Anda di halaman 1dari 5

Mendidihkan air kelapa selama 3 menit (dalam keadaan mendidih)

Tuangkan gula pasir kedalam air kelapa yang mendidih

Matikan kompor dan biarkan air kelapa menjadi dingin

Menuangkan asam cuka sekitar 10 ml kedalam larutan air kelapa hingga kadar ke asaman sekitar 4,5

Tambahkan strater bakteri Acetobacter Xylinum kedalam larutan, aduk-aduk hingga merata

Tuangkan adonan kedalam lowyang atau baskom

Tutup bahan nata de coco dengan koran dan ikat dengan tali rafia.

tunggu hingga kurang lebih 14 hri agar menjadi nata.

Nata yang telah jadi di cuci dengan air dan rendam hingga 2-3 hari

Setelah di rendam di rebus dengan air dan gula agar mengenyal dan manis

Nata di iris-iris sesuai selera dan siap untuk di konsumsi

Air kelapa mentah di saring, dan dimasukkan ke dalam panci stenless ukuran 5 liter di masak sampai
mendidih 100 derajat celcius

2. Setelah mendidih masukkan gula putih 250 gr, za 0,5 gr, cuka 50 cc.

3. Campuran air kelapa yang sudah mendidih dimasukan ke dalam baki plastik yang bersih atau steril.

4. Tutuplah baki-baki tersebut dengan kertas koran steril yang sudah dijemur dengan panas matahari.

5. Baki-baki ditutup rapat dan disusun di atas rak baki secara rapi dan ditiriskan sampai dingin untuk
diberi bibit nata de coco

6. Pembibitan dilakukan pada pagi hari dan hasil pembibitan ditutup kembali

6. Baki hasil pembibitan tidak boleh terganggu atau tergoyang

7. Biarkan baki pembibitan itu selama satu minggu dan jangan terganggu atau tergoyang oleh apapun.
8. Buka hasil pembibitan setelah berumur satu minggu.

Produk Nata de coco yang berbahan dasar air kelapa merupakan salah satu sumber serat yang baik bagi
tubuh. Makanan olahan modern ini pertama kali ditemukan di Fillipina dan banyak dikembangkan juga
di Indonesia seiring jumlah konsumen Nata de coco yang mulai menjamur di Indonesia. baca : Agrindo
Suprafood Produsen Nata de Coco Dari Bantul

Hoax Bahaya Urea Pada Produk Nata

Apa saja sih bahan-bahan pembuat Nata de coco itu?. Beberapa waktu yang lalu di kawasan Godean,
Sleman, Yogyakarta. terdapat salah satu pabrik pengolah nata de coco yang kedapatan menggunakan
bahan ZA atau Urea yang biasa digunakan untuk pupuk sawah dalam proses pembuatannya.

Penambahan pupuk Urea menjadi salah satu masalah yang paling disorot dalam kasus pabrik nata di
Godean ini. Benarkah penambahan ZA di nata de coco itu berbahaya? Jawabannya Tidak, selagi ZA yang
digunakan diproduksi untuk bahan makanan dan sesuai dengan ambang batas maksimum.

Proses pembuatan nata de coco merupakan salah satu pengolahan bahan makanan yang melibatkan
bakteri dalam proses pembuatannya, bakteri yang digunakan adalah Acetobacter xylinum. Tentu saja
nata de coco adalah produk makanan yang pastinya menyehatkan karena kaya akan fiber atau serat
sehingga membantu proses pencernaan. Jangan sampai dengan adanya berita di atas maka masyarakat
menurun minatnya untuk makan nata de coco. Terlebih usaha produksi nata de coco ini juga dapat
menciptakan banyak kewirausahaan baru.

Berikut Proses Pembuatan Nata de Coco Secara Umum

Bahan yang digunakan adalah air kelapa, starter nata, gula, urea, air bersih dan asam asetat (asam
cuka). Pada prinsipnya bakteri Acetobacter xylinum yang ditambahkan pada larutan air kelapa, cuka,
dan gula memerlukan makanan atau nutrien untuk pertumbuhannya, sama seperti manusia yang
memerlukan makanan untuk hidup dan berkembang, yakni meliputi unsur karbon dan nitrogen.

Unsur karbon dapat dipenuhi dari bahan gula. Unsur nitrogen diperoleh dari urea. Jadi urea
ditambahkan sebagai salah satu pemasok nutrien guna pertumbuhan dan perkembangbiakan nata.
Dengan catatan ambang batas dibawah 0.5% bahan seluruhnya.

