TORCH
Diajukan Kepada :
Disusun oleh:
KEPANITERAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
Referat
TORCH
Disusun Oleh:
Takul Usman
H2A0120029
Tanggal : ...........................................
Pembimbing Klinik
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi oleh parasit yang disebabkan oleh Toxoplasma
gondii yang dapat menimbulkan radang pada kulit, kelenjar getah bening, jantung, paru,
,mata, otak, dan selaput otak. Toxoplasmosissendiri merupakan penyakit zoonosis yang
tersebar luas di seluruh dunia dengan prevalensi yang tinggi pada burung dan mamalia
termasuk manusia. Kucing merupakan sumber infeksi bagi manusia.
Parasit ini termasuk subfilum Sporozoa, kelas Toxoplasma dan merupakan salah satu
genus dari ordo Toxoplasmida. Toxoplasma gondii terdpat di dalam sel-sel dari system
retikulo-endotel dan juga di dalam sel-sel parenkim.
Terdapat 2 macam bentuk dari Toxoplasma yaitu bentuk intraseluler dan bentuk ekstraseluler
bulat atau lonnjong, sedang bentuk ekstraseluler seperti bulan sabit yang langsing, dengan
ujung yang satu runcing sedang lainnya tumpul. Ukuran parasit micron x 4-6 mikron, dengan
inti terletak di ujung yang tumpul.
4
Jumlah parasit dalam darah akan menurun dengan terbentukya antibodi namun kista
Toxoplasma yang ada dalam jaringan tetap msih hidup. Kista jaringan ini akan reaktif jika
terjadi penurunan kekebalan. Infeksi yang terjadi pada orang dengan kekebalan rendah baik
infeksi primer maupun infeksi reaktivasi akan menyebabkan terjadinya Cerebritis,
Chorioretinitis, pneumonia, terserangnya seluruh jaringan otot, myocarditis, ruam
makulopapuler dan atau dengan kematian. Toxoplasmosis yang menyerang otak sering terjadi
pada penderita AIDS.
Infeksi primer yang terjadi pada awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya
infeksi pada bayi yang dapat menyebabkan kematian bayi atau dapat menyebabkab
Chorioretinis, kerusakan otak disertai dengan klasifikasi intraserebral, hidrosefalus,
mikrosefalus, demam, ikterus, ruam, hepatosplenomegasli, Xanthochromic CSF, kejang
beberapa saat setelah lahir.
Kejadian Toxoplasmosis.
5
Etiologi Toxoplasmosis.
Toxoplasmosis sendiri ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang
menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka
penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili
babesiidae.
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial
pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang
ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ
tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging,
jantung dan urat daging licin lainnya.
Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan.
Cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati jasad
inipun ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-
jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan
dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.
6
Siklus Hidup dan Morfologi Toxoplasmosis.
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan
Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel
mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari
infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat
dan disebut bradizoit.
Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan
berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi aan paling banyak terdapat dalam otot
rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista
yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan
bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau
schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan
clikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam
sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes
perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes
perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada
hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista.
Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di
dalam usus halos kucing tersebut.
Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang
mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan
melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui
placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada
peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan
toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi
dengan toxoplasma gondii.
Melihat cara penularan diatas maka kemungkinan paling besar untuk terkena infeksi
toxoplamosis gondii melalui makanan daging yang mengandung ookista dan yang dimasak
kurang matang. Kemungkinan ke dua adalah melalui hewan peliharaan. Hal ini terbutki
7
bahwa di negara Eropa yang banyak memelihara hewan peliharaan yang suka makan daging
mentah mempunyai frekuensi toxoplasmosis lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain.
Pada manusia dewasa dengan daya tahan tubuh yang baik biasanya hanya
memberikan gejala minimal dan bahkan sering tidak menimbulkan gejala. Apabila
menimbulkan gejala, maka gejalanya tidak khas seperti : demam, nyeri otot, sakit
tenggorokan,kadang-kadang nyeri dan ada pembesaran kelenjar limfe servikalis posterior,
supraklavikula dan suboksiput. Pada infeksi berat, meskipun jarang, dapat terjadi sakit
kepala, muntah, depresi, nyeri otot, pnemonia, hepatitis, miokarditis, ensefalitis, delirium dan
dapat terjadi kejang.
