dengan mengedepankan dan menganggap penting konsumerisme pada
masyarakar modern atau posmodern, sistem kapitalisme memperoleh garansi untuk
kelangsungannya. Kelebihan kapital dan produksi secara besar-besaran yang dimiliki oleh
industri negara-negara maju sebagai dampak kemajuan dan inovasi teknologi baru, menyebabkan
mereka mesti mencari pasar ke wilayah-wilayah negara dunia ketiga. Strategi ini hanya bisa
dijalankan kalau berlakunya sebuah sistem ekonomi yang memungkinkan leluasanya barang dan
uang keluar masuk dalam lalu lintas perdagangan antara negara. Neo-liberalismelah yang
kemudian dianggap sebagai sistem ekonomi terbaik untuk diterapkan, karena sistem ekonomi ini
satu-satunya ideologi yang menjamin kemakmuran secara terus menerus bagi negara maju.

Budaya Konsumen

Budaya Konsumen dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh seorang
konsumen. Adapun budaya konsumen menggunakan image, tanda-tanda dan benda-benda,
simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi, keinginan dan fantasi yang menegaskan
keauntentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal menyenangkan diri sendiri bukan
orang lain; secara narsistik. Budaya konsumen biasanya dilakukan oleh kelompok menengah, hal
ini dikarenakan mereka lebih memiliki banyak waktu luang dan mereka juga memiliki cukup
uang untuk mengisi waktu luangan, seperti berfoya-foya.

Penyebab munculnya Budaya Konsumen

Gaya hidup adalah bentuk khusus pengelompokan status modern, gaya hidup biasanya
diasumsikan berdasarkan organisasi sosial konsumsi dan menekankan keterkaitan pandangan-
pandangan normatif, daripada oraganisasi sosial produksi yang secra klasik menjadi basis
struktur kelas. Konsumsi dalam arti luas mengacu pada seluruh tipe aktivitas sosial yang orang
lakukan sehingga bisa kita pakai untuk mencirikan dan mengenali mereka, selain apa yang
mungkin lakukan untuk hidup.

Konsumsi memliki jangkauan lebih luas dibandingkan struktur sosial produksi. Untuk satu hal, ia
melibatkan mereka yang tidak bekerja, seperti para pemuda, orang tua, pengangguran, dan juga
paling penting adalah para perempuan yang dalam ekonomi modern umumnya tidak di harapkan
menjadi produsen ekonomi. Konsumsi seperti yang di pahami ini perlu memasukkan pola-pola
waktu luang masyarakat, yang di cirikan sebagai ekspektasi baru untuk pengendalian dan
penggunaan waktu dengan cara-cara yang bermakna secara pribadi. Bocock menandaskan bahwa
konsumsi adalah suatu proses perubahan yang secara historis di konstruksi secara sosial.
Konsumsi telah menjadi fokus utama kehidupan sosial dan nilai-nilai cultural mendasari gagasan
lebih umum dari budaya konsumen.

Perubahan sosial di eropa modern awal sangat tergantung dan terlihat pada sejumlah perubahan
yang terjai secara bersamaan seperti perkembangan pasar internasional, pertumbuhan dalam
perdagangan benda-benda seni dan barang-barang mewah, dan pertumbuhan kelas sosial urban
yang baru menggantikan struktur sosial feudal. Perubahan tersebutdisebabkan oleh cara-cara
baru dalam produksi dan tidak bisa dipisahkan dari disintegrasi budaya religious continental
yang menjadi wilayah-wilayah ekonomi baru, selain itu juga bergantung pada perkembangan
sikap positif dalam menilai barang-barang yang menjadi tren.

McKendrick menulis mengenai inggris abad ke-18 yang menjadi saksi lahirnya suatu masyarakat
konsumen dan memfasilitasi suatu revolusi konsumen, dalam proses mengatasi hambatan-
hambatan yang menuntut perubahan sikap dan pemikiran, perubahan dalam kemakmuran dan
standar kehidupan, perubahan dalam tekhnik komersial dan keahlian-keahlian promosi, atau
bahkan terkadang perubahan hukum itu sendiri. Inggris memunculkan presden dalam revolusi
ini, karena di sana ada penyebaran yang relative sempit struktur sosial kontemporer. Pabrik-
pebrik baru yang menghasilkan barang-barang konsumsi pada mulanya menjadikan kalangan elit
sebagai sasaran, dan dukungan mereka amat penting bagi kreasi fashion popular, tetapi
keuntungan yang sangat besar yang diperoleh sesudah itu adalah dengan memasarkan dan
mendistribusikan tiruan-tiruan barang tersebut kepada khalayak umum.

