Anda di halaman 1dari 35

Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kostruksi jalan raya sebagai sarana transportasi adalah


merupakan unsur yang sangat penting dalam usaha meningkatkan
kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraannya. Dalam
kehidupan kita sehari-hari sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat hidup
tanpa bantuan orang lain, maka dengan adanya prasarana jalan ini,
maka hubungan antara suatu daerah dengan daerah lain dalam suatu
negara akan terjalin dengan baik. Sarana yang dimaksud disini adalah
sarana penghubung yang melalui darat, laut dan udara. Dari ketiga sarana
tersebut, akan ditinjau prasarana yang melalui darat.
Dalam perencanaan geometrik termasuk juga perencanaan tebal
perkerasan jalan, karena dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari
perencanaan geometrik sebagai suatu perencanaan jalan seutuhnya.
Bertambahnya jumlah dan kualitas kendaraan dan berkembangnya
pengetahuan tentang kelakukan pengendara serta meningkatnya jumlah
kecelakaan, menuntut perencanaan geometrik supaya memberikan
pelayanan maksimum dengan keadaan bahaya minimum dan biaya yang
wajar.
Perancangan geometrik jalan tentunya akan berdampak terhadap
lingkungan sekitar. Dampak yang ditimbulkan tentunya ada yang baik
tapi juga ada yang buruk. Yang akan dibahas dalam tulisan ini ialah
rencana drainase jalan, dampak pemotongan bukit terhadap lingkungan,
dampak pengurugan lembah terhadap lingkungan, pembangunan jalan
yang melalui jalan terhadap lingkungan, dan rancangan jalan yang akrab
lingkungan dan berkelanjutan.

Sistem Drainase Jalan 1


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas ialah:
1.2.1. Apa itu Drainase Jalan ?
1.2.2. Apa Fungsi dari Drainase Jalan ?
1.2.3. Bagaimana perancangan Drainase Jalan?
1.2.4. Apa dampak pembangunan jalan yang melalui hutan terhadap
lingkungan ?
1.2.5. Bagaimana rancangan jalan yang akrab lingkungan
dan berkelanjutan?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar dapat memberikan gambaran
mengenai dampak perancangan geometrik jalan terhadap lingkungan.

1.4. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini ialah:
1.4.1. Dapat mengetahui tentang drainase jalan dan
perancangan drainase jalan
1.4.2. Dapat mengetahui tentang dampak pemotongan bukit
terhadap lingkungan
1.4.3. Dapat mengetahui tentang dampak pengurugan
lembah terhadap lingkungan
1.4.4. Dapat mengetahui tentang dampak pembangunan
jalan yang melalui hutan terhadap lingkungan.
1.4.5. Dapat mengetahui tentang perancangan jalan yang
akrab lingkungan dan berkelanjutan

Sistem Drainase Jalan 2


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Drainase Jalan


Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang
sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan
komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur
khususnya). Berdasarkan fungsinya Drainase dapat diklasifikan menjadi 2 yaitu:

2.1.1. Drainase Permukaan


Drainase Permukaan ialah sistem drainase yang berkaitan dengan
pengendalian air permukaan. Sistem drainase permukaan pada konstruksi jalan
raya pada umumnya berfungsi sebagai berikut:
1. Membawa air hujan dari permukaan jalan ke pembuangan air
2. Menampung air tanah (dari subdrain) dan air permukaan yang mengalir
menuju jalan
3. Membawa air menyebrang alinyemen jalan secara terkendali
Dua fungsi yang pertama dikendalikan oleh komponen drainase memanjang,
sementara fungsi ketiga memerlukan bangunan drainase melintang,
seperti culvert, gorong-gorong, dan jembatan. Berikut adalah gambar dari sistem
drainase permukaan:

Gambar 2.1 Sistem Drainase Permukaan

Sistem Drainase Jalan 3


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Sistem drainase permukaan pada umumnya terdiri dari:

2.1.1.1 Kemiringan Melintang Perkerasan Drainase


a. Pada daerah jalan yang datar dan lurus
Penanganan pengendalian air untuk daerah ini biasanya
dengan membuat kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai
dari tengah perkerasan menurun/melandai ke arah selokan
samping. Besarnya kemiringan bahu jalan biasanya diambil 2%
lebih besar daripada kemiringan permukaan jalan. Besarnya
kemiringan melintang normal pada perkerasan jalan dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 2.1
Kemiringan Melintang Normal Perkerasan Jalan

Berikut ini adalah gambar untuk kemiringan melintang


normal pada daerah yang datar dan lurus :

Gambar 2.2 Kemiringan Melintang Normal pada Daerah yang Datar dan Lurus.

Sistem Drainase Jalan 4


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

b. Daerah jalan yang lurus pada tanjakan/penurunan


Penanganan pengendalian air pada daerah ini
perlu mempertimbangkan pula besarnya kemiringan alinyemen
vertikal jalan yang berupa tanjakan dan turunan, supaya aliran air
secepatnya bisa mengalir ke selokan samping. Untuk itu maka
kemiringan melintang perkerasan jalan disarankan agar menggunakan
nilai-nilai maksimum pada tabel 1.

c. Pada Daerah Tikungan


Kemiringan melintang perkerasan jalan pada daerah ini biasanya harus
mempertimbangkan pula kebutuhan kemiringan jalan
menurut persyaratan alinyemen horisontal jalan, karena itu kemiringan
perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan
menurun/melandai ke sisi dalam tikungan. Besarnya kemiringan pada
daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum dari kebutuhan kemiringan
alinyemen horisontal atau kebutuhan kemiringan menurut keperluan
drainase.

Gambar 2.3 Kemiringan Melintang pada Daerah Tikungan.

Sistem Drainase Jalan 5


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

2.1.1.2. Selokan samping


Selokan samping adalah selokan yang dibuat disisi kiri dan
kanan badan
jalan.
a. Fungsi Selokan Samping
o Menampung dan membuang air yang berasal dari permukaan jalan
o Menampung dan membuang air yang berasal dari daerah
pengaliran sekitar jalan
o Dalam hal pengaliran luas sekali atau terdapat air limbah , maka
untuk itu harus dibuat sistem drainase terpisah/tersendiri
b. Bahan Bangunan Selokan Samping
Pemilihan jenis material untuk selokan samping umumnya
ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran air yang akan
melewati selokan samping sedemikian sehingga material dapat
dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2
Kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis
material

Sistem Drainase Jalan 6


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat penampang hidrolis sifat


penampang saluran, salah satunya adalah kemiringan saluran.
Pada Tabel 3 dapat dilihat hubungan antara kemiringan selokan
samping dan tipe material yang digunakan.

Tabel 2.3
Hubungan kemiringan selokan samping (i) dan jenis material

Tabel 2.4
Hubungan kemiringan saluran memanjang (is) berdasarkan jenis
material

Sistem Drainase Jalan 7


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

c. Pematah Arus/Check Dam


Pada suatu selokan samping yang relatif panjang dan mempunyai
kemiringan cukup besar, kadang-kadangdiperlukan pematah arus
(check dam) untuk mengurangi kecepatan aliran. Pemasangan jarak
check dam (L) biasanya ditentukan sebagai berikut:

Gambar 2.4 Pemasangan Jarak Check Dam (L).

d. Penampang Melintang Selokan Samping


Pemilihan tipe penampang selokan samping didasarkan
atas:
Kondisi tanah dasar
Kedudukan muka air tanah
Kecepatan aliran air

e. Perhitungan Dimensi Selokan Samping


Dalam garis besar, perencanaan selokan samping mencakup tiga
tahap
proses sebagai
berikut:
Analisis hidrologi
Perhitungan hidrolika
Gambar rencana

Sistem Drainase Jalan 8


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Analisis hidrologi dilakukan atas dasar data curah hujan,


topografi daerah, karateristik daerah pengaliran serta frekuensi banjir
rencana. Hasil analisi hidrologi adalah besarnya debit air yang harus
ditampung oleh selokan samping. Selanjutnya atas dasar debit yang
kita peroleh maka dimensi selokan samping dapat kita rencanakan
atas dasar analisa/perhitungan hidrolika.

1. Rumus untuk Menghitung Debit (Q)


Biasanya rumus yang digunakan adalah Rational Formula
sebagau
berikut:

Dimana :
Q = Debit (m3/det)
C = Koefisien pengaliran, seperti pada tabel 4 di bawah ini
I = Intensitas hujan (mm/jam) dihitung selama waktu
konsentrasi (Tc) untuk periode banjir rencana
A = Luas daerah pengaliran (km2)
Koefisien Pengaliran (C) :
Koefisien pengaliran adalah koefisien yang besarnya
tergantung pada kondisi permukaan tanah, kemiringan medan,
jenis tanah, lamanya hujan di daerah pengaliran.

Sistem Drainase Jalan 9


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Tabel 2.5
Koefisien Pengaliran (C)

Frekuensi Banjir Rencana:


Frekuensi banjir rencana ditetapkan berdasarkan pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan kerusakan terhadap bangunan- bangunan di sekitar jalan akibat
banjir. Dengan asumsi tingkat kerusakan sedang masih dianggap wajar, maka
frekuensi banjir rencana untuk selokan samping dipilih 5 tahun.

Luas Daerah Pengaliran (A):


Batas-batas daerah pengaliran ditetapkan berdasarkan peta topografi, pada
umumnya dalam skala 1:50.000 1:25.000. Jika luas daerah pengaliran relatif
kecil diperlukan peta dalam skala yang lebih besar. Dalam praktek sehari-hari,
sering terjadi tidak tersedianya peta topografi ataupun peta pengukuran lainnya
yang memadai sehingga menetapkan batas daerah pengaliran merupakan suatu
pekerjaan yang sulit. Jika tidak memungkinkan memperoleh peta topografi yang
memadai, asumsi berikut dapat dipakai sebagai bahan pembanding.

Sistem Drainase Jalan 10


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Gambar 2.5 Asumsi Batas-batas Daerah Pengaliran.

2. Rumus untuk menghitung dimensi


Rumus umum yang dipakai untuk menghitung dimensi adalah sebagai
berikut:

Dimana
F = Luas penampang basah (m2)
Q = Debit (m3/det)
V = Kecepatan aliran (m/det)
Kecepatan aliran (V) dapat dihitung dengan menggunakan Rumus
Manning:

Dimana :
V = kecepatan aliran
n = koefisien kekasaran dinding menurut Manning
R = F/p = jari-jari hidrolis (m)
F = luas penampang basah (m2)
p = keliling penampang basah (m)
i = kemiringan selokan samping
Harga koefisien kekasaran dinding menurut Manning bisa dilihat pada tabel 6,
7, dan tabel 8

Sistem Drainase Jalan 11


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Tabel 2.6
Harga n untuk Rumus Manning

Sistem Drainase Jalan 12


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Tabel 2.7
Harga R untuk Rumus Manning

Sistem Drainase Jalan 13


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Tabel 2.8
Harga-harga I1/2 dari Rumus Manning

Sistem Drainase Jalan 14


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Berikut merupakan gambar dari contoh-contoh untuk tipe-tipe


penampang selokan samping yang lainnya.

Gambar 2.6 Tipe-tipe Penampang Selokan Samping.

2.1.1.3 Gorong-gorong
a. Fungsi
Fungsi gorong-gorong adalah mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi
lainnya. Untuk itu desainnya harus juga mempertimbangkan faktor
hidrolis dan struktur supaya gorong-gorong dapat berfungsi
mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban lalu
lintas dan timbunan tanah.
b. Tipe/Jenis Kontruksi
Mengingat fungsinya maka gorong-gorong disarankan dibuat
dengan tipe konstruksi yang permanen (pipa/kotak beton,
pasangan batu, armco) dan umur rencana 10 tahun.
c. Komposisi Gorong-gorong

Sistem Drainase Jalan 15


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Bagian utama gorong-gorong terdiri atas:


1. Pipa : kanal air utama
2. Tembok kepala : Tembok yang menopang ujung dan
lereng jalan.
3. Tembok penahan : yang dipasang bersudut dengan
tembok kepala, untuk menahan bahu dan kemiringan jalan.
4. Apron (dasar) : Lantai dasar dibuat pada tempat
masuk untuk mencegah terjadinya erosi dan dapat berfungsi
sebagai dinding penyekat lumpur.
Bentuk gorong-gorong umumnya tergantung pada tempat yang ada
dan tingginya timbunan.

d. Penempatan Gorong-gorong
Dalam perencanaan jalan, penempatan dan penentuan jumlah
gorong- gorong harus diperhatikan terhadap fungsi dan medan
setempat/ Agar dapat berfungsi dengan baik, maka gorong-gorong
ditempatkan pada :
1) Lokasi jalan yang memotong aliran air
2) Daerah cekung, tempat air
menggenang
3) Tempat kemiringan jalan yang tajam tempat air dapat
merusak lereng dan badan jalan
4) Kedalaman gorong-gorong yang aman terhadap permukaan
jalan minimum 60 cm

Di samping itu juga harus memperhatikan faktor-faktor lain


sebagai bahan pertimbangan, yaitu :
o Aliran air alamiah
o Tempat air masuk
o Sudut yang tajam pada bagian pengeluaran

Sistem Drainase Jalan 16


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Dengan memperhatikan faktor tersebut maka penempatan gorong-


gorong disarankan untuk daerah datar. Disarankan dengan jarak
maksimum 300 m.

e. Penentuan Dimensi Gorong-gorong


Untuk menentukan dimensi gorong-gorong dipakai
rumus:

dimana:
a = Luas penampang
(m2)
Q = Debit (m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)

2.1.1.4. Penyederhanaan Desain Penampang Saluran Samping


Untuk desain penampang saluran samping yang berfungsi
lokal dengan menggunakan Tabel 8 dan Tabel 9 dengan berbagai
panjang saluran dan kemiringan.
a. Penampang saluran samping jalan tanpa pasangan
Ketentuan-ketentuan untuk menentukan dimensi saluran
samping
tanpa pasangan:
1. Luas minimum penampang saluran samping tanpa
pasangan adalah 0,50 m2

Sistem Drainase Jalan 17


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

2. Tinggi minimum saluran (T) adalah 50 cm

Berdasarkan asumsi-asumsi untuk mendapatkan debit air (Q) dan


ketentuan-ketentuan umum untuk menentukan dimensi saluran
samping tanpa pasangan, maka dapat dihitung penampang saluran
samping. Tabel 8 didapat berdasarkan pada harga lebar dasar saluran
(D) 50 cm dan kemiringan dasar saluran 1:1. Untuk lebar dasar
saluran (D) dan kemiringan saluran yang berbeda, tabel 7 dapat
digunakan dengan catatan luas penampang yang didapat dari hasil
tabel 9 dan ketentuan- ketentuan umum untuk menentukan dimensi
saluran samping tetap terpenuhi.

Gambar 2.7 Ketentuan Umum Menentukan Selokan Samping.

Tabel 2. 9
Tinggi Saluran Samping tanpa pasangan (T)
(Dengan lebar dasar saluran (D) 50 cm)

Sistem Drainase Jalan 18


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

b. Penampang saluran samping jalan dengan pasangan


Ketentuan-ketentuan umum untuk menentukan dimensi saluran samping jalan
dengan pasangan:
1) Luas minimum penampang saluran samping dengan pasangan
adalah 0,50 m2
2) Tinggi minimal saluran (T) adalah 70 cm

Berdasarkan asumsi untuk mendapatkan debit air (Q) dan ketentuan-


ketentuan umum untuk mendapatkan dimensi saluran samping dengan pasangan,
maka dapat dihitung penampang saluran samping.Tabel 10 didapat berdasarkan
pada lebar dasar saluran (D) 70 cm. Untuk lebar dasar saluran (D) dan
kemiringan saluran yang berbeda, tabel 10 data digunakan dengan catatan, luas
penampang yang didapat dari tabel 9 dan ketentuan-ketentuan umum untuk
mendapatkan dimensi saluran samping tetap terpenuhi.

Gambar 2.8 Ketentuan Umum Untuk Menentukan Dimensi Saluran.

Sistem Drainase Jalan 19


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Tabel 2.10
Tinggi saluran samping jalan dengan pasangan tegak (T) (Dengan lebar
saluran dasar (D) 70 cm)

c. Penentuan Gorong-gorong

Pendekatan lain untuk menentukan ukuran gorong-gorong dan saluran kecil atau
ukuran jembatan yang mempunyai bentang < 12 m (bukaan saluran tidak
melebihi 30 m2), dapat menggunakan Rumus Talbot:

dimana:
a = luas saluran gorong-gorong (m2)
r = koefisien pengaliran
= 1 untuk daerah pegunungan
= 0,75 untuk daerah perbukitan
= 0,50 untuk daerah gelombang
= 0,25 untuk daerah datar
A = luas daerah pengaliran (Ha)

Dimensi minimum untuk luas saluran/gorong-gorong adalah 1,13 m2 atau 0,60


cm. Tabel 10 berikut ini akan memberikan luas saluran secara mudah untuk

Sistem Drainase Jalan 20


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

bermacam-macam keadaan medan dan luas daerah pengaliran yang


didasarkan pada Rumus Talbot.

Tabel 2.11
Luas Saluran untuk Gorong-gorong (m2)

2.1.2. Drainase Bawah Permukaan

Drainase bawah permukaan berfungsi menurunkan muka air tanah


dan menurunkan muka air tanah dan mencegat serta membuang air
infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan permukaan jalan atau air yang naik dari
subgrade jalan. Sedangkan 2 fungsi utamanya ialah:
o Menurunkan muka air tanah sampai kedalaman min 1.00 m di bawah
permukaan tanah (di dalam base,urugan tanah atau tanah)
o Mencegat air dari daerah sekitar agar tidak merembes ke dalam urugan
tanah.

Sistem Drainase Jalan 21


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Prinsip-prinsip umum perencanaan drainase jalan:


1. Daya Guna dan Hasil Guna (Efektif dan Efisien)
Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas
drainase sebagai penampung, pembagi, dan pembuang air dapat
sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna.
2. Ekonomis dan Aman
Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah mempertimbangkan
faktor ekonomis dan faktor keamanaan
3. Pemeliharaan
Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi
kemudahan
dan nilai ekonomis dari pemeliharaan sistem drainase
tersebut.

Contoh Perencanaan Drainase


1. Data Kondisi

Gambar 2.9 Perencanaan Drainase.

Sistem Drainase Jalan 22


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

2. Penentuan Daerah Layanan


o Trase jalan pada peta rupabumi
o Panjang segmen 1 saluran (L)= 200m ditentukan dari rute jalan
yang telah diplot di peta topografi daerah tersebut
memungkinkan adanya pembuangan kesungai di ujung
segmen
o Dianggap segmen saluran ini adalah awal dari sistem drainase
sehingga tidak ada debit masuk (Q masuk) selain dari
A1,A2,A3
o Gorong-gorong menggunakan beton
o Direncanakan di ujung segmen aliran air akan dibuang ke
sungai melalui gorong-gorong melintang badan jalan
o Perencanaan gorong-gorong, menampung debit air dari
segmen yang ditinjau dan segmen sesudah itu

Gambar 2.10 Pertemuan Saluran dengan Gorong-Gorong

3. Kondisi eksisting permukaan jalan


Panjang saluran drainase (L) = 500 meter
L1 : perkerasan jalan (aspal) = 5 meter
L2 : Bahu jalan = 2 meter
L3 : bagian luar jalan (perumahan) = 10 meter

Sistem Drainase Jalan 23


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Selanjutnya tentukan besarnya koefisien C


(tabel 5) Aspal : L1 , koefisien C1 = 0,70
Bahu Jalan : L2 , Koefisien C2 = 0,65
Perumahan : L3 , Koefisien C3 = 0,60

Tentuan luas daerah


Aspal A1 = 5,00 m x 200,00 m = 1000 m2
Bahu jalan A2 = 2,00 m x 200,00 m = 400 m2
Perumahan A3 = 10,00 m x 200,00 m = 2000 m2
fk Perumahan padat = 2,0

Koefisian pengaliran rata- rata

4. Waktu Konsentrasi (Tc) Tc = t1 + t2

t1 =

t2 =

Ket :
Lo : jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
nd : Koefisien hambatan
is : Kemiringan daerah pengairan
V : Kecepatan air rata-rata pada saluran (m/dtk)
Tc : Waktu konsentrasi
L : Panjang saluran (m)

Sistem Drainase Jalan 24


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

t1 dari badan jalan = 1,00 + 0,86 = 1,86 menit t1 dari perumahan = 1,04
menit

5. Data Curah Hujan


Data curah hujan dari pos pengamatan BMG sebagai berikut :
Tabel 2.12
Data Curah Hujan Maksimum Rata-rata per-Tahun (mm)

Sistem Drainase Jalan 25


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

6. Tentukan Insentitas Curah Hujan Maksimum


Menentukan curah hujan maksimum dengan memplotkan harga Tc =
4,06 menit, kemudian tarik garis keatas sampai memotong lengkung
intensitas hujan rencana pada periode ulang 5 tahun didapat : I = 190
mm/jam.

Gambar 2.11 Grafik Intensitas Curah Hujan.

7. Hitung besarnya Debit (Q)


Perhitungan ini menggunakan rumus sebagai
berikut :
Q = 1/3,6 x C x I x A Keterangan :
Q = Debit banjir rencana (m/dt) C = Koefisien pengaliran (tabel)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = Daerah pengaliran (km2)

Sistem Drainase Jalan 26


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

8. Penentuan Dimensi Saluran


Penentuan dimensi diawali dengan penentuan bahan
o Saluran direncanakan dibuat dari beton dengan kecepatan aliran yang
diijinkan 1,50 m/detik ( Tabel 2 )
o Bentuk penampang : segi empat
o Kemiringan saluran memanjang yang diijinkan : sampai dengan
7,5% (Tabel 6)
o Angka kekasaran permukaan saluran Manning (dari Tabel 6) n =
0,013

9. Tentukan kecepatan saluran (V) < kecepatan ijin dan kemiringan saluran
V = 1,3 m/detik ( < V ijin = 1,50 m/detik )
iS = 3% (disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan)

Sistem Drainase Jalan 27


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Keterangan :
V = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik) Q = Debit banjir
rencana (m3/dtk)
n = Koefisien kekasaran
R = Radius hidrolik
S = Kemiringan saluran
A = Luas saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Dengan dimensi : h =0,5m
maka R = A/P = (hxb)/(2h+b) = 0,5b/(1+b) Dari persamaan rumus didapat:

maka lebar saluran (b) = 0,7m

10. Tentukan tinggi jagaan saluran

Jadi gambar dimensi saluran drainase pemukaan :

Gambar 2.12 Dimensi Saluran Drainase Pemukaan.

Sistem Drainase Jalan 28


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

2.2. Dampak Pemotongan Bukit terhadap Lingkungan


Adanya pemotongan bukit/tebing akan berdampak buruk terhadap
lingkungan di sekitar.
Dampak yang ditimbulkan dari pemotongan bukit terhadap lingkungan ialah:
o Jika keadaan tanah atau kondisi tanah tidak keras maka akan berakibat
mlongsor. Untuk mengembangkan dan memperluas jalan umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah
timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti
tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi
penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah. Dari sinilah
akan terjadi longsor.
o Jika terdapat aliran air tanah maka berakibat tanaman akan mati

Gambar 2.13 Jalan yang dibangun dengan memotong Bukit / Tebing.

2.3. Dampak Pengurugan Lembah terhadap Lingkungan


Dampak yang ditiimbulkan dari pengurugan lembah terhadap lingkungan
ialah :
o Tanaman lembah akan mati
o Terjadi longsor
o Air lembah keruh pada saat hujan

Sistem Drainase Jalan 29


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Abiotik : air tercemar


Biotik : ikan akan mati

Gambar 2.14 Jalan yang menikung dan dibangun dengan memotong


Bukit / Tebing.

2.4. Pembangunan Jalan yang melalui Hutan terhadap Lingkungan

Setiap pembangunan yang menggunakan dan memerlukan lahan maupun


merubah bentuk landscape permukaan pasti akan memberikan dampak bagi
lingkungan di sekitar wilayah pembangunan tersebut. Dampak terhadap
manusia, tumbuhan, binatang, tanah, tata air, udara dan fungsi lingkungan
lainnya dalam skala mikro ataupun makro, tergantung pada skala proyek.
Dampak dimaksud dalam bentuk yang diinginkan (tujuan) ataupun tidak
diinginkan (effect).
Oleh karena itu, jika ada pembangunan jalan yang melalui hutan
tentu akan berdampak terhadap lingkungan sekitar. Dampak yang akan terjadi
yakni pada perubahan atau terganggunya bentang alam pada jalur yang akan
dibuka. Diikuti dengan perubahan vegetasi penutupan lahan dan musnahnya
tumbuhan ataupun berbagai aneka ragam hayati yang terdapat dilahan tersebut.
Semakin lebar atau luas lahan tergsur semakin besar kemungkinan kerusakan
yang terjadi. Jika yang digusur merupakan hutan primer maka resiko
lingkungan akan semakin besar. Sedangkan, apabila yang digusur merupakan
hutan sekunder dan bekas kebakaran, maka jelas resiko lingkungan dan kerugian
hayati tidak sebesar hutan primer.

Sistem Drainase Jalan 30


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

Dari segi kontruksi akan berdampak pada biotik yaitu tanaman akan mati
dan berdampak pada tanah yaitu cut (pemotongan tanah) and fill (timbunan
tanah), sedangkan dari segi operasional akan mengakibatkan polusi udara (emisi
gas buang) dan polusi suara (kebisingan).

2.5. Rancangan Jalan yang Akrab Lingkungan dan Berkelanjutan


Kontruksi berwawasan lingkungan adalah kontruksi yang dapat
mengurangi biaya-biaya yang disebabkan bencana yang ditimbulkan karena
kerusakan alam. Contohnya saat membangun jalan terkadang membelah aliran
sungai agar tidak putus maka harus dibuatkan saluran gorong-gorong yang
memadai agar tidak meluap ke jalan. Kemudian dalam membangun jalan
menggunakan bahan-bahan yang dapat diperbarui (renewable), bobotnya lebih
ringan dan kuat untuk menghemat biaya angkut, serta panti yang dapat didaur
ulang. Sementara dari segi lingkungan setidaknya untuk jalan karena merupakan
fasilitas umum harus menyediakan 30 persen sebagai ruang terbuka hijau yang
ditempatkan disisi kanan dan disisi kiri jalan.
Konsep strategi desain berkelanjutan menurut UIA (Union
International des Architect) dijabarkan dalam 9 point:
1) Dimulai dengan tahap awal pekerjaan proyek yang melibatkan seluruh
pihak: klien, desainer, insinyur, pemerintah, kontraktor, pemilik, pengguna,
dan komunitas.
2) Analisa dan Manajemen seluruhnya dari Daur Hidup Bangunan, yaitu
mengintegrasikan semua aspek dalam konstruksi dan penggunaan di
masa depan.
3) Optimalisasi desain yang efisien, energi terbarukan, teknologi modern
dan ramah lingkungan harus menjadi satu kesatuan.
4) Kesadaran bahwa proyek arsitektur dan konstruksi tersebut merupakan
sistem interaktif yang kompleks dan terkait pada lingkungan sekitar yang
lebih luas yang bisa mencakup warisan sejarah, kebudayaan, dan sosial
masyarakat.