Sesudah terjadi penularan, parasit dengan perantara aliran darah akan dapat mencapai
berbagai macam organ misalnya otak, sumsum tulang belakang, mata, paru-paru, hati, limpa,
sumsum ulang, kelenjar limfe dan otot jantung.
Angka kejadian infeksi primer dalam kehamilan kira kira 1 : 1000. dalam kehamilan ,
skrining rutin tidak dianjurkan.
Resiko penularan terhadap janin pada trimester I = 15% ; pada trimester II = 25% dan pada
trimester III = 65%. Namun derajat infeksi terhadap janin paling besar adalah bila infeksi
terjadi pada trimester I.
1. Hidrosepalus
2. Kalsifikasi intrakranial
3. Korioretinitis
8
Gejala Klinik Toksoplasmosis Congenital.
Kelainan yang terjadi pada janin pada umumnya sangat berat dan bahkan bias fatal
oleh karena parasi tersebar di berbagai organ-organ terutama pada system susunan sarafnya.
Kelainan yang terjadi sangat jelas terlihat dan yang patognomonik dan indikatif adalah
kalsifikasi serebral, korioretinitis, hidrosefalus atau mikrosefalus dan psikomotor. Kalsifikasi
serebral dan korioretinitis merupakan gejala yang paling penting untuk menentukan diagnosis
toksoplasmosis congenital.
Pada toksoplasmosis didapat, berbagai kelainan organ dan jaringan dapat terjadi yaitu
pada jaringan serebrospinal yang mengakibatkan ensefalomielopati, hidrosefalus, kalsifikasi
serebral dan korioretinitis, kelainan limfatik berupa limfadenitis disertai dengan demam,
kelainan pada kulit yang berupa ruam kulit makulopapuler yang mirip ruam kulit pada
demam tifus, kelainan pada paru-paru yang berupa pneumonia interstisial, pada jantung
terjadi miokarditid dan terjadi pula pembesaran hati dan limpa. Kelainan-kelainan pada
jaringan serebrospinal umumnya menyerang bayi dan anak-anak sedangkan kelainan limfatik
menyerang anak berumur antara 5-15 tahun.
Diagnosis
Pemeriksaan parasit sangat rumit dan memakan waktu yang lama, yaitu dengan
cara :
1. Biopsi jaringan & pewarnaan HE dan Eosin juga dengan giemsa. Tujuannya untuk
melihat tachizoites (trophozoites) atau cysts (bradyzoites)
2. Kultur : Monocyte cell culture. Setelah 4 hari parasit di kultur maka dilihat dengan
immunofluorescence dengan anti-P30 monoclonal antibodi.
3. Dye-Test (Sabin-Felman) paling baik karena puncaknya dicapai lebih cepat dibawah dari
4 minggu dan menetap. Sensitivity dan spesitivity tinggi
4. EIA (Enzyme-linked immunoassay). Deteksi IgM antibodi. Spesifik antibodi IgM
meninggi pada bulan ke 4 8 . Masalah yang dijumpai adalah interferensi dari
rheumatoid factor dan specific IgG antibodi
5. IHA : Indirect Hemaglutinasi 4 10 minggu (titer meningkat atau sero konversi)
6. IFA : Indirect Florescent Antibody ( 2 4 bulan) Complement fixation 3 bulan pertama
9
7. ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay M E I AIgM, IgG dapat mencegah
positif palsu akibat kompetisi dengan antibody IgG specific maternal.
8. Dapat dideteksi dari cairan (CSF) dan ditentukan dengan pemeriksaan metode Direct
Immuno Florescent
IgM, IgG dan IgA adalah Imunoglobulin yang akan meningkat bila terjadi infeksi
IgG Avidity adalah kekuatan ikatan antara antibodi IgG dengan antigen
10
IgG (+) da IgM (+)
Kemungkinan mengalami infeksi primer yang baru atau infeksinya sudah lampau tapi IgM
nya masih terdeteksi (lambat hilang) = persisten.
Perlu dilakukan pemeriksaan tambahan IgG Avidity langsung pada serum yang sama untuk
memprediksi kapan infeksinya terjadi, sebelum atau sesudah hamil.
Infeksi Primer :
1. Terjadi serokonversi IgG dari negatif ke positif atau terjadi peningkatan titer IgG
yang bermakna (> 2 x) pada pemeriksaan serial selang waktu 3 minggu
2. IgM positif dan/atau IgA positif
3. IgG Avidity rendah
Infeksi Kongenital :
1. IgM positif dan/atau IgA positif
2. Adanya IgG yang menetap pada tahun pertama setelah kelahiran (pemeriksaan serial).
11
Interpretasi Hasil Uji Serologik
Toxoplasmosis Kongenital
''Cord Blood'
IgG IgM Interpretasi
+ - * Mungkin IgG dari ibu tidak terjadi infeksi
kongenital
* Mungkin infeksi sedang berlangsung, IgM masih <<
atau sudah menghilang
* Ulangi pemeriksaan IgM dan IgG 1 bulan kemudian
+ + * Mungkin infeksi kongenital
* Mungkin IgM non spesifik
* Ulangi pemeriksaan IgM 1 minggu kemudian dan/
atau periksa IgA
- - * Tidak terinfeksi
IgM
Interpretasi
Ibu Neonatus
+ + * Infeksi kongenital
* Mungkin kontaminasi dari darah Ibu (kebocoran
plasenta)
* Ulangi pemeriksaan IgM bayi 1 mg kemudian. Bila
hasil tetap positif / meningkat : infeksi kongenital
- + * Infeksi kongenital
Infeksi yg terjadi sebelum kehamilan tidak perlu dirisaukan, hanya infeksi primer yg terjadi
pada saat ibu hamil yg berbahaya, khususnya pada Trimester pertama.
12
Yang perlu melakukan Pemeriksaan Toksoplasma
Wanita yang akan hamil (idealnya) wanita yang baru/sedang hamil (bila hasil
sebelumnya negatif atau belum diketahui, minimal diperiksa setiap Trimester>
Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil
Penderita yang diduga terinfeksi
Diagnosis Klinik
Toksoplasmosis hendaknya wajib dicurigai bila didapatkan klasifikasi serebral pada
ventikulogram dan korioretinitis ditemukan pada pemeriksaan mata. Apalagi jika didapatkan
kelainan-kelainan yang berupa hidrosefalus, mikrosefalus, mikroptalmus, pneumonitis,
miokarditid, adenopati, hepatomegali atau splenomegali.
Diagnosis Spesifik
Diagnosis spesifik ditegakkan dengan mengadakan pemeriksaan laboratorium untuk
menemukan Toxoplasma gondii yang berasal dari hasil biopsy aau pengambilan cairan dari
organ dan jaringan penderita. Inokulasi hewan-hewan percobaan (tikus, mamot atau hamster)
dengan hasil biopsy organ dan jaringan dapat meningkatkan hasil pemeriksaan.
Diagnosa pasti infeksi terhadap janin adalah dengan menemukan IgM dalam darah talipusat
Hasil biakan plasenta pada pasien dengan infeksi toksoplasma menunjukkan angka positif
sebesar 90%.
Pencegahan Toxoplasmosis
Tindakan yang perlu dilakukan dalam mencegah penyakit toxoplasmosis adalah sebagai
berikut :
1. Daging yang akan dikonsumsi hendaknya daging yang sudah diradiasi atau yang
sudah dimasak pada suhu 150F (66C),sedangkan pada daging yang dibekukan
mengurangi infektivitas parasit tetapi tidak membunuh parasit.
2. Ibu hamil yang belum diketahui telah mempunya antibodi terhadap toxoplasma gondi,
dianjurkan untuk tidak kontak dengan kucing dan tidak membersihkan tempat
sampah. Pakailah sarung tangan karet dan cucilah tangan selallu setelah bekerja dan
sebelum makan.
