Anda di halaman 1dari 23

Makalah Kelompok

Industri Perbankan Nasional Dan Uang Beredar Dan


Inflasi

Disusun
Oleh:
ANGGIE NOVITASARI HASIBUAN (7161220005)
TONY
ROIDA
ROULINA

Reguler C 2016

Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Medan
2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 06 Sept 2017

Tim Kelompok,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Industri Perbankan Nasional
1. Perbankan
PENGERTIAN BANK
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Fungsi utama Perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk
menunjang pelaksanaan oembangunan nasional dalamrangka meningkatkan pemerataan
pembangunan dan hasil-haasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kea rah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Bank adalah suatu lembaga usaha keuangan yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana
kepada masyarakat serta memberikan pelayanan-pelayanan yang berkaitan dengan keuangan
lainnya sebagai profit dan membantu masyarakat meningkatkan taraf hidup secara umum.

JENIS-JENIS BANK
A. BERDASARKAN FUNGSINYA BANK DIBAGI MENJADI 3:
- Bank Sentral
- Bank Umum
- Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
A. BERDASARKAN KEPEMILIKANNYA
- Bank Milik Pemerintah
- Bank Milik Swasta Nasional
- Bank Milik Asing
B. BERDASARKAN KEGIATAN OPERASIONALNYA
- Bank Konvensional
- Bank Syariah

ASAS PERBANKAN
Asas perbankan Indonesia adalah berasaskan pada demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian. Yang dimaksud demokrasi ekonomi adalah perekonmian yang
berlandaskan pancasila dan UU 1945. (berdasarkan pasal 2 UU Nomor 7 Th. 1992).

TUJUAN BANK
Tujuan didirikannya bank menurut pasal 4 No. 10 Th. 1998 adalah untuk meningkatkatkan taraf
hidup masyarakat dan menunjang pelaksanaan pembangunan didaerah-daerah guna meninkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Secara sederhana dapat dirincikan menjadi 3, yaitu:

- Meningkatkan pemerataan perekonomian


- Pertumbuhan ekonomi
- Stabilitas perekonomian nasional

PERAN BANK

- Pengalihan aset (aset transmutation)


- Transaksi (transaction)
- Likuiditas (liquidity)
- Efisiensi (efficiency)

KEGIATAN USAHA BANK

Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas
perintah nasabahnya: Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat
dimaksud;Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masaberlakunya tidak
lebih lama daripada kebiasaan dalamperdagangan surat-surat dimaksud; Kertas
perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; Sertifikat Bank Indonesia
(SBI); Obligasi;Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1(satu) tahun; 100 BANK
BERSUBSIDI BEBANI RAKYAT Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu
sampai dengan 1 (satu) tahun;
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkandana kepada bank
lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel
unjuk, cek atau sarana lainnya;

Kegiatan Usaha Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah

1. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuksimpanan dan investasi,


antara lain : Giro berdasarkan pinsip wadiah,Tabungan berdasarkan prinsip wadiah dan
atau mudharabah, Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
2. Menyalurkan dana melalui: Prinsip jual beli berdasarkan akad meliputi: murabahah,
istishna, salam;
3. Prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain: mudharabah,musyarakah;
4. Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain: ijarah, ijarah muntahiya bittamlik;
5. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh
6. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad antara lain: wakalah,
hawalah, kafalah, rahn;
7. Membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri suratsuratberharga pihak ketiga
yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction) berdasarkan Prinsip
Syariah; 102 BANK BERSUBSIDI BEBANI RAKYAT
8. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh Pemerintah
dan/atau BI;
9. Menerbitkan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah;
10. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah berdasarkan Prinsip
Syariah;
11. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;
12. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-suratberharga berdasarkan
prinsip wadiah yad amanah;

Kegiatan Usaha BPR Konvensional

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain

Kegiatan Usaha BPR Syariah

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk antara lain: Tabungan berdasarkan
prinsip wadiah atau mudharabah;
2. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah; dan atau
3. Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah.
4. Menyalurkan dana dalam bentuk antara lain:
5. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip: murabahah, istishna, dan atau salam;
6. Transaksi sewa menyewa dengan prinsip ijarah
7. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip: mudharabah, dan atau musyarakah;
8. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-undang Perbankan dan
Prinsip Syariah.