McKendrick menyebutkan metode-metode baru pameran (display), manipulasi fashion melalui


keusangan arti fisial (artificial obsolescence), pembangunan tempat-tempat dan agen-agen baru
penjualan dan bagaimana memanipulasi persaingan sosial membuat manusia memburu
kemewahan (luxxuris) padahal mereka sebelumnya membeli kepantasan (decencies), padahal
mereka sebelumnya telah membeli kebutuhan atau (necessities). Permainan dan perayaan-
perayaan komunal pada awal masa eropa modern berangsur-angsur ditinggalkan dengan
tersedianya secara komersial, music, dansa, olah raga, dan sebagainya. Pada awal abad ke-18
budaya dan sportsedikit demi sedikit mulai beralih dari yang sebelumnya cenderung elitis dan
privasi menjadi sesuatu yang sngat umum. Suatu proses komersialisasi waktu luang terus
menerus tumbuh pada abad ke-19, yang sangat penting sekali untuk ditekankan pada aspek
domestic dari periklanan barang konsumsi sebagaimana dicontohkan Plums tentang
komersialisasi anak-anak sebagai objek waktuluang dan kemewahan yang baru untuk kegemara
orang tua yang merupakan bagian penting dari munculnya budaya konsumen.

Pemikiran ulang dinamika modernisasi melibatkan pergeseran dari pandangan pentingnya


penekanan bahwa modernitas melibatkan pergantian dunia modern awal dan eropa abad
pertengahan yang didominasi pandangan mengenai takdir Tuhan oleh perkembangan kemajuan
dunia pengetahuan dan sain mengenai pengungkapan rahasia alam dan eksplorasi
rasional. Logika moderitas adalah fashion bukanlah eksploitasi irasional melainkan merupakan
suatu pencarian eksistensial untuk berbeda dalam budaya sekuler secara mendalam.
Konsumerisme telah menjadi pusat dari perkembangan sosial moderitas dan merupakan inovasi
yang lebih muakhir. Kekuatan gagasan mengenai budaya konsumen tergantung pada
kemungkinan pemasaran masa beriring dengan periklanan masa.

Pemasaran konsumen pada abad ke 18 harus mengabaikan perbedaan status yang telah terbangun
dan justru akan memperkecil perbedaan sosial. Melengkapi dan mengintensifkan proses yang
sama, pemasaran pada masa akhir abad ke 19 mengikis daerah perdalaman yang memiliki
pasokan-pasokan yang dapat dimanfaatkan seperti pembangunan jaringan, kereta api yang cepat
dan efisien , peningkatan angkatan darat dan laut. Pasar dari masyarakat konsumen ini adalah
suatu entitas yang abstrak yang melebihi pasar khusus para pedagang kecil.

Potensi abstrak dari kegemaran konsumen terbentuk melalui pembangunan pusat-pusat kota
sebagi pusat-pusat hiburan yang berlebihan-fantasi taman kenikmatan abad ke 18 diubah kembali
menjadi dunia ilusi yang lebih wah. Pada era budaya konsumen ditandai dan dilembagakan
denganlahirnya pusat-pusat perbelanjaan. Istana yang selalu berlimpah barang ini menawarkan
kebebasan baru dan kesempatan untuk kegemaran.

Dalam anonimitas impersonal para pembelaja sama sekali bebas untuk mengembara seperti dan
sebagaimana yang mereka harapkan serta memanfaatkan fasilitas-fasilitas tanpa batas untuk
memenuhi cita rasa pribadi dan merancang program-program perjalanan pribadi.

Pusat-pusat perbelanjaan merupakan unsure yang paling nyata dalam tranformasi pusat-pusat
metropoloitan, yang menawarkan kesempatan baru bagi para pelanggan manapun baik secara
langsung maupun melalui kiriman untuk menjarah benda-benda duniawi. Selanjutnya, toko-toko
yang juga bagian dari hiruk pikuk metropolitan yang melalui impian, imajinasi, imperialis,
menganggap dunia diluar moderitas diciptakan untuk dieksploitasi.

Bentuk sosial baru dari gaya hidup diwarnai oleh beberapa narasi yang lebih luas mengenai
ben tuk-bentuk budaya konsumenrisme. Sehingga dapat di rangkum secara singkat di bawah.
Tema-tema mengenai:

1. Fantasi
2. Ekses
3. Tontonan
4. Dan, kewarganegaraan

Pemasaran massa seperti halnya bentuk-bentuk lain dari demokrasi massa, menwarkan ilusi-ilusi
partisipasi yang sama, dan bahkan sekalipun kejayaan kebudayaan nasional kehilangan kekuatan
subtantifnya. Dalam kombinasinya, narasi-narasi tersebut memperkuat dan mengembangkan arti
fisialitas pemasaran umum. Sehingga dapat dengan mudah di ambil alih oleh beberapa bentuk
teori kritis mengenai konsumerisme.

