Oleh
Kelompok 6
Kelas F
MAKALAH
Oleh
Putri Aulia Pratama 152310101060
Kresna Ade Saputra 152310101071
Putri Ayunda Retno Arini 152310101077
Wahyu Rizki OktaVianDani 152310101156
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Penyusun
Kelompok 6
Mengetahui,
Penanggung jawab mata kuliah DosenPembimbing
iii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Stroke ini dengan baik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal.
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns. Muhamad Zulfatul Ala, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing
pembuatan makalah; dan juga selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Medikal; dan
2. teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember kelas F yang telah membantu.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
keperawatan medikal kedepannya dan menambah pengetahuan pembaca.
Penulis
Kelompok 6
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iii
PRAKATA ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Tujuan .......................................................................... 2
1.3 Manfaat ........................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI ........................................................... 4
2.1Definisi ......................................................................... 4
2.2Epidemiologi ................................................................. 4
2.3 Etiologi ......................................................................... 5
2.4 Klasifikasi .................................................................... 6
2.5Patofisiologi .................................................................. 8
2.6 Manifestasi Klinis........................................................ 9
2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................. 11
2.8 Penatalaksanaan Medis .............................................. 12
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .......................... 13
3.1 Pengkajian ................................................................... 13
3.2 Diagnosa ....................................................................... 17
3.3 Intervensi .................................................................... 18
3.4Evaluasi ......................................................................... 32
3.5 Pathway ........................................................................ 34
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN............................................ 36
4.1 Pengkajian ................................................................... 36
4.2 Terapi ........................................................................... 45
4.3 Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium ............... 46
4.4 Analisa Data ................................................................ 46
v
4.5 Diagnosa Keperawatan ............................................... 50
4.6 Perencanaan Keperawatan ........................................ 51
4.7 Catatan Perkembangan .............................................. 53
BAB 5. PENUTUP........................................................................... 58
5.1 Kesimpulan................................................................... 58
5.2 Saran ............................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 59
LAMPIRAN
vi
BAB1. PENDAHULUAN
1
dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia
sampai anoksia pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak
tersebut. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral atau perdarahan
subrakhnoid (Bruno et al., 2000).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada
klien dengan Stroke
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu mahasiswa mampu memperoleh
gambaran dan menjelaskan tetang :
a. Definisi dari Stroke
b. Epidemiologi dari Stroke
c. Etiologi dari Stroke
d. Klasifikasi dari Stroke
e. Manifestasi Klinis dari Stroke
f. Patofisiologi dari Stroke
g. Pemeriksaan Penunjang dari Stroke
h. Penatalaksanaan Medis dari Stroke
i. Konsep Asuhan Keperawatan dari Stroke
j. Asuhan Keperawatan pada Stroke
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu mahasiswa dapat memahami tentang :
a. Definisi dari Stroke
b. Epidemiologi dari Stroke
c. Etiologi dari Stroke
d. Tanda dan Gejala dari Stroke
e. Klasifikasi dari Stroke
f. Manifestasi Klinis dari Stroke
g. Patofisiologi dari Stroke
2
h. Pemeriksaan Penunjang dari Stroke
i. Penatalaksanaan Medis dari Stroke
j. Konsep Asuhan Keperawatan dari Stroke
k. Asuhan Keperawatan pada Stroke
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer dan Bare,
2002). Stroke mengacu kepada setiap gangguan neurologik mendadak yang
terjadi akibat pembatasan atu terhentinya alira darah melalui sistem suplai arteri
otak.
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang menunjukan beberapa
kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh
beberapa keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh
pembuluh darah otak, yang disebabkan robekan pembuluh darah atau oklusi
parsial atau total yang bersifat sementara atau permanen (Doengoes, 2000).
Sedangkan menurut Price dan Wilson (2006), stroke merupakan penyakit
serebrovaskuler yang mengacu kepada setiap gangguan neurologik mendadak
yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem
suplai arteri di otak.
2.2 Epidemiologi
Stroke adalah pnyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di
Amerika Serikat. Angka kematian setiap tahun akibat stroke baru atau rekuren
adalah lebih dari 200.000. Insiden stroke di Indonesia diperkirakan adalah
750.000 per tahun, dengan 200.000 merupakan stroke rekuren. Angka diantara
orang Amerika keturunan Afrika adalah 60% lebih tinggi daripada orang
Kaukasian (Broderick dkk dalam Smeltzer dan Bare, 2002). Insiden yang lebih
tinggi ini mungkin berkaitan dengan peningkatan insiden (yang tidak diketahui
akibatnya) hipertensi pada orang Amerika keterunan Afrika. Orang mungkin
dapat mengalami stroke dalam usia berapapun, tetapi dua pertiga stroke terjadi
pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Evaluasi data base mortalitas World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa faktor utama yang berkaitan
dengan epidemi penyakit kardiovaskuler adalah perubahan global dalam gizi dan
merokok, ditambah urbanisasi dan menuanya populasi (WHO, 1997).
4
Di Amerika Serikat, perempuan mengalami lebih dari separuh kasus stroke
yang meninggal, lebih dari dua kali jumlah perempuan yang meninggal akibat
kanker payudara (National Rural Helth Association, 2001). Perempuan juga
mengalami sekitar 43% kasus stroke per tahun, tetapi menderita 62% kematian
akibat stroke.
2.3 Etiologi
Stroke dapat diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian, yaitu trombosis
(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak dan leher), embolisme serebral
(bekuan darah otak atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang
lain), iskemia (penurunan alira darah ke area otak), dan hemoragi serebral
(pecahnyapembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak
atau ruang sekitar otak). Kejadian tersebut mengakibatkan penghentian suplai
darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan
berpikir, memori, bicara, atau sensasi (Smeltzer dan Bare, 2002).
a. Trombosis Serebral
Trombosis serebral merupakan penyebab paling umum dari stroke.
Trombosis serebral disebabkan karena arteriosklerosis serebral dan perlambatan
sirkulasi serebral.
Tanda-tanda trombosis serebral ini bervariasi. Beberapa pasien mengalami
pusing, perubahan kogntif, atau kejang, dan beberapa menagalami awitan yang
tidak dapat dapat dibedakan dari hemoragi intraserebral atau embolisme srebral.
Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba dan kehilangan
bicara sementara, hemipeglia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului awitan paralisis beberapa jam atau hari.
b. Embolisme Serebral
Embolisme serebral adalah bekuan darah atau lainnya seperti lemak yang
mengalir melalui pembuluh darah dibawa ke otak dan menyumbat aliran darah
bagian otak tertentu
c. Iskemia Serebral
Iskemia serebral (penurunan aliran darah ke area otak) terutama karena
konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak
5
d. Hemoragi Serebral
Hemoragi dapat terjadi di luar dura meter (hemoragi ekstradural atau
epidural), di bawah dura meter (hemoragi subdural), di ruang subarakhnoid
(hemoragi subarakhnid), atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).
1) Hemoragi Ekstradural
Hemoragi ekstradural atau epidural adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan
robekan arteri tegah atau arteri meninges lainnya. Pasien harus diatasi dalam
beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup.
2) Hemoragi Subdural
Hemoragi subdural pada dasarnya sama denganhemoragi epidural, kecuali
bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek sehingga periode
pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
3) Hemoragi Subarakhnoid
Hemoragi Subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi,
tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus
Willisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak
dapat menjadi tempat aneurisme.
4) Hemoragi Intraserebral
Hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak paling umum pada pasien
dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif yang
biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.
2.4 Klasifikasi
Kalsifikasi stroke berdasarkan kelainan patologis yang terjadi, stroke dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan strok hemoragik
2.4.1 Stroke Iskemik
Stroke terjadi kekurangan suplai darah ke suatu area di jaringan otak.
Iskemia adalah keadaan dimana vaskularisasi ke suatu organ atau jaringan
menjadi berkurang atau tidak ada. Keadaan ini bisa disebabkan karena bekuan
darah, plak aterosklerosis, atau vasokontriksi.
Stroke iskemik dibagi menjadi :
6
a) TIA (Transient Ischemic Attack)
TIA adalah manifestasi vasospasmus regional yang berlangsung sementara
atau sepintas. Terjadi akibat penyumbatan salah satu aliran darah karena
vasospasmus, langsung menimbulkan gejala defisit atau perangsangan, sesuai
dengan fungsi daerah otak yang terkena. Setelah vasospasmus itu hilang, gejala-
gejala itu akan hilang juga dan keadaan sehat seperti semula pulih kembali (Mahar
& Priguna, 1997).
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam (Soeharto, 2004).
b) RIND (Reversible Ischemic Neurologic Defisit)
Gangguan neurologis yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak,
akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu
(Soeharto, 2004).
c) Stroke Progresif (Progresif Stroke/Stroke in Evolution)
Pada stroke in evolution, gejala neurologik yang terjadi makin lama makin
berat (Soeharto, 2004).
d) Stroke Komplet (Complete Stroke/Permanent Stroke)
Pada stroke komplet gejala klinis yang terjadi sudah menetap (Soeharto,2004).
7
kerusakan pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah pecah (Soeharto,
2004).
b) Perdarahan Intraserebral (PIS)
PIS disebabkan oleh adanya perdarahan ke dalam jaringan otak. PIS
merupakan jenis stroke yang paling berbahaya. Stroke biasanya luas, terutama
pada penderita tekanan darah tinggi menahun. Lebih dari separuh penderita yang
memiliki perdarahan yang luas, meninggal dalam beberapa hari (Soeharto, 2004).
2.5 Patofisiologi
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang di suplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat (Muttaqin, 2008). Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli,
perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan faktor penting
untuk otak, trombus dapat berasal dari flak arterosklerosis, atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, tempat aliran darah akan lambat atau terjadi turgulensi.
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak pada area yang
di suplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan, dan edema dan kongesti di
sekitar area (Muttaqin, 2008).
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukan perbaikan
(Muttaqin, 2008). Karena trombosit biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebri oleh embelus
menyebabkan edema dan nekrosis di ikuti trombosis. Jika terjadi infeksi sepsis
akan meluas pada dinding pembuluh darah, maka akan terjadi abses atau
ensefalisis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini menyebabkan
pendarahan serebri, jika aneurisma pecah atau ruptur.
8
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerosis dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebri yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit serebropaskular,
karena perdarahan yang luas terjadi distruksi masa otak peningkatan tekanan
intrakranial yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falks serebri
atau foramen magnum.
Kematian disebabkan oleh kompresi batang otak, hemesper otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepergitiga kasus perdarahan otak
di nekleus kaudatus, talamus, dan pons.Jika sirkulasi serebri terhambat, dapat
berkembang anoksia serebri. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebri dapat
reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih
dari 10 menit. Anoksia serebri dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi
salah satunya henti jantung. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume
perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan
intrakranial dan menyebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta
terganggunnya drainase otak.
9
dengan spastisitas (peningkatan tonus otot abnormal) pada ekstremitas yang
terkena dapat terlihat.
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
dapat dimanefastasikan oleh hal berikut:
a. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggungjawab untuk
berbicara.
b. Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara)
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha
untuk menyisir rambutnya
3. Gangguan persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterprestasikan sensasi. Stroke
dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-
spasial, dan kehilangan sensori.
a. Disfungsi persepsi visual
Disfungsi persepsi visual terjadi karena gangguan jaras sensori primer di
antara mata dan korteks visual.
