Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Sektor Publik
Disusun Oleh:
Demas Saadi (8335141632)
Muhammad Ariq Fauzan Hakim (833514 )
Widad Umaimah (833514 )
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah
Manajemen Keuangan Sektor Publik ini.
Jakarta,Oktober 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Berbagai macam prospek pembangunan telah dilakukan dari era orde lama, orde baru,
hingga masa reformasi untuk terus mendorong kesejahteraan dan kemajuan bangsa ke arah yang
lebih baik.Dalam hal ini, pembangunan nasional juga harus dimulai dari, oleh, dan untuk rakyat,
dilaksanakan di berbagai aspek kehidupan bangsa meliputi politik, ekonomi, sosial budaya,
infrastruktur dan aspek pertahanan keamanan.
Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang
dilakukan secara terencana. Penyelenggaraan pembangunan dimulai pada tahap perencanaan yang
melibatkan peran aktif semua pemangku kepentingan (stakeholder).Tahap perencanaan ini memiliki
arti yang strategis bagi arah serta capaian pembangunan setiap tahunnya dan menjadi pedoman
bagi penyelenggaraan pembangunan.
Menurut undang-undang nomor 25 tahun 2004 (UU 25/2004) tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan pembangunan merupakan sarana yang ampuh untuk menerjemahkan strategi
pembangunan ke dalam berbagai program kegiatan yang terkoordinir.Perencanaan pembangunan
diperlukan agar kegiatan pembangunan dapat berjalan efektif, efisien, dan memiliki sasaran.
iv
mendasar.Misalnya, pembangunan yang berorientasi semata-mata pada pertumbuhan ekonomi
sehingga menyebabkan semakin melebarnya kesenjangan antar kelompok masyarakat.
B.Rumusan Masalah
BAB II
Pembahasan
A. Perencanaan Pembangunan
Organisasi didirikan oleh sekumpulan orang-orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
mencapai tujuan, organisasi pasti menghadapi masalah yang perlu untuk dikelola. Di sinilah manajer
dan manajemen berperan. Robbins dan Coulter (2016) menyatakan bahwa manajer adalah
seseorang yang mengkoordinasikan dan mengawasi pekerjaan orang lain agar tujuan organisasi
dapat tercapai. Manajer melakukan tugas manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
Manajemen adalah serangkaian aktivitas (meliputi perencanaan dan pengambilan keputusan,
pengorganisasian, pembimbingan, dan pengendalian) yang diarahkan terhadap sumber daya
organisasi (manusia, keuangan, aset, dan informasi) dengan tujuan mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien. Dalam mencapai tujuan bernegara, pemerintah menjalankan strategi,
program, dan kegiatan yang secara keseluruhan dapat disebut sebagai pembangunan, maka
proses manajemen dalam pemerintahan dapat disebut sebagai manajemen pembangunan yang di
dalamnya mencakup perencanaan pembangunan.
v
DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN BESERTA HUBUNGAN ANTAR
DOKUMEN
Peraturan terkait perencanaan
pembangunan lainnya PP No. 20 Tahun
2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah,
PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, Permendagri No. 54
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah, dan Permendagri No. 8 Tahun
2008 tentang tata
Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Permasalahan sinergisitas Pemerintah pusat maupun daerah memiliki tujuan yang sama yakni
memajukan kesejahteraan umum sehingga harus ada sinergi pembangungan antara masing-masing
pemerintahan. Dampak tidak efektifnya perencanaan pembangunan dan tidak efisiensinya
belanja negara.
vi
dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.SPPN diselenggarakan berdasarkan asas umum
penyelenggaraan negara.
Tujuan sistem perencanaan pembangunan nasional, yaitu (1) mendukung koordinasi antar
pelaku pembangunan, (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar
daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah antara pusat dan daerah, (3) menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan, (4)
mengoptimalkan partisipasi masyarakat, dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
vii
dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan.
