Anda di halaman 1dari 8

Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan,

elektrolit, dan asam-basa di dalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh


asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta pengaturan komponen-
komponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan, salah satunya karena penyakit. Oleh karena
itu, asuhan keperawatan untuk beragam klien meliputi pengkajian dan perbaikan
ketidaseimbangan atau upaya mempertahankan keseimbangan elektrolit dan
asam-basa.

Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak, dan memiliki orientasi yang
baik biasanya dapat mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-
basa yang normal karena mekanisme adaptif tubuhnya. Namun bayi, orang
dewasa yang menderita penyakit berat, klien dengan gangguan orientasi atau
klien yang immobile, serta lansia sering kali tidak mampu berespons secara
mandiri; dan seiring dengan waktu kapasitas adaptif tubuh mereka tidak lagi
dapat mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa tanpa
adanya bantuan.

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Distribusi Cairan Tubuh

Cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda, yakni:


cairan ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS).

Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstitial (CIS) dan cairan


intravaskular. Cairan intrastitial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian
besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar 15 % berat tubuh merupakan cairan
interstitial. Cairan intravaskular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang yang
mengandung air dan tidak berwarna, dan darah yang mengandung suspensi
leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh.

Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi substansi
terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta
untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen
cairan intrasel memiliki banyak solut (zat terlarut) yang sama dengan cairan
yangb berada diruang ekstrasel. Namun, proporsi substansi-substansi tersebut
berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada
dalam cairan ekstrasel.

Komposisi Cairan Tubuh

Cairan yang bersirkulasi diseluruh tubuh didalam ruang cairan intrasel dan
ekstrasel mengandung elektrolit, mineral, dan sel.

Elektrolit merupakan sebuah unsur atau senyawa, yang akan jika melebur
atau larut didalam air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu dan
mampu membawa muatan positif disebut kation. Sedangkan elektrolit yang
memiliki muatan positif disebut negatif anion. Konsentrasi setiap elektrolit
didalam cairan intrasel dan ektrasel berbeda. Namun jumlah total anion dan
kation didalam setiap kompartemen cairan harus sama.

Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi


neuromuskular dan keseimbangan asam-basa. Elektrolit umumnya diukur dalam
milliekuivalen per liter (mEq/L), yang digunakan untuk mengukur aktifitas kimiawi
yang mencerminkan jumlah kation atau anion yang akan bereaksi terhadap
kation atau anion lain yang diberikan (Weldy, 1992).

Mineral, yang dicerna sebagai senyawa, biasanya dikenal dengan nama logam,
non-logam, radikal, atau fosfat, bukan dengan nama senyawa, yang mana
mineral tersebut menjadi bagian didalamnya. Mineral merupakan unsur semua
jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam mempertahankan proses fisiologis.
Mineral juga bekerja sebagai katalis dalam respon syaraf, kontraksi otot, dan
metabolisme zat gizi yang terdapat dalam makanan. Selain itu, mineral mengatur
keseimbangan elektrolit dan produksi hormon serta menguatkan struktur tulang.
Contoh mineral adalah zat besi dan zink.

Sel merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh
sel yang berada didalam cairan tubuh adalah sel darah merah (SDM) dan sel
darah putih (SDP).

Pergerakan Cairan Tubuh

Cairan tubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen
ke kompartemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi didalam
tubuh, seperti oksigenasi jaringan, respons terhadap penyakit, keseimbangan
asam-basa, dan respons terhadap terapi obat. Cairan tubuh dan elektrolit
berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi aktif, atau filtrasi. Perpindahan
tersebut bergantung pada permeabilitas membran sel atau kemampuan
membran untuk ditembus cairan dan elektrolit.

DIFUSI

Difusi adalah proses ketika materi padat, partikerl, seperti gula didalam cairan,
berpindah dari daerah berkonsentari tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah,
sehingga distribusi partikel didalam cairan menjadi merata atau partikel akan
melewati membran sel yang permeabel terhadap substansi tersebut. Cara lain
untuk menjelaskan hal ini adalah substansi berdifusi ke cairan dengan
konsentrasi yang lebih rendah (Weldy, 1992).

