Pendidikan salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, karena itu perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat terus menerus di lakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pemikiran ini mengandung penyempurnaan atau perbaikan pendidikan menengah kejuruan atau sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan perlu terus menerus dilakukan penyelarasan dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Pendidikan memegang peranan penting yang menyangkut kemajuan dan masa depan bangsa, tanpa pendidikan yang baik mustahil suatu bangsa akan maju. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia saat ini adalah dengan cara mengubah paradigma pendidikan. Pada pembelajaran yang lampau guru biasanya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berbicara dan sedikit memberikan kesan lain dalam pembelajaran. Hal ini yang membuat atmosfir pembelajaran di dalam kelas menjadi membosankan. Guru hanya berperan sebagai informan bagi siswa dan berusaha untuk memberikan sebanyak mungkin pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran akan mengena apabila siswa ikut secara aktif dalam proses belajar, sehingga lebih efektif dan akan lebih mudah bila dibantu dengan media. Salah satu media yang dapat digunakan adalah dengan memberikan media berupa modul, hand out, power point, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lain-lain . Dalam model pembelajaran perlu dibantu media yang mempermudah siswa untuk memahami konsep yang ada dalam pelajaran produktif sehingga akan mengasah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Di SMKN 3 Blitar pada kelas X diterapkan Kurikulum 2013 Revisi. (K13) Revisi Menengah Kejuruan ditegaskan bahwa : Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah untuk mempersiapkan insan yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradapan dunia. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut perlu dilakukan perubahan terhadap pembelajaran yang berlangsung selama ini di sekolah atau kelas, yaitu pembelajaran yang semula berorientasi pada guru menjadi pembelajaran yang berorientasi pada optimalisasi kompetensi peserta didik serta proses pencapaiannya. Perubahan tersebut perlu dilakukan karena pembelajaran yang berorientasi pada guru, keterlaksanaannya lebih bersifat menekankan pencapaian target kurikulum pada ranah pengetahuan saja. Pengembangan kemampuan psikomotorik dan afektif sangat diperlukan untuk kepentingan kehidupan jangka panjang. Menurut Sanjaya (2010:162) proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran, berbagai media dan sumber belajar. Berdasarkan realita pembelajaran yang selama ini dilaksanakan, metode ceramah sering digunakan guru sebagai metode pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi penyajian ilmu yang menarik keaktifan siswa dan menarik belajar siswa sehingga memiliki semangat untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menduga bahwa metode, model pembelajaran dan pemanfaatan media pembelajaran serta usaha yang dilakukan guru selama ini belum efektif. Prastowo (2013 : 68) berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola - pola pelajaran. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan idenya. Oleh karena itu dalam mata pelajaran keamanan pangan(sanitasi, hygiene dan keselamatan kerja) perlu di terapkan sebuah model pembelajaran agar peserta didik lebih termotivasi dan aktif sehingga hasil belajar meningkat dan bisa memecahkan sebuah konsep konsep atau prinsip belajar dengan kemampuannya sendiri. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KEAMANAN PANGAN (SANITASI, HYGIENE, DAN KESEAMATAN KERJA) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS X JASA BOGA 7 SMK NEGERI 3 BLITAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
B. Rumusan Masalah Dan Pemecahan Masalah
1. Bagaimana daya serap siswa dari penyampaian materi pembelajaran sebelum diterapkan dengan model pembelajaran discovery learning? 2. Bagaimana daya serap siswa dari penyampaian materi pembelajaran setelah diterapkan dengan model pembelajaran discovery learning? Rencana pemecahan masalah dari rumusan masalah sebagai berikut : Sehingga berdasaran rumusan masalah tersebut dilaksanakan pemecahan masalah melalui Penelitian Tindakan Kelas. Masalah yang telah muncul dipecahkan dengan alternative tindakan yang sesuai. Pada masalah ini tentang kemampuan daya serap siswa masih kurang, sehingga perlu dilakukan perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning supaya siswa memiliki motivasi untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri. Permasalahan tersebut berupa tugas untuk mengidentifikasi beberapa soal dan kasus masalah dalam LKS tentang sanitasi dan hygiene makanan dengan memberikan sebuah solusi atau jawaban dengan pendapatnya sendiri sehingga data membuat siswa menjadi lebih paham. C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui daya serap siswa terhadap penyampaian materi pembelajaran yang diterapkan dengan model pembelajaran discovery learning 2. Mengetahui kemamuan guru dalam mengelola siswa menggunakan model pembelajaran discovery learning 3. Mengetahui respons siswa terhadap hasil belajar dengan model pembelajaran discovery learning D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan sehingga dapat digunakan sebagai bekal melaksanakan pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran terutama model pembelajaran discovery learning, sekaligus sebagai latihan untuk guru pemula yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai pengalaman ketika menjadi guru 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian dapat dijadikan informasi untuk lembaga pendidikan, khususnya SMKN 3 Blitar tentang masukan penggunaan model pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar dan prestasi belajar siswa. 3. Bagi Siswa Membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dan prestasi belajar didalam mata pelajaran keamanan pangan (sanitasi, hygiene dan keselamatan kerja) 4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik didalam dunia pendidikan maupun lingkungan masyarakat untuk mencerdaskan kehiduan bangsa dan negara.