Sedangkan langkah keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat
semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut UU 25/2004, rencana pembangunan jangka panjang
(RPJP) nasional atau daerah ditetapkan sebagai UU atau peraturan daerah, RPJMnasional atau
daerah ditetapkan sebagai peraturan presiden atau kepala daerah, dan rencana pembangunan
tahunan nasional atau daerah ditetapkan sebagai peraturan presiden atau kepala daerah.
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang
secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian
sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan
sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran
kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak
(impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap kementerian atau lembaga, baik pusat
maupun daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan
dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek
pembangunan, kementrian atau lembaga, baik pusat maupun daerah, mengikuti pedoman dan
petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran
yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
a. Legal Structure
viii
4) Terdapat beberapa rumusan kalimat dalam UU 17/2003dan UU 25/2004 yang menimbulkan
interpretasi yangberagam (multiinterprestasi) dan sulit dipahami oleh stakeholders.
5)Tidak ada muatan sanksi (administratif) bagi pihak-pihak yang tidak mengikutisistem perencanaan
pembangunan nasional maupun RPJP nasional dan RPJM nasional.
6) Tidak ada peraturan yang lebih tinggi di atas UU yang dapat menjadiperekat perencanaan
pembangunan dan penganggaran dan yang dapatmenyelesaikan pertentangan dan perbedaan
penafsiran antar UU.RPJP nasional dan RPJM nasional, memiliki landasan hukum yang sangat lemah
hanyadiatur melalui UU yang mudah berubah seiring dengan pergantianpresiden dan DPR. Demikian
pula halnya dengan rencana kerja pemerintah hanyadiatur dengan peraturan presiden, padahal
APBN diatur dengan UU.
b. Legal Substance
2) Program dalam RPJM daerah dapat berbedadengan program RPJM nasional. Adaprogram RPJM
nasional yang tidakdimuat atau dilaksanakan oleh RPJM daerah.
3) Pelaporan (dan evaluasi) masih bersifat parsial dan belum dijadikan sebagai bahanpenyusunan
rencana. Kementerian atau lembaga yang memberikan laporan kepadaKementerian PPN/Bappenas
hanya sedikit.
4) Muncul dokumen perencanaan yang dianggap sebagai dokumen tandingan sepertimaster plan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia 2011-2025, dan berbagai rencana aksi
nasional.
ix
5) Perencanaan pembangunan, terutama jangka panjang, tidak mengakomodasiperubahan. Belum
ada ruang dalam RPJPmaupun RPJM untuk mengubah rencanaberdasarkan kebutuhan dan
perubahan lingkungan strategis.
6) Periodesasi pemilihan kepala daerah berbeda atau tidak bersamaan antar daerahsehingga
periodesasi RPJM daerah menjaditidak bersamaan antar daerah yang menyebabkan pula
berbedanya substansiRPJM daerah dengan RPJM nasional.
c.Legal Culture
2) Kepentingan politik DPR (Legislative Heavy), di mana saat ini DPR turut berperanmenentukan
kebijakan teknis dan operasional, seperti turut menentukan kegiatandan costing.
3) Masih rendahnya SDM perencana baik di tingkat pusat maupun daerah yangmenyebabkan
kualitas perencanaan pembangunan dan penganggaran tidakmemadai dalam mencapai tujuan
pembangunan.
x
BAB III
Penutup
A.Kesimpulan
Tujuan dari perencanaan pembangunan adalah menjadikan program pembangunan itu tepat
dengn arah yang dituju dan tidak abu-abu. Urgensi dari perencanaan pembangunan itu adalah agar
rencana dari pembangunan yang akan dijalankan tersusun dengan baik dan sistematis, sehingga
dalam pelaksanaannya mudah melakukan pengendalian.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Rayuzman, Indra Z dan Khaidir Anwar dan Tisnanta. 2014. Hubungan Program Legislasi Daerah
Dengan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Way Kanan.Jurnal Kebijakan dan
Pembangunan: Vol. 1 No. 1.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005 2025.
xii