Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU KAYU

CIRI MAKROSKOPIS KAYU

OLEH:
KELOMPOK 4D

1. WIDYA JUNI ASTUTI M11116519


2. YENI AYU LESTARI M11116521
3. ASTRI YULVIA M11116522
4. WIWIEK ASTI SAPUTRI M11116523
5. JEHEINET DWI ANGGRAINI M11116524
6. RESKY AULIYAH UMAR M11116528
7. A. MUH. FADHIL LUTAPENRO M11116529

ASISTEN : 1. NURUL MUHLISAH MOMPEWA, S.Hut


2. YEFANE RAMPERURU

LABORATORIUM PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN


HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1998, bahwa yang dimaksud
dengan hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan juga
merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting. Hutan memiliki
banyak manfaat untuk manusia salah satunya dari hasil hutan itu sendri. Hasil
hutan adalah segala macam material yang didapatkan dari hutan untuk
penggunaan komersial seperti kertas, pakaian hewan dan kayu (Hendarti,
2008).
Kayu merupakan bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan
yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan
untuk berbagai keperluan dalam rumah tangga seperti, membuat perabot
(meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan
banyak lagi. Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa
dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang (Sjostrom, 1995).
Tumbuhan berkayu dapat dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan
ada tidaknya pori pada tumbuhan tersebut, yaitu kayu daun lebar (hardwood)
dan kayu daun jarum (softwood). Istilah hardwood dan softwood ini tidak
menginterpretasi secara langsung kekuatan dari kayu tersebut. Bukan berarti
hardwood merupakan jenis kayu yang kuat dan bukan pula softwood berarti
jenis kayu yang lunak. Golongan tumbuhan yang termasuk kayu daun jarum
adalah Gymnospermae, yakni tumbuhan berbiji terbuka (konifer), biasanya
dicirikan dengan warna daunnya yang selalu hijau, bentuk tajuknya yang
kerucut dan bentuk batang yang silindris. Sedangkan golongan tumbuhan yang
termasuk kayu daun lebar adalah Angiospermae yakni tumbuhan berbiji
tertutup, biasanya dicirikan dengan bentuk tajuk yang melebar dan banyaknya
cabang-cabang pohon (Haygreen dan Bowyer,1996).
Kayu memiliki ciri makroskopis dan mikroskopis. Ciri makroskopis
kayu adalah ciri kayu yang dapat dilihat langsung secara kasat mata atau
dengan bantuan lup pada bidang anisotropiknya. Ciri makroskopis kayu
meliputi bau, warna, tekstur, kilap dan lain-lain, sementara ciri mikroskopis
adalah ciri kayu yang hanya dapat diketahui dengan bantuan mikroskop saja
yang meliputi susunan pori, parenkim, saluran resin, dan lain-lain. Untuk
dapat memperoleh ciri mikroskopis kayu, maka kayu harus disayat (Haygreen
dan Bowyer,1996).
Praktikum merupakan hal terpenting yang dapat meningkatkan daya
kreativitas dan pengalaman mahasiswa. Dengan adanya praktikum ini
mahasiwa dapat langsung mengaplikasikan materi atau ilmu yang telah
diperoleh dalam ruangan. Karena materi dalam ruangan tidak hanya cukup
untuk diterangkan dalam ruangan sehingga praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui sifat makroskopis dari kayu, mengetahui sebaran pori dan
parenkimmnya serta mengetahui jari-jari dari kayu sehingga jenis suatu kayu
akan teridentifikasi.

B. Tujuan Praktikum
1. Sifat MakroskopikKayu
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat makroskopis
kayu seperti warna, kilap, tekstur, arah serat, jari-jari, pori dan untuk
membandingkan berat antara satu jenis kayu dengan jenis kayu lainnya.
2. Preparat Gosok
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pori dan parenkim yang
dimiliki oleh kayu daun lebar dan lingkaran tahun kayu daun jarum serta
pada kelompok monokotil.
3. Preparat Sayatan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara
penyayatan yang benar agar dapat mengambil sampel sayatan pengamatan
serta mengetahui beberapa penggolongan pori, dan jari-jari dari sampel.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. SIFAT MAKROSKOPIS KAYU

1. Pengamatan Pori
a. Hasil
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Pori
Sebaran pori Jelas dengan Jelas Hanya jelas
No Jenis kayu A B C mata dengan dengan
telanjang lensa lensa
1. Sampel 5x5x5