LARANGAN KEGIATAN USAHA BANK


Larangan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
1. Melakukan penyertaan modal, kecuali melakukan kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam No. 15 dan 16 pada penjelasan
kegiatan usaha Bank Umum konvensional tersebut di atas.
2. Melakukan usaha perasuransian;
3. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam kegiatan usaha bank umum konvensional di atas.
Larangan Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah
1. Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud
dalam No. 16 dan 17 dalam penjelasan kegiatan usaha Bank Umum
Syariah tersebut di atas;
2. Melakukan usaha perasuransian;
3. Melakukan kegiatan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam kegiatan usaha Bank Umum Syariah
tersebut di atas;
4. Melakukan kegiatan usaha secara konvensional.
5. Mengubah kegiatan usaha menjadi bank konvensional

Larangan kegiatan usaha BPR Konvensional


1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran;
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai
pedagang valuta asing (PVA);
3. Melakukan penyertaan modal;
4. Melakukan usaha perasuransian;
Ketentuan Perbankan Saat Ini 105
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam kegiatan usaha BPR Konvensional di atas.
Larangan kegiatan usaha BPR Syariah
1. Melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam larangan
kegiatan usaha BPR Konvensional;
2. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam kegiatan usaha BPR Syariah di atas
3. Melakukan kegiatan usaha secara konvensional.
4. Mengubah kegiatan usaha menjadi bank konvensiona

2. Pengaturan dan Pengawasan Bank


TUJUAN PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK

Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia
sebagai:
1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan
penyalur dana
2. Pelaksana kebijakan moneter;
3. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta pemerataan;
agar tercipta sistem perbankan yang sehat,baik sistem perbankan secara menyeluruh
maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik,
berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan dengan menerapkan:

1. Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi);

2. Kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking); dan

3. Pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten ketentuan
intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip kehati-hatian.

SISTEM PENGAWASAN BANK OLEH BANK INDONESIA

Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini BI melaksanakan sistem pengawasannya
dengan menggunakan 2 pendekatan yakni pengawasan berdasarkan kepatuhan
(compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk based
supervision/RBS). Dengan adanya pendekatan RBS tersebut, bukan berarti mengesampingkan
pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan upaya untuk menyempurnakan sistem
pengawasan sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan perbankan.
Secara bertahap, pendekatan pengawasan yang diterapkan oleh BI akan beralih menjadi
sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.

1. Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based Supervision)

Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya menekankan pemantauan


kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan ketentuan yang terkait dengan operasi dan
pengelolaan bank. Pendekatan ini mengacu pada kondisi bank di masa lalu dengan tujuan untuk
memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsip-
prinsip kehati-hatian.

2. Pengawasan Berdasarkan Risiko (Risk Based Supervision)

Pendekatan pengawasan berdasarkan risiko merupakan pendekatan pengawasan yang


berorientasi ke depan (forward looking). Dengan menggunakan pendekatan tersebut
pengawasan/pemeriksaan suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat (inherent
risk)pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian risiko (risk control system).
Melalui pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan bank untuk proaktif
dalam melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang potensial timbul di bank. Pendekatan
pengawasan berdasarkan risiko memiliki siklus pengawasan sebagai berikut :

Jenis-Jenis Risiko Bank :


1. Risiko Kredit : Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi
kewajibannya.
2. Risiko Pasar : Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (adverse
movement) dari portofolio yang dimiliki oleh Bank,yang dapat merugikan Bank. Variabel
pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar.
3. Risiko Likuiditas : Risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak mampu memenuhi
kewajiban yang telah jatuh waktu.
4. Risiko Operasional : Risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidakcukupan dan
atau tidak berfungsinya proses internal,kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya
problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
5. Risiko Hukum : Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis.
Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan
peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontra.
6. Risiko Reputasi : Risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang
terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif terhadap Bank.
7. Risiko Strategik : Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan
strategi Bank yang tidak tepat pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
responsifnya Bank terhadap perubahan eksternal.
8. Risiko Kepatuhan : Risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

SISTEM INFORMASI PELAPORAN BANK KEPADA BANK INDONESIA

Sistem Informasi Manajemen Sektor Perbankan Bank Indonesia (SIM-SPBI)

SIMSPBI merupakan sistem informasi terpadu untuk mendukung tugas pengawasan,


pemeriksaan dan pengaturan perbankan BI.

Tujuan dari penerapan SIM-SPBI adalah :

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan dan pemeriksaan bank;


2. Menciptakan keseragaman (standarisasi) dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan
pemeriksaan bank.
3. Mengoptimalkan Pengawas dan Pemeriksa Bank dalam menganalisa kondisi bank
sehingga dapat meningkatkan mutu pengawasan dan pemeriksaan bank;
4. Memudahkan audit trail oleh pihak yang berkepentingan;
5. Meningkatkan keamanan dan integritas data serta informasi

SIM-SPBI terdiri dari 3 subsistem yakni :

1. Sistem Informasi Manajemen Pengawasan (SIMWAS), merupakan sistem informasi


untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi tugas-tugas pengawasan, pemeriksaan dan
penelitian bank umum. Melalui SIMWAS, pengawas bank akan mampu mengoptimalkan
kegiatan analisa dan memperoleh informasi mengenai kondisi keuangan bank (termasuk
Tingkat Kesehatan Bank dan profil risiko) secara cepat. Modul-modul yang tersedia
antara lain modul Data Pokok Bank dan modul Fit and Proper Test (FPT).
2. Sistem Informasi Bank dalam Investigasi (SIBADI), merupakan sistem informasi untuk
meningkatkan tertib administrasi dan kemudahan pemantauan tugas dalam rangka
investigasi tindak pidana di bidang perbankan. Melalui SIBADI, dapat dilakukan
pemantauan terhadap perkembangan investigasi atas dugaan tindak pidana yang diakukan
oleh suatu bank sejak laporan penyimpangan diterima, jadwal investigasi, langkah-
langkah yang telah dilakukan sampai dengan hasil akhir investigasi dimaksud.
3. Data Mart Data Pokok Bank, yang menyediakan informasi yang berkaitan dengan
kelembagaan, kepemilikan dan kepengurusan, operasional dan strategi pengawasan yang
diterapkan pada suatu bank sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan informasi dalam
rangka pengawasan dan pembinaan bank.

Sistem Informasi Debitur (SID)

SID adalah sistem yang menyediakan informasi mengenai debitur baik perorangan maupun
badan usaha, yang diolah berdasarkan laporan penyediaan dana yang diterima Bank Indonesia
dari Pelapor. SID dikembangkan dengan tujuan untuk membantu :

1. Bagi pemberi kredit, antara lain :


Membantu dalam mempercepat proses analisis dan pengambilan keputusan pemberian
kredit
Mengurangi ketergantungan pemberi kredit kepada agunan konvensional.Pemberi
kredit dapat menilai reputasi kredit calon debitur sebagai pengganti/pelengkap agunan.
2. Bagi penerima kredit, antara lain :
Mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh persetujuan kredit
Nasabah baru,khususnya yang tergolong sebagai UMKM,a kan mendapat akses yang
lebih luas kepada pemberi kredit dengan mengandalkan reputasi keuangannya tanpa
harus tergantung pada kemampuan untuk menyediakan agunan.

Sistem Informasi Manajemn Pengawasan BPR (SIMWAS BPR)

SIMWAS-BPR merupakan sistem informasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem
pengawasan BPR. Melalui SIMWAS, pengawas BPR akan mampu mengoptimalkan kegiatan
analisis terhadap kondisi BPR, mempercepat diperolehnya informasi kondisi keuangan BPR
(termasuk Tingkat Kesehatan BPR), meningkatkan keamanan dan integritas data serta informasi
perbankan. Modul-modul yang tersedia dalam aplikasi SIMWAS BPR antara lain modul
perizinan pendirian BPR, data pokok BPR, Tingkat Kesehatan BPR, status BPR, cabut izin usaha
dan likuidasi BPR.