OSMOSIS

Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran


semipermeabel yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solut
rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solut tinggi. Membran tersebut
permeabel terdapat zat pelarut, tetapi tidak permeabel terhadap solut (zat
terlarut), yang berupa materi partikel. Kecepatan osmosis bergantung pada
konsentrasi solut didalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solut, dan
perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan. Konsentrasi
larutan diukur dalam osmol, yang mencerminkan jumlah substansi dalam larutan
yang berbentuk molekul, ion, atau keduanya.

Tekanan osmotik merupakan tekanan dengan kekuatan untuk menarik air


dan kekuaran ini bergantung pada jumlah molekul didalam larutan. Suaty larutan
dengan konsentrasi solut yang lebih tinggi memiliki tekanan osmotik yang tinggi
sehingga air akan tertarik masuk akan kedalam larutan tersebut. Tekanan
osmotik diberikan gantung kepada aktifitas solut yang dipisahkan oleh membran.
Apabila konsentrasi solut pada salah satu sisi membran semipermeabel lebih
besar maka laju osmosis akan lebih cepat sehingga terjadi percepatan transfer
zat pelarut menembus membran semipermeabel. Hal ini akan terus berlanjut
sampai tercapai keseimbangan. Tekanan osmotik larutan disebut juga
osmolalitas, yang dicerminkan dalam satuan osmol atau milliosmol per kilogram
(mOsm/kg) larutan. Osmolalitas serum normal adalah 280 sampai 295 mOsm/kg.

Suatu larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut


isotonik. Pemberian larutan isotonik melalui intravena (IV) akan mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel. Larutan hipotonik IV
yang memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari plasma akan membuat air
berpindah ke dalam sel. Sebaliknya, pemberian larutan hipertonik IV yang memilii
konsentrasi solut lebih besar dari plasma akan membuat air keluar dari dalam sel.

Tekanan osmotik darah dipengaruhi oleh protein plasma, khususnya


albumin, suatu protein serum yang diproduksi secara alami oleh tubuh. Albumin,
suatu protein serum yang diproduksi secara alami oleh tubuh. Albumin
menghasilkan osmotik koloid atau tekanan onkotik, yang cenderung menjaga
cairan tetap berada didalam kompartemen intravaskular. Dibagian ujung vena
kapiler, tekanan onkotik dan penurunan tekanan hidrostatik vena menuju kapiler
untuk difiltrasi melalui ginjal.

FILTRASI

Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut
secara bersamaan sebagai respons terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini
bersifat aktif didalam bantalan kapiler, tempat perbedaan tekanan hidrostatik
atau gradien yang menentukan perpindahan air, elektrolit, dan substansi terlarut
lain yang berada diantara cairan kapiler dan cairan interstisial.

Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu likuid


didalam sebuah ruangan. Darah dan cairan arteri akan memasuki kapiler jika
tekanan hidrostatik lebih tinggi dari tekanan interstisial, sehingga cairan dan solut
berpindah dari kapiler mejunu sel. Pada ujung bantalan vena kapiler, cairan dan
produk-produk sisa metabolisme berpindah dari sel menuju kapiler karena
tekanan hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan interstitial.

TRANSPOR AKTIF

Berbeda dari difusi dan osmosis, transpor aktif memerlukan aktivitas


metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna
menembus membran sel. Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang
lebih besar dari sel tersebut, selain itu, sel dapat menerima atau memindahkan
molekul dari daerah berkonsentrasi rendah ke daerah berkonsentrasi tinggi.
Contoh transpor aktif adalah pompa natrium dan kalium dipompa masuk kedalam
sel, melawan gradien konsentrasi.

Transpor aktif ditingkatkan oleh molekul pembawa (carrier molecule) yang


berbeda diantara sel, yang akan masuk kedalam sel. Misalnya, glukosa mampu
memasuki sel setelah glukosa berikatan dengan insulin, yang merupakan suatu
mekanisme mengenai sel-sel yang mengabsorbsi glukosa dan substansi-
substansi lain untuk melakukan aktifitas metabolik.

Pengaturan Cairan Tubuh

ASUPAN CAIRAN

Asuhan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat


pengendalian rasa haus berada didalam hipotalamus otak. Stimulus fisiologis
utama terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan konsentrasi plasma dan
penurunan volume darah. Sel-sel reseptor yang disebut osmoreseptor secara
terus-menerus memantau osmolalitas. Apabila kehilangan cairan terlalu banyak,
osmoreseptor akan medeteksi kehilangan cairan tersebut dan mengaktifkan
pusat rasa haus. Akibatnya, seseorang akan merasa haus kemudian mencari air.
Faktor lain yang mempengaruhi pusat rasa haus adalah keringnya membran
mukosa faring dan mulut, angiotensin II, kehilangan kalium, dan faktor-faktor
psikologis (Potter dan Perry, 1995).

Air dapat juga diperoleh dari asupan makanan, seperti buah-buahan, sayur-
sayuran, dan daging, serta dari oksidasi bahan makanan selama proses
pencernaan. Sekitar 220 ml air juga diproduksi setiap hari selama metabilisme
karbohidrat, protein, dan lemak berlangsung (Weldy,1992). Asupan cairan
melalui mulut (oral) dimungkinkan jika kondisi individu sadar. Bayi, klien yang
mengalami kerusakan neuroligus ata psikologis, beberapa lansia, dan klien
restrained tidak dapat merasakan atau merespons mekanisme rasa haus yang
terjadi pada diri mereka. Akibatnya, mereka berisiko mengalami dehidrasi.

HALUARAN CAIRAN
Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada
orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring
dan meproduksi urine sekitar 60 ml (40 sampai 80 ml) dalam setiap jam atau
totalnya sekitar 1,5 L dalam satu hari (Horne et at, 1991). Jumlah urin yang
diproduksi ginjal dipengaruhi oleh hormon antidiuretik (antidiuretic hormone,
ADH) dan aldosteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi eksresi air dan natrium
serta distimulasi oleh perubahan volume darah.

Kehilangan air melalui kulit terutama diatur oleh sistem saraf simpatis,
yang mengaktifkan kelenjar keringat. Stimulasi kelenjar keringat dapat dihasilkan
dari olahraga otot, peningkatan suhu lingkungan, dan peningkatan aktifitas
metabolik seperti yang terjadi pada saat seseorang mengalami demam (febris).

Kehilangan air tak kasat mata (insensible water loss, IWL) terjadi terus-
menerus dan tidak dapat dirasakan oleh individu. Rata-rata hilangnya air yang
tidak terasa dari kulit orang dewasa ini sekitar 6 ml/kg/24jam (Horne, et al, 1991).
Kehilangan air kasat mata (sensible water loss, SWL) terjadi melalui keringat
yang berlebihan dan dapat dirasakan oleh individu. Jumlah pengeluaran keringat
yang dapat dirasakan ini berhubungan langsung dengan banyaknya olahraga,
suhu lingkungan, dan aktivitas metabolik. Seiring dengan peningkatan faktor-
faktor tersebut, produksi keringan dan kehilangan air melalui kulit juga meningkat.
SWL dapat mencapai 1000 ml atau lebih dalam 24 jam, bergantung pada latihan
fisik dan suhu tubuh serta suhu lingkungan (Hrone et al, 1991).

Paru-paru juga mengalami kehilangan air yang tidak dapat dirasakan


dengan jumlah rata-rata 400 ml setiap hari (Horne et at, 1991). Kehilangan cairan
dapat meningkat sebagai respons terhadap adanya perubahan frekuensi dan
kedalaman pernafasan, seperti yang terjadi pada seseorang yang melakukan
olahraga berat atau seseorang yang sedang demam. Selain itu, alat untuk
memberikan oksigen dapat meningkatkan kehilangan air yang tidak dirasakan
dari paru-paru. Hal ini dapat terjadi karena oksigen lebih kering daripada udara
diruangan.

Rata-rata kehilangan cairan dai saluran pencernaan adalah sekitar 100


ml/hari. Muntah atau diare akan meningkatkan kehilangan cairan karena hal
tersebut mencegah absorbsi normal air dan elektrolit yang telah disekresi melalui
proses pencernaan.

HORMON

Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah


ADH dan aldosteron. Keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolalitas
darah dan keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan
ADH. ADH akan menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan
reabsorbsi air oleh tubulus ginjal. Selama periode sementara kekurangan volume
cairan, seperti yang terjadi pada muntah dan diare atau perdarahan, jumlah ADH
didalam darah meningkat. Akibatnya, reabsorbsi air oleh tubulus ginjal meningkat
dan air akan dikembalikan kedalam volume darah sirkulasi. Dengan demikian,
haluaran urin akan berkurang sebagai respons terhadap kerja hormon ADH ini.

Aldosteron merupakan suatu mineralokorikoid yang diproduksi oleh


korteks adrenal. Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan
menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan mengabsorbsi natrium.
Akibatnya, air juga akan direabsorbsi dan dikembalikan ke volume darah.
Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan atau kehilangan cairan
pencernaan, dapat menstimulai sekresi aldosteron ke dalam darah.

Hormon kelas tiga, glukokortikoid, memengaruhi keseimbangan air dan


elektrolit. Sekresi hormon glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan
ketidakseimbangan cairan utama, namun kelebihan hormon di dalam sirkulasi
menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang kita kenal sebagai sindrom
Cushing. Dengan demikian, seorang klien yang menerima obat-obatan steroid,
seperti kortison atau prednison, akan menahan natrium dan air.

Pengaturan Elektrolit

KATION

Kation utama, yakni (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+),
terdapat didalam cairan ekstrasel dan intrasel. Kerja ion-ion ini mempengaruhi
transmisi neurokimi dan transmisi neuromuskular, yang mempengaruhi fungsi
otot, irama dan kontraktilitas jantung, alam perasaan (mood) dan perilaku, serta
fungsi saluran pencernaan, juga proses-proses yang lain.

Pengaturan natrium. Natrium merupakan kation yang paling banyak jumlahnya


dalam cairan ekstrasel. Ion natrium terlibat dalam mempertahankan
keseimbangan air, mentransmisi impuls sarafm dan melakukan kontraki otot.
Nilai laboratorium normal untuk natrium serum aladah 135 sampai 145 mEq/L.

Air mengikuti natrium dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Misalnya, jika
ginjal menahan natrium, maka cairan juga ditahan. Sebaliknya, jika ginjal
mengekskresi natrium, maka air juga diekskresi. Alasan pemberian banyak obat
berdasarkan pada prinsip ini (misalnya obat-obatan diuretik).

Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron, dan haluaran urin. Sumber utama
natrium adalah garam dapur, daging yang telah diolah, makanan ringan, dan
makanan kaleng. Individu yang memiliki fungsi renal yang normal, dapat
meningkatkan ekskresi natrium dalam urinenya guna mempertahankan kadar
natrium serum tetap berada dalam batas normal.

Pengaturan kalium. Kalium merupakan kation intrasel utama, yang mengatur


eksitabilitas (rangsangan) neuromuskular dan kontraksi otot. Sumber kalium
terdapat pada gandum utuh, daging, polong-polongan, buah-buahan, dan sayur-
mayur. Kalium dibutuhkan untuk pembentukan glikogen, sintesis protein, dan
upaya memperbaiki keseimbangan asam-basa. Nilai laboratorium normal kalium
serum adalah 3,5 sampai 5,3 mEq/L.

Kalium membantu pengaturan keseimbangan asam-basa karena ion kalium


dapat ditukar dengan ion hidrogen (H+). Kalium terutama diatur oleh ginjal. Suatu
kondisi yang menurunkan haluaran urine akan menurunkan ekresi kalium.
Seiring dengan peningkatan sekresi aldosteron, kalium yang diekskresikan
melalui urun akan lebih banyak sehingga kadar kalium serum menurun.
Mekanisme pengaturan lain adalah dengan pertukaran ion kalium dengan ion
natrium ditubulus ginjal. Apabila natrium dioertahankan, kalium akan diekskresi.

Pengaturan kalsium. Terdapat banyak kalsium di dalam tubuh (Long et al, 1993).
Tubuh membutuhkan kalsium untuk integritas dan struktur membran sel,
konduksi jantung yang adekuat, koagulasi (pembekuan) darah, pertumbuhan dan
pembentukan tulang, dan relaksasi otot. Berikut adalah bentuk-bentuk kalsium
yang terdapat didalam cairan tubuh; terionisasi (4,5 mg/100 ml), tidak dapat
berdifusi, yang merukapak kalsium kompleks terhadap anion protein (5 mg/100
ml), garam kalsium, seperti kalsium sitrat dan kalsium fosfat (1 mg/100 ml).

Nilai laboratorium normal kalsium serum yang terionisasi dalam tubuh adalah 4
sampai 5 mEq/L. Kalsium yang berada didalam cairan tubuh memiliki persentase
yang kecil dari total kalsium tubuh. Sebagian besar kalsium terdapat didalam
tulang dan gigi.

Kalsium didalam cairan ekstrasel diatur melalu kerja kelenjar paratiroid dan tiroid.
Hormon paratiroid PTH) mengontrol keseimbangan kalsium tulang, absorbsi
kalsium di gastrointestinal, dan ekskresi kalsium diginjal. Tirokalitonin dari
kelenjar tiroid juga memiliki peranan kecil dalam menentukan kadar kalsium
dalam serum, yakni dengan menghambat pelepasan kalsium dari tulang.

Pengaturan Magnesium. Magnesium merupakan kation terpenting kedua didalam


cairan intra sel dan sangat penting untuk aktifitas enzim, neurokimia, dan
eksitabilitas otot. Nilai laboratorium normal magnesium serum adalah 1,5 sampai
2,5 mEq/L.

Magnesium terutama diekskresi melalu mekanisme ginjal. Perubahan kadar


magnesium sering dihubungkan dengan penyakit yang serius dan menghasilkan
gejala-gejala yang mencerminkan adanya perubahan fungsi neuromuskular dan
kardiovaskular (Long et at, 1993).

ANION

Anion utama adalah klorida (CI-), bikarbonar (HCO3-), dan fosfat (PO3-). Seperti
halnya kation, anion juga ditemukan diruang intrasel dan ekstrasel. Anion
memengaruhi keseimbangan dan fungsi cairan, elektrolit, dan asam-basa.
Pengaturan klorida. Klorida ditemukan didalam cairan ekstrasel dan intrasel.
Keseimbangan klorida dipertahankan melalui asupan makanan dan ekskresi
serta rearbsorbsi renal. Nilai laboratorium normal untuk klorida serum adalah 100
sampai 106 mEq/L.

Klorida diatur melalui ginjal. Jumlah yang diekskresikan berhubungan dengan


asupan makanan. Seseorang yang memiliki ginjal normal yang mengonsumsi
klorida dalam jumlah besar, akan mengekresikan klorida yang lebih tinggi
didalam urin.

Pengaturan bikarbonat. Bikarbonat adalah bufer dasar kimia yang ytama didalam
tubuh. Ion bikarbonat ditemukan dalam cairan ekstrasel dan intra sel. Nilai
laboratorium normal dari bikarbonat arteri berkisar antara 22 sampai 26 mEq/L.
Didalam darah vena, bikarbonat diukur melalui kandungan karbondiaksoda dan
nilai normal bikarbonat untuk orang dewasa adalah 24 sampai 30 mEq/L.