Keterangan :
A = Pori tata lingkar
B = Pori tata baur
C = Pori semi tata lingkar/baur

b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa pada
sampel 5x5x5memiliki pori tata baur yang dapat dilihat menggunakan
mata telanjang. Hal ini dikarenakan pada permukaan kayu terdapat pori-
pori permukaan besar dan pori-pori berukuran kecildan berbaur.
Pori tata lingkar adalah pori yang perubahannya terjadi secara
mendadak sehingga kelihatan dengan jelas perbedaan antara pori yang
besar dengan pori yang kecil. Sedangkan pori tata baur adalah pori kayu
yang perubahannya terjadi secara berangsur-angsur sehingga perubahan
porinya akan terlihat seragam karena berbaur. Selain itu, dikenal juga
pori semi tata lingkar dan pori semi tata baur (Prawirohatmojo, 1999).
2. Pengamatan warna
a. Hasil
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Warna
Keputih Kuning Coklat Kecoklat- Dll.
No Jenis kayu -putihan muda Tua coklatan (Ket)
1 Meranti

2 Langsat

3 Nyatoh

4 Asam jawa

5 5x5x5 cm

b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa
kayumeranti dan kayu 5x5x5 cm berwarna kecoklat-coklatan, kayu nyatoh
memiliki warna coklat tua, kayu asam jawa memiliki warna keputih-
putihan, sedangkan pada kayu langsat memiliki warna kuning muda.
Perbedaan warna ini mungkin disebabkan oleh perbedaan jenins kayunya
dimana setiap kayu di atas memiliki karakteristik yang berbeda baik secara
genetik, maupun fakor lingkungan dari kayu itu sendriri seperti suhu,
angin, dan cahaya matahari.
Kayu yang berasal dari pohon yang lebih tua dapat mempunyai warna
yang lebih tua (lebih gelap) bila dibandingkan dengan bagian kayu yang
berasal dari pohon yang lebih muda dari jenis yang sama. Kayu yang
kering berbeda warnanya bila dibandingkan dengan warna kayu yang
basah. Kayu yang sudah lama tersimpan ditempat terbukawarnanya bisa
lebih gelap atau lebih terang dibandingkan dengan kayu yang segar, ini
tergantung kepada keadaan lingukngannya. Pada umunya warnadari suatu
jenis kayu bukan merupakan warna yang murni, tetapi merupakan warna
campuran dari beberapa jenis warna, sehingga dalampenampilannya sulit
untuk dapat dinyatakan secara tepat dengan kata-kata (Pandit dan Ramdan,
2002).
.
3. Pengamatan Tekstur
a. Hasil
Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Tekstur
Halus (diameter Agakkasar Kasar
No Jenis kayu selserabut< 30) (diameter sel (diameter
serabut 30-45) selserabut>
45)
1 Meranti
2 Langsat

3 Nyatoh
4 Asam jawa
5 5x5x5 cm

b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa
kayu asam jawa dan kayu berukuran 5x5x5 cmyang di amati bertekstur
agak kasar. Hal ini dikarenakan kayu tersebut tersusun oleh sel-sel trakeid
yang rapi dan berjajarserta memiliki ukuran sel-sel yang agak besar
sehingga terasa agak kasar. Sedangkan pada kayu meranti.langsat dan
nyatoh memiliki tekstru yang halus. Dikarenakan kayu tersebut memiliki
ukuran sel-sel yang kecil sehingga terasa halus.
Tekstur dikatakan halus apabila ukuran dari sel-selnya sangat kecil.
Sebagai contoh, diameter sel serabut lebih kecil dari 30 ini akan
menyebabkan kayu bertekstur halus. Diameter antara 30-45 tekstur agak
kasar. Bila diameter lebih dari 45 , tekstur kasar (Pandit dan Ramlan,
2002).Pada pengamatan yang kami lakukan bisa saja tidak tepat
dikarenakan persepsi pratikan berbeda terhadap tekstur kayu yang di amati
karena pengamatan ini menggunakan tangan yang masing-masing
memiliki pendapat tersendiri untuk jenis kayu yang diamati.
4. Pengamatan Kekerasan
a. Hasil
Tabel 1.4 Hasil Pengamatan Kekerasan
No Jeniskayu Sangat Keras Keras Sedang
1 5x5x5 cm

b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa
kayu berukuran 5x5x5 cm memiliki tingkat kekerasan yang sedang. Hal
ini di sebabkan karena selnya tidak terlalu rapat sehingga tingkat
kekerasannya sedang. Dapat pula di lakukan percobaan dengan memotong
kayu tersebut ke arah melintang, kayu yang keras akan sangat sulit
dipotong pada arah melintangnya dengan pisau.
Kekerasan dari suatu jenis kayu biasanya ditentukan oleh banyak
tidaknya zat dinding sel dalam kayu. Kayu keras biasanya dihasilkan dari
kayu daun lebar yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau atau
pada musim gugur, sedangkan kayu daun jarum menghasilkan kayu yang
lunak. Dalam pebagian antara kayu daun lebar dan kayu daun jarum di
dasarkan dengan ada tidak pembuluhnya (Sjostrom, 1995)