1) Homonimus hemianopsia (kehilangan setenagah lapang pandang) dapat
terjadi karena stroke dan mungkin sementara atau permanen.
2) Amorfosintesis terjadi saat kepala pasien berpaling dari sisi tubuh yang
sakit dan cenderung mengabaikan tempat dan ruang pada sisi tersebut.
Pada keadaan ini pasien tidak hanya mampu melihat makanan pada
setengah nampan, dan hanya setengah ruangan yang terlihat.
b. Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih
objek dalam area spasial)
Gangguan ini sering terlihat pada pasien hemiplegia kiri. Pasien mungkin
tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
c. Kehilangan sensori
10
Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan
atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan untuk
merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam
menginterprestasikan stimuli visual, taktil, dan audiotoris.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan
dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini
menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi. Kerusakan fungsi
kognitif dan efek psikologik terhjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas,
memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi.
5. Disfungsi kandung kemih
11
7. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
thrombosis serebral.
2.8 Penatalaksanaan
Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :
1 Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan
aneurisme.
2 Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka pengobatan
yang diberikan yaitu :
a Kortikosteroid , kortikosteroid di gunakan untuk gangguan produksi
hormon oleh kelenjar adrenal yang mengakibatkan tubuh kekurangan
hormon steroid.
b Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu Serta
berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya lisis bekuan
darah atau perdarahan ulang. Asam traneksamat bekerja dengan
membantu darah menggumpal dengan normal untuk mencegah dan
menghentikan perdarahan yang lama
c Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit
memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan trombus dan
embolisasi
12
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN STROKE
3.1 Pengkajian
Tujuan dari pengkajian/ anamnesa adalah merupakan kumpulan informasi
subyektif yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan
masalah kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan (Niman, 2013). Identitas pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
a Data subyektif :
1) kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan
sensasiatau paralysis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
b Data obyektif :
1) Perubahan tingkat kesadaran.
2) Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia) , kelemahan umum
13
3) Gangguan penglihatan.
2. Sirkulasi
Pada pasien Stroke biasanya mempunyai Riwayat penyakit jantung
(penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung, endokarditis bakterial),
polisitemia adalah suatu kondisi di mana tubuh terlalu banyak memproduksi
sel darah merah atau peningkatan abnormal pada jumlah sel darah merah
yang diproduksi oleh sumsum tulang. Selain itu umumnya klien mengalami
Disritmia, denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Pada pasien dengan Stroke biasanya merasa tidak berdaya, hilang
harapan, Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat atau bisa dikatakan
mengalami stress, merasa kesediahan dan Kesulitan berekspresi diri.
4. Eliminasi
Klien biasanya mengalami Inkontinensia, anuria serta Distensi abdomen
(kandung kemih sangat penuh) yang kemudian menyebabkan tidak adanya
suara usus(ileus paralitik)
5. Makanan/cairan
Pada pasien Stroke umumnya nafsu makan hilang, kehilangan sensasi
lidah , pipi , tenggorokan, disfagia. Penderita stroke bila mempunyai Riwayat
DM akan menyebabkan cepatnya Peningkatan lemak dalam darah.
6. Neurosensori
Pada pasien Stroke umumnya pasti mengalami Pusing, Nyeri kepala :
pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid, Kelemahan,
kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati, Penglihatan
berkurang. Dalam Panca indra kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama), Gangguan rasa
pengecapan dan penciuman. Pada bagian Ekstremitas penderita Stroke akan
mengalami kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis stroke,
genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
(kontralateral), kehilangan kemampuan menggunakan motorik dan ukuran
pupil tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral.
7. Nyeri/kenyamanan
14
Pada pasien dengan Stroke biasanya mengalami nyeri kepala yang
bervariasi intensitasnya. Rasa ketidaknyamanan / distress biasanya
disebabkan karena penderita stroke mengalami rasa putus asa dan harus terus
berbaring, gelisah dan karena ketegangan Otot.
8. Keamanan
Pada pasien Stroke biasanya beresiko untuk jatuh karena susah
mobilisasi.
a Data obyektif:Motorik/sensorik :
1) masalah dengan penglihatan.
2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali.
4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh.
5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri.
6) Interaksi social
b Data obyektif : Problem bicara, ketidakmampuan berkomunikasi
b. Pemeriksaan integumen
1. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
15
2. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
3. Rambut : umumnya tidak ada kelainan
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan
refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
1 Pemeriksaan radiologi
16
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
2 Pemeriksaan laboratorium
17
5 Defisit perawatan diri berhubungan dengan paralisis, hemiperasis,
quadriplegia yang ditandai dengan pasien mengeluh lemas dan lumpuh,
bedrest dan kerusakan anggota-anggota gerak.
6 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi,
transmisi, dan/atau integrasi sensori dan stress psikologis ditandai dengan
perubahan ketajaman sensori, hambatan komunikasi, gelisah, perubahan pola
perilaku dan iritabilitas.
7 Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan yang ditandai dengan pasien selalu
menolak makanan,adanya perubahan sensasi rasa, bising usus hiperaktif dan
kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah makanan
8 Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama
9 Risiko tinggi cidera yang berhubungan dengan penurunan luas lapang
pandang, penurunan sensasi rasa (panas, dingin).
18
lemas, dispnea, efektif. miring kesamping
adanya suara 4. Mempunyai irama sesuai indikasi untuk
nafas dan fekuensi nafas mencegah aspirasi.
tambahan, mata dalam batas 6. Kaji perlunya
terbelalak dan Normal. penyedotan pada
gelisah. 5. Dapat melakukan jalan nafas dengan
batuk Efektif auskultasisuara nafas
rongki di paru.
19
pasien untuk menarik
nafas dalam sebelum
dilakukan suction dan
gunakan oksigen
sesuai kebutuhan.
2. Monitor status
oksigen pasien, status
neurologis, status
mental, tekanan intra
cranial tekanan
perfusi cerebral dan
status hemodinamik.
3. Tentukan perlunnya
suction mulut atau
trachea
4. Imstuksikan pasien
dan keluarga untuk
melakukan suksion
jalan nafas
sebagaimana
mestinya.
Hambatan Tujuan : Setelah dilakukan 0840 Pengaturan Posisi
mobilitas fisik tindakan keperawatan 1. Tempatkan pasien
berhubungan selama 2 x 24 jam klien diposisi terapeutik
dengan kerusakan dapat melakukan yang sudah dirancang.
neuromuskuler, mobilisasi fisik. 2. Dorong pasien untuk
kelemahan atau Kriteria Hasil : terlibat dalam
parestesia, dan 1. berjalan dengan perubahan posisi
paralisis spastis jarak yang dekat pasien.
yang ditandai oleh (keliling kamar) 3. Monitor status
hilangnya rasa 2. berjalan lambat oksigenisasi
atau adanya 3. mempertahankan 4. Dorong untuk latihan
20
sensasi tidak berat badan ROM aktif dan pasif.
normal pada 4. Tingkat mobilitas 5. Jangan posisikan
lengan dan pasien meningkat, pasien pada posisi
tungkai, merasa keseimbangan yang dapat
menurunnya tubuh, posisi tubuh, meningkatkan nyeri.
intelijensi gerakan otot, 6. Minimalisirkan cedera
gerakan sendi. ketika memposisikan
5. klien dapat dan membalikkan
menggerakan jari tubuh pasien.
kaki, tangan, leher, 7. Kembangkan jadwal
bahu, lutut, tertulis terkait dengan
penggang, siku, reposisi tubuh pasien.
pergelangan tanga 8. Tempatkan lampu
pemanggil dalam
jangkauan pasien.
21
tenaga kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
6. kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
7. latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLsecara mandiri
sesuai kemampuan
8. dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
danbantu pemenuhan
kabutuhan ADL
9. berikan alat bantu bila
pasien memerlukan
10. ajarkan bagaimana
merubah posisi dan
berikanbantuan jika
diperlukan
Kerusakan Tujuan : Setelah dilakukan 4976 Peningkatan
komunikasi verbal tindakan keperawatan Komunikasi: Kurang
berhubungan selama 2 x 24 jam pasien Bicara
dengan kerusakan dapat berkomunikasi 1. Monitor kecepatan bicara,
sirkulasi serebral, dengan baik. tekanan, kecepatan,
kerusakan Kriteria Hasil : kuantitas, volume dan
neuromuskular, 1. Kata-katayang diksi.
hilangnya tonus digunakan 2. Instruksikan pasien agar
otot, dan tepat/sesuai dengan bicara pelan
kelemahan topik pembicaraan. 3. Ulangi apa yang
ditandai oleh 2. Kontak mata baik, disampaikan pasien agar
bicara tidak jelas, mau menatap lawan lebih akurat
22
agak pelo, bibir bicara 4. Ungkapkan pertanyaan
peyote 3. Klien dapat dimana pasien dapat
menginterpretasika menjawab dengan
n pembicaraan sederhana.
orang lain. 5. Kolaborasi bersama
4. Klien dapat keluarga/ahli terapis
menginterpretasika bahasa patologis untuk
n bahasa non verbal mengembangkan rencana
agar bisa berkomunikasi
efektif.
6. Koordinasi aktifitas-
aktifitas tim rehabilitasi
23
yang kompleks.
6. Kuatkan dan ulangi
informasi/pesan yang
diberikan
7. Minta klien untuk
mengulang
pesan/informasi yang
diterimanya tersebut.
4920 Mendengarkan Aktif
1. BHSP
2. Buat tujuan interaksi
yang jelas
3. Buat suasana tenang.
4. Hindari hal-hal yang
negatif selama
interaksi
5. Dengarkan
pembicaraan klien
6. Gunakan teknik
validasi dan klarifikasi
7. Gunakan teknik
mengatakan secara
tidak langsung
8. Fokuskan
pembicaraan pada satu
topic.
9. Anjurkan untuk
berbicara pelan-pelan,
tenang dan jelas
10. Gunakan bahasa yang
konsisten pada saat
berinteraksi
24
11. Anjurkan klien untuk
mempertahankan
kontak mata
25
meningkatkan harga
diri
7. Monitor tingkat harga
diri dari waktu ke
waktu.
8. Buat pernyataan
positif mengenai
pasien
Ketidakseimbanga Tujuan : Setelah dilakukan 1100 Manajemen Nutrisi
n Nutrisi kurang tindakan keperawatan 1. Tentukan status Gizi
dari kebutuhan selama 2 x 24 jam pasien dan
tubuh Kebutuhan Nutrisi pasien kemampuan pasien
berhubungan menjadi adekuat. untuk memenuhi gizi.
dengan Kriteria hasil: 2. Tentukan apa yang
ketidakmampuan 1. Tingkat energy menjadi preferensi
menelan yang pasien adekuat makanan untuk
ditandai dengan 2. Berat badan klien pasien.
pasien selalu bertambah 3. Tentukan jumlah
menolak 3. Memiliki nila kalori dan jenis nutrisi
makanan,adanya laboratorium dalam yang dibutuhkan
perubahan sensasi batas normal. untuk memenuhi
rasa, bising usus persyaratan gizi.
hiperaktif dan 4. Ciptakan lingkungan
kelemahan otot yang optimal saat
yang berfungsi mengkonsumsi
untuk menelan makanan.
atau mengunyah 5. Anjurkan pasien
makanan. untuk duduk dikursi
yang tegak dikursi
6. Monitor kalori dan
asupan makanan
7. Monitor terjadinya
26
penurunan dan
kenaikan berat badan.
27
mengatur pancaran melakukan perawatan
dan suhu air diri
5. Klien mampu 2. Letakkan sabun,
Membersihkan dan handuk, deodorant,
mengeringkan alat cukur, dan
tubuh peralatan lain yang
6. Klien mampu dibutuhkan di
Melakukan samping tempat tidur
perawatan mulut atau di kamar mandi
dan Menggunakan 3. Fasilitasi pasien
deodorant menyikat gigi, jika
perlu Cukur pasien,
jika diindikasikan
4. Tawarkan untuk
mencuci tangan
setelah eliminasi dan
sebelum makan.
Gangguan persepsi Tujuan : Setelah dilakukan 2660 Manajemen Sensasi
sensori tindakan keperawatan Perifer
berhubungan selama 2 x 24 jam pasien 1. Dorong pasien
dengan perubahan dapat menunjukkan menggunakan bagian
resepsi, transmisi, orientasi kognitif yang tubuh yang tidak
dan/atau integrasi baik: terganggu
sensori dan stress Kriteria hasil : 2. Instruksikan pasien
psikologis ditandai 1. Berinteraksi secara dan keluarga untuk
dengan perubahan sederhana dengan menjaga posisi tubuh
ketajaman sensori, orang lain. ketika saat mandi,
hambatan 2. Pasien dapat berbaring dan
komunikasi, memperlihatkan mengubah posisi.
gelisah, perubahan pengaturan pikiran 3. Diskusikan atau
pola perilaku dan yang logis. identifikasi penyebab
iritabilitas. 3. Mengompensasi sensasi abnormal atau
28
defisit sensori perubahan sensasi
dengan yang terjadi.
memaksimalkan 4. Monitor Kemampuan
indra yang tidak BAB dan BAK
rusa 5. Lindungi tubuh dari
perubahan suhu yang
ekstrim
6. Berikan obat
analgesic,
Kortikosreoid,
antikonsulvan, anti
depresan sesuai
kebutuhan
6480 Manajemen
Lingkungan
1. Identifikasi kebutuhan
keamanan
pasien,berdasarkan
tingkat fungsi fisik
dan fungsi kognitif
serta riwayat perilaku
pasien.
2. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien.
3. Kendalikan atau
cegah kebisingan
yang tidak diinginkan.
4. Batasi pengunjung.
5. Izinkan orang terdekat
untuk tinggal dengan
29
pasien.
6. Edukasi pasien dan
keluarga mengenai
penrubahan/tindakan
sehingga mereka tidak
akan dengan sengaja
mengganggu
lingkungan yang
direncanakan.
Risiko gangguan Tujuan : Setelah dilakukan 6610 Identifikasi Resiko
integritas kulit tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya
yang berhubungan selama 2 x 24 jam Resiko sumber-sumber
dengan tirah infeksi tidak ditemukan: agensi untuk
baring lama 1. Pasien akan membantu
enunjukkan menurunkan faktor
rutinitas perawatan resiko
kulit atau 2. Instruksikan faktor
perawatan luka resiko dan rencana
yang optimal untuk mengurangi
2. Tidak ada lepuh faktor resiko
atau maserasi pada 3. Pertimbangkan
kulit pemenuhan terhadap
3. Berat badan dalam perawatan dan medis
rentan normal dan keperawatan
(Klien dapat 4. Identifikasi strategi
mempertahankan koping yang
nutrisi) digunakan
5. Diskusikan dan
rencanakan aktivitas-
aktovitas pengurangan
resiko
6. Rencanakan tindak
30
lanjut strategi dan
aktivitas faktor resiko.
3.4 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan dimana dalam menilai
tindakan perawatan yang telah dilakukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Dalam Evaluasi keperawatan menggunakan format SOAP atau data Subjektif,
Objektif, analisa dan planning kedepannya. Jika masalah telah teratasi maka
intervensi yang dilakukan dapat dihentikan apabila belum teratasi perlu dilakukan
pembuatan rencana kedepannya. Adapun Hasil yang diharapkan dalam evaluasi
keperawatan pada penyakit stroke antara lain:
31
1. Mencapai peningkatan mobilisasi
a Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop
b Berpartisipasi dalam program latihan
c Mencapai keseimbangan saat duduk
d Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya
fungsi pada sisi yang hemiplegia
2. Tidak mengeluh adanya nyeri bahu
a Adanya mobilisasi bahu: Latihan bahu
b Lengan dan tangan dinaikkan sesuai interval
3. Dapat merawat diri dalam bentuk perawatan kebersihan dan menggunakan
adaptasi terhadap alat-alat
4. Pembuangan kandung kemih dapat diatur.
5. Berpartisipasi dalam program meningkatkan kognitif
6. Adanya peningkatan komunikasi
7. Keluarga memperlihatkan tingkah laku yang posotif dan menggunakan
mekanisme koping
a Mendukung program latihan
b Turut aktif ambil bagian dalam proses rehabilitasi
8. Tidak terjadi Komplikasi
a Tekanan darah dan kecepatan jantung dalam batas normal untuk pasien
b Gas darah arteri dalam batas normal.
32
3.5 Pathway
34
Infark batang otak
35
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. M No. RM : 68409
Umur : 52 tahun Pekerjaan : PNS
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam Tanggal MRS : 5-10-2015
Pendidikan : S1 Tanggal Pengkajian : 6-10-2015
Alamat : Dukuh Dempok Sumber Informasi : Keluarga klien
Wuluhan
2. Keluhan Utama:
Penurunan kesadaran
36
Keluarga menyampaikan bahwa klien tidak memiliki alergi apapun
c.Imunisasi:
Keluarga menyampaikan bahwa klien mendapatkan imunisasi lengkap.