3. Arah Kebijakan Perbankan


Dalam pidato Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Pertemuan Tahunan
Pelaku Industri Jasa Keuangan 2015 di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, (16/1/2015).
Acara ini dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kala, pimpinan Pelaku Usaha Jasa Keuangan dari
industri Perbankan, Pasar Modal, industri Keuangan Non-Bank (IKNB), serta sejumlah asosiasi
di industri jasa keuangan. Disampaikan bahwa tahun ini OJK akan mengarahkan industri jasa
keuangan pada tiga hal.

1. Mengoptimalkan peran Sektor Jasa Keuangan dalam meningkatkan kegiatan


perekonomian.
2. Meningkatkan daya tahan Sektor Jasa Keuangan dalam mewujudkan stabilitas
perekonomian.
3. Mendukung pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan akses keuangan kemandirian
finansial masyarakat dalam mendukung pemerataan pembangunan.

Untuk mengoptimalkan peran Sektor Jasa Keuangan dalam meningkatkan kegiatan


perekonomian nasional, OJK mengharapkan pelaku jasa keuangan memanfaatkan momentum
reformasi struktural yang sudah dimulai pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan
menyediakan infrastruktur dasar, dan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan di berbagai
daerah. Mengarahkan pada tujuan ini, OJK mengeluarkan berbagai inisiatif seperti mendorong
pendanaan yang besar dan bersifat jangka panjang dari pasar modal.

OJK akan mengupayakan agar jumlah perusahaan, termasuk BUMN, yang memanfaatkan
pendanaan melalui pasar modal di Indonesia, baik berupa penjualan atau penerbitan ekuitas
maupun surat utang, dapat meningkat secara signifikan.

Selain itu, OJK juga telah menyiapkan inisiatif lain dalam meningkatkan pendalaman pasar
modal terutama di sisi penawaran (supply), yaitu penyederhanaan proses penawaran umum,
perluasan jenis produk investasi untuk pembiayaan sektor tertentu, dan peningkatan kualitas
profesi, lembaga penunjang, perusahaan efek, dan manajer investasi.
Untuk sektor perbankan, pertumbuhan kredit sebagaimana dalam Rencana Bisnis Bank 2015
yang telah diterima OJK sebesar 16,46% dinilai cukup relevan, sesuai kondisi perekonomian saat
ini.
4. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN RISIKO (RISK BASED BANK
RATING RBBR)
Tingkat kesehatan bank adalah penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian
kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas
dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Setelah mempertimbangkan unsur judgement yang
didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari
faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.
Dari faktor Risk Profile menggunakan perhitungan risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas.
Faktor GCG memperhitungkan penilaian atas penerapan self assessment. Faktor Earning atau
rentabilitas diukur dengan indicator laba sebelum pajak terhadap total aset (ROA), pendapatan
bunga bersih terhadap total aset (NIM). Faktor Capitaldiukur dengan rasio CAR. Dengan metode
RGEC secara keseluruhan memiliki predikat sangat sehat
Risk Based Bank Rating (RBBR)
Pada peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011 pasal 2 , disebutkan bank wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank
Rating) baik secara individual ataupun konsolidasi. Dalam metode ini terdapat beberapa
indikator sebagai acuannya, yaitu :
1. Risk Profile (Profil Risiko)

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 13/ 1/ PBI/ 2011 profil risiko merupakan penilaian
terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank yang
dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko yaitu, risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum,
stratejik, kepatuhan dan reputasi. Penelitian ini mengukur risiko kredit menggunakan rasio Non
Performing Loan (NPL) dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk mengukur risiko
likuiditas.

- Risiko kredit dengan menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL) dihitung dengan
rumus:

NPL=(Kredit Bermasalah)/(Total Kredit) x 100%

Tabel 1. Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko (NPL)


Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat NPL < 2%
2 Sehat 2% NPL < 5%
3 Cukup Sehat 5% NPL < 8%
4 Kurang Sehat 8% NPL 12%
5 Tidak Sehat NPL 12%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004

-Risiko likuiditas dengan menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dihitung
dengan rumus:
LDR=(Jumlah Kredit Yang Diberikan)/(Dana Pihak Ketiga) x 100%

Tabel 2. Kriteria Penetapan Peringkat Profil Risiko (LDR)


Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat LDR 75%
2 Sehat 75% < LDR 85%
3 Cukup Sehat 85% < LDR 100%
4 Kurang Sehat 100% < LDR 120%
5 Tidak Sehat LDR > 120%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004