Sistem Drainase Jalan 31


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

5) Penerapan material bangunan yang sehat, yaitu untuk menciptakan


bangunan yang sehat, tata guna lahan yang seimbang, kesan estetik dan
inspiratif, serta memberikan keyakinan ke masyarakat.
6) Upaya untuk mengurangi carbon imprint , mengurangi material yang
berbahaya yang berdampak terhadap aktivitas pengguna.
7) Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, kesetaraan baik lokal maupun
global, memajukan kesejahteraan ekonomi, serta menyediakan kesempatan-
kesempatan untuk kegiatan bersama masyarakat.
8) Populasi urban tergantung pada sistem desa-kota yang terintegrasi,
saling terkait untuk keberlangsungan hidup seperti fasilitas publik (air,
udara, rumah, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dll).
9) Mendukung pernyataan UNESCO mengenai keberagaman budaya
umat manusia sebagai sumber pertukaran, penemuan, kreativitas yang
sangat diperlukan oleh manusia.

Sistem Drainase Jalan 32


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

o Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang


dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat
dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase jalan dapat
dibedakan menjadi drainase permukaan dan drainase bawah
permukaan. Drainase permukaan dibedakan menjadi 2 yaitu drainase
memanjang dan melintang.
o Pemotongan bukit pada lingkungan akan berdampak buruk
salah satunya akan terjadi longsor jika keadaan tanah tidak keras
dan jika terdapat aliran air maka tanaman akan mati.
o Pengurugan lembah pada lingkungan berdampak tanaman
lembah akan mati, terjadi longsor, dan air keruh saat hujan.
o Pembangunan jalan melalui hutan akan berdampak terhadap
kondisi hutan yang dilalui seperti tanaman akan mati dan berdampak
juga pada tanah.
o Rancangan jalan yang akrab terhadap lingkungan dimaksudkan
untuk membuat kontruksi jalan yang berwawasan lingkungan dengan
tujuan untuk mengurang biaya-biaya yang disebabkan bencana yang
ditimbulkan karena kerusakan alam.

3.2. Saran
Semoga dengan adanya makalah kami ini khalayak umum dapat
mengetahui rencana drainase jalan dan dampak-dampak geometrik jalan
terhadap lingkungan.

Sistem Drainase Jalan 33


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Marga, " Petunjuk Desain Drainase Permukaan


Jalan ", No.008/T/BNKT/1990.

Direktorat Jenderal Bina Marga, " Perencanaan Sistem Drainase Jalan ".

Direktorat Jenderal Bina Marga, " Pedoman Umum Pengelolaan


Lingkungan Hidup Bidang Jalan ", No.08/BM/2005.

Departemen Pekerjaan Umum, " Perencanaan Sistem Drainase Jalan ",


No. 02/B/2006.

Sistem Drainase Jalan 34


Perencanaan Geometrik Jalan Universitas Balikpapan

KATA KUNCI

Drainase Permukaan : sistem drainase yang berkaitan dengan pengendalian


aliran air permukaan.

Drainase Bawah Permukaan : sistem drainase yang berkaitan dengan


pengendalian aliran air dibawah permukaan tanah.

Intensitas Hujan (I) : besarnya curah hujan maksimum yang akan


diperhitungkan dalam desain drainase.

Waktu Konsentrasei (TO) : waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk
bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik pembuangan.
Dalam perencanaan, waktu konsentrasi minimum biasanya diambil 5 menit.

Debit (Q) : volume air yang mengalir melewati suatu penampang


melintang saluran atau jalur air per satuan waktu.

Koefisien Pengaliran (C) : suatu koefisien yang menunjukkan perbandingan


antara besarnya jumlah air yang mungkin dialirkan oleh suatu jenis permukaan
terhadap jumlah air yang ada.

Desain : perencanaan teknis.

Perencanaan : kegiatan yang mencakup survei, penyelidikan dan desain.

Japat : Jalan agregat padat tahan cuaca.

Sistem Drainase Jalan 35

Anda mungkin juga menyukai