Genogram:
37
Keterangan:
= Laki-laki = Perempuan
= Meninggal = Tinggal serumah
38
Masalah yang dialami klien saat ini adalah tidak sadarkan diri
sehingga semua kebutuhan nutrisinya harus di bantu petugas
kesehatan.
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Klien tidak makan sama sekali sejak masuk ke rumah sakit karena
kondisi yang tidak stabil dan tidak sadarkan diri. Klien hanya
mendapatkan intake cairan melalui cairan infus 1000 cc sehari.
Interpretasi :
Intake nutrisi klien tidak adekuat
3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : tidak terkaji karena menggunakan kateter
- Jumlah : 150 cc
- Warna : kuning
- Bau : berbau urine
- Karakter : cair seperti urine normal
- BJ : tidak terkaji
- Alat Bantu : klien terpasang kateter urine
- Kemandirian : dibantu total karena penurunan kesadaran
- Lain : urea 17 gr/24 h (normal gr/24 h), BUN=8 mg/dl
(normal 6-20 mg/dL)
BAB
- Frekuensi : klien belum BAB sama sekali sejak MRS
- Jumlah :-
- Konsistensi :-
- Warna :-
- Bau :-
- Karakter :-
- BJ :-
39
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : dibantu total karena penurunan kesadaran
- Lain : peristaltik usus 2 x/menit
Interpretasi :
Pola eliminasi BAB klien terganggu karena belum BAB sama sekali, dan
kadau urea dalam urine turun menunjukkan kerja ginjang yang menurun.
Balance cairan:
IWL: 15 x 60 kg= 900/24= 37,5cc/jam
24 jam
Intake cairan: air metabolism: 5 cc x 60 kg (BB)= 300cc
Infus : 1000 cc
Injeksi obat : 10 cc
Total : 1310cc
40
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi : Kebutuhan oksigenasi klien dibantu dengan
pemberian oksigen dengan sungkup masker rebreathing
Fungsi kardiovaskuler : Tekanan darah= 200/100 mmHg, nadi= 80, bunyi
S1 S2 tunggal
Terapi oksigen : Klien mendapatkan terapi O2 6 L/menit
Interpretasi :Klien mengalami keterbatasan dalam mobilisasi fisik,
penurunan kesadaran, ketidakmampuan dalam
pemenuhan ADL
5. Pola tidur & istirahat
Durasi : Pasien mengalami penurunan kesadaran dan hanya
membuka mata sebentar lalu terpejam kembali
Gangguan tidur : Klien terkadang bangun ketika terjadi kejang
Keadaan bangun tidur : Keadaan bangun tidur tidak terkaji
Interpretasi : Pola tidur dan istirahat pasien dalam waktu yang lama
karena pasien tidak sadarkan diri
41
Interpretasi : keadaan fisik indra masih bagus dan fungsi indra tidak
terkaji secara penu karena klien tidak sadarkan diri
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri : keluarga menyampaikan ketika sakit stroke, klien masih
bisa merasa bahagia dan sering tertawa
Identitas diri : sebagai seorang nenek
Harga diri : ketika sakit stroke empat tahun yang lalu klien tidak pernah
merasa minder atau susah
Ideal Diri : menjadi seorang nenek yang baik untuk cucunya
Peran Diri : kebiasaan dirumah klien memomong cucunya
Interpretasi : gangguan pemenuhan kebutuhan diri karena klien tidak
sadarkan diri
42
4.1.4 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Klien mengalami penurunan kesadaran dengan nilai GCS= 2 1 2
Tanda vital:
- Tekanan Darah : 200/100 mm/Hg
- Nadi : 80 X/mnt
- RR : 28 X/mnt
- Suhu : 37,2 C
2. Mata
Inspeksi: mata normal, tidak ada edema pappebra, icterus (-), anemis (-),
pupil isokor, posisi mata simetris.
Palpasi: nyeri tekan bola mata tidak dapat dikaji
3. Telinga
Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih
Palpasi: nyeri tekan tidak dapat dikaji
4. Hidung
Inspeksi: hidung simetris terpsang NGT, keadaan bersih
43
5. Mulut
Inspeksi: mulut terbuka, lidah klien sedikit menutupi jalan napas sehingga
mendengkur, kebersihan mulut dan gigi kurang, klien bau mulut.
6. Leher
Ispeksi: Tidak ada pembesaran tyroid dan retensi vena
Palpasi: tidak teraba adanya pembesaran tyroid dan retensi vena
7. Dada
Inspeksi: bentuk dada simetris, pengembagan dada simetris
Palpasi: nyeri tekan dan adanya masa tidak terkaji
Perkusi: lapang paru sonor, jantung pekak
Auskultasi: suara napas stridor, suara jantung S1 dan S2 tunggal
8. Abdomen
Inspeksi: perut sedikit buncit, dan tidak ada jejas
Auskultasi: peristaktik usus 2x/menit
Palpasi: tidak terkaji
Perkusi: timpany
9. Urogenital
Volume urine dalam kantung urine 150 cc dalam sehari, warna dan bau
urine normal
10. Ekstremitas
Kekuatan otot tidak terkaji, kaki kiri yang terpasang infus bengkak karena
ekstravasasi
44
12. Keadaan lokal
Klien berbaring ditempat tidur, terpasang infus di kaki kiri, terpasang
NGT, dan kateter urine.