- Good Corporate Governance (GCG)


Dengan menganalisis laporan Good Corporate Governance (tata kelola) yang berpedoman pada
Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 dengan mencari laporan tahunan yang
dipublikasikan dan menetapkan penilaian yang dilakukan oleh bank berdasarkan sistem self
assessment.
Tabel 3. Kriteria Penetapan Peringkat GCG (self assessment)
Peringkat Keterangan
1 Sangat Baik
2 Baik
3 Cukup Baik
4 Kurang Baik
5 Tidak Baik
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP Tahun 2013

- Earning (Rentabilitas)
Penilaian earning (rentabilitas) diukur dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ROA=(laba sebelum pajak)/(rata-rata total aset) x 100%

Tabel 4. Kriteria Penetapan Peringkat Rentabilitas (ROA)


Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat ROA > 1,5%
2 Sehat 1.25% < ROA 1,5%
3 Cukup Sehat 0,5% < ROA 1,25%
4 Kurang Sehat 0% < ROA 0,5%
5 Tidak Sehat ROA 0%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004

- Capital (Permodalan)
Riyadi (2006:171) mengatakan bahwa setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan
untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Tinggi rendahnya
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum atau CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor
utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor
permodalan didasarkan pada rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Penilaian faktor capital diukur dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan
rumus sebagai berikut :
CAR=(modal bank)/(aktiva tertimbang menurut risiko) x 100%

Tabel 3.6 Kriteria Penetapan Peringkat Permodalan (CAR)


Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat CAR > 12%
2 Sehat 9% CAR < 12%
3 Cukup Sehat 8% CAR < 9%
4 Kurang Sehat 6% < CAR < 8%
5 Tidak Sehat CAR 6%

2.2.Uang Beredar dan Inflasi


1.Uang Beredar

Uang Beredar, Uang Kuasi dan Likuditas Perekenomian

Defenisi uang Indonesia terdiri dari dua bagian yaitu semua uang kartal (uang kertas dan uang
logam) dan uang giral (saldo-saldo rekening bank yang sewaktu-waktu bisa dipakai untuk
pembayaran melalui cek, giro, atau surat perintah lainnya). Uang kartal dn uang giral ini dalam
istilah moneter disebut M1 yang memiliki sifat dapat dipakai sewaktu-waktu atau pada saat
diinginkan, dan tidak terikat oleh waktu dalam pemakaiannya. M1 inilah yang disebut sebagai
uang beredar. Disamping uang beredar dikenal juga uang yang tidak dapat dipakai setiap saat
dalam pembayaran karna keterikatan waktu, yaitu deposito berjangka. Uang yang tidak beredar
ini disebut uang Kuasi (QM) dan menurut laporan tahunan Bank Indonesia mengenai
perkembangan uang kuasi terdiri atas deposito berjangka, tabungan dan rekening valuta asing
milik swasta domestik. Jumlah dari uang beredar dan uang kuasi ini disebut likuiditas
perekonomian (M2). Penjelasan diatas dapat dirangkum melalui persamaan berikut.

2 = 1 + + =

Laju Pertumbuhan dan Posisi Uang Beredar

Laju pertumbuhan uang beredar dalam indikator perekonomian Indonesia sering dikaitkan
dengan tingkat inflasi. Hubungan antara keduanya bersifat positif atau searah. Rumus yang
digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan M1:
1() 1(1)
1() = 100%
1(1)

Dimana :

1() : pertumbuhan uang beredar tahun x(%)

1(1) : jumlah uang beredar tahun sebelumnya

1() : jumlah uang beredar tahun x

Sedangkan posisi uang kartal dan uang giral dalam uang beredar dimaksudkan untuk melihat
bagaimana perkembangan peranan uang kartal dan uang giral terhadap uang beredar. Dalam
perekonomian yang semakin maju terutama dalam hal lalu lintas moneter, posisi uang giral
semakin lebih besar daripada uang kartal. Masyarakat dikota-kota besar cenderung menggunakan
uang giral sebagai alat tukar. Posisi uang giral yang semakin besar perkembangannya dari tahun
ketahun memberikan indikasi semakin maju cara pembayaran transaksi atau transfer uang yang
dilakukan masyarakat. Rumus untuk menentukan posisi uang kartal dan uang giral adalah:


= 100% = 100%
1 1

: Posisi uang kartal

: Posisi uang giral

1 : jumlah uang beredar

: jumlah uang kartal

: jumlah uang giral

Faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar

1. kebijakan bank sentral berupa hak otonom dan kebijakan moneter meliputi politik
diskonto, politik pasar terbuka, politik cash ratio, politik credit selektif dalam mencetak
dan mengeluarkan uang kartal
2. kebijakan pemerintah melalui mentri keuangan untuk menambah peredaran dengan cara
mencetak uang logamn dan uang kertas yang nominalnya kecil.
3. bank umum dapat menciptakan unag giral melalui pembelian saham dan surat berharga.
4. tingkat pendapatan masyarakat
5. tingkat suku bunga bank
6. selera konsumen terhadap suatu barang (semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu
barang maka harga barang tersebut akan terdorong naik sehingga akan mendorong
jumlah uang yang beredar semakin banyak, demikian sebaliknya).
7. harga barang
8. kebijakan kredit dari pemerintah

Uang Primer, Faktor yang Mempengaruhi dan Koefisien Likuiditas

Pengertian lain tentang uang yang perlu dipahami adalah uang primer yaitu uang yang diartikan
sebagai uang yang diedarkan pemerintah yang dipegang oleh masyarakat dan bank-bank.
Komposisi struktural uang primer menentukan perluasan uang beredar. Untuk menghitung uang
primer digunakan persamaan:

= +

: Uang Primer

: Uang Kartal

: Uang serap, terdiri dari alat likuid atau uang tunai di bank + deposito pada bank

Peredaran Uang Dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi

Ditengah pemulihan ekonomi paska krisis tahun 2008/2009 dan tekanan inflasi yang meningkat
sepanjang tahun 2010, penggunaan uang kartal oleh masyarakat menunjukkan peningkatan
sebagaimana tercermin pada meningkatnya berbagai indikator pengedaran uang antara lain
jumlah uang beredar dan net aliran uang kartal yang keluar dari bank Indonesia ke perbankan
dan masyarakat. Pada tahun 2010 pertumbuhan uang yang diedarkan rata-rata mencapai 12,1%
yaitu dari 244,4 Triliun menjadi 274,0 Triliun atau meningkat dari pertumbuhan uang yang
diedarkan rata-rata 2009 sebelum 2009 sebesar 10,7%.

Kebutuhan uang kartal yang meningkat perlu diikuti dengan upaya menjaga kualitas uang kartal
yang diedarkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia melakukan pemusnahan uang
tidak layak edar dengan tetap mempertimbangkan kecukupan persediaan uang kartal untuk
mendukung aktifitas ekonomi yang meningkat.
2. Inflasi

Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para pemikir
ekonomi. Pengertian inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum
dan terus-menerus. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus-menerus juga perlu diingat
karna kenaikan harga karna musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali saja
yang tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi. Para ahli ekonomi dan moneter
banyak yang memberikan defenisi tentang inflasi:

1. Venieris Dan Sebold dalam Anton Hermanto Gunawan (1991), mendefenisikan inflasi
sebagai kecenderungan yang terus menerus dari tingkat harga umum untuk meningkat setiap
waktu. Kenaikan harga umum yang terjadi sekali saja, menurut defenisi ini tidak dapat
dikatakan sebagai inflasi.
2. Gardner Ackley dalam Iswardono (1993), inflasi adalah suatu kenaikan harga yang terus
menerus dari barang-barang dan jasa secara umum.
3. A.P. Lerner mengatakan inflasi adalah suatu keadaan dimana kelebihan permintaan terhadap
barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan.
4. G. Cowt Hrey berpendapat inflasi adalah suatu keadaan dari nilai uang turun yang terus-
menerus dan harga naik terus.
5. Hawtry berpendapat inflasi adalah suatu keadaan karna terlalu banyak uang beredar.

