Disusun
Oleh:
ANGGIE NOVITASARI HASIBUAN (7161220005)
TONY
ROIDA
ROULINA
Reguler C 2016
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Medan
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Tim Kelompok,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Industri Perbankan Nasional
1. Perbankan
PENGERTIAN BANK
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Fungsi utama Perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk
menunjang pelaksanaan oembangunan nasional dalamrangka meningkatkan pemerataan
pembangunan dan hasil-haasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kea rah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Bank adalah suatu lembaga usaha keuangan yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana
kepada masyarakat serta memberikan pelayanan-pelayanan yang berkaitan dengan keuangan
lainnya sebagai profit dan membantu masyarakat meningkatkan taraf hidup secara umum.
JENIS-JENIS BANK
A. BERDASARKAN FUNGSINYA BANK DIBAGI MENJADI 3:
- Bank Sentral
- Bank Umum
- Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
A. BERDASARKAN KEPEMILIKANNYA
- Bank Milik Pemerintah
- Bank Milik Swasta Nasional
- Bank Milik Asing
B. BERDASARKAN KEGIATAN OPERASIONALNYA
- Bank Konvensional
- Bank Syariah
ASAS PERBANKAN
Asas perbankan Indonesia adalah berasaskan pada demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian. Yang dimaksud demokrasi ekonomi adalah perekonmian yang
berlandaskan pancasila dan UU 1945. (berdasarkan pasal 2 UU Nomor 7 Th. 1992).
TUJUAN BANK
Tujuan didirikannya bank menurut pasal 4 No. 10 Th. 1998 adalah untuk meningkatkatkan taraf
hidup masyarakat dan menunjang pelaksanaan pembangunan didaerah-daerah guna meninkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Secara sederhana dapat dirincikan menjadi 3, yaitu:
PERAN BANK
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas
perintah nasabahnya: Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat
dimaksud;Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masaberlakunya tidak
lebih lama daripada kebiasaan dalamperdagangan surat-surat dimaksud; Kertas
perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; Sertifikat Bank Indonesia
(SBI); Obligasi;Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1(satu) tahun; 100 BANK
BERSUBSIDI BEBANI RAKYAT Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu
sampai dengan 1 (satu) tahun;
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkandana kepada bank
lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel
unjuk, cek atau sarana lainnya;
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk antara lain: Tabungan berdasarkan
prinsip wadiah atau mudharabah;
2. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah; dan atau
3. Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah.
4. Menyalurkan dana dalam bentuk antara lain:
5. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip: murabahah, istishna, dan atau salam;
6. Transaksi sewa menyewa dengan prinsip ijarah
7. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip: mudharabah, dan atau musyarakah;
8. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-undang Perbankan dan
Prinsip Syariah.
Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia
sebagai:
1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan
penyalur dana
2. Pelaksana kebijakan moneter;
3. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta pemerataan;
agar tercipta sistem perbankan yang sehat,baik sistem perbankan secara menyeluruh
maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik,
berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.
3. Pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten ketentuan
intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip kehati-hatian.
Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini BI melaksanakan sistem pengawasannya
dengan menggunakan 2 pendekatan yakni pengawasan berdasarkan kepatuhan
(compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk based
supervision/RBS). Dengan adanya pendekatan RBS tersebut, bukan berarti mengesampingkan
pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan upaya untuk menyempurnakan sistem
pengawasan sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan perbankan.
Secara bertahap, pendekatan pengawasan yang diterapkan oleh BI akan beralih menjadi
sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.
SID adalah sistem yang menyediakan informasi mengenai debitur baik perorangan maupun
badan usaha, yang diolah berdasarkan laporan penyediaan dana yang diterima Bank Indonesia
dari Pelapor. SID dikembangkan dengan tujuan untuk membantu :
SIMWAS-BPR merupakan sistem informasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem
pengawasan BPR. Melalui SIMWAS, pengawas BPR akan mampu mengoptimalkan kegiatan
analisis terhadap kondisi BPR, mempercepat diperolehnya informasi kondisi keuangan BPR
(termasuk Tingkat Kesehatan BPR), meningkatkan keamanan dan integritas data serta informasi
perbankan. Modul-modul yang tersedia dalam aplikasi SIMWAS BPR antara lain modul
perizinan pendirian BPR, data pokok BPR, Tingkat Kesehatan BPR, status BPR, cabut izin usaha
dan likuidasi BPR.
OJK akan mengupayakan agar jumlah perusahaan, termasuk BUMN, yang memanfaatkan
pendanaan melalui pasar modal di Indonesia, baik berupa penjualan atau penerbitan ekuitas
maupun surat utang, dapat meningkat secara signifikan.
Selain itu, OJK juga telah menyiapkan inisiatif lain dalam meningkatkan pendalaman pasar
modal terutama di sisi penawaran (supply), yaitu penyederhanaan proses penawaran umum,
perluasan jenis produk investasi untuk pembiayaan sektor tertentu, dan peningkatan kualitas
profesi, lembaga penunjang, perusahaan efek, dan manajer investasi.
Untuk sektor perbankan, pertumbuhan kredit sebagaimana dalam Rencana Bisnis Bank 2015
yang telah diterima OJK sebesar 16,46% dinilai cukup relevan, sesuai kondisi perekonomian saat
ini.
4. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN RISIKO (RISK BASED BANK
RATING RBBR)
Tingkat kesehatan bank adalah penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian
kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas
dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Setelah mempertimbangkan unsur judgement yang
didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari
faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.
Dari faktor Risk Profile menggunakan perhitungan risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas.
Faktor GCG memperhitungkan penilaian atas penerapan self assessment. Faktor Earning atau
rentabilitas diukur dengan indicator laba sebelum pajak terhadap total aset (ROA), pendapatan
bunga bersih terhadap total aset (NIM). Faktor Capitaldiukur dengan rasio CAR. Dengan metode
RGEC secara keseluruhan memiliki predikat sangat sehat
Risk Based Bank Rating (RBBR)
Pada peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011 pasal 2 , disebutkan bank wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank
Rating) baik secara individual ataupun konsolidasi. Dalam metode ini terdapat beberapa
indikator sebagai acuannya, yaitu :
1. Risk Profile (Profil Risiko)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 13/ 1/ PBI/ 2011 profil risiko merupakan penilaian
terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank yang
dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko yaitu, risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum,
stratejik, kepatuhan dan reputasi. Penelitian ini mengukur risiko kredit menggunakan rasio Non
Performing Loan (NPL) dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk mengukur risiko
likuiditas.
- Risiko kredit dengan menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL) dihitung dengan
rumus:
-Risiko likuiditas dengan menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dihitung
dengan rumus:
LDR=(Jumlah Kredit Yang Diberikan)/(Dana Pihak Ketiga) x 100%
- Earning (Rentabilitas)
Penilaian earning (rentabilitas) diukur dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ROA=(laba sebelum pajak)/(rata-rata total aset) x 100%
- Capital (Permodalan)
Riyadi (2006:171) mengatakan bahwa setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan
untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Tinggi rendahnya
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum atau CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor
utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor
permodalan didasarkan pada rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Penilaian faktor capital diukur dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan
rumus sebagai berikut :
CAR=(modal bank)/(aktiva tertimbang menurut risiko) x 100%
Defenisi uang Indonesia terdiri dari dua bagian yaitu semua uang kartal (uang kertas dan uang
logam) dan uang giral (saldo-saldo rekening bank yang sewaktu-waktu bisa dipakai untuk
pembayaran melalui cek, giro, atau surat perintah lainnya). Uang kartal dn uang giral ini dalam
istilah moneter disebut M1 yang memiliki sifat dapat dipakai sewaktu-waktu atau pada saat
diinginkan, dan tidak terikat oleh waktu dalam pemakaiannya. M1 inilah yang disebut sebagai
uang beredar. Disamping uang beredar dikenal juga uang yang tidak dapat dipakai setiap saat
dalam pembayaran karna keterikatan waktu, yaitu deposito berjangka. Uang yang tidak beredar
ini disebut uang Kuasi (QM) dan menurut laporan tahunan Bank Indonesia mengenai
perkembangan uang kuasi terdiri atas deposito berjangka, tabungan dan rekening valuta asing
milik swasta domestik. Jumlah dari uang beredar dan uang kuasi ini disebut likuiditas
perekonomian (M2). Penjelasan diatas dapat dirangkum melalui persamaan berikut.
2 = 1 + + =
Laju pertumbuhan uang beredar dalam indikator perekonomian Indonesia sering dikaitkan
dengan tingkat inflasi. Hubungan antara keduanya bersifat positif atau searah. Rumus yang
digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan M1:
1() 1(1)
1() = 100%
1(1)
Dimana :
Sedangkan posisi uang kartal dan uang giral dalam uang beredar dimaksudkan untuk melihat
bagaimana perkembangan peranan uang kartal dan uang giral terhadap uang beredar. Dalam
perekonomian yang semakin maju terutama dalam hal lalu lintas moneter, posisi uang giral
semakin lebih besar daripada uang kartal. Masyarakat dikota-kota besar cenderung menggunakan
uang giral sebagai alat tukar. Posisi uang giral yang semakin besar perkembangannya dari tahun
ketahun memberikan indikasi semakin maju cara pembayaran transaksi atau transfer uang yang
dilakukan masyarakat. Rumus untuk menentukan posisi uang kartal dan uang giral adalah:
= 100% = 100%
1 1
1. kebijakan bank sentral berupa hak otonom dan kebijakan moneter meliputi politik
diskonto, politik pasar terbuka, politik cash ratio, politik credit selektif dalam mencetak
dan mengeluarkan uang kartal
2. kebijakan pemerintah melalui mentri keuangan untuk menambah peredaran dengan cara
mencetak uang logamn dan uang kertas yang nominalnya kecil.
3. bank umum dapat menciptakan unag giral melalui pembelian saham dan surat berharga.
4. tingkat pendapatan masyarakat
5. tingkat suku bunga bank
6. selera konsumen terhadap suatu barang (semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu
barang maka harga barang tersebut akan terdorong naik sehingga akan mendorong
jumlah uang yang beredar semakin banyak, demikian sebaliknya).
7. harga barang
8. kebijakan kredit dari pemerintah
Pengertian lain tentang uang yang perlu dipahami adalah uang primer yaitu uang yang diartikan
sebagai uang yang diedarkan pemerintah yang dipegang oleh masyarakat dan bank-bank.
Komposisi struktural uang primer menentukan perluasan uang beredar. Untuk menghitung uang
primer digunakan persamaan:
= +
: Uang Primer
: Uang Kartal
: Uang serap, terdiri dari alat likuid atau uang tunai di bank + deposito pada bank
Ditengah pemulihan ekonomi paska krisis tahun 2008/2009 dan tekanan inflasi yang meningkat
sepanjang tahun 2010, penggunaan uang kartal oleh masyarakat menunjukkan peningkatan
sebagaimana tercermin pada meningkatnya berbagai indikator pengedaran uang antara lain
jumlah uang beredar dan net aliran uang kartal yang keluar dari bank Indonesia ke perbankan
dan masyarakat. Pada tahun 2010 pertumbuhan uang yang diedarkan rata-rata mencapai 12,1%
yaitu dari 244,4 Triliun menjadi 274,0 Triliun atau meningkat dari pertumbuhan uang yang
diedarkan rata-rata 2009 sebelum 2009 sebesar 10,7%.
Kebutuhan uang kartal yang meningkat perlu diikuti dengan upaya menjaga kualitas uang kartal
yang diedarkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia melakukan pemusnahan uang
tidak layak edar dengan tetap mempertimbangkan kecukupan persediaan uang kartal untuk
mendukung aktifitas ekonomi yang meningkat.
2. Inflasi
Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para pemikir
ekonomi. Pengertian inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum
dan terus-menerus. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus-menerus juga perlu diingat
karna kenaikan harga karna musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali saja
yang tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi. Para ahli ekonomi dan moneter
banyak yang memberikan defenisi tentang inflasi:
1. Venieris Dan Sebold dalam Anton Hermanto Gunawan (1991), mendefenisikan inflasi
sebagai kecenderungan yang terus menerus dari tingkat harga umum untuk meningkat setiap
waktu. Kenaikan harga umum yang terjadi sekali saja, menurut defenisi ini tidak dapat
dikatakan sebagai inflasi.
2. Gardner Ackley dalam Iswardono (1993), inflasi adalah suatu kenaikan harga yang terus
menerus dari barang-barang dan jasa secara umum.
3. A.P. Lerner mengatakan inflasi adalah suatu keadaan dimana kelebihan permintaan terhadap
barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan.
4. G. Cowt Hrey berpendapat inflasi adalah suatu keadaan dari nilai uang turun yang terus-
menerus dan harga naik terus.
5. Hawtry berpendapat inflasi adalah suatu keadaan karna terlalu banyak uang beredar.
Penyebab Inflasi
1. Kenaikan permintaan melebihi penawaran atau diatas kemampuan berproduksi (demand full
inflation)
2. Kenaikan biaya produksi (cost Push Inflation)
3. Meningkatnya jumlah uang yang beredar didalam masyarakat
4. Berkurangnya jumlah barang dipasaran
5. Inflasi dari luar negeri
6. Inflasi dari dalam negeri
Jenis-jenis Inflasi
1. Inflasi ringan, yaitu inflasi dibawah 10% per tahun (belum mengganggu kegiatan
perekonomian suatu negara dan masih dapat dengan mudah dikendalikan)
2. Inflasi sedang, yaitu antara 10%-30% pertahun (belum membahayakan, tetapi sudah
menurunkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap)
3. Inflasi berat, yaitu inflasi antara 30%-100% pertahun (sudah mengacaukan perekonomian
karena orang cenderung enggan menabung dan lebih senang menyimpan barang).
4. Inflasi sangat berat atau hyper Inflation, yaitu inflasi diatas 100% pertahun (mengacaukan
kegiatan perekonomian suatu negara dan sulit dikendalikan.
Teori Inflasi
1. Teori kuantitas
Adalah suatu teori yang mengemukakan bahwa terjadinya inflasi itu sebenarnya hanya
disebabkan oleh satu faktor yaitu kenaikan jumlah uang yang beredar atau JUB.
2. Teori keynes
Teori keynes mengenai inflasi didasarkan pada teori makronya. Menurut teori keynes
inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuannya.
3. Teori strukturalis
Teori strukturalis adalah teori jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang
berasal dari kekakuan atau inleksibilitas struktur ekonomi suatu negara. Menurut teori ini
ada dua ketegaran atau kekakuan utama dalam perekonomian negara sedang berkembang
yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu : ketegaran suplai bahan makanan dan barang-
barang ekspor.
http://sekilasbank.blogspot.co.id/2010/12/pengertian-bank-dan-perbankan.html
http://indraputrabintan.blogspot.co.id/2012/03/kegiatan-usaha-bank-dan-larangan.html
http://www.bi.go.id/id/perbankan/ikhtisar/pengaturan/sistem-informasi/Contents/Default.aspx
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/ikhtisar-perbankan/Pages/Arah-Kebijakan-Perbankan.aspx
https://dosen.perbanas.id/tingkat-kesehatan-bank-berdasarkan-risiko-risk-based-bank-rating-rbbr/
LAMPIRAN JURNAL