Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia
yang dinamis dan syarat akan perkembangan, karena itu perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan
perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat terus menerus di lakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan. Pemikiran ini mengandung penyempurnaan atau perbaikan
pendidikan menengah kejuruan atau sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk
mengantisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan perlu terus menerus
dilakukan penyelarasan dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha kerja,
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.
Pendidikan memegang peranan penting yang menyangkut kemajuan dan
masa depan bangsa, tanpa pendidikan yang baik mustahil suatu bangsa akan
maju. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia saat ini
adalah dengan cara mengubah paradigma pendidikan. Pada pembelajaran yang
lampau guru biasanya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berbicara
dan sedikit memberikan kesan lain dalam pembelajaran. Hal ini yang membuat
atmosfir pembelajaran di dalam kelas menjadi membosankan.
Guru hanya berperan sebagai informan bagi siswa dan berusaha untuk
memberikan sebanyak mungkin pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran akan
mengena apabila siswa ikut secara aktif dalam proses belajar, sehingga lebih
efektif dan akan lebih mudah bila dibantu dengan media. Salah satu media yang
dapat digunakan adalah dengan memberikan media berupa modul, hand out,
power point, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lain-lain . Dalam model
pembelajaran perlu dibantu media yang mempermudah siswa untuk memahami
konsep yang ada dalam pelajaran produktif sehingga akan mengasah
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
Di SMKN 3 Blitar pada kelas X diterapkan Kurikulum 2013 Revisi. (K13)
Revisi Menengah Kejuruan ditegaskan bahwa : Tujuan Pendidikan Menengah
Kejuruan adalah untuk mempersiapkan insan yang memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradapan dunia.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut perlu dilakukan
perubahan terhadap pembelajaran yang berlangsung selama ini di sekolah atau
kelas, yaitu pembelajaran yang semula berorientasi pada guru menjadi
pembelajaran yang berorientasi pada optimalisasi kompetensi peserta didik serta
proses pencapaiannya. Perubahan tersebut perlu dilakukan karena pembelajaran
yang berorientasi pada guru, keterlaksanaannya lebih bersifat menekankan
pencapaian target kurikulum pada ranah pengetahuan saja. Pengembangan
kemampuan psikomotorik dan afektif sangat diperlukan untuk kepentingan
kehidupan jangka panjang.
Menurut Sanjaya (2010:162) proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen
pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan
(siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran.
Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi.
Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat
diterima oleh siswa dengan optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran dapat
dipahami dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan
salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu,
maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan model
pembelajaran, berbagai media dan sumber belajar. Berdasarkan realita
pembelajaran yang selama ini dilaksanakan, metode ceramah sering digunakan
guru sebagai metode pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar bukan hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan saja, akan tetapi penyajian ilmu yang menarik keaktifan siswa dan
menarik belajar siswa sehingga memiliki semangat untuk memperoleh hasil
belajar yang lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menduga bahwa metode, model
pembelajaran dan pemanfaatan media pembelajaran serta usaha yang dilakukan
guru selama ini belum efektif. Prastowo (2013 : 68) berpendapat bahwa model
pembelajaran merupakan acuan pembelajaran yang secara sistematis
dilaksanakan berdasarkan pola - pola pelajaran. Melalui model pembelajaran,
guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi, keterampilan, cara
berpikir, dan mengekpresikan idenya. Oleh karena itu dalam mata pelajaran
keamanan pangan(sanitasi, hygiene dan keselamatan kerja) perlu di terapkan
sebuah model pembelajaran agar peserta didik lebih termotivasi dan aktif
sehingga hasil belajar meningkat dan bisa memecahkan sebuah konsep konsep
atau prinsip belajar dengan kemampuannya sendiri.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka mendorong penulis
untuk mengadakan penelitian yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR KEAMANAN PANGAN (SANITASI, HYGIENE, DAN
KESEAMATAN KERJA) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY
LEARNING PADA SISWA KELAS X JASA BOGA 7 SMK NEGERI 3 BLITAR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

B. Rumusan Masalah Dan Pemecahan Masalah


1. Bagaimana daya serap siswa dari penyampaian materi pembelajaran sebelum
diterapkan dengan model pembelajaran discovery learning?
2. Bagaimana daya serap siswa dari penyampaian materi pembelajaran setelah
diterapkan dengan model pembelajaran discovery learning?
Rencana pemecahan masalah dari rumusan masalah sebagai berikut :
Sehingga berdasaran rumusan masalah tersebut dilaksanakan pemecahan
masalah melalui Penelitian Tindakan Kelas. Masalah yang telah muncul
dipecahkan dengan alternative tindakan yang sesuai. Pada masalah ini tentang
kemampuan daya serap siswa masih kurang, sehingga perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning
supaya siswa memiliki motivasi untuk mengembangkan cara belajar aktif
dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan bertahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa
belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang
dihadapi. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau
permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan
yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui
penemuan sendiri. Permasalahan tersebut berupa tugas untuk mengidentifikasi
beberapa soal dan kasus masalah dalam LKS tentang sanitasi dan hygiene
makanan dengan memberikan sebuah solusi atau jawaban dengan pendapatnya
sendiri sehingga data membuat siswa menjadi lebih paham.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui daya serap siswa terhadap penyampaian materi pembelajaran yang
diterapkan dengan model pembelajaran discovery learning
2. Mengetahui kemamuan guru dalam mengelola siswa menggunakan model
pembelajaran discovery learning
3. Mengetahui respons siswa terhadap hasil belajar dengan model pembelajaran
discovery learning
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan sehingga dapat digunakan sebagai bekal melaksanakan
pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran terutama model
pembelajaran discovery learning, sekaligus sebagai latihan untuk guru pemula
yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai pengalaman ketika menjadi guru
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan informasi untuk lembaga pendidikan,
khususnya SMKN 3 Blitar tentang masukan penggunaan model pembelajaran
dalam upaya peningkatan hasil belajar dan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dan prestasi belajar didalam
mata pelajaran keamanan pangan (sanitasi, hygiene dan keselamatan kerja)
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik
didalam dunia pendidikan maupun lingkungan masyarakat untuk
mencerdaskan kehiduan bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai