Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan izin Alllah SWT, penulis dapat menghantarkan kepada para pembaca
buku tentang akhlaq yang diberi judul Kuliah Akhlaq.
Buku ini disusun dengan sistematika berdasarkan ruang lingkup akhlaq, yaitu akhlaq
terhadap Allah SWT, akhlaq terhadap Rasulullah SAW, akhlaq pribadi, akhlaq dalam keluarga,
akhlaq bermasyarakat dan akhlaq bernegara. Sistematika tersebut hanyalah sekedar untuk
memudahkan pembahasan, karena dalam pelaksanaannya akhlaq harus bersifat integral,
menyatu, tidak dapat dipisahkan secara tajam antara satu ruang dengan ruang lainnya.
Sebagaimana dalam buku Kuliah Aqidah Islam, karya penulis sebelumnya, ayat-ayat Al-
Qur'an sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah saw, dan juga untuk membuat kita semakin
akrab dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an Al-Karim. Dan untuk memudahkan pembaca merujuk
langsung kepada Mushhaf atau kitab-kitab Tafsir, maka sesudah penulisan terjemahan ayat
disebutkan nama dan nomor surat, kemudian nomor ayat.
Disamping ayat-ayat Al-Quran, teks-teks hadits Nabi juga ditu- liskan beserta dengan
nama pewarinya. Hal itu untuk memudahkan
pembaca dalam mengutip dan mensosialisasikannya.
Buku ini disusun, disamping sebagai bahan kuliah Al-Islam bidang akhlaq bagi para
mahasiswa di lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, juga ditunjukkan kepada para
mahasiswa dari perguruan tinggi mana saja dan masyarakat luas yang ingin memahami ajaran
akhlaq berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
Demikianlah, mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi kita sesama. Dan terakhir
penulis mengucapkan terima kasih kepada lembaga pengkajian dan pengamalan islam (LPPI)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang bersedia menerbitkan buku yang sederhana ini.
Wallahu Waliyatu Taufiq, Wassalam.

Yogyakarta, .

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN AKHLAQ
Secara etimologis (lughatan) akhlaq (bahasa arab) adalah bentuk imolojamak dari khuluq
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqo yang
berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta) makhluk (yang diciptakan) dan
khalaq (penciptaan).
Kesamaan akar kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian
terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluk (manusia).
Atau dengan kata lain, tata prilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru
mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau prilaku tersebut didasarkan
kepada kehendak khalik (Tuhan). Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia
tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan
alam semsesta sekalipun.
Secara terminologis (Istilahan) ada beberapa definisi tentang akhlaq. Penulis pilihkan tiga
diantaranya.
1. Imam Al-Gozali

Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memelrlukan pemikiran dan pertimbangan.

2. Ibrahim Anis

Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan, baik buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
3. Abdul Karim Zaidan


(Akhlaq) adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan
timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian
memilih untuk melakukan atau meninggalkannya

Ketiga definisi yang dikutip diatas sepakat menyatakan bahwa akhlaq atau khuluq itu
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara sepontan bila
mana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak
memerlukan dorongan dari luar. Dalam Mujam al-Wasith disebutkan min ghoiri bajah ila fikr
wa ru yah (tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan). Dalam ihya Ulumad-Din
dinyatakan asbduru al-af al bi subulah wa yusr, min ghairi bajah ila fikr wa ru yah yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mulah, tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan. Sifat spontanitas dari akhlaq tersebut dapat diilustrasikan dalam contoh
berikut ini. Bila seseorang menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan mesjid
setelah mendapat dorongan dari seorang dai (yang mengemukakan ayat-ayat dan hadits-hadits
tentang keutamaan membangun mesjid di dunia), maka orang tadi belum bisa dikatakan
mempunyai sifat pemurah, karena kepemurahannya waktu itu lahir setelah mendapat
dorongan dari luar, dan belum tentu muncul lagi pada kesempatan yang lain. Boleh jadi, tanpa
dorongan seperti itu, dia tidak akan menyumbang, atau kalaupun meny umbang hanya dalam
jumlah sedikit. Tapi manakala tidak ada dorongan dia b\tetap menyumbang, kapan dan dimana
saja, barulah bisa dikatakan dia mempunyai sifat pemurah.Contoh lain,dalam penerimaan
tamu.Bila seseorang membeda bedakan tamu yang satu dengan yang lain,atau kadangkala
ramah dan kadangkala tidak,maka orang tadi belum dinyatakan mempunyai sifat memuliakan
tamu,sebab seseorang yang mempunyai akhlaq emmuliakan tamu,tentu akan selalu
memuliakann tamunya.
Dari keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah bersifat
konstan,spontan,tidak temperor dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta
dorongan dari luar.
Sekalipun dari beberapa definisi di atas kata akhlaq bersifat netral, belum menunjukkan
kepada a tertentu,maka yang dimaksud adalah akhlaq yang mulia.misalnya bila seseorang
berlaku yidak sopan kita mengatakan kepadanya,kamu tidak berakhlaq.pada hal tidaksopan
itu adalah akhlaqnya.tentu yang kita maksud adalah kamu tidak memiliki akhlaq yang
mulia,dalam hal in sopan.
Di samping istilah akhlaq,juga dikenal istilah etika dan moral.ketiga istilah itu sama sama
menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.perbedaannya terletak pada
standar adalah akal fikiran;dan bami moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku
dimasyarakat.
Sekalipun dalam pengertiannya antara ketiga istilah di atas (akhlak,etika dan moral) dapat
dibedakan,namun dalam pembicaraan sehari hari,bahkan dalam beberapa literatur
keislaman,kegunaannya sering tumpang tindih.Misalnya Judul buku Ahmad Amin, al-
Akhlaq,diterjemahkan oleh prof. Farid Ma`ruf dengan etika (ilmu Akhlaq).Dalam kamus inggris
indonesia karya John M.Echols dan Hasan Shadily,moral juga di artikan Akhlaq.
B. SUMBER AKHLAQ
Yang dimaksud sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan
tercela.sebagaimana keseluruhan ajaran islam,sumber akhlaq adalah Al-Qur`an dan
Sunnah,bukan akal fikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan
moral.dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaiman pandangan
Mu`tazilah.
Dalam konsep akhlaq segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk,terpuji atau tercela,semata
karena syara`(Al-Qur`an dan sunnah) menilainya demikian.karena sifat
sabar,syukur,pemaaf,pemurah,dan jujur misalnya dinilai baik?tidak lain karena syara` menilai
semua sifat sifat baik.Begitu juga sebaliknya,kenapa pemarah,tidak bersykur,dendam,kikir dan
dusta misalnya dinilai buruk? Tidak lain karena syara` menilai demikian
Apakah islam menapikan peran hati nurani,akal dan pandangan masyarakat dalam
menentukan baik dan buruk atau dengan ungkapan lain dapatkah ketiga hal tersebut dijadikan
ujuran baik dan buruk?
Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-Qur`an memang dapat menjadi ukuran baik dan
buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memili fitrah bertauhid,mengakui
keesaannya(QS.Ar-rum 30:30).karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu
cendrung kepada kebenaran.Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan
kebenaran,ingin mengikuti ajaran ajaran tuhan karena kebenaran itu tidak akan didapat kecuali
dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak.Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin
dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar,misalnya pengaruh pendidikan dan
lingkungan.Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yangperlu dipelihara dan
dikembangkan.Betapa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak
dapat lagi melihat kebenaran.Oleh sebab itu ykuran baik dan buruk kigta dapat serahkan
sepenuhnya hanya kepada hati nurani dan fitrah manusia semata.Harus dikembalikan kepada
penilaian syara`.Semua keputusan syara` tidak akan bertentangan dengan hati manusia,karena
kedua duanya berasal dari sumber yang sam yaitu Allah SWT
Demikian juga halnya dengan akhlak fikiran.ia hanyalah salah satu kekuatan yang dimiliki
manusiauntuk mencari kebaikan.Dan keputusannya bermula dari pengalaman empiris
kemudain diolah menurut kemampuan pengetahuannya.Oleh karena itu keputusan yang
diberikan akal hanya bersikap spekulatif dan subyektif.
Demikianlah tentang nhati nurani dan akaal fikiran.bagaimana dengan pandangan
masyarakat juga bisa dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk,tetapi sangat
relatif,tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan fikiran mereka
dapat terjaga.masyarakat yang hati terpuji tentu tidak bisa dijadikan ukuran.Hanya kebiasaan
masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan ukuran.
Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa ukran yang pasti (tidak spekulatif),obyektif
komprensip dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah Al-Qur`an dan
Sunnah,bukan yang lain lainnya.