Penyebab Inflasi

1. Kenaikan permintaan melebihi penawaran atau diatas kemampuan berproduksi (demand full
inflation)
2. Kenaikan biaya produksi (cost Push Inflation)
3. Meningkatnya jumlah uang yang beredar didalam masyarakat
4. Berkurangnya jumlah barang dipasaran
5. Inflasi dari luar negeri
6. Inflasi dari dalam negeri

Jenis-jenis Inflasi

1. Inflasi ringan, yaitu inflasi dibawah 10% per tahun (belum mengganggu kegiatan
perekonomian suatu negara dan masih dapat dengan mudah dikendalikan)
2. Inflasi sedang, yaitu antara 10%-30% pertahun (belum membahayakan, tetapi sudah
menurunkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap)
3. Inflasi berat, yaitu inflasi antara 30%-100% pertahun (sudah mengacaukan perekonomian
karena orang cenderung enggan menabung dan lebih senang menyimpan barang).
4. Inflasi sangat berat atau hyper Inflation, yaitu inflasi diatas 100% pertahun (mengacaukan
kegiatan perekonomian suatu negara dan sulit dikendalikan.

Teori Inflasi

1. Teori kuantitas
Adalah suatu teori yang mengemukakan bahwa terjadinya inflasi itu sebenarnya hanya
disebabkan oleh satu faktor yaitu kenaikan jumlah uang yang beredar atau JUB.
2. Teori keynes
Teori keynes mengenai inflasi didasarkan pada teori makronya. Menurut teori keynes
inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuannya.
3. Teori strukturalis
Teori strukturalis adalah teori jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang
berasal dari kekakuan atau inleksibilitas struktur ekonomi suatu negara. Menurut teori ini
ada dua ketegaran atau kekakuan utama dalam perekonomian negara sedang berkembang
yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu : ketegaran suplai bahan makanan dan barang-
barang ekspor.

Cara Mengatasi Inflasi

a. Kebijakan moneter artinya mempengaruhi jumlah uang yang beredar


- Politik diskonto atau suku bunga (discount policy), menaikkan suku bunga
- Politik pasar terbuka (oper market policy), menjual surat-surat berharga
- Politik pagu kredit atau pembatasan kredit (plafon credit policy), membatasi
pembatasan pinjaman
- Politik uang ketat (tight money policy), mengurangi jumlah uang yang beredar
- Politik cadangan kas atau giro wajib minimum (cash ratio policy), menaikkan
cadangan kas
b. Kebijakan fiskal artinya kebijakan mengatur pendapatan dan pengeluaran negara atau
APBN.
- Mengurangi pengeluaran negara
- Pengehematan pengeluaran pemerintah ( disesuaikan dengan rencana)
- Pengurangan utang luar negeri
- Menaikkan dan mengefektifkan pajak
c. Kebijakan non moneter dan non fiskal
- Peningkatan produksi dan jumlah barang dipasaran
- Kebijakan upah dengan menaikkan upah riil yang sudah memperhitungkan inflasi
- Pengendalian dan pengawasan harga, misalnya pemerintah menetapakn kebijakan
harga maksimum

Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian

(1) terhambatnya pertumbuhan ekonomi negara, karena berkurangnya investasi dan


berkurangnya minat menabung
(2) masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau harga barang, karena
harga barang mengalami kenaikan.
(3) jika terdapat kebijakan untuk mengurangi inflasi, maka akan terjadi pengangguran,
karena pemerintah berusaha untuk menekan harga.
(4) masyarakat akan cenderung untuk menyimpan darang daripada menyimpan uang
(5) nilai mata uang turun karena adanya kenaikan harga barang
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Sumber Jurnal
Sumber Internet
http://infosiana.net/makalah-perbankan/

http://sekilasbank.blogspot.co.id/2010/12/pengertian-bank-dan-perbankan.html

http://indraputrabintan.blogspot.co.id/2012/03/kegiatan-usaha-bank-dan-larangan.html

http://www.bi.go.id/id/perbankan/ikhtisar/pengaturan/sistem-informasi/Contents/Default.aspx

http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/ikhtisar-perbankan/Pages/Arah-Kebijakan-Perbankan.aspx

https://dosen.perbanas.id/tingkat-kesehatan-bank-berdasarkan-risiko-risk-based-bank-rating-rbbr/
LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai