Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN UMUM

ILMU KESEHATAN JIWA


An. R usia 13 tahun dengan Gangguan Kepribadian Organik

Pembimbing : dr. Ratih Widayati Sp.KJ

Disusun Oleh :
1. Shinta Dewi Wulandari H2A012001
2. Rowiyatun H2A012002
3. Atika Nur Amalina H2A012004
4. Nur Rakhma Akmalia H2A012005
5. Azmi Yunita H2A012006

KEPANITERAAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN
Sensasi anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan
tersebut ditandai oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali
disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah,
dan sebagainya. Anxietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
sering merupakan satu fungsi emosi. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui
selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama. Anxietas
yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal
terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif.1,2
Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan
psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai
kondisi normal. Anxietas normal sebenarnya suatu hal yang sehat, karena
merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat
mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya
seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar
secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang.2
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang paling
lazim terjadi di masyarakat umum. Hampir 30 juta orang yang terkena gangguan
ini di Amerika Serikat, dengan angka kejadian pada wanita yang dapat terkena
hampir dua kali lebih sering dibanding pria. Gangguan kecemasan yang
berhubungan dengan kejadian morbiditas yang cukup signifikan, sering menjadi
kronis dan cenderung resisten terhadap pengobatan. Gangguan kecemasan dapat
dilihat sebagai bagian dari gangguan mental terkait, yang dapat diklasifikasikan
dalam Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-
IV-TR), yaitu : (1) gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia, (2)
agoraphobia dengan atau tanpa gangguan panik, (3) fobia spesifik, (4) fobia
sosial, (5) obsesif-kompulsif (OCD), (5) gangguan stres pasca trauma (PTSD), (6
) gangguan stres akut; dan (7) gangguan kecemasan umum.3
Sebuah aspek menarik dari gangguan kecemasan adalah interaksi indah
antara faktor genetik dan pengalaman. Ada sedikit keraguan bahwa gen yang

2
abnormal dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap keadaan kecemasan
patologis, namun bukti jelas menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan yang
traumatis dan stres juga dapat menjadi penyebab yang cukup penting.3
Semua orang dapat mengalami kecemasan. Hal ini sering ditandai sebagai
rasa tidak menyenangkan, ketakutan, dan sering disertai dengan gejala otonom
seperti sakit kepala, berkeringat, jantung berdebar, sesak di dada,
ketidaknyamanan pada perut yang ringan, dan rasa gelisah, yang ditunjukkan
dengan ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri diam dalam waktu yang lama. 3
Pengalaman kecemasan memiliki dua komponen: kesadaran sensasi
fisiologis (misalnya, jantung berdebar dan berkeringat) dan kesadaran bahwa
mereka gugup atau ketakutan. Perasaan malu dapat meningkatkan kecemasannya
dan akan mengakui bahwa mereka sedang ketakutan.3
Selain efek motorik dan efek viseral, kecemasan dapat mempengaruhi
pemikiran, persepsi, dan belajar. Hal ini cenderung menghasilkan kebingungan
dan distorsi persepsi, tidak hanya waktu dan ruang tetapi juga dari orang dan
makna dari suatu peristiwa. Distorsi ini dapat mengganggu belajar dengan
menurunkan konsentrasi, mengurangi ingat, dan merusak kemampuan untuk
berhubungan dengan bagian lain untuk membuat asosiasi.3

3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
a. Identitas Penderita
Nama : An. R
Umur : 13 tahun
Tanggal Lahir : 18 Mei 2003
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Semarang
Pendidikan terakhir : TK
Pekerjaan : Siswa
Status pernikahan : Belum Menikah

b. Identitas Sumber Alloanamnesis


Nama : Ny. N
Alamat : Wonolopo
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Ibu
Kedekatan dengan pasien : Baik

II. ANAMNESIS
(Alloanamnesis : 14 Mei 2016, Jam 10.00 WIB)
a. Keluhan Utama
Kontrol, dikarenakan pasien suka berpergian keluar kota sendiri
b. RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)
5 tahun sebelum masuk ke poli psikiatri RS Tugurejo Semarang,
pasien sering berpergian keluar kota dan sering marah-marah dengan
alasan keinginannya tidak dituruti oleh orangtuanya. Pasien tinggal

4
bersama ibu kandung, ayah kandung, dan kakak perempuan. Pasien masih
dapat bersekolah. Waktu luang digunakan untuk bermain dan beristirahat.
Makan dan minum teratur atas inisiatif sendiri, namun untuk kegiatan
mandi masih harus diingatkan. Hubungan dengan keluarga dan
lingkungan masih baik.
2 tahun sebelum masuk ke poli psikiatri RS Tugurejo Semarang,
pasien masih mengeluhkan hal yang sama dan keluhan dirasakan semakin
berat. Pasien berpergian sampai keluar pulau hingga 10 hari. Apabila
keinginan tidak dituruti oleh orangtua, pasien marah sampai membanting
benda-benda disekitarnya. Pasien sudah jarang mengikuti kegiatan di
sekolah. Waktu luang digunakan untuk bermain dan beristirahat. Makan
dan minum teratur atas inisiatif sendiri, namun untuk kegiatan mandi
masih harus diingatkan. Hubungan dengan keluarga dan lingkungan
masih baik.
3 bulan sebelum masuk ke poli psikiatri RS Tugurejo Semarang,
pasien berpergian seorang diri untuk terakhir kalinya. Setelah kejadian
tersebut, pasien masih melanjutkan kegiatan di sekolah. Waktu luang
digunakan untuk bermain dan beristirahat. Makan dan minum teratur atas
inisiatif sendiri, namun untuk kegiatan mandi masih harus diingatkan.
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan masih baik.
1 bulan yang lalu, pasien memeriksakan diri ke poli psikiatri
RSUD Tugurejo dan dirasakan keluhan mulai berkurang. Pasien sudah
tidak lagi berpergian seorang diri dan emosinya cukup stabil. Pasien juga
dirasa semakin rajin beribadah. Waktu luang digunakan untuk bermain
dan beristirahat. Makan dan minum teratur atas inisiatif sendiri, namun
untuk kegiatan mandi masih harus diingatkan. Hubungan dengan keluarga
dan lingkungan masih baik.
c. RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
1. Riwayat Psikiatri : disangkal
2. Riwayat Penyakit medis : TB, kejang, trauma kepala
3. Riwayat penggunanan NAPZA : disangkal

5
4. Kurva Perjalanan Penyakit (GAF)
Tahun 2011-2013 (GAF 90-81)
- Gejala ada, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian yang biasa
- Fungsi perawatan diri mandi dan ibadah kurang.
- Fungsi sosial hubungan dengan keluarga, tetangga, teman baik.
- Fungsi peran baik.
- Fungsi waktu luang digunakan untuk bermain dan beristirahat
Tahun 2014-2015 (GAF 70-61)
- Gejala ringan dan menetap, disabilitas kurang dalam fungsi,
secara umum masih baik.
- Fungsi peran kurang.
- Fungsi sosial keluarga, tetangga, baik.
- Fungsi perawatan diri mandi dan ibadah kurang.
Bulan Januari-Maret 2016 (GAF 70-61)
- Gejala ringan dan menetap, disabilitas kurang dalam fungsi,
secara umum masih baik.
- Fungsi peran kurang.
- Fungsi sosial keluarga, tetangga, baik.
- Fungsi perawatan diri mandi dan ibadah kurang.
Bulan April-Mei 2016 (GAF 100-91)
- Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang
tidak tertanggulangi.
- Fungsi peran baik.
- Fungsi sosial keluarga, tetangga baik.
- Fungsi perawatan diri mandi dan ibadah baik.
d. Riwayat Pramorbid
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien anak kedua dari dua bersaudara. Pasien adalah anak yang
diharapkan, selama mengandung ibu rutin periksa kehamilan dan tidak
ada keluhan selama hamil, lahir spontan di bantu oleh dokter dengan

6
berat dan panjang badan normal dan tidak ada cacat bawaan. Selama
kehamilan, terkadang ibu pasien mengonsumsi jamu.
2. Riwayat masa anak awal (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh orang tua kandung dan diberikan ASI sampai usia
20 bulan. Ada riwayat TB, demam lama, kejang, dan trauma kepala.
Imunisasi lengkap.
3. Riwayat masa anak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien sehari-hari bermain dengan teman disekitar rumahnya.
Hubungan dengan saudara dan tetangga baik. Pasien sering marah
apabila permintaanya tidak dituruti oleh orang tua. Pasien juga
diraasakan memiliki aktivitas berlebih dan seperti tidak pernah
kehabisan tenaga. Pasien harus diperintah lebih dari satu kali untuk
melakukan tugas tertentu. Pasien juga dirasa memiliki tanggung jawab
yang kurang. Pasien dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan
baik, namun prestasi menurun sejak kelas 2 SD. Pasien memiliki
cukup banyak teman di sekolah dan di rumah. Pasien masih
mengompol sampai usia 11 tahun.
4. Riwayat masa anak akhir (masa pubertas sampai remaja)
Pasien belum mencapai pubertas/remaja.
5. Riwayat masa dewasa
Riwayat pekerjaan
Pasien belum bekerja.
Riwayat perkawinan
Pasien belum menikah.
Riwayat militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiataan militer ataupun suatu
peperangan.
Riwayat pendidikan
Pasien saat ini masih menduduki kelas 4 SD dan pernah
mengalami tinggal kelas dua kali. Tingkat kecerdasan pasien
dirasa kurang. Pasien membolos sekolah hanya saat bepergian.

7
Saat di rumah pasien dapat mengikuti kegiatan sekolah. Pasien
tidak pernah memiliki masalah serius dengan guru dan teman-
temannya.
Keagamaan
Pasien beragama islam dan ibadahnya cukup baik.
Aktivitas sosial
Pasien rutin mengikuti kegiatan di sekolah dan di sekitar
rumahnya. Pasien berhubungan baik dengan teman dan tetangga
disekitarnya serta tidak pernah ada masalah dengan masyarakat
sekitar.
Situasi hidup sekarang
Pasien tinggal bersama ibu, ayah, dan kakak perempuannya.
Pasien tidak memiliki masalah dengan keluarganya.
Riwayat hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.
6. Riwayat psikoseksual
Pasien tidak mempunyai riwayat penyimpangan seksual dan tidak
pernah mendapatkan pelecehan seksual.
7. Riwayat keluarga (genogram)

8. Mimpi, khayalan dan nilai hidup


Pasien bercita-cita ingin menjadi seorang supir bis.
e. RPK : Tidak terdapat riwayat penyakit yang sama.
f. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien adalah seorang pelajar. Pasien
tinggal bersama ibu kandung, ayah kandung dan kakak perempuannya.

8
Ayah pasien bekerja sebagai pekerja swasta dan ibu sebagai ibu rumah
tangga. Pasien berobat dengan biaya pribadi.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


1. Gambaran umum
a. Penampilan : Pakaian rapi sesuai dengan usia dan serasi.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
- Tingkah laku : Normoaktif
- Sikap : Kooperatif
- Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
- Kontak psikis : ada, wajar, dan dapat dipertahankan.
2. Mood dan Afek
a. Mood : Eutimik
b. Afek : appropiate
c. Kesesuaian : sesuai
d. Ekspresi emosi yang lain
- Pengendalian : terkendali
- Stabilitas : stabil
- Dalam/dangkal : dalam
- Arus emosi : normal
- Empati : sesuai
- Skala diferensiasi : normal
3. Pembicaraan
a. Kualitas : relevan
b. Kuantitas : cukup
c. Bicara spontan : spontan
d. Sulit mulai bicara / sulit ditarik : tidak
e. Kecepatan/lambat bicara : spontan
4. Gangguan persepsi :
a. Halusinasi : Auditorik (-), visual (-), taktil (-), olfaktorik (-),
gustatorik(-) .

9
b. Ilusi : Auditorik (-), visual (-), taktil (-), olfaktorik (-), gustatorik(-) .
5. Pikiran
a. Bentuk pikir : realistik
b. Arus pikir : koheren
c. Isi pikir :
- Overvalue : ada
- delusion : delusion of control(-), delusion of influence (-)
delusion of passivity (-),delusional perception (-)
- Waham : waham kebesaran (-),waham kejar (-), waham
berdosa (-), waham curiga (-),waham hipokondri (-), thought of
echo (-), thought of insertion (-), thought of withdrawl (-), thought
of broadcasting (-)
- Obsesi kompulsif: tidak ada
- Fobia : tidak ada
- Pre Okupasi : tidak ada.
6. Sensorium dan kognitif
a. Kesiagaan dan tingkat kesadaran : baik
b. Orientasi : orientasi waktu baik, orientasi tempat baik,
orientasi orang baik, orientasi situasi baik
c. Daya ingat : daya ingat segera baik, daya ingat jangka
pendek baik, daya ingat jangka panjang baik
d. Konsentrasi dan perhatian : baik
e. Kemampuan visuo-spasial : baik
f. Pikiran abstrak : baik
g. Sumber informasi dan kecerdasan : baik
7. Pengendalian Impuls
a. Tilikan :1
b. Empati : sesuai
c. Intelegensia : baik
d. Pertimbangan : baik
e. Realibilitas : konsisten

10
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik : 14 Mei 2016 Jam: 9.20
1. Status generalis
Keadaan Umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos Mentis
2. Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 18x/menit
T : 36,4oC
TB : tidak diperiksa
BB : tidak diperiksa
BMI : tidak diperiksa
Status gizi : kesan baik
3. Pemeriksaan fisik lain
Konjungtiva : tidak dilakukan
Jantung : tidak dilakukan
Paru : tidak dilakukan
Hati : tidak dilakukan
Limpa : tidak dilakukan
Limfe : tidak dilakukan
Ekstremitas : tidak dilakukan
4. Status Neurologis : tidak dilakukan
5. Tes Psikometrik : tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan psikiatri/psikologi: tidak dilakukan
2. Pemeriksaan elektromedik : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan lain : tidak dilakukan

11
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
1. Diferensial Diagnosis
a. F07.0 Gangguan Kepribadian Organik
1) Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap
menunjukkan adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak.
2) Disertai, dua atau lebih gambara berikut:
a) Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk
mempertahankan aktivitas yang bertujuan, terutama yang
memakan waktu lebih lama dan penundaan kepuasan.
b) Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas
emosional, kegembiraan yang dangkal, dan tak beralasan
(euforia, kejenakaan yang tidak sepadan), mudah berubah
menjadi iritabilitas atau cetusan amarah dan agresi yang
sejenak; pada beberapa keadaaan, apati dapat merupakan
gambaran yang menonjol.
c) Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa
mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial (pasien
mungkin terlibat dalam tindakan disosial, seperti mencuri,
bertindak melampaui batas kesopanan seksual, atau makan
secara lahap atau tidak sopan, kurang memperhatikan
kebersihan dirinya).
d) Gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau pikiran
paranoid, dan atau preokupasi berlebihan pada satu tema yang
biasanya abstrak (seperti soal agama; benar dan salah).
e) Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata,
dengan gambaran seperti berputar-putar (sirkumstansial),
bicara banyak (over inclusive), alot (viscosity), dan hipergrafia.
f) Perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan
selera seksual)

