Anda di halaman 1dari 3

BAB 6

PEMBAHASAN

Adapun pembahasan dari hasil penelitian pengukuran suhu tubuh pasien yang dilakukan

tindakan pembedahan di Instalasi bedah Sentral RSU Haji Surabaya dari tanggal 22 Mei 2017 -

30 Mei 2017 adalah sebagai berikut:

6.1 Persentase Pasien yang Mengalami Hipotermia

Hipotermia dibagi berdasarkan derajatnya, yaitu ringan, sedang, dan berat. (Gordon,

2014). Pada penelitian ini didapatkan rerata pasien hanya mengalami hipotermia ringan

sebesar 85,7 % atau 54 orang dan 14,3% atau 9 orang tidak mengalami hipotermi, dimana

kejadian hipotermi paling banyak pada kelompok usia 26-45 tahun sebanyak 20 pada

pengukuran per rectal setelah dilakukan tindakan pembedahan. Hal ini dapat disebabkan

karena suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang

menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam

keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan

mekanisme umpan balik yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.

Apabila pusat temperatur di hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh

akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti

tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik

tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37 oC.

Apabila suhu meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk

melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan


produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik

tetap.

Hipotermi adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu

kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu

bagian dalam tubuh di bawah 35C. Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona

termonetral, yaitu antara 36,5-37,5C. Di luar suhu tersebut,respon tubuh untuk mengatur

suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

Terjadinya hipotermia tidak hanya murni karena faktor blokade spinal itu sendiri tapi juga

karena faktor lain seperti cairan infuse atau cairan irigasi yang dingin, temperature ruangan

operasi dan tindakan pembedahan. Pasien akan mengalami penurunan temperature tubuh

oleh karena terjadi redistribusi panas di bawah ketinggian blok ditambah pemberian cairan

dengan suhu yang rendah akan memberikan implikasi yang tidak baik pada pasien yang

menjalani pembedahan terutama pasien dengan usia tua karena kemampuan untuk

mempertahankan temperatur tubuh pada keadaan stress sudah menurun.

Penurunan suhu tubuh terjadi jika suhu inti kurang dari 35C (95F) dan mungkin

diklasifikasikan baik sebagai induksi atau tidak di sengaja (kecelakaan). Hipotermia sedang

adalah antara 28C sampai 33,5C (82F-92F). kehilangan panas kemungkinan akibat

sekunder terhadap konduksi, konveksi, radiasi, respirasi dan evaporasi. Meskipun

penurunan pada laju metabolism yang berhubungan dengan hipotermia menghasilkan

derajat proteksi selular terhadap trauma iskemia, hipotermia berkepanjangan dengan suhu

dalam di bawah 30C mempunyai keterkaitan dengan peningkatan peka rangsangan

miokardium, penurunan curah jantung, peningkatan masa pembekuan, koagulasi

intravakular diseminata, hipokalemia, dan asidosis metabolism berat.


Kecelakaan penurunan suhu inti tak sengaja di bawah 35C (95F) berkaitan

dengan kondisi yang menurunkan produksi panas, meningkatakan kehilangan panas, atau

kerusakan termoregulasi. Hipotermia kecelakaan mungkin disebabkan oleh pemajanan

temperature lingkungan yang rendah, takarlajak obat, dan penyakit tertentu seperti

meksidema dan hipopituitaridisme. Pasien yang menjalani pembedahan mungkin

mengalami hipotermia sekunder terhadap anesthesia umum atau infuse kristaloid dingi dan

produk darah dalam jumlah yang besar. Pasien lansia tampak memiliki factor predisposisi

fisiologis hipotermia. Penuaan berkaitan dengan disfungsi otonomi, penurunan aliran darah

perifer, penurunan pembentukan panas dengan menggigil, kehilangan massa otot dan

cadangan lemak, kerusakan termopersepsi, dan penurunan metabolism.

6.2 Hubungan Penurunan Suhu terhadap Lama Operasi

Dari data yang diperoleh selama proses tindakan pembedahan, pasien yang

mengalami hipotermia < 1 jam pada pengukuran rectal masing-masing sebesar 32 pasien,

sedangkan pasien yang mengalami hipotermia 1 jam sebesar 31 pasien dengan

pengukuran per rectal.

6.3 Hubungan Hipotermia dengan Jenis Anestesi

Dari data yang diperoleh selama proses tindakan pembedahan, pasien yang

mendapatkan jenis anestesi berupa General Anastesia mengalami hipotermia sebesar 26

pasien dengan pengukuran per rectal, sedangkan yang tidak mengalami hipotermia sebesar

9 pasien dengan pengukuran per rectal. Pasien yang mendapatkan jenis anestesi berupa

Regional Anestesia mengalami hipotermia sebesar 28 pasien dengan pengukuran per rectal,

sedangkan yang tidak mengalami hipotermia sebesar 0 pasien dengan pengukuran per

rectal.

Anda mungkin juga menyukai