5. Pengamatan Berat
a. Hasil
Tabel 5 Hasil Pengamatan Berat
Sangat Berat/agakberat Ringan Sangat
No Jeniskayu Berat /agakringan Ringan
1 5x5x5 cm

b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa kayu
yang berukuran 5x5x5cm berat/agak berat. Hal ini disebabkan karena berat
kayu dipengaruhi oleh banyaknya pori dalam kayu. Semakin banyak pori
pada kayu, maka semakin ringan dan sebaliknya kayu yang kurang
memiliki pori maka kayu tersebut akan semakin berat.
Hal tersebut membuktikan pernyataan Dumanauw (1990) bahwa
berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun,
rongga selnya, jumlah pori, kadar air yang terkandung didalamnya dan zat-
zat ekstraktifnya. Berat suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya
berat jenis kayu yang bersangkutan dan dipakai sebagai patokan berat
kayu.

6. Pengamatan Kilap
a. Hasil
Tabel 6 Hasil Pengamatan Kilap
Kilap
No Jeniskayu Kusam Agakmengkilap Sangatmengkilap
1 5x5x5 cm

b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa kayu
5x5x5x cm terlihat agak mengkilap. Hal ini dikarenakan rendahnya kadar
air yang ada dalam kayu tersebut serta zat ekstraktif yang dikandung
mempengaruhi kilap tidaknya kayu.
Jika makin tinggi kadar air dalam kayu, makin kusam permukaan
kayu dan sebalikntya, makin rendah kadar air kayu, maka permukaaan
kayu akan mengkilap (Sjostrom, 1995).
7. Pengamatan arah serat dan kesan raba
a. Hasil
Tabel 7 Hasil pengamatan arah serat dan kesan raba

No Jeniskayu Arahserat Kesanraba


Lurus Miring Terpadu Licin Kasar
1 5x5x5 cm

b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa kayu
5x5x5 cm memiliki arah serat yang terpadu dengan kesan raba yang kasar,
hal ini dikarenakan terdapat sel-sel panjang sejajar dengan sumbu batang.
Kayu dikatakan mempunyai serat lurus jika arah umum dari sel-sel
panjang sejajar dengan sumbu batang. Jika arah umum dari sel-sel panjang
tadi menyimpang atau membentuk sudut dengan sumbu batang pohon
maka disebut serat miring. Serat miring terbagi lagi menjadi serat terpadu,
bila serat secara berganti-ganti mempunyai arah serat miring ke kiri atau
ke kanan terhadap sumbu batang,serat berombak, yaitu bila serat-seratnya
berombak, serat terpilin, yaitu bila serat dari batang membuat gambaran
mengelilingi sumbunya, dan serat diagonal, yang disebabkan oleh efek
penggergajian (Pandit dan Ramlan, 2002).
B. PREPARAT GOSOK
1. Pengamatan Penyebaran Pori
a. Hasil
Tabel 1 Hasil Pengamatan Penyebaran Pori
Penyebaran Pori
No Jenis Kayu Kelompok Kelompok
Tersebar Berombak Gerombol
Radial Miring

1 KDL 1

2 KDL 2

3 KDJ 1

4 KDJ 2

b.Pembahasan

Dari hasil pengamatan penyebaran pori yang telah dilakukan dapat


dilihat bahwa pada kayu daun lebar satu, pola
penyebaranporinyabergerombol hal ini dikarenakan pori-porinya terlihat
mengelompok pada zona-zona tertentu. Pada kayu daun lebar dua pola
penyebaran porinya tersebar hal ini dikarenakan pori-porinya terlihat
tersebar merata. Sedangkan pada kayu daun jarum tidak ditemukan pori
hal ini dikarenakan karena susunan selnya yang rapi bebentuk radial
sedangkan pada kayu daun lebar susunan selnya berantakan.
2. Pengamatan penggabungan pori
a. Hasil
Tabel 2 Hasil Pengamatan Penggabungan pori
Penggabungan Pori

No Jenis Kayu Soliter Sebagian Soliter + Sebagian


Besar Gabungan Besar Soliter
Gabungan

1 KDL 1

2 KDL 2
3 KDJ 1
4 KDJ 2

b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui
bahwapada kayu daun lebar satu dan dua di dominasi pori soliter hal ini
dikarenakan pada penampang lintang terlihat kelihatan terpisah satu sama
lain oleh jaringan sel-sel lain hal ini dikarenakan pada penampang lintang
lebih dominan kelihatan terpisah.

Penggabungan pori dapat dilihat bahwa jika pori-pori pada


penampang lintang kelihatan terpisah satu sama lain oleh jaringan sel-sel
lain, pori itu dikatakan soliter. Jika pori-pori ada yang bersinggungan
tetapi bidang singgungnya masih merupakan titik atau bidang lengkung,
pori-pori ini masih digolongkan dalam bidang soliter tetapi lebih
dominan.(Pandit dan Ramlan, 2002).
3. Pengamatan Penyebaran Parenkim
a. Hasil
Tabel 3 Hasil Pengamatan Penyebaran Parenkim
Penyebaran Parenkim

Garis Garis

Confluent
No Jenis Kayu

Selubung
Tersebar

Aliform
Scanty
Tangensial Tangensial
Pendek Panjang

1. KDL 1

2. KDL 2

3. KDJ 1
4. KDJ 2

b.Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa pada
kayu daun lebar memiliki tipe penyebaran pori selubung hal ini dikarenakan
terdapat selubung-selubung pada pori kayu tersebut yang dapat dilihat
dengan mata menggunakan lup. Sedangkan pada kayu daun jarum memiliki
tipe penyebaran pori garis tangensial pendek yang dapat dilihat dengan lup.
Parenkim sebar, yaitu yang terdapat secara soliter atau dalam
kelompok kecil yang tersebar pada jaringan kayu, parenkim garis tangensial
pendek, yaitu parenkim yang terdapat dalam kelompok-kelompok yang
mengarah tangensial, parenkim pita konsentris, yaitu parenkim yang terdapat
dalam kelompok-kelompok yang memanjang mengarah tangensial dan
mengelilingi batang; dan parenkim pita marginal, yaitu parenkim terdapat
dalam kelompok-kelompok berupa pita-pita pada batas lingkaran tumbuh.
Sedangkan parenkim paratrakeal dibagi atas parenkim paratrakeal sepihak,
yaitu parenkim terdapat berkelompok dan bersinggungan dengan pori, tetapi
tidak pada seluruh kelilling pori; parenkim paratrakeal selubung, yaitu
parenkim berkelompok yang mengelilingi seluruh pori, parenkim paratrakeal
aliform, yaitu parenkim terdapat dalam kelompok-kelompok yang
menyelubungi pori dan kelihatan seperti sayap yang mengarah tangensial,
dan parenkim paratrakeal konfluen,yaitu parenkim paratrakeal aliform yang
saling bersambungan (Pandit dan Ramlan, 2002).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

1. Praktek : Agar dapat mengembangkan Ilmu yang dapat memberikan


manfaat, khususnya pada sektor kehutanan baik jangka pendek maupun
jangka menengah/panjang.
2. Praktikum :
DAFTAR PUSTAKA

Dumanauw, 1990, Mengenal kayu. Konssios.Jogjakarta.


Haygreen dan Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gajah Mada
Universitas Press.Jogjakarta.
Hendarti, L. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Alam.Yayasan Pustaka Obor
Indonesia. Jakarta.
Pandit dan Ramdan, H. 2002.Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu sebagai
Bahan Baku. Tarsito. Bandung.
Pandit, I Ketut N. dan Hikmat Ramlan, 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat
Kayu Sebagai Bahan Baku. IPB. Bogor..
Sjostrom, E. 1995. Kimia kayu. Gajah Mada Universitas Press. Jogjakarta
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


1. Pengenalan Sifat Makroskopis Kayu
Praktikum Ilmu kayu ini dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Agustus
2017 pukul 15:00 16:00 di Laboratorium Teknologi Pengolahan
Kayu, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.

2. Preparat Gosok
Praktikum Ilmu kayu ini dilaksanakan pada hari Rabu, 6
September 2017 pukul 15:00 16:00 di Laboratorium Teknologi
Pengolahan Kayu, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.

3. Preparat Sayatan
Praktikum Ilmu kayu ini dilaksanakan pada hari Rabu, 13
September 2017 pukul 15:00 16:00 di Laboratorium Teknologi
Pengolahan Kayu, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.