13. Neurologis
a. Status mental dan emosi
Status mental dan emosi klien tidak terkaji karena klien tidak sadarkan
diri
b. Pengkajian saraf kranial
c. N. I (Olfaktori) : tidak terkaji
d. N. II (Optikus) : tidak terkaji
e. N. III (Okulomotoris): isokor, reflek cahaya (+)
f. N. IV (Trochlearis) : tidak terkaji
g. N.V (Trigeminus): tidak terkaji
h. N. VI (Abdusen) : tidak terkaji
i. N. VII (Fasialis) : tidak terkaji
j. N. VIII (Verstibulocochlearis) : tidak terkaji
k. N. IX (Glosofaringeus) : tidak terkaji
l. N. X (Vagus) : tidak terkaji
m. N. XI (Asesoris) : tidak terkaji
n. N. XII (Hipoglosus) : tidak terkaji
o. Pemeriksaan reflex
Hofman (-), tromer (-), Reflek bubinzki (+), reflek chaddock (+), reflek
reflek Gordon (+).
4.2 Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan)
Infus PZ 20 tpm 1500 cc
Infus manitol 5x100 cc
Injeksi asam traneksamat 3x200 mg
Injeksi antrain 3 x 1 ampul
45
Ceremax 50 ml, injeksi melalui syring pum kecepatan 2,1 ml/jam
Injeksi ranitidine 50 mg
46
TD:200/100 mm/Hg, Nadi:
80 X/mnt, RR: 28
X/mnt, Suhu: 37,2 C
47
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS: Penurunan Resiko kerusakan
- Keluarga mengatakan pasien tidak perfusi jaringan integritas kulit
dapat bergerak sama skali serebral
DO:
- Keadaan umum: penurunan Penurunan
kesadaran, GCS 2-1-2 kesadaran
Betrest total
Penekanan
jaringan setempat
yang lama
Resiko kerusakan
integritas kulit
DS: Penurunan Resiko Sindrom
- Keluarga mengatakan pasien tidak perfusi jaringan disuse
dapat bergerak sama skali serebral
DO:
- Keadaan umum: penurunan Penurunan
kesadaran, GCS 2-1-2 kesadaran
Tergantung total
Sendi jarang
digerakkan
Paralisis
48
Resiko sindrom
disuse
49
neuromuskular
50
2 Bersihan jalan Tujuan: jalan napas a. Kaji dan pantau a. Mengetahui letak
napas tidak pasien bersih tanpa pernapasan, reflek sekret, jumlah sekret,
efektif hambatan batuk dan sekresi dan penyebab
berhubungan Kriteria Hasil: b. Posisikan tubuh dan menumpuknya sekret
dengan 1. Pasien kepala untuk b. Mencegah terjadinya
penurunan memperlihatkan menghindari obstruksi resiko aspirasi dan
penurunan kepatenan jalan napas. jalan napas dan menghindari
energi, dan 2. Ekspansi dada memberikan obstruksi jalan napas
paralisis otot. simetris. pengeluaran sekresi c. Mengurangi dan
3. Bunyi napas bersih yang optimal. membebaskan sekret
saat auskultasi. c. Penghisapan sekresi d. Memenuhi kebutuhan
4. Tidak terdapat tanda d. Berikan oksigenasi oksigen pasien
distress pernapasan. sesuai advis. e. Menganalisa
e. Pantau AGD dan Hb keseimbangan asam
sesuai indikasi basa akibat gangguan
pernafasan/metabolik
(PH, PaCO2, PAO2,
SO2, HCO3, dan BE)
51
e. Kolaborasi pemberian lambung dan
cairan IV menghindari respon
mual muntah
e. Memenuhi
kebutuhan cairan
klien
52
imobiltas : fisologis, yang
dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan
1-5 :sangat berat, berat,
sedang, ringan, atau tidak
ada)
53
klien masuk intake susu 200 ml sebanyak 200 cc
b. Berikan makanan yang lunak Aulia A: Masalah resiko
atau cair ketidak
Hasil: makanan susu seimbangan nutrisi
dimasukkan lewat NGT kurang dari
c. Kolaborasi pemberian cairan IV kebutuhan tubuh
Hasil: mendapatkan PZ 1500 cc, teratasi sebagian
Infus manitol 5x100 cc P: Lanjutkan
intervensi
Selasa, 6 Dx 4 : Aulia Jam 21.00
Oktober S : keluarga
a.Posisikan tubuh atau memobilisasi
2015 menyampaikan
tubuh untuk mengindari resiko
kulit pasien tidak
integritas kulit.
lembab dan
kemerahan tidak
Hasil : pasien dimiringkan ke kanan
seperti kemarin
dan ke kiri
O : penyekaan
b.berikan lotion atau bersihkan pada yang dilakukan
bagian tubuh yang terkena pada bagian tubuh
penekanan yang mengalami
penekanan
A : masalah resiko
kerusakan
integritas kulit
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
54
2015 TD: 200/100, nadi=80x/menit tidak sadarkan diri
d. Pertahankan posisi tirah baring O: TD: 200/100,
pada posisi anatomis atau posisi nadi=80x/menit,
semifowler 15-30 derajat klien terlihat lebih
Hasil: klien diposisikan rileks
semifoler 15 derajat A: Masalah
teratasi sebagian
P: Lanjutkan
intervensi
Rabu, 7 Dx 2: Jam: 14.00
Oktober a. Posisikan tubuh dan kepala S: keluarga
2015 untuk menghindari obstruksi menyampaikan
jalan napas dan memberikan kondisi klien
pengeluaran sekresi yang masih sudah lebih
optimal. baik dari kemarin,
Hasil: kepala klien diposisikan Aulia sekarang lebih
miring ke samping dan posisi tenang
sim O:
b. Berikan oksigenasi sesuai advis - Klien terlihat
Hasil: klien mendapatkan 6 lebih tenang
L/menit A: Masalah
bersihan jalan
napas teratasi
sebagian
P:lanjutkan
intervensi
Rabu, 7 Dx: 1 Jam: 14.00
Oktober a. Observasi tanda-tanda vital S: klien masih
2015 TD: 140/100, nadi=80x/menit tidak sadarkan diri
b. Kolaborasi pemberian obat O: TD: 140/90,
55
untuk mengontrol tekanan darah nadi= 76x/menit,
Hasil: pemberian ceremax 50 Aulia klien terlihat lebih
ml, melalui syring pump 2,1 rileks
ml/jam untuk defisit neurologik A: Masalah
iskemik karena vasospasme teratasi sebagian
serebral setelah perdarahan P: Lanjutkan
subaraknoid intervensi
Rabu, 7 Dx 4 : Jam 14.00
Oktober S : keluarga
a.Posisikan tubuh atau memobilisasi
2015 menyampaikan
tubuh untuk mengindari resiko
kulit pasien tidak
integritas kulit.