Bikarbonat diatur oleh ginjal. Apabila tubuh memerlukan lebih banyak basa, ginjal
akan mengearbsorbsi bikarbonat dalam jumlah yang lebih besar dan bikarbonat
tersebut akan dikembalikan kedalam cairan ekstrasel. Ion bikarbonat merupakan
komponen paling penting dalam sistem bufer asam karbonat-bikarbonat yang
sangat penting berperan dalam keseimbangan asam-basa.

Pengaturan fosfat. Fosfat merupakan anion bufer dalam cairan intrasel dan
ekstrasel. Fosfat dan kalsium membantu mengembangkan dan memelihara
tulang dan normal, berpartisipasi dalam metabolisme karbohidrat, dan membantu
pengaturan asam-basa. Nilai laboratorium normal fosfat serum adalah 2,5
sampai 4,5 mg/100 ml.

Konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal hormon paratiroid, dan vitamin D
teraktivasi (Long et al 1993). Fosfat secara normal diabsorbsi melalu saluran
gastrointestinal. Kalsium dan fosfat berbanding terbalik secara proposional. Jika
salah satunya menignkat, maka yang lainnya akan turun.

Anda mungkin juga menyukai

  • POAC
    POAC
    Dokumen9 halaman
    POAC
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Cover RPK
    Cover RPK
    Dokumen1 halaman
    Cover RPK
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Pa Bagus
    Pa Bagus
    Dokumen8 halaman
    Pa Bagus
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Ispa
    Ispa
    Dokumen9 halaman
    Ispa
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Absensi SD Kelas 1
    Absensi SD Kelas 1
    Dokumen1 halaman
    Absensi SD Kelas 1
    Muhammad Robi Al Banjari
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Cover HDR
    Cover HDR
    Dokumen1 halaman
    Cover HDR
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Cover Resume
    Cover Resume
    Dokumen1 halaman
    Cover Resume
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • (Tanpa Kop) Surat Undangan Desiminasi Akhir
    (Tanpa Kop) Surat Undangan Desiminasi Akhir
    Dokumen11 halaman
    (Tanpa Kop) Surat Undangan Desiminasi Akhir
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Cover RESUME
    Cover RESUME
    Dokumen1 halaman
    Cover RESUME
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Cover RBD
    Cover RBD
    Dokumen1 halaman
    Cover RBD
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Cover DPD
    Cover DPD
    Dokumen1 halaman
    Cover DPD
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Cover Halusinasi
    Cover Halusinasi
    Dokumen1 halaman
    Cover Halusinasi
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Proposal Supervisi New
    Proposal Supervisi New
    Dokumen12 halaman
    Proposal Supervisi New
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Sap Imd
    Sap Imd
    Dokumen11 halaman
    Sap Imd
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • BAB VI Orthopedi
    BAB VI Orthopedi
    Dokumen3 halaman
    BAB VI Orthopedi
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Sap Imd
    Sap Imd
    Dokumen11 halaman
    Sap Imd
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Cover Askep
    Cover Askep
    Dokumen1 halaman
    Cover Askep
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Proposal PPB
    Proposal PPB
    Dokumen11 halaman
    Proposal PPB
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Leaflet ROM
    Leaflet ROM
    Dokumen2 halaman
    Leaflet ROM
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • BAB II Sungsang
    BAB II Sungsang
    Dokumen7 halaman
    BAB II Sungsang
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • COPD Unfixed
    COPD Unfixed
    Dokumen6 halaman
    COPD Unfixed
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • BAB I Sungsang
    BAB I Sungsang
    Dokumen2 halaman
    BAB I Sungsang
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • BAB VI Orthopedi
    BAB VI Orthopedi
    Dokumen3 halaman
    BAB VI Orthopedi
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Surat Undangan Desiminasi Akhir
    Surat Undangan Desiminasi Akhir
    Dokumen11 halaman
    Surat Undangan Desiminasi Akhir
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • ISPA New
    ISPA New
    Dokumen7 halaman
    ISPA New
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat
  • Bab I RMS
    Bab I RMS
    Dokumen2 halaman
    Bab I RMS
    Robby Banjar
    Belum ada peringkat