Anda di halaman 1dari 9

DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN MAJALENGKA

2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik


Kabupaten Majalengka secara geografis terletak di bagian Timur Propinsi Jawa Barat yaitu Sebelah
Barat antara 1080 03 1080 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 1080 12 1080 25 Bujur Timur, Sebelah Utara
antara 60 36 60 58 Lintang Selatan dan Sebelah Selatan 60 43 70 03 Lintang Selatan.
Kabupaten Majalengka secara administratif berbatasan dengan wilayah :
Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu
Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya
Sebelah Timur : Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan
Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang
Luas Wilayah Kabupaten Majalengka adalah 1.204,24 Km2, atau hanya sekitar 2,71 % dari luas
Wilayah Provinsi Jawa Barat (yaitu kurang lebih 44.357,00 Km2) yang terdiri dari 26 kecamatan. Dilihat dari
topografinya Kabupaten Majalengka dapat dibagi dalam tiga zona daerah, yaitu :
Daerah pegunungan dengan ketinggian 500-857 m di atas permukaan laut dengan luas 482,02
Km2 atau 40,03 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
Daerah bergelombang/berbukit dengan ketinggian 50-500 m di atas permukaan laut dengan luas
376,53 Km2 atau 31,27 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
Daerah dataran rendah dengan ketinggian 19-50 m di atas permukaan laut dengan luas 345,69
Km2 atau 28,70 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari
permukaan air laut dan jarak dari pantai. Pada tahun 2010 suhu udara di Kabupaten Majalengka berkisar
antara 26,5C sampai 28,0C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan April dan Oktober yaitu 33,1C,
sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Juli dengan suhu sebesar 23,0C. selanjutnya, curah
hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografis dan perputaran/pertemuan arus udara. Pada
tahun 2010 Kabupaten Majalengka diguyur hujan setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan Maret 2010 yang mencapai 586 mm dengan jumlah hari hujan mencapai 22 hari, dan terendah pada
bulan Juli yaitu 89 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 17. Kecepatan angin di wilayah Kabupaten
Majalengka berkisar antara 3 knot sampai 4 knot, dan kecepatan tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu
sebesar 25 knot.
Dilihat dari kedalam tanah efektif, Kabupaten Majalengka terdiri atas :
1. Kedalaman 0-30 cm, seluas 12.876 Ha terdapat di Kecamatan Bantarujeg dan Malausma,
Cikijing, Kertajati, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Talaga, Banjaran, dan Cingambul.
2. Kedalaman 30-60 cm, seluas 15.003 Ha terdapat di Kecamatan Argapura, Bantarujeg dan
Malausma, Cikijing, Kertajati, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Sukahaji dan Sindang, Talaga,
Sindangwangi, Banjaran, dan Cingambul.
3. Kedalaman 60-90 cm, seluas 34.535 Ha terdapat di Kecamatan Bantarujeg, Dawuan dan
Kasokandel, Jatitujuh, Jatiwangi, Kadipaten, Kertajati, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Sukahaji
dan Sindang, Talaga, Panyingkiran, Palasah, Cigasong, dan Cingambul.
4. Kedalarnan tanah efektif > 90 cm, sefuas 58.009 Ha tersebar di semua Kecamatan.
Sumber daya air di Kabupaten Majalengka dibagi kedalam dua bagian yaitu air permukaan dan air
tanah. Air permukaan di Kabupaten Majalengka terdapat 2 (dua) sungai besar yang menjadi jantung
kebutuhan air cukup besar untuk dimanfaatkan terutama bagi pengairan yaitu Sungai Cimanuk dan Cilutung.
Daerah di wilayah Kabupaten Majalengka yang mempunyai debit air sangat tinggi diantaranya Desa
Cipadung, Payung Kecamatan Rajagaluh dan Desa Talagaherang Kecamatan Sindangwangi.
Kondisi Air Bawah Tanah (ABT) di Kabupaten Majalengka dapat diklasifikasikan ke dalam 4
klasifikasi sangat berpotensi dengan nilai indeks 4 sampai kurang berpotensi dengan nilai indeks 1. Setiap
kecamatan memiliki peluang sebagai kawasan yang berpotensi hingga kurang berpotensi. Wilayah
kecamatan di Kabupaten Majalengka rata-rata mempunyai indeks antara 2 sampai dengan 3, kecuali
Kecamatan Ligung, Kertajati, Dawuan, Kasokandel dan Jatiwangi mempunyai indeks di bawah 2.
Dalam suatu kawasan akan memiliki multi fungsi , misalnya fungsi sebagai kawasan yang berpotensi
untuk recharge area serta fungsi potensi air bawah tanah untuk dieksploitasi. Dalam konteks konservasi ABT,
fungsi recharge area adalah yang perlu dikonservasi untuk kesinambungan potensi air bawah tanah. Dengan
demikian potensi ABT sesungguhnya merupakan produk atau merupakan akibat dari bekerjanya fungsi
sebagai kawasan recharge area. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
di Kabupaten Majalengka, Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan dan
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Majalengka, Gambar 2.2 Cakupan Wilayah Kajian.

2.2 Demografi
Menurut hasil Angka Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Majalengka adalah
1.165.795 jiwa terdiri atas 582.229 jiwa laki-laki dan 583.566 jiwa perempuan. Dari data tersebut terlihat
bahwa, jumlah penduduk perempuan masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan seks
ratio 99,77. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 adalah 968 Jiwa/Km2,
kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jatiwangi dengan kepadatan 2.061 Jiwa/Km2 dan
kepadatan terendah berada di Kecamatan Kertajati dengan kepadatan 305 Jiwa/Km 2. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat Tabel 2.3, Tabel 2.4 dan Tabel 2.5

2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah


Salah satu faktor utama untuk membiayai pembangunan daerah adalah penerimaan pemerintah
daerah. Penerimaan pemerintah daerah bersumber dari pendapatan asli daerah berupa pajak daerah dan
bantuan pemerintah pusat. Tolok ukur meningkatnya kegiatan pembangunan suatu daerah dapat diamati dari
realisasi pengeluaran pemerintah daerah, yang terdiri atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Majalengka selama Tahun Anggaran 2010 tercatat
mencapai Rp. 1.122.796.410.289,- Sedangkan realisasi pengeluaran mencapai Rp. 1.136.129.534.962,-.
Jenis pengeluaran terbesar berasal dari Belanja Tidak Langsung yang terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja
Bantuan Sosial, dan Belanja Bantuan Keuangan, masing-masing sebesar Rp 703,2 miliar, dan Rp 50,77
miliar, serta Rp 43,36 miliar. Bagian Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka selama Tahun
Anggaran 2010 baru mencapai Rp. 76.398.518.123,-. Sedangkan Bagian terbesar pendapatan masih
berada pada bagian pendapatan dari bagian dana perimbangan yang mencapai Rp. 877.528.110.599,-.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat
digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. PDRB Kabupaten
Majalengka Tahun 2010 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 10.157.419 juta, dan tanpa migas sebesar Rp
10.026.463 juta. Sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp 4.427.885 juta, dan tanpa migas sebesar
Rp 4.346.979 juta.
Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan atau LPE Kabupaten Majalengka tahun 2010
yaitu sebesar 4,59 persen. Pertumbuhan ini mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya, pada
tahun 2009 LPE Kabupaten Majalengka sebesar 4,73 persen.
Stuktur perekonomian Kabupaten Majalengka yang digambarkan oleh distribusi PDRB atas
dasar harga berlaku menunjukkan bahwa kontribusi nilai tertinggi PDRB Kabupaten Majalengka pada
tahun 2010 dicapai oleh sektor Pertanian disusul oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor
Industri Pengolahan; masing-masing sebesar 33,52 persen, 18,03 persen, dan 15,58 persen. Sedangkan
kontribusi terkecil diberikan oleh sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 0,50 persen.
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 mencapai nilai Rp 8.614.888,
sedangkan pada tahun sebelumnya hanya sebesar Rp 7.645.390. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 2.6, Tabel 2.7, Tabel 2.8, Tabel 2.9 dan Tabel 2.10