12
b. F91.0 Gangguan Tingkah Laku yang Terbatas pada Lingkungan
Keluarga
1) Gangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya suatu pola
tingkah laku disosial, agresif atau menentang yang berulang dan
menetap.
2) Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu
memperhitungkan tingkat perkembangan anak. Temper tantrums,
merupakan gejala normal pada perkembangan anak usia tiga tahun,
dan adanya gejala ini bukan merupakan dasar bagi diagnosis ini.
Begitu pula pelanggaran terhadap hak orang lain (seperti pada
tindak pidana dengan kekerasan) tidak termasuk kemampuan anak
berusia tujuh tahun dan dengan demikian bukan merupakan kriteria
diagnostik bagi anak kelompok usia tersebut. Contoh-contoh
perilaku yang dapat menjadi dasar diagnosis mencakup hal-hal
berikut: perkelahian atau menggertak pada tingkat berlebihan;
kejam terhadap hewan atau sesama manusia; kerusakan yang hebat
atas barang milik orang lain; membakar; pencurian; pendustaan
berulang-ulang, membolos dari sekolah, dan lari dari rumah; sangat
sering mengeluarkan temper tantrumm yang hebat dan tidak biasa;
perilaku provokatif yang menyimpang; dan sikap menentang yang
berat serta menetap. Masing-masing dari kategori ini, apabila
ditemukan, adalah cukup untuk menjadi alasan dari diagnosis ini.
Namun demikian, perbuatan disosial yang terisolasi bukan
merupakan alasan yang kuat.
3) Diagnosis ini tidak dianjurkan kecuali bila tingkah laku seperti
yang diuraikan di atas berlanjut selama enam bulan atau lebih.
4) Memenuhi kriteria F.91 secara menyeluruh
5) Tidak ada gangguan tingkah laku yang signifikan di luar
lingkungan keluarga dan juga hubungan sosial anak di luar
lingkungan keluarga masih berada dalam batas-batas normal.

13
2. Diagnosis
Axis I : F.07.0 Gangguan Kepribadian Organik
Axis II : Tidak ada
Axis III : G00 G99 Penyakit susunan saraf
Axis IV : Tidak naik kelas dan kecerdasan kurang (masalah pendidikan)
Axis V : GAF satu tahun yang lalu: 70-61
GAF sekarang: 100-91

VII. PROGNOSIS
Keterangan
Genetik Tidak
Onset Lambat
Faktor pencetus Ada
Kepribadian premorbid Buruk
Status marital Belum menikah
Status ekonomi Mampu
Kekambuhan Ada
Suport lingkungan Ada
Gejala positif Tidak ada
Gejala negative Tidak ada
Respon terapi Ada

Prognosis : dubia ad bonam

VIII. KESIMPULAN
Pasien datang untuk kontrol atas penyakit psikiatri yang dideritanya.
Pasien memiliki riwayat sering berpergian keluar kota sendirian dan sering
marah dan membanting barang-barang di sekitarnya. Semakin lama keluhan
dirasakan semakin berat. Ketika bepergian, pasien tidak mengikuti kegiatan
di sekolah. Setelah bepergian, pasien masih melanjutkan kegiatan di
sekolah. Waktu luang digunakan untuk bermain dan beristirahat. Makan dan

14
minum teratur atas inisiatif sendiri, namun untuk kegiatan mandi masih
harus diingatkan. Hubungan dengan keluarga dan lingkungan masih baik.
Setelah pasien memeriksakan diri ke poli psikiatri RSUD Tugurejo,
dirasakan keluhan mulai berkurang. Pasien sudah tidak lagi berpergian
seorang diri dan emosinya cukup stabil. Pasien juga dirasa semakin rajin
beribadah. Waktu luang digunakan untuk bermain dan beristirahat. Makan
dan minum teratur atas inisiatif sendiri, namun untuk kegiatan mandi masih
harus diingatkan. Hubungan dengan keluarga dan lingkungan masih baik.
Pemeriksaan status mental menunjukkan penampilan rapi sesuai
dengan usia dan serasi. Tingkah laku pasien normoaktif, sikapnya
kooperatif, dan kontak psikis ada, wajar, dan dapat dipertahankan. Mood
pasien eutimik, afek appropriate, dan sesuai. Emosi pasien terkendali,
stabil, dalam, arus emosi normal, empati sesuai, dan skala diferensiasi
normal. Pembicaraan relevan, kuantitasnya cukup, bicara spontan, tidak ada
kesulitan ddalam berbicara, kecepatan berbicara normal. Tidak ada
halusinasi maupun ilusi yang dirasakan pasien (tidak ada gangguan
persepsi). Bentuk pikir pasien realistik, arus pikir koheren. Pasien
mengalami overvalue, tidak mengalami delusi, waham. Pasien tidak
mengalami obsesi kompulsif, fobia, maupun preokupasi. Kesiagaan dan
tingkat kesadaran pasien baik, orientasi (waktu, tempat, orang, dan situasi)
baik. Daya ingat (daya ingat segera, jangka pendek, jangka panjang) baik.
Tingkat konsentrasi dan perhatian pasien baik. Kemampuan visuospasial
dan pikiran abstrak baik. Sumber informasi dan kecerdasan pasien baik.
Nilai tilikannya 1 (pasien menyangkal penyakit ssama sekali), empati
sesuai, intelegensia baik, pertimbangan baik, dan informasi yang diucapkan
dapat dipercaya (reliabel).