13
3. Apabila memelihara kucing, maka sebaiknya kucing diberikan makanan kering,
makanan kaleng atau makanan yang telah dimasak dengan baik dan jangan biarkan
membru makanan sendiri.
4. Cucilah tangan baik-bai sebelum makan dan sesudah menjamah dagin mentah atau
setelah memegang tanah yang terkontaminasi kotoran kucing.
5. Awasi kucing liar, jangan biarkan kucing tersebut membuang kotoran ditempat
bermain anak-anak
Pengobatan Toxoplasmosis
Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan
trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus p-
amino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah
25-50 mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari
selama sebulan.
Karena efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka
dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan yeast selama pengobatan. Trimetoprimn juga
temyata efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi
antara pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah
efektifitasnya.
Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek
sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang
dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa
peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3
gram sehari selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat.
Demikian berselang seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan
gejala klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.
14
3. Acyclovir (anti viral) 3x200 mg/hr selama 10 hari
4. Obat2 diatas diulangi setiap mgg (1) & setiap bulan (2&3) sampai partus
Regimen Lain (Norwegia)
Primary maternal infection in pregnancy :
Trimester 1 : Spiramycin 9MIU (3 gr)/day continuously
Trimester 2, 3 : Spiramycin 9MIU (3 gr) /day continuously
or P+S+F (3 weeks),
then Spiramycin (3-6 weeks)
Evidence of fetal infection
(positive prenatal diagnosis) :
P+S+F (3 weeks), then Spiramycin (3-6 weeks)
Repeated courses until delivery
Or Fansidar : 2 tablets weekly until delivery
Doses : - Pyrimethamine (Daraprim) 50 mg first day, therafter 25 mg daily
- Sulfonamides : 1-2 g daily
- Folinic acid (Leucovorin / not folin acid) 5-15 mg x weekly
- Spiramycin (Rovamycin) : 3 gr (9 MIU) / day
2.1.2 RUBELLA
15
o Sistem kekebalan yang masih belum matang pada janin akan menyebabkan
janin atau neonatus lebih rentan terhadap komplikasi yang diakibatkan infeksi
virus
Gejalanya :
Biasanya terjadi demam ringan, sakit kepala, rasa lelah dan perasaan tidak karuan,
sakit tenggorokan, batuk
30-50% tidak bergejala
Ruam akan timbul sekitar 16-18 hari setelah terpapar
Pada orang dewasa kadang2 disertai sakit pada persendian
Terapi antivirus
o Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
o Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus
varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil
o Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan
o Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama
kehamilan : Amantadine dan Ribavirin
16
Pencegahan Aktif dan Pasif
o Vaksin dengan virus hidup tidak boleh digunakan selama kehamilan termasuk
polio oral, MMR (measles mumps rubella), varicella
o Vaksin dengan virus mati seperti influenza, hepatitis A dan B boleh digunakan
selama kehamilan
o Imunoglobulin dapat digunakan selama kehamilan
Vaksinasi :
Rubella ( German Measles ) disebabkan oleh infeksi single stranded RNA togavirus yang
ditularkan via pernafasan dengan kejadian tertinggi antara bulan Maret sampai Mei, melalui
vaksinasi yang intensif angka kejadian semakin menurun.
Infeksi virus ini sangat menular dan periode inkubasi berkisar antara 2 3 minggu
DIAGNOSIS :
17
IgM
IgM akan cepat memberi respon setelah muncul 2 -3 hari keluar ruam dan
kemudian akan menurun dan hilang dalam waktu 4 8 minggu ini merupakan kadar
puncak.
Dapat dideteksi pada 3 - 8 minggu.
Menetap hingga 6 - 12 bulan
IgG
Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari hemagglutination-
inhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh dua kali selang waktu 2 minggu
atau setelah adanya IgM
Diagnosa Rubella juga dapat ditegakkan melalui biakan dan isolasi virus pada fase akut.
Ditemukannya IgM dalam darah talipusat atau IgG pada neonatus atau bayi 6 bulan
mendukung diagnosa infeksi Rubella.
10 15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan penyakit tidak
dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil dapat atau tidak memperlihatkan adanya gejala
penyakit.