2.4 Tata Ruang Wilayah


2.4.1 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah dalam RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-
2031
Tujuan penataan ruang Kabupaten Majalengka yaitu mewujudkan Kabupaten sebagai kawasan
agribisnis, pariwisata dan industri yang produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan. Tujuan penataan ruang
merupakan arah pengembangan ruang yang akan dicapai selama kurun waktu perencanaan. Tujuan ini akan
menjadi dasar penyusunan konsep dan strategi pemanfaatan ruang wilayah, yang selanjutnya akan
diwujudkan dalam alokasi ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang disusun dalam rangka mewujudkan rencana tata
ruang ruang berkelanjutan dan operasional, serta mengakomodasi paradigma baru dalam perencanaan.
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud di atas, maka disusun kebijakan
penataan ruang wilayah yang meliputi:
1. Pemantapan sistem Agribisnis untuk meningkatkan komoditi pertanian unggulan;
2. Pengembangan kegiatan perikanan;
3. Pengembangan kegiatan wisata dengan memanfaatkan potensi alam yang memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup dan budaya;
4. Pengembangan kegiatan industri yang sesuai dengan potensi alam dan sumber daya manusia;
5. Pengembangan pusat-pusat pelayanan secara bersinergis sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan;
6. Pendistribusian penduduk sesuai dengan pengembangan sistem perkotaan;dan
7. Peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
2.4.2 Strategi Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031
1. Strategi pemantapan sistem Agribisnis untuk meningkatkan komoditi pertanian unggulan,
meliputi :
a. Meningkatkan akses jalan dari sentra Agribisnis ke pusat pemasaran;
b. Mengembangkan kawasan Agribisnis khususnya di sekitar Kecamatan Leumahsugih,
Kecamatan Bantarujeg, Kecamatan Malausma, Kecamatan Cingambul, Kecamatan
Cikijing, Kecamatan Talaga, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Argapura, Kecamatan Maja,
Kecamatan Majalengka, Kecamatan Panyingkiran, Kecamatan Sukahaji, Kecamatan
Sindang, Rajagaluh, Kecamatan Sindangwangi, dan Kecamatan Dawuan, Kecamatan
Ligung, Kecamatan Jatitujuh, dan Kecamatan Kertajati.
c. Mempertahankan luas pertanian tanaman pangan berkelanjutan sebagai sumber pangan
dan basis perekonomian Kabupaten; dan
d. Memberikan kompensasi penggantian lahan yang sesuai bagi lahan pertanian yang terkena
proyek pembangunan di lokasi lain agar ketersediaan pangan dapat terjamin.
2. Strategi pemantapan perikanan, meliputi :
a. Menetapkan kawasan minapolitan;
b. Mengembangkan kawasan minapolitan;
c. Mempertahankan luasan lahan perikanan darat yang ditetapkan sebagai kawasan
minapolitan;
d. Mengembangkan sentra produksi dan usaha berbasis perikanan; dan
e. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan.
3. Strategi pengembangan kegiatan wisata dengan memanfaatkan potensi alam yang
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan budaya meliputi :
a. Meningkatkan kompetensi produk dan tema wisata;
b. Mengembangkan objek unggulan;
c. Mengembangkan infrastruktur wisata;dan
d. Mengoptimalkan dan perluasan jaringan kepariwisataan.
4. Strategi pengembangan kegiatan industri yang sesuai dengan potensi alam dan sumber daya
manusia, meliputi :
a. Mengembangkan zona kawasan industri terpadu di Kecamatan Kertajati;
b. Mengoptimalkan kawasan peruntukan industri;
c. Meningkatkan penataan kawasan peruntukan industri kecil dan menengah di setiap
kecamatan; dan
d. meningkatkan infrastruktur penunjang kegiatan industri.
5. Strategi pengembangan pusat pelayanan secara bersinergis sesuai daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
a. Meningkatkan akses jaringan jalan;
b. meningkatkan pengawasan terhadap bangunan;
c. meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan
d. mengembangkan pola ruang sesuai fungsi pelayanan; dan
e. memantapkan keterkaitan fungsional antar pusat pelayanan.
6. Strategi pendistribusian penduduk sesuai dengan pengembangan sistem perkotaan meliputi :
a. Menetapkan distribusi kepadatan penduduk kawasan perkotaan; dan
b. Meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan sesuai dengan daya dukung penduduk.
7. Strategi peningkatan fungsi kawasan kepentingan pertahanan dan keamanan negara meliputi :
a. Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan
keamanan;
b. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar
kawasan khusus pertahanan dan keamanan;
c. Mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan khusus
pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan
d. Menjaga dan memelihara aset aset pertahanan dan keamanan negara/TNI.