15
BAB II
GANGGUAN KEPRIBADIAN ORGANIK
1. Definisi
Gangguan organik adalah gangguan kepribadian yang berkaitan dengan
penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Ciri
kepribadian adalah pola perilaku yang berlangsung lama, berhubungan dengan
lingkungan dan diri sendiri, dan keluar dalam bentuk konteks sosial dan pribadi.
Ketika pola perilaku ini secara bermakna menjadi maladaptif dan menyebabkan
hendaya yang serius dalam fungsi pribadi dan sosial, hal ini dinamakan gangguan
kepribadian. Manifestasi gangguan kepribadian mudah ditemukan pada remaja
dan terus berlanjut sampai usia dewasa. Orang yang menderita gangguan
kepribadian mempunyai sifat-sifat kepribadian yang sangat kaku dan sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Akibatnya ia akan mengalami
kerusakan berat dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaannya
atau dirinya terasa sangat menderita. Gejala-gejala dari orang dengan gangguan
kepribadian biasanya alloplastik. Artinya orang dengan gangguan kepribadian
akan berusaha merubah lingkungannya untuk disesuaikan dengan keinginannya.
Selain itu, gejala-gejalanya juga egosintonik, artinya orang dengan gangguan
kepribadian dapat menerima dengan baik gejala-gejalanya. Umumnya orang
dengan gangguan kepribadian menolak bantuan secara psikiatrik.

2. Etiologi
a. Faktor Genetika

Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000
pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka
kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang
penilaian multiple kepribadian dan temperament, minat okupasional dan waktu
luang, dan sikap sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-
kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.

16
b. Faktor Temperamental

Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin


berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-
anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami
kepribadianmenghindar.

c. Faktor Biologis

Hormon. Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga


menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan esterone.
Neurotransmitter. Aktivasi dopaminergik dan serotoninergik.
Peningkatkan kadar serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti
fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa
karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.
Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektro
ensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan
kepribadian, paling sering pada tipe antisosial dan ambang, dimana
ditemukan aktivitas gelombang lambat.

d. Faktor Psikoanalitik

Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi


pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Selanjutnya Wielhelm Rich
mengajukan istilah Character armor untuk menggambarkan gaya defensif
karakteristik yang digunakan seseorang untuk melindungi dirinya sendiri dari
impuls internal dan dari kecemasan interpersonal dalam hubungan yang
bermakna.

e. Interaksi antara faktor temperamen dengan faktor lingkungan

Berdasarkan hasil observasi jangka panjang sejak bayi, Stella Chess dan
Alexander Thomas mengemukakan teori Goodness of fit yaitu beberapa jenis
gangguan kepribadian adalah hasil interaksi dari ketidakcocokan antara
temperamen seorang anak dengan cara mendidik anak.

17
3. Gejala Umum Gangguan Kepribadian
Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan berbagai pengalaman konflik
dan ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka. Gejala secara
umum gangguan kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap kategori yang ada.
Secara umum gangguan ini klasifikasikan berdasarkan :

a. Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari sosial


expectation. Penyimpangan pola tersebut pada satu atau lebih:
b. Cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi
terhadap dirinya, orang lain dan waktu.
c. Afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil,
intensitasdan cakupan).
d. Fungsi-fungsi interpersonal. Kontrol terhadap impuls.
e. Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu
dan berpengaruh pada situasi sosial.
f. Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan
pembentukan distress atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan
kerja atau fungsi-fungsi sosial penting lainnya.
g. Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut
dapat muncul dan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak
terbatas pada episode penyakit jiwa.