Derajat penyakit terhadap ibu tidak berdampak terhadap resiko infeksi janin. Infeksi yang
terjadi pada trimester I memberikan dampak besar terhadap janin.
Infeksi fetal :
1. Tidak berdampak terhadap bayi dan janin dilahirkan dalam keadaan normal
2. Abortus spontan
3. Sindroma Rubella kongenital
18
Secara spesifik, infeksi pada trimester I berdampak terjadinya sindroma rubella kongenital
sebesar 25% ( 50% resiko terjadi pada 4 minggu pertama ), resiko sindroma rubella
kongenital turun menjadi 1% bila infeksi terjadi pada trimester II dan III
Gangguan pendengaran
Gangguan Mata :
Katarak
Retinopati
Mikroptalmia
Hepatosplenomegali
Hepatitis
Trombositopenik purpura
Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil dengan mengukur IgG .
Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa pasca persalinan. Tindak
lanjut pemeriksaan kadar rubella harus dilakukan oleh karena 20% yang memperoleh
vaksinasi ternyata tidak memperlihatkan adanya respon pembentukan antibodi dengan baik.
Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian profilaksis dengan gamma
globulin pasca paparan tidak dianjurkan oleh karena tidak memberi perlindungan terhadap
janin.
19
Yang Perlu Melakukan Pemeriksaan Rubella:
2.1.3 CYTOMEGALOVIRUS
Cytomegalovirus CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili
virus Herpes sehingga memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui berbagai cara
a.l tranfusi darah, transplantasi organ , kontak seksual, air susu , air seni dan air liur ;
transplansental atau kontak langsung saat janin melewati jalan lahir pada persalinan
pervaginam.
Cara penularannya Respiratory droplets, kontak dengan sumber infeksi (saliva, urin,
sekresi serviks dan vagina, sperma, ASI, airmata), melalui transfusi dan transplantasi organ
prenatal (plasenta)
perinatal (pada saat kelahiran)
postnatal (ASI, kontak langsung)
30 60% anak usia sekolah memperlihatkan hasil seropositif CMV, dan pada wanita
hamil 50 85%. Data ini membuktikan telah adanya infeksi sebelumnya. Gejala infeksi
menyerupai infeksi mononukleosis yang subklinis. Ekskresi virus dapat berlangsung berbulan
bulan dan virus mengadakan periode laten dalam limfosit, kelenjar air liur, tubulus renalis
dan endometrium. Reaktivasi dapat terjadi beberapa tahun pasca infeksi primer dan
dimungkinkan adanya reinfeksi oleh jenis strain virus CMV yang berbeda.
20
DIAGNOSIS
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan tubuh lain.
Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 6 bulan
pasca infeksi dan bertahan sampai 1 2 tahun kemudian.
1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan saat infeksi
yang tepat
2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang persisten
CMV adalah infeksi virus kongenital yang utama di US dan mengenai 0.5 2.5 % bayi lahir
hidup. Infeksi plasenta dapat berlangsung dengan atau tanpa infeksi terhadap janin dan
infeksi pada neonatus dapat terjadi pada ibu yang asimptomatik.
Resiko transmisi dari ibu ke janin konstan sepanjang masa kehamilan dengan angka sebesar
40 50%.
21
6. Hepatosplenomegali
7. hidrosepalus
80 90% tidak menunjukkan gejala namun kelak dikemudian hari dapat menunjukkan gejala:
1. Retardasi mental
2. Gangguan visual
3. Gangguan perkembangan psikomotor
Seberapa besar kerusakan janin tidak tergantung saat kapan infeksi menyerang janin.
CNV rekuren berkaitan dengan penurunan resiko janin dengan angka penularan ibu ke janin
sebesar 0.15% 1%
Usaha untuk membantu diagnosa infeksi CMV pada janin adalah dengan melakukan :
1. Ultrasonografi untuk identifikasi PJT simetri, hidrop, asites atau kelainan sistem saraf
pusat
2. Pemeriksaan biakan cytomegalovirus dalam cairan amnion
Herpes Genitalis disebabkan oleh virus herpes simplex HSV tipe 1 dan 2
antibodi HSV 2 ditemukan pada 7.6% darah donor, namun hanya 50% yang
menyatakan pernah menderita herpes genitalis. Disimpulkan bahwa banyak infeksi
herpes yang bersifat subklinis
22
Kasus yang disebabkan oleh HSV tipe 2 terutama dijumpai pada wanita muda
Lesi awal berupa pembentukan erupsi veskular atau ulserasi yang akut dan diikuti
dengan penyembuhan secara spontan
HSV mengalami penjalaran melalui nervus sensorik perifer kedalam ganglion dorsal
dan tetap tinggal dalam fase istirahat.(masa laten), reaktivasi akan menyebabkan
timbulnya lesi ulangan dan memiliki potensi penularan.
Infeksi Primer :
Merupakan paparan pertama kali terhadap HSV 1 atau 2 yang dapat menyebabkan lesi
vulva dan disuria namun kadang kadang juga tanpa gejala. Seringkali di diagnosa
sebagai infeksi traktus urinarius atau candidiasis
Pada pemeriksaan ditemukan ulkus multiple yang disertai rasa nyeri hebat. Kadang
disertai dengan pembesaran kelenjar inguinal
Terjadi pada penderita dengan riwayat lesi oro-labial HSV-1 yang kemudian mendapatkan
infeksi genital-HSV 2.
Terdapat perlindungan silang dari infeksi oro-labial sehingga gejala yang ditimbulkan oleh
HSV 2 lebih ringan dibandingkan gejala yang ditimbulkan oleh infeksi HSV 1
Infeksi non primer ini biasanya lebih asimptomatik dibandingkan infeksi primer.
Herpes Rekuren
Episode ulangan dapat asimptomatik (subklinis). Gejala yang timbul biasanya ebih
ringan dibandingkan infeksi pertama. Seringkali didahului oleh rasa gatal, pedih atau
ngilu di area yang akan timbul erupsi
Pada pemeriksaan dijumpai satu atau dua ulcus yang meliputi area kecil
90% penderita infeksi HSV 2 dan 60% pada infeksi HSV 1 akan mengalami
kekambuhan dalam tahun pertama. Rata rata kekambuhan 2 kali pertahun , namun
beberapa penderita memperlihatkan gejala ulangan yang lebih sering
23
DIAGNOSIS
Metode diagnosa utama adalah kultur virus pada ulkus
TERAPI dan PENATALAKSANAAN
Obat antivirus untuk menurunkan berat dan lamanya gejala. Obat ini tidak dapat
mencegah latensi sehingga tidak dapat mencegah serangan ulang
Regimen :
o Acyclovir 3 dd 200 mg selama 5 hari ( untuk ibu hamil dan menyusui)
o Famcyclovir 3 dd 250 mg selama 5 hari
o Valciclovir 2 dd 500 mg selama 5 hari
Analgesik
Pemeriksaan PMS lain
Penjelasan akan kemungkinan berulangnya penyakit
KOMPLIKASI
Infeksi primer yang terjadi pada masa kehamilan , khususnya bila terjadi pada
trimester III akan dapat menular ke neonatus saat melewati jalan lahir.
Herpes Genitalis meningkatkan kemungkinan infeksi HIV 2 3 kali lipat
Masalah psikologi akibat serangan yang sering berulang
Infeksi primer dapat menyebabkan meningitis atau neuropatia otonomik
Infeksi jarang menyebar keseluruh tubuh hingga life threatening
Keadaan ini sering terjadi pada ganguan kekebalan dan masa kehamilan.
24
Yang Perlu Dilakukan Pemeriksaan :
Penderita yang diduga terinfeksi
Wanita sebelum hamil bila (-) periksa pada kehamilan dini
bila (-), periksa pasangannya
bila (-), pasangan (+) dgn riwayat
Herpes Genital, periksa (istri) menjelang akhir kehamilan
Neonatus yang ibunya terinfeksi
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles,
Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran,
cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.
3.2 Saran
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui media dan
cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup bersih
dan makan makanan yang dimasak dengan matang.
26
DAFTAR PUSTAKA
27