lembab dan tidak
ada kemerahan
Hasil : pasien dimiringkan ke kanan
O : penyekaan
dan ke kiri
yang dilakukan
b.berikan lotion atau bersihkan pada
pada bagian tubuh
bagian tubuh yang terkena
yang mengalami
penekanan
penekanan
A : masalah resiko
kerusakan
integritas kulit
teratasi
P : menghentikan
intervensi
56
mengalami
Hasil : pasien dilakukan gerak
kekakuan.
ROM pasif
O : pasien
dilakukan ROM
b.Hindari aktivitas perawatan
pasif ringan
selama jadwal waktu istirahat
A : Masalah resiko
sindrom disuse
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
57
pada posisi anatomis atau posisi suhu 36,7 0C, GCS
semifowler 15-30 derajat Aulia 212
Hasil: klien diposisikan A: masalah
semifoler 15 derajat penurunan perfusi
c. Kolaborasi pemberian obat jarringan teratasi
Hasil: pemberian ceremax 50 sebagian
ml, melalui syring pump 2,1 P: Lanjutkan
ml/jam untuk defisit neurologik intervensi
iskemik karena vasospasme
serebral setelah perdarahan
subaraknoid
Kamis, 8 Dx: 2 Jam: 14.00
Oktober a. Ajarkan keluarga cara untuk S: keluarga
2015 mengubah posisi klien bersedia untuk
Hasil: keluarga mampu untuk merubah posisi
merubah posisi klien klien tiap 2 jam
b. Anjurkan keluarga untuk O: keluarga
mengubah posisi klien tiap 2 mampu untuk
jam sekali untuk menghindari Aulia merubah posisi
terjadinya pneumoni orthostatik. klien, RR 20
Hasil: keluarga bersedia untuk x/menit, suara
mengubah posisi klien napas stridor
c. Berikan oksigenasi sesuai advis A: masalah
Hasil: klien mendapatkan 6 bersihan jalan
L/menit napas teratasi
sebagian
P: lanjutkan
intervensi
58
Oktober NGT O: bilas lambung
2015 Hasil: hasil bilas lambung masih masih keruh,
keruh, pemberian makan klien pemberian makan
di tunda Aulia klien di tunda,
b. Kolaborasi pemberian cairan IV anemis (-)
Hasil: mendapatkan terapi cairan A: masalah
infus PZ 1500 cc teratasi sebagian
P: lanjutkan
intervensi
Kamis, 8 Dx: 5 Aulia Jam: 14.00
Oktober a.Ajarkan keluarga cara untuk S: keluarga
2017 mengubah posisi klien bersedia untuk
Hasil: keluarga mampu untuk merubah posisi
merubah posisi klien klien tiap 2 jam
b.Anjurkan keluarga untuk O: keluarga
mengubah posisi klien tiap 2 jam mampu untuk
sekali untuk menghindari terjadinya merubah posisi
Hasil: keluarga bersedia untuk klien
mengubah posisi klien A: masalah resiko
sindrom disuse
teratasi sebagian
P: lanjutkan
intervensi
59
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang menunjukan beberapa
kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh
beberapa keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh
pembuluh darah otak, yang disebabkan robekan pembuluh darah atau oklusi
parsial atau total yang bersifat sementara atau permanen.
Stroke dapat diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian, yaitu
trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak dan leher), embolisme
serebral (bekuan darah otak atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain), iskemia (penurunan alira darah ke area otak), dan hemoragi
serebral (pecahnyapembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan
otak atau ruang sekitar otak).
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan strok
hemoragik. Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke meliputi
diagnostik seperti ingiografi serebral, dan pengobatan yang diberikan yaitu
kortikosteroid , asam traneksamat, deuretik, antikoagulan, dan medikasi anti
trombosit.
5.2 Saran
Tercapinya asuhan keperawatan dalam klien, pendekatan dalam proses
keperawatan harus dilaksanakan secara sistematis mulai dari pengkajian hingga
evaluasi, perawatan juga harus melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
prosedur dan tetap memperhatikan dan menjaga privacy klien. Perawat hendaknya
selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/ kolaborasi baik dengan tenaga
kesehatan lainnya dalam hal pelaksanaan asuhan keperawatan maupun dalam hal
pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan tercapai
60
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Sudarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.. EGC:
Jakarta
Bulecheck, Gloria M., H.K. Butcher., J.M. Dochterman., C.M. Wagner. (2016).
Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Indonesian Edition. Indonesia:
Mocomedia
Mahar M. dan Priguna S. 1997. Neurologi Klinik Dasar. Edisi ke7.Jakarta: Dian
Rakyat, pp: 279481.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. (Edisi 8). (Volume 3). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
61
Soeharto. 2004. Kolesterol dan Lemak Jahat, Kholesterol dan Lemak Baik dan
proses Terjadinya Serangan Jantung dan Stroke. Jakarta: Gramedia. pp:
28101.
62