Kritik moral terhadap konsumerisme seperti yang diperkenalkan sebagai atau kebutuhan yang
tidak autentik. Pada saat yang sama diakui adanya kebutuhan dan ambivalensi kutural yang
lebih luas mengenai perubahan sosial konsumerisme. Implikasi konsumerisme dengan
menegaskan bahawa sebagai mana gaya hidup memamerkan sensibilitas normative maka mereka
akan mengekspresikan respon yang sangat berbeda terhadap nilai-nilai konsumerisme. Asumsi
bahwa perempuan merupakan pelanggan utama budaya konsumen, boleh jadi sudah ketinggalan
jaman pada tahun-tahun terakhir, tetapi secra tradional sebenarnya berakar pada pembedaan
antara produksi dan konsumsi. Pembedaan antara ruang-ruang tersebut secra fisik ditandai oleh
perbedaan antara rumah dan pekerjaan, suatu pembedaan yang semakin jelas dengan adnya
pembangunan pemukiman pinggiran kota karena pemisahan yang tegas antara sektor pekerjaan
dan rumah tangga.

Ada hubungan simbiosis antara karakter feminim perkotaan dan titik berat feminine terhadap
konsumerisme sutau kesaling ketergantungan komplementer dan juga diungkapkan dalam aspek
kedua perkembangan budaya konsumen. Pemukiman daerah pinggiran kota adalah bentuk fisik
yang sempurna bagi warga konsumerisme masa. Secara individu berbeda atau setengah terpisah,
mereka menganjurkan investasi swasta untuk meraih kehormatan walaupun sebenarnya
menjamin penyimpangan hukum yang mencolok (bell, 1958). Denagn kemudahan akses mereka
untuk msuk kelokasi-lokasi hiburan konsumen yang spektakuler, mereka memenuhi janji akses
demokratis dan saat yang sama memperkuat serangkaian mitos mengenai bahaya kepadatan kota
yang kontras dengan keleluasaan privasi di perumahan pinggiran kota.

Pemasaran konsumen tertama sering kali diarahkan pada para pelanggan perempuan dan
sekalipun begitu belum tepat mengatakan bahwa perempuan telah atau saat ini tengah berada
dibarisan terdepan inovasi gaya hidup. Kendala sosial tradisional dan alamiah dalam hal
perdangan adalah diacuhkannya rayuan terhadap pelanggan perorangan. Karakteristik lahirnya
budaya konsumen mengabaikan hal yang bersamaan dengan perkembangan industry waktu luang
kecuali konteks waktu luang sebagai salah satu benda dalam budaya konsumen. Komersialisasi
waktu luang merupakan pergeseran dari bentuk-bentuk permainan dan perayaan komunal
menjadi jenis-jenis hiburan komersial yang di sediakan para pengusaha, yang merupakan tahapan
penting dalam perkembangan budaya kelas menengah yang unik. Hal yang penting bahwa usaha-
usaha komersial yang baru di bidang hiburan terutama akan di tujukan kepada para khalayak
kelas menengah karena memiliki sumber budaya untuk menyediakan waktu dan uang untuk
menikmati hiburan-hiburan tersebut. Dan tentu saja hiburan yang telah terlembaga sebagai
bentuk budaya. Penting juga mengakui bahwa dunia kelas pekerja industry perkotaan yang baru
juga memiliki karakter yang khas dengan tersedianya hiburan waktu luang dari sejak awal.
Peningkatan secara cepat kota-kota pantai inggris dan spa-spa tertentu yang digunakan sebagai
tempat peristirahatan untuk hari raya selama lebih 200 tahun terakhir.

Sejarah sosial dan budaya perkembangan investasi waktu luang pada abad ke-20 sebagian besar
di tandai dengan pembukaan industry-industri baru hiburan massa. Industry waktu luang ini
jelaslah penting artinya bagi setiap penjelasan mengenai gaya hidup tidak hanya karena ia
mengisi sebagian waktu luang para khalayak, tapi juga karena bidang ini memperkejakan
sejumlah besar orang dalam produksi dan presentasi dan mereka membutuhkan investasi modal
yang besar untuk mempertahankan pasar mereka. Industry waktu luang sama saja dengan
bentuk-bentuk benda konsumsi lainnya karena mereka memainkan karakteristik structural yang
sama seperti yang telah kita catat sebelumnya dalam hal persyaratan standarisasi metropolitan
yang di lengkapi dengan konsumsi terprivatisasi pasar domestic.
Respon awal abad ini pada perkembangan budaya massa umumnya pesimis, baik dengan alasan
bahwa hal tersebut hanya akan menurunkan standar budaya adiluhung maupun bahwa pada
akhirnya akan melihat, mendengar, atau membaca hal yang sama. Music kategori gaya hidup
adalah kekhawatiran tersebut setidaknya untuk hal yang terakhir, tak berdasar.

Dampak dari Budaya Konsumen

Dampak dari budaya konsumen ini adalah

1. Hedonisme atau memuja kesenangan sesaat


2. Konsumerisme
3. kapitalisme

contoh dampak dari budaya konsumen, senang dengan budaya-budaya atau kegiatan yang tidak
memiliki banyak manfaat, seprti nonton film di bioskop, asyik nonton tv dan mengalihkan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih penting, membeli tas-tas yang memiliki merk-merk tertentu.

Anda mungkin juga menyukai