2.4.3 Kawasan Rawan Bencana


Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan
bahwa rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis,
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Salah satu faktor terjadinya bencana dikarenakan lingkungan.
Oleh karena itu, kondisi daerah rawan bencana harus dikenali dan dibuat rencana tata ruang daerah rawan
bencana.
Selanjutnya sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN), disebutkan bahwa kawasan bencana alam dibedakan menjadi kawasan rawan
tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir.
Salah satu klasifikasi kawasan rawan bencana alam yang teridentifikasi di Kabupaten Majalengka
adalah bencana tanah longsor dan rawan banjir.
A. Kawasan Tanah Longsor
Kawasan rawan tanah longsor yang ada di Kabupaten Majalengka meliputi Kecamatan
Leuwimunding, Kecamatan Talaga, Kecamatan Maja, Kecamatan Sukahaji, Kecamatan Majalengka,
Kecamatan Sindang, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Sindangwangi, Kecamatan Argapura,
Kecamatan Bantarujeg, Kecamatan Malausma dan Kecamatan Lemahsugih.
B. Rawan Banjir
Daerah yang rawan terkena bencana banjir, sebarannya adalah di sepanjang tanggul di Desa
Pakubeureum (S. Cimanuk) sampai Bendung Rentang, diantaranya melalui wilayah Kecamatan Kertajati dan
Jatitujuh dikarenakan jebolnya tanggung di Sungai tersebut.

2.4.4 Kawasan Lindung Geologi


Kawasan lindung geologi merupakan kawasan yang memiliki keunikan baik dari jenis bebatuan,
bentang alam, proses geologi maupun kawasan imbuhan air tanah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 disebutkan bahwa kawasan lindung geologi terdiri dari kawasan cagar alam geologi, kawasan
rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Wilayah
Kabupaten Majalengka mempunyai struktur geologi yang rawan terhadap terjadinya bencana alam geologi,
yang dibedakan atas:

A. Rawan Gerakan Tanah

Daerah dengan kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah, terutama jika kegiatan manusia
menimbulkan gangguan pada lereng di kawasan ini. Berdasarkan kriteria tersebut, sebaran daerah rawan
gerakan tanah adalah di Kecamatan Leumahsugih, Bantarujeg, Cingambul, Talaga, Banjaran, Argapura,
Malausma, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi, Sukahaji, Maja, Sindang, Malausma, Cikijing dengan luas
kawasan gerakan tanah yang perlu ditetapkan yaitu 12.437 Ha.

B. Rawan Bencana Gunung Berapi


1. Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang terpengaruh lansung dan
tidak langsung, dengan tingkat kerawanan yang berbeda.
2. Kawasan berupa lembah yang akan menjadi daerah aliran lahar dan lava.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sebaran kawasan bencana gunung berapi adalah Kawasan di
sekitar kaki Gunung Ciremai, meliputi Kecamatan Maja, Rajagaluh, Sindang, Argapura, Cikijing, Talaga, dan
Banjaran, dengan luasan lahan yang perlu ditetapkan 4.630 Ha.

C. Rawan Gempa Bumi

1. Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak;


2. Daerah yang dilalui oleh patahan aktif;
3. Daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar dari 5
pada skala richter;
4. Daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai
dan batuan lapuk;
5. Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka kawasan rawan gempa bumi adalah di Kecamatan Argapura,
Banjaran, Talaga, Rajagaluh, Sindangwangi, Majalengka, Sindang, Maja, dan Sukahaji.
D. Cekungan Air Tanah (CAT)
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah berupa jaringan Cekungan Air Tanah
(CAT), yaitu suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Cekungan air tanah berasal
dari air hujan yang ditampung dalam suatu cekungan, yang kemudian dibendung sebagai tempat
penampungan air yang berguna untuk meresap air hujan kedalam tanah dimusim hujan dan sebagai
cadangan resapan air di musim kemarau, lokasinya berada di Kelurahan Sindangkasih Kecamatan
Majalengka.

2.5 SOSIAL BUDAYA


2.5.1 Pendidikan
Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama
terhadap keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Peningkatan SDM lebih difokuskan pada pemberian
kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan. Oleh sebab itu pemerintah
Kabupaten Majalengka berusaha secara konsisten berupaya meningkatkan SDM penduduk melalui jalur
pendidikan. Upaya pemenuhan terhadap peningkatan tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten
Majalengka, salah satunya dengan cara penyediaan fasilitas pendidikan yang tersebar di beberapa
kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 2.13 Fasilitas Pendidikan yang tersedia di
Kabupaten Majalengka