ZA untuk pemenuhan kebutuhan nitrogen mungkin bisa diganti dari sumber lain, seperti protein. Akan
tetapi harganya jauh lebih mahal dari ZA. Kebutuhan protein dapat dipenuhi dari penggunaan air
rebusan kecambah kacang hijau atau limbah proses pembuatan tahu.

Selain itu ditambahkan juga asam cuka untuk memberi suasana asam yang merupakan kondisi agar
bakteri penghasil nata de coco bisa hidup dan berkembang. Jika tidak ditambahkan asam asetat, maka
pH larutan masih bersifat mendekati netral yang akan menyebabkan pertumbuhan bakteri akan sangat
lambat, konsekuensinya produksi nata de coco akan lambat juga, bahkan mungkin akan gagal atau nata
de coco tidak jadi.

Proses pembuatan nata de coco sendiri cukup mudah mulai dari penyiapan air kelapa dengan jalan
disaring. Hasilnya ini kemudian ditambahkan gula pasir dan urea (dengan takaran sesuai standar) dan
diaduk hingga larut. Larutan kemudian direbus dipanaskan dan dibiarkan pada kondisi mendidih selama
15-30 menit untuk tujuan sterilisasi media.

Iklan
Busa dan kotoran yang timbul selama pendidihan dibersihkan. Kemudian dalam larutan media yang
sudah dipanaskan ini ditambahkan asam asetat glasial (asam cuka) dengan perbandingan 10 mL per liter
medium air kelapa, diaduk hingga merata lalu diangkat dari tungku atau kompor dan dibiarkan dingin
dalam kondisi tertutup. Setelah dingin, baru ditambahkan starter nata. Selanjutnya cairan media
fermentasi ini dituang ke dalam wadah/baki.

Kemudian baki tersebut ditutup dengan kertas koran yang bersih, lalu diikat dengan tali karet atau rafia.
Proses inkubasi dilakukan kira-kira selama 2 minggu. Baki dibiarkan pada ruang kamar dan jangan
sampai terkena panas matahari secara langsung. Produk nata yang dapat dipanen setelah mencapai
ketebalan 1-2 cm.

Setelah dipanen lembaran nata de coco yang ada di permukaan diambil dan dilakukan pencucian
berulang kali dengan air mengalir sampai nata tidak berbau asam. Proses pencucian seperti ini
menjamin produk nata bersih dan tidak membawa campuran media pertumbuhannya. Pada proses
panen setelah 2 minggu ini yang anda perlu tahu adalah urea atau ZA yang ditambahkan ke dalam
larutan nata sudah habis dimakan bakteri yang menghasilkan nata. Urea membantu bakteri berkembang
biak sehingga menghasilkan lembaran nata yang bisa mencapai ketebalan 1-2 cm.

Penggunaan Urea Dalam Nata De Coco

Penggunaan urea pada media tumbuh bakteri nata dari sisi keamanan pangan pada dasarnya tidak
masalah. Dosis urea yang digunakan pun relatif sangat kecil, tidak lebih dari 0,5% dari jumlah
keseluruhan medium. Jauh lebih banyak dosis asam cuka yang digunakan. Perlu Anda ingat bahwa yang
nantinya dikonsumsi sebagai nata de coco merupakan produk dari metabolisme pertumbuhan bakteri,
bukan media pertumbuhan natanya. Juga dalam proses akhirnya, nata itu dicuci terlebih dahulu sampai
bersih dari media pertumbuhan. Ciri nata yang sudah bersih dan aman dikonsumsi adalah sudah tidak
asam lagi.

Memang sudah seharusnya ZA yang digunakan untuk produksi nata de coco didapatkan di toko bahan
kimia maupun foodgrade, dikhawatirkan jika menggunakan pupuk urea tidak memenuhi standar pangan
karena lebih dikhususkan untuk pupuk bukan makanan. Meskipun dalam pembuatan nata menggunakan
urea, namun produk nata de coco dipastikan aman untuk dikonsumsi asalkan dosis sesuai takaran.

Ada analogi sederhana dalam kasus nata de coco dan ZA/urea ini. Beras yang kita makan sehari-hari,
Beras ini diperoleh dari tanaman padi yang tumbuh subur setelah diberi pupuk urea oleh petani. Kita
bukan makan tanaman padi ataupun air lumpur yang menggenangi sawah itu. Jadi kita merasa yakin
beras kita aman dari urea?. Demikian pula pada kasus nata ini, kita makan produk natanya bukan makan
air media pertumbuhan bakterinya.

Anda mungkin juga menyukai