C. RUANG LINGKUP AKHLAQ


Muhammad `Abdullah Draz dalam bukunya Dustur al-Aklaq fi al-islam membagi ruang
lingkup akhlaq kepada lima bagian:
1. Akhlaq pribadi (al-akhlaq al-fardiyah).Terdiri dari(a) yang diperintahkan (al-awamir),(b)yang
dilarang (an-nawahi),(c)yang dibolehkan (al-muhabat)dan(d)akhlak dalam keadaan darurat (al-
mukhalafah bi al-idhthirar).
2. Akhlaq Berkeluarga(al-akhlaq al-usariah).Terdiri dari(a)kewajiban timbal balik orang tua dan
anak(wajibat nahwa al-ushul wa alfaru`),(b) kewajiban suami istri(wajibat baenal al-azwaj)dan
(c) kewajiban terhadap karib kerabat (wajibat nahwa al-aqarib).
3. Akhlaq Bermasyarakat(al-akhlaq al-ijtima`iyyah).terdiri dari (a) yang dilarang (al-mahzhurat)
(b) yang diperintahkan (al-awamiir) dan (c) kaedah kaedah adap (qawaid al-adab).
4. Akhlaq Bernegara (akhlaq ad-daulah) terdiri dari (a) hubungan antara pemimpin dan rakyat
(al-alaqah baina ar-rais wa as-sya`b) dan (b) hubungan luar negeri (al-alaqat al-kharijiyyah).
5. Akhlaq beragama (al-akhlaq addiniyyah).yaitu kewajiban terhadap Allah SWT (wajibat nahwa
Allah)
Dari sistimatika yang dibuat oelh `Abdullah Draz di atas tampaklah bagi kita bahwa ruang
lingkup akhlaq itu sangat luas,mencakup seluruh aspek kehidupan,baik secara vertikal dengan
Allah SWT maupun secara horizontal sesama makhluk-Nya.
Berangkat dari sistematika di atas dengan sedikit modifikasipenulis membagi pembahasan
akhlaqdalam buku ini menjadi:
1. Akhlaq Terhadap Allah SWT
2. Akhlaq Terhadap Rulullah saw
3. Akhlaq Pribadi
4. Akhlaq Dalam Keluarga
5. Akhlaq Bermasyarakat
6. Akhlaq Bernrgara

D. KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN AKHLAQ DALAM ISLAM


Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangant
penting.Hal itu dapat dilihat dalam beberapa nomor berikut ini:
1. Rasulullah saw menempatkan penyempurnaan akhlaq yang mulia sebagai misi pokok Risalah
Islam.Beliau bersabda:

) (
Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.(HR.Baihaqi)

2. Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama islam,sehingga rasulullah saw pernah
mendefinisikan agama itu dengan akhlaq yang baik (husn al-khuluq).diriwayatkan oleh seorang
laki laki bertanya kepada rasulullah saw:

. :
Ya Rasulullah,apakah agama itu?beliau mejawab (Agama adalah) Akhlaq yang baik.
Pendefinisian agama (islam) dengan akhlaq yang baik itu sebanding dengan pendefinisian
ibadah haji dengan wuquf di `Arafah . Rasulullah menyebutkan,haji adalah wuquf di `Arafah.
Artinya tidak sah haji seseorang tanpa wukuq di Arafah.

3. Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari
kiamat.Rasulullah saw bersabda:

...
)(

tidak ada satupun yang akan memberatkan timbangan(kebaikan) seorang hamba mukmin
nanti pada hari kiamat selain dari akhlaq yang baik.. (HR Tirmizi)

Dan orang yang paling dicintai serta paling dekat dengan rasulullah saw nanti pada hari
kiamat adalah yng paling baik akhlaqnya.Abdullah ibn Umar berkata:
. :
: . :( (
Aku mendengar Rasulullah berrsaba:maukah kalian aku beritahukan siapa diantara
kalian yang paling aku cintai dan paling dekat tempatnya denganku nanti pada hari
kiamat?beliau mengulangi pertanyaan itu tiga kali,lalu sahabat sahabat menjawab:Tentu ya
rasulullah.yaitu yang paling akhlaqnya di antara kalian.(HR.Ahmad)

4. Rasulullah saw menjadikan baik buruknya akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.
Hal itu dapat kita perhatikan dalam beberapa hadits berikut ini
a. Rasulullah SAW bersabda:
) (

Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya(HR Tirmizi)
b. Rasulullah SAW bersabda:
) ( ,
Rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, maka bilamana lenyap salah
satunya hilang pulalah yang lain(HR Hakim dan Tahabrani)
c. Rasulullah SAW bersabda:
) ( : ,, , ,

Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman!
Seorang sahabat bertanya :Siapa dia (yang tidak beriman itu) ya rasulullah? beliau
menjawab:orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya (HR Bukhori )
d. Rasulullah SAW bersabda:
, ,
) (

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau
diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan
tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia
memuliakan tamunya.(HR Bukhori dan Muslim )
Demikianlah nampak bagi kita dalam beberapa teks hadits diatas bahwa Rasulullah SAW
mengingatkan antara raa malu, adab berbicara, dan sikap terhadap tamu dan tetangga
misalnya dengan eksistensi dan kualitas iman seseorang.

5. Islam Menjadikan Akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.
Misalnya Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Perhatikan beberapa nash berikut ini:
a. Firman Allah SWT:
...dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan keji
dan munkar)(QS Al-Ankabut 29.45)
b. Sabda Rasulullah SAW:
( , ,
)
Bukanlah puasa itu hanya menahan makan dan minum saja, tapi puasa itu menahan diri dari
perbuatan kotor dan keji. Jika seseorang mencaci dan menjahilimu maka katakanlah aku:
Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (HR. Ibn Khuzaimah)
c. Firman Allah SWT:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka...(QS Attaubah 9:103)

d. Firman Allah SWT:


(Musim) Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barang siapa yang menetapkan niatnya
pada bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh Rafats (Mengeluarkan perkataan yang
menimbulkan birahi yang tidak senono atau bersekutu), berbuat pasik dan berbantah-bantahan
didalam masa mengerjakan haji.(QS. Al-Baqarah 2:197)

Dari beberapa ayat dan hadits diatas, kita dapat melihat adanya kaitan langsung antara
shalat, puasa, zakat dan haji dengan akhlaq. Seseorang yang mendirikan shalat tentu tidak akan
mengerjakan segala perbuatan yang tergolong keji dan munkar. Sebab apalagi arti shalatnya
kalau dia tetap saja mengerjakan kekejian dan kemungkaran. Seseorang yang benar-benar
berpuasa demi ridho Allah SWT, disamping menahan keinginannya untuk makan dan minum,
tentu juga akan menahan dirinya dari segala kata-kata yang kotor dan perbuatan yang tercela..
sebab tanpa meninggalkan perbuatan yang tercela itu dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari
puasanya kecuali hanya rasa lapar dan haus semata. Begitu juga dengan ibadah zakat dan haji,
dikaitkan oleh Allah SWT hikmahnya dengan aspek akhlaq. Ringkasnya, Akhlaq yang bai adalah
buah dari Ibadah yang baik, atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWT tentu akan
melahirkan Akhlaq yang bai dan terpuji.

6. Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan akhlaq beliau.
.) ( , . ,

(Ya Allah) tunjukilah aku (jalan menuju) Akhlaq yang baik, karena sesungguhnya tidak ada
yang dapat memberi petunjuk (menuju jalan) yang lebih baik selain Engkau. Hindarkanlah aku
dari akhlaq yang buruk, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat menghindarkan aku dari
akhlaq yang buruk kecuali engkau. (HR Muslim)

7. Didalam Al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan Akhlaq, baik berupa
perintah untuk berakhlaq yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan pada orang-orang
yang mematuhi perintah itu, maupun larang berakhlaq yang buruk serta celaan dan dosa bagi
orang-orang yang melanggarnya. Tidak diragukan lagi bahwa banyaknya ayat-ayat Al-Quran
tentang akhlaq-akhlaq ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan akhlaq didalma Islam.
Demikianlah antara lain beberapa hal yang menjelaskan kepada kita kedudukan dan
keistimewaan akhlaq didalam Islam.

E. CIRI CIRI AKHLAQ DALAM ISLAM


Disamping kedudukan dan keistimewaan akhlak yang sudah di uraikan dalam fasal
sebelumnya maka akhlaq dalam Islam paling kurang juga memiliki lima ciri-cirihas yaitu (1)
Rabbani, (2) Manusiawi, (3) Universal, (4) Seimbang, dan (5) Realistik. Berikut ini uraian ringkas
kelima ciri-ciri tersebut :
1. Ahklak Rabbani
Ajaran Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang bermaktub dalam Al-Quran dan Sunnah.
Didalam Al-Quran terdapat kira-kira 1.500 ayat yang mengandung ajaran akhlaq, baik
yang teoritis maupun yang praktis. Demikian pula hadits-hadits Nabi sangat banyak
jumlahnya yang memberikan pedoman akhlaq. Sifat Rabbani dari akhlaq juga
menyangkut tujuannya, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan didunia kini dan di
akherat nanti.
Ciri Rabbani juga menegaskan bahwa akhlaq dalam Islam bukanlah moral yang
kondisional dan situasional, tetapi akhlaq yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak.
Akhlaq Rabbanilah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam hidup
manusia.
Al-Quran mengajarkan:
Inilah jalanku yang lurus; hendaklah kamu mengikutinya; jangan kamu ikuti jalan-jalan
lain, sehingga kamu bercerai berai dari jalannya. Demikian diperintahkan kepadamu,
agar kamu bertakwa. (QS. Al-Anam 6: 153)
2. Manusiawi
Ajaran Akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah manusia.kerinduan
jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam
Islam. Ajaran akhlaq dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan
kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlaq Islam adalah akhlaq
yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai
dengan fitrahnya.
3. Universal
Ajaran akhlaq dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup
segala aspek hidup manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun yang horisontal.
Sebagai contoh Al-Quran menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi
oleh setiap orang, yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua,
membunuh anak karena takut miskin, berbuat keji baik secara terbuka maupun
tersembunyi, membunuh orang tanpa alasan yang sah, makan harta anak yatim,
mengurangi takaran dan timbangan, membebani orang lain kewajiban melampaui
kekuatannya, persaksian tidak adil, dan menghianati janji dengan Allah (QS Surat Al-
Anam 6: 151-152)
4. Keseimbangan
Ajaran akhlaq dalam Islam berada ditengah antara yang menghayalkan manusia sebagai
malaikat yang menitik beratkan segi kebaikannya dan yang menghayalkan manusia
seperti hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja. Manusia menurut
pandangan Islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada hati nurani
dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Manusia memiliki naruliah
hewani dan juga ruhaniah malaikat. Manusia memiliki unsur ruhani dan jasmani yang
memerlukan pelayanan masing-masing secara seimbang. manusia hidup tidak hanya
didunia kini tetapi dilanjutkan dengan kehidupan diakherat nanti. Hidup didunia
merupakan ladang bagi akherat. Akhlaq Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia,
jasmani dan ruhani, secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia didunia dan
akherat secara seimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus seimbang
dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.
5. Realistik
Ajaran akhlaq dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meski manusia
diyatakan sebagai mahluk yang memiliki kelebihan disbanding mahluk-mahluk yang lain,
akan tetapi manusia juga memiliki kelemahan-kelemahan,memiiki kecenderungan
manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan sepiritual. Dengan kelemahan-
kelemahannya itu manusia sangat mungkin melakuan kesalahan-kesalahan dan
pelanggaran. Oleh karena itu dalam ajaran islam memberikan kesempatan kepada
manusi melakukan yang kesalahan untuk memperbaii diri dengan bertaubat. Bakan
dalam keadaan terpaksa, islam membolehan manusia melakukan sesuatu yang dalam
keadaan biasa tidak dibenarkan. Allah berfirman dalam Qs. Al-Baqarah(2:173)
Barang siapa terpaksa, bukan karena membangkang dan sengaja melanggar aturan,
tiadalah dia berdosa. Sungguh Allah maha pengampun lagi maha penyayang.

Anda mungkin juga menyukai