B. Alat dan Bahan


1. Pengenalan Sifat Makroskopis Kayu
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
a. Potongan Kayu berukuran (5 x 5 x 5) cm
b. Cutter (pisau tajam)
c. Lup
d. Buku Gambar

2. Preparat Gosok
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
a. Potongan kayu berukuran (2 x 2 x 2) cm
b. Cutter
c. Kaca Gosok
d. Objek Glass
e. Karborendum
f. Air
g. Lup
h. Eukit / Lem UHU
i. Label

3. Preparat Sayatan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
a. Gelas piala
b. Cutter
c. Mikroskop
d. Objek glass
e. Penangas air
f. Deck Glass
g. Pinset
h. Kawat
i. Pemberat
j. Alat Tulis Menulis
k. Sampel kayu berukuran (2 x 2 x 2) cm
l. Aquadest
m. Eukit
n. Alkohol 30%, 50%, 70% dan 90%
o. Tissu roll
p. Label

C. Prosedur Kerja
1. Pengenalan Sifat Makroskopis Kayu
Prosedur dalam praktikum ini, adalah:
a. Siapkan potongan kayu yang akan diamati.
b. Amatilah sifat makroskopisnya secara langsung untuk kilap, warna
kayu, serat, tekstur, jari-jari dan berat.
c. Dengan bantuan lup, amati sebaran porinya.
d. Untuk kesan raba dan kekerasan gunakan kuku dan cutter.
e. Catat hasil pengamatan.
f. Gambarkan pori dan jari-jari dari kayu yang diamati.

2. Preparat Gosok
Prosedur dalam praktikum ini, adalah:
a. Siapkan sampel kayu berukuran (2 x 2 x 2) cm menurut arah sumbu
anisotropiknya.
b. Siapkan kaca gosok, kemudian taburi karborendum secukupnya
dan tambahkan sedikit air.
c. Gosoklah kaca tersebut dengan menggunakan objek glass hingga
rata dan kaca gosok menjadi kasar dan tajam ( 10 menit).
d. Cucilah kaca gosok tersebut hingga bersih.
e. Gosoklah bidang transversal (melintang) sampel kayu pada kaca
gosok sambil menjaga agar kaca gosok dan sampel tetap dalam
keadaan basah dengan bantuan air. Penggosokan dinyatakan selesai
setelah diperoleh sampel kayu yang bidang melintangnya
mempunyai permukaan yang rata dan semua elemen-elemen
penyusun kayu jelas terlihat dengan bantuan lup.
f. Lekatkan / tempelkan bidang melintang yang bersebelahan dengan
yang digosok pada objek glass dengan eukit.
g. Beri keterangan dengan menggunakan kertas label tentang nama
spesies (dalam bahasa daerah, latin atau Indonesia) dan familinya.
h. Amati parenkim, pori dan lingkaran tahunnya.

3. Preparat Sayatan
Prosedur dalam praktikum ini, adalah:
a. Siapkan sampel kayu berukuran (2 x 2 x 2) cm menurut arah
sumbu anisotropiknya.
b. Pada masing-masing sampel yang telah disiapkan tersebut diberi
label. Khusus untuk sampel kayu yang berberat jenis tinggi direbus
terlebih dahulu pada penangas air dengan menggunakan gelas
piala.
c. Selanjutnya dilakukan perendaman dengan alkohol gliserin selama
3 minggu. Satu minggu dalam alkohol : gliserin (3 : 1), seminggu
dalam alcohol : gliserin (1 : 1), dan seminggu dalam alkohol :
gliserin (1 : 3).
d. Penyayatan dilakukan terhadap ketiga bidang pengamatan dengan
menggunakan pisau sayat atau cutter.
e. Hasil sayatan diletakkan pada cawan Petri yang berisi aquadest.
Untuk memberikan ketajaman dalam pengamatan pada mikroskop
maka dilakukan pewarnaan dengan menggunakan safranin.
f. Langkah-langkah pewarnaan adalah sebagai berikut: Hasil sayatan
dihidrasi dengan alkohol 30%, 10% dan aquadest masing-masing
selama dua menit, kemudian memberikan zat warna safranin 2%
dan menyimpannya selama 24 jam, kemudian mencuci dengan
aquadest sampai bersih dan dihidrasi secara berurutan masing-
masing dengan alkohol (30%, 50%, 70% dan 90%) masing-masing
selama dua menit.
g. Sayatan disusun pada objek glass dengan memberikan label
masing-masing kemudian ditetesi dengan eukit lalu ditutup dengan
deck glass.

Anda mungkin juga menyukai