4. Penegakan Diagnosis

Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit kerusakan dan disfungsi otak.

F07.0 Gangguan Kepribadian Organik

Pedoman Diagnostik

18
Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menujukkan
adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak
Disertai dua atau lebih, gambaran berikut :
1. Penururnan yang konsisten dalam kemampuan untuk mempertahankan
aktivitas yang bertujuan (goal directed activity) terutama yang
memakan waktu lebih lama dan penundaan kepuasan
2. Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional,
kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan (euphoria, kejenakaan
yang tidak sepadan), mudah berubah menjadi irritable atau cetusan
amarah dan agresi yang sejenak, pada beberapa keadaan apatis dapat
menjadi gambaran yang menonjol
3. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan
konsekuensi atau kelaziman sosial (pasien mungkin terlibat dalam
tindakan dissosial seperti mencuri, bertindak melampaui batas kesopan
seksusal, atau makan secara lahab atau tidak sopan, kurang
memperhatikan kebersihan dirinya)
4. Gangguan proses pikir dalam bentuk curiga atau pikiran paranoid dan
atau preokupasi berlebihan pada satu tema yang biasnya abstrak
(seperti soal agama, benar atau salah)
5. Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata, dengan
gambaran seperti berputar-putar (circumstantiality) bicara banyak
(over inclusiveness), alot (viscosity), dan hipergravia
6. Perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan selera
seksual)

5. Tatalaksana Pemicu

1. Pemberian dosis rendah antisikotik, antidepresan dan psikostimulan


2. Golongan serotonergik mengurangi gejala
3. Golongan benzodiazepine mengurangi ansietas

19
Manfaat dalam Pengobatan Pegangan praktis American Psychiatric
Association untuk pengobatan gangguan kepribadian menyarankan
kombinasi antara psikoterapi dengan pengobatan farmakologis untuk hasil
yang optimal. Walaupun tidak ada penelitian tentang kombinasi terapi ini
namun pendapat lama mengatakan bahwa terapi obat membantu
psikoterapi dan begitu juga sebaliknya Suatu penelitian dengan metode
double blinded dengan menggunakan kontrol dan plasebo menunjukkan
bahwa pasien dengan gangguan kepribadian ambang mempunyai respons
yang baik terhadap obat golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(SSRI) dengan perbaikan pada kemarahan, perilaku agresif impulsif
(terutama agresi verbal), dan afek yang labil. Obat ini membantu
psikoterapi dengan mengurangi suara-suara afektif seperti kemarahan
yang menetap, kecemasan atau disforia, yang mencegah pasien untuk tidak
merefleksikan hal tersebut ke dunia internal mereka. Juga terdapat bukti
bahwa SSRI menstimulasi neurogenesis, terutama di hippocampus, yang
memperbaiki memori deklaratif verbal. Sebagai tambahan, SSRI dapat
mengurangi hiperaktivitas aksis Hipothalamic Pituitary Adrenal (HPA)
dengan mengurangi hipersekresi Corticotropine Releasing Factor (CRF).
Psikoterapi dengan menggunakan SSRI dapat membantu menfasilitasi
perubahan di otak. Kemampuan pasien melihat terapis sebagai seseorang
yang membantu dan memberi perhatian, bukan sebagai tokoh yang
menuntut dan penuh dengki, akan membantu membangun jaringan neuron
yang baru dan akan melemahkan yang lama. Splitting juga dapat
berkurang karena kecemasan yang lebih ringan mengurangi keperluan
membuat pertahanan. Penelitian dengan menggunakan PET
memperlihatkan bahwa psikoterapi dapat meningkatkan metabolisme
sistem serotonergik pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang.
6. Diagnosis Banding
a. Gangguan Kepribadian Organik (F.07.0)
b. Gangguan Tingkah Laku (F.91)

20
DAFTAR PUSTAKA
1. DSM IV-TR. (2000). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders
(DSM IV-TR). Washington DC: American Psychiatric Association.American
Psychological Association.
2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-
III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2003. Hal. 74
3. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2007.
Hal.36-41.

21

Anda mungkin juga menyukai