2.6 IDENTIFIKASI ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN MAJALENGKA


Sesuai dengan UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dimana pemerintahan
daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu, kepala pemerintahan Kabupaten Majalengka
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi tersebut, di pimpin oleh
Bupati dan Wakil Bupati, yang dalam menjalankan tugas kepemerintahan tersebut bersama-sama dengan
DPRD, Perangkat daerah Kabupaten Majalengka terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas,
Lembaga Teknis, Kecamatan, dan Kelurahan.
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Majalengka didalam menjalankan tugasnya membawahi Satuan
Polisi Pamong Praja, Lembaga Teknis Daerah, Dinas Daerah, dan Sekretariat Daerah. Sementara itu,
Sekretariat Daerah dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh; Asisten Pemerintahan, Asisten Pembangunan,
dan Asisten Administrasi.
Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas Bupati dalam penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum
daerah. Badan, kantor atau rumah sakit umum daerah dipimpin oleh Kepala Badan, Kepala Kantor, atau
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah yang diangkat oleh Bupati dari pegawai negeri sipil yang memenuhi
syarat atas usul Sekretaris Daerah. Kepala Badan, Kepala Kantor, atau Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
I. Lembaga Teknis Daerah, meliputi;
1. Badan Kepegawaian Daerah
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
3. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perembpuan dan Keluarga Berencana
4. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal
5. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
6. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
8. Kantor Arsip Daerah
9. Rumah Sakit Umum Daerah Majalengka
10. Rumah Sakit Umum Daerah Cideres
Dinas merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas dipimpin oleh Kepala Dinas yang diangkat
dan diberhentikan oleh Bupati dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
II. Dinas Daerah, meliputi;
1. Dinas Pendidikan
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Bina Marga dan Cipta Karya
4. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi
5. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
6. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
7. Dinas Sosial, Tenaga Kerja danTransmigrasi
8. Dinas Kopreasi, Usaha Kecil, Menengah, Perindustrian dan Perdagangan
9. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
10. Dinas Pertanian dan Perikanan
11. Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan
12. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata

Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah mempunyai tugas dan
kewajiban membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan Lembaga
Teknis Daerah. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban sekretaris daerah bertanggung jawab kepada
Bupati. Apabila Sekretaris Daerah berhalangan melaksanakan tugasnya, tugas Sekretaris Daerah
dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Bupati.
Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan, diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris
Daerah karena kedudukannya, sebagai pembina pengawai negeri sipil di Kabupaten Majalengka.
III. Sekretariat Daerah, meliputi;
I. Asisten Pemerintahan, yang terdiri dari;
a. Bagian Tata Pemerintahan
b. Bagian Hukum
c. Bagian Organisasi
II. Asisten pembangunan, yang terdiri dari;
a. Bagian Perekonomian
b. Bagian Pengendalian Program
c. Bagian Kesejahteraan Sosial
III. Asisten Administrasi, yang terdiri dari;
a. Bagian Umum
b. Bagian Keuangan dan Sarana
c. Bagian Humas

Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD. Sekretaris DPRD diangkat dan diberhentikan oleh
Bupati dengan persetujuan DPRD. Sekretaris DPRD mempunyai tugas:
1. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD;
2. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD;
3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD; dan
4. Menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan
fungsinya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
Sekretaris DPRD dalam menyediakan tenaga ahli wajib meminta pertimbangan pimpinan DPRD.
Sekretaris DPRD dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah. Susunan organisasi sekretariat DPRD ditetapkan dalam peraturan daerah berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.
IV. Sekretariat DPRD, meliputi :
a. Bagian Umum
b. Bagian Sarana dan Pembekalan
c. Bagian Hukum dan Persidangan
d. Bagian Keuangan
Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Kecamatan sebagaimana dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Selain tugas
tersebut juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi :
1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;
4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat Kecamatan;
6. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang
belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

Camat diangkat oleh Bupati atas usul Sekretaris Daerah dari pegawai negeri sipil yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh perangkat Kecamatan dan bertanggung
jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Perangkat Kecamatan bertanggung jawab kepada Camat.
Kelurahan dibentuk di wilayah Kecamatan dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Kelurahan dipimpin oleh lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati. Selain
tugas tersebut lurah mempunyai tugas:
a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan;
b. Pemberdayaan masyarakat;
c. Pelayanan masyarakat;
d. Penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; dan
e. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
Lurah diangkat oleh Bupati atas usul Camat dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan
teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam
melaksanakan tugas Lurah bertanggung jawab kepada Bupati melalui Camat. Lurah dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh perangkat kelurahan. Perangkat kelurahan bertanggung jawab kepada Lurah. Untuk
kelancaran pelaksanaan tugas Lurah dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan yang
ditetapkan dengan Perda.

Anda